BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utama investor dalam melakukan investasi adalah untuk memperoleh return

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Hasil atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utama investor dalam melakukan investasi adalah untuk memperoleh return

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi, investasi digolongkan menjadi dua, yaitu : menganggur, sedangkan investasi jangka panjang bertujuan untuk :

keterkaitannya dalam investasi lebih dari satu tahun. Berdasarkan definisi

II. TINJAUAN PUSTAKA. guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Sebagai salah satu elemen

BAB I PENDAHULUAN. investasi disebut return. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan langsung dengan operasi utama perusahaan. pengertian investasi ini

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Selain itu juga penanaman modal atau investasi adalah

II. LANDASAN TEORI. dananya untuk investasi dengan harapan akan menerima keuntungan di masa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Model estimasi..., Andriyatno, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

I. PENDAHULUAN. juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung resiko atas

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan (return) saham bagi investor, karena return saham

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dunia usaha menuntut adanya informasi yang dapat digunakan

sejarah perusahaan. untuk melanjutkan operasi Teknik-Teknik Analisis Laporan Keuangan teknik yang lazim dipakai yaitu:

I. PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara,

BAB I PENDAHULUAN. penjualan saham kepada publik dengan tujuan untuk mempertahankan kelancaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan

LANDASAN TEORI. dalam perusahaan yaitu keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai industri yang berkembang pesat dan memiliki kegiatan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. dan berarti perusahaan telah melakukan financial leverage. Semakin besar utang

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi dapat didefinisikan sebagai tindakan penundaan penggunaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya artinya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Investor dalam menanamkan dananya di pasar modal tidak hanya. bertujuan dalam jangka pendek tetapi bertujuan untuk memperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. Dimana faktor terpenting untuk melihat perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENDAHULUAN. muncul berkaitan dengan efisiensi informasi. Hal ini dapat terjadi karena pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham et.al,

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana yang dapat dimanfaatkan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis multidimensi yang terjadi di Asia pada tahun 1997, dimana nilai

PENDAHULUAN. ke seluruh negara. Dwijayanti (2010) menyatakan bahwa krisis ekonomi pada negaranegara

I. PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu bangsa. Secara formal, pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan

BAB IV PEMBAHASAN. kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham merupakan instrumen keuangan yang paling diminati. masyarakat dan populer untuk diperjualbelikan di pasar modal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

I. PENDAHULUAN. Investasi di pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. daripada proses pembentukannya dan apabila digunakan secara terus-menerus akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebanyak 25 perusahaan baru di tahun 2011, 23 perusahaan baru di

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin

profitabilitas, rasio likuiditas, rasio aktivitas, dan rasio solvabilitas. Salah satu indikator penting dalam penilaian prospek sebuah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara lain Taufik (2006) melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan perusahaan-perusahaan saling bersaing untuk dapat menyesuaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. ikut serta dalam kepemilikan saham suatu perusahaan. Pasar modal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Return investasi dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi. Return

BAB II TINJAUAN TEORITIS. a. Pengertian Laporan Keuangan. mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi adalah salah satu aspek penting di dalam suatu negara dalam

BAB II TIMJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (subprime mortgage crisis) telah menimbulkan dampak yang signifikan secara

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan ekspansi perusahaan, pengembangan perusahaan, penambahan

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan tersebut yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia telah menjadi salah satu alternatif pembiayaan

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jogianto (2003:109), return merupakan hasil yang diperoleh dari

BAB 1 PENDAHULAN. Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar modal (capital market)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (shahib al-mal) juga memiliki tujuan investasi yang berbeda, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang sangat efektif untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan tahunan (annual report) adalah suatu laporan resmi mengenai keadaaan

BAB I PENDAHULUAN. dana ke dalam lembaga investasi dan atau suatu benda dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktvitas investasi yang dilakukan investor dihadapkan pada berbagai macam resiko

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Uraian Teoritis 2.1.1. Return Saham Investasi merupakan komitmen penempatan sejumlah dana untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, motivasi utama investor dalam melakukan investasi adalah untuk memperoleh return (kembalian) investasi sesuai dengan harapan pada tingkat risiko tertentu. Return (kembalian) adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi yang dilakukannya (Ang, 1997). Investor tentunya tidak akan melakukan investasi jika tanpa adanya harapan akan return yang diperoleh di masa yang akan datang. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2003). Dalam melakukan investasi terdapat beberapa metode pengurkuran return, salah satunya adalah return total. Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield sebagai berikut ini : Return=Capital gain (loss)+yield Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu : Capital gain atau capital loss= Pt-(Pt-1) Pt-1 14

Jika harga investasi sekarang (PP tt ) lebih tinggi dari harga investasi periode lalu (PPPP 1) ini berarti terjadi keuntungan modal (capital gain), sebaliknya terjadi kerugian modal (capital loss). Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield adalah persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk obligasi, yield adalah prosentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi periode sebelumnya. Dengan demikian, return total dapat juga dinyatakan sebagai berikut ini. Return= Pt- Pt-1 + Yield Pt-1 Untuk saham biasa yang membayar dividen periodik sebesardd tt rupiah perlembarnya, maka yield adalah sebesar DD tt /PPPP 1dan return total dapat dinyatakan sebagai : Return saham = Pt- Pt-1 + D t Pt-1 Pt-1 Capital gain (loss) dapat terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekuner sedangkan dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham (emiten) atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. 2.1.2. Distress Risk Distress risk merupakan risiko kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi atau usahanya (Altman,1968). Dalam dunia bisnis, kegagalan dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor ekonomi dan faktor financial. Dalam hal 15

ini, faktor ekonomi berupa lemahnya industri serta lokasi dan lingkungan yang tidak mendukung. Kegagalan ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan pendapatan sehingga tidak dapat menutup biaya-biaya perusahaan, ini berarti tingkat laba perusahaan lebih kecil daripada biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Sedangkan faktor financial dapat berupa utang yang terlalu banyak serta penggunaan modal yang tidak efisien. Kegagalan keuangan bisa juga diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu insolvensi teknis dan insolvensi dalam pengertian kebangkrutan. Insolvensi teknis adalah perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban saat jatuh tempo. Faktor financial inilah yang kemudian dapat menimbulkan risiko financial distress pada perusahaan. Financial distress merupakan kondisi di mana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis. Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Kebangkrutan sendiri diartikan sebagai suatu keadaan atau situasi dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban kepada debitur karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan dapat dicapai. Kondisi financial distress pada suatu perusahaan mengindikasikan adanya risiko kebangkrutan (distress risk) pada perusahaan tersebut. 16

Risiko kebangkrutan harus selalu diwaspadai oleh perusahaan, karena jika terjadi kebangkrutan maka dapat dikatakan perusahaan tersebut benar-benar mengalami kegagalan usaha dengan menanggung kerugian yang sangat besar. Untuk itu, perusahaan harus melakukan analisis sedini mungkin, terutama analisis mengenai risiko kebangkrutan. Distress risk pada suatu perusahaan dapat diketahui dengan menganalisis rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio keuangan memberikan indikasi tentang kekuatan keuangan dari suatu perusahaan. Keterbatasan analisis rasio timbul dari kenyataan bahwa metodologinya pada dasarnya bersifat penyimpangan (univariate) yang artinya setiap rasio di uji secara terpisah. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan analisis tersebut, maka Altman telah mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi dan teknik statistik. Yaitu analisis diskriminasi yang menghasilkan suatu indeks yang memungkinkan klasifikasi dari suatu pengamatan menjadi satu dari beberapa pengelompokan yang bersifat apriori (Weston & Copeland, 1995:287). Dalam penelitiannya (Altman:1968) mengambil satu sampel yang terdiri dari 66 perusahaan manufaktur setengah diantaranya mengalami bangkrut. Altman memperoleh 22 rasio keuangan, dimana 5 diantaranya ditemukan paling berkontribusi pada model prediksi. Fungsi diskriminan yang ditemukan Altman pada tahun 1968 itu adalah sebagai berikut (Weston dan Copeland, 1995:288) : ZZ = 1,2 XX 1 +1,4XX 2 + 3,3 XX 3 + 0,6 XX 4 + 0,5 XX 5 Dimana : Z = Z-score XX 1 = Working capital/total assets 17

XX 2 = Retained earnings/total assets XX 3 = Earning before interest and taxes/total assets XX 4 = Market value of equity/book value of total liabilities XX 5 = Sales/total assets Dengan melakukan analisis diharapkan perusahaan dapat mendeteksi adanya risiko financial distress lebih awal serta berguna untuk memutuskan kebijakan yang akan ditempuh untuk mengantisipasinya. Disamping itu, financial distress hendaknya juga diperhatikan investor untuk memprediksi seberapa besar return saham yang akan diperoleh dari investasi pada perusahaan tertentu. Distress risk yang tinggi dapat mengakibatkan perusahaan mempunyai prospek keuntungan yang kurang baik. Berdasarkan asumsi bahwa pembayaran dividen yang naik terjadi ketika perusahaan mempunyai prospek keuntungan yang baik, serta kecenderungan dari harga saham yang mengikuti naik turunnya nilai dividen, maka dapat dikatakan keuntungan perusahaan mempengaruhi besarnya total return yang diterima investor dalam investasi saham. Dari sini dapat terlihat bahwa secara teori distress risk memiliki hubungan negatif terhadap total return. 2.1.3. Firm Size Firm size adalah ukuran besar kecilnya suatu perusahaan. Berdasar firm size-nya, perusahaan dibedakan menjadi perusahaan big (besar) dan small (kecil).dengan kata lain, firm size merupakan market value dari sebuah perusahaan. Market value dapat diperoleh dari perhitungan harga pasar saham dikalikan jumlah saham yang diterbitkan (outstanding shares). Market value (nilai pasar) inilah yang biasa disebut dengan kapitalisasi pasar (market capitalization). 18

Market capitalization mencerminkan nilai kekayaan perusahaan saat ini. Market capitalization merupakan suatu pengukuran terhadap firm size perusahaan di mana perusahaan bisa saja mengalami kegagalan maupun kesuksesan. Dengan kata lain, market capitalization adalah nilai total dari semua outstanding shares yang ada, perhitungannya dapat dilakukan dengan cara mengalikan banyaknya saham yang beredar dengan harga pasar saat ini. Penelitian tentang pengaruh firm size terhadap berbagai faktor telah banyak dilakukan. Hal ini juga disebabkan karena belum adanya suatu teori yang dapat secara jelas menjelaskan fenomena pengaruh firm size terhadap berbagai faktor yang ada. Banz (1981) menemukan adanya hubungan negatif yang kuat antara average return dan size perusahaan. Perusahaan yang mempunyai kapitalisasi pasar kecil mempunyai tingkat pengembalian yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan berkapitalisasi pasar besar. Di dalam penelitian Banz (1981) dinyatakan bahwa saham dengan nilai kapitalisasi pasar yang rendah atau memiliki firm size kecil dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding saham dengan firm size yang lebih besar. Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Chan, Hamao dan Lakonishok (1991) mengkonfirmasikan bahwa perusahaan dengan kapitalisasi kecil mempunyai tingkat pengembalian lebih besar 5 persen daripada saham berkapitalisasi besar.penelitian Keim dalam Elton, et all (2003) mempunyai kesimpulan yang sama dengan penelitian Banz. Perusahaan kecil mempunyai tingkat pertumbuhan (growth) yang relatif lebih tinggi, sehingga lebih berpengaruh pada perubahan fundamental. Hal ini 19

dikarenakan earning yang diperoleh pada perusahaan kecil cenderung lebih rendah sehingga peningkatan earning pada tahun berikutnya lebih mudah dilakukan. Sedangkan pada perusahaan besar dengan earning yang besar, pertumbuhan relatif lebih rendah karena earning periode sebelumnya cenderung sudah tinggi. Fama dan French (1992) menempatkan saham-saham ke salah satu dari sepuluh portofolio setelah memeringkat mereka di akhir bulan Juni berdasar ukuran perusahaan, kemudian mereka mengikuti return bulanan portofolio tersebut dari Juli 1963 Desember 1990. Tetapi ternyata hasilnya adalah terdapat hubungan terbalik antara ukuran perusahaan dengan return rata-rata (avarage return). Pada umumnya, saham perusahaan yang lebih kecil cenderung memiliki return yang lebih besar dibandingkan dengan saham perusahaan yang lebih besar, fenomena ini biasa disebut dengan size effect. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Barber (1996) juga menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap return saham. Barbee (1996) mengukur ukuran perusahaan melalui nilai pasar ekuitas (market value equity, MUE). Dalam penelitian Fama dan French (1995) ditemukan bahwa firm size berhubungan dengan profitabilitas. Fama dan French (1995) menyatakan bahwasecara parsial firm size berpengaruh signifikan terhadap return. Saham perusahaan kecil mempunyai kecenderungan pendapatan (earnings) yang lebih rendah daripada saham perusahan besar. Size effect di dalam pendapatan terjadi dikarenakan kemungkinan besar keuntungan yang rendah dari saham perusahaan 20

kecil terutama setelah resesi di Amerika Serikat pada tahun 1980. Pada tahun 1980-an, perusahaan berkapitalisasi besar mempunyai return tahunan (annual returns) yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan berkapitalisasi kecil. Hasil ini menyebabkan perdebatan apakah perbedaan ini hanya sementara atau akan terjadi pada jangka waktu panjang. Beberapa peneliti telah berusaha untuk meneliti asal dari premium perusahaan kecil. Kesimpulan yang didapat antara lain adalah : a. Perusahaan berkapitalisasi pasar sangat kecil (microcap company) mempunyai returns yang lebih kecil dibandingkan perusahaan berkapitalisasi yang lebih besar. Banyak perusahaan kecil mempunyai harga yang rendah dan tidak likuid, serta tidak adanya equity research analyst. b. Pada perusahaan berkapitalisasi kecil, returns yang lebih besar terjadi pada bulan Januari. Sedangkan pada bulan Februari hingga Desember tidak ada premium. c. Perusahaan berkapitalisasi kecil diduga mempunyai return yang lebih baik, ketika suku bunga jangka pendek lebih tinggi dibandingkan dengan jangka panjang dan juga ketika inflasi tinggi. Beberapa peneliti juga meneliti hubungan antara annual returns dengan jumlah analis dan institutional holding. Mereka menemukan, bahwa returnscenderung meningkat, seiring dengan menurunnya jumlah analis pada sebuah saham (Damodaran, 2004). 21

Terlepas dari perbedaan pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa besar kecilnya kapitalisasi pasar perusahaan merupakan faktor risiko yang patut diperhitungkan dalam menghitung tingkat pengembalian (return) saham. Secara umum, dapat dinyatakan bahwa terdapat suatu bentuk hubungan yang negatif antara tingkat pengembalian (return) saham dengan ukuran perusahaan (firm size). 2.1.4. Book to Market Ratio Book to market ratio merupakan faktor risiko yang harus diperhatikan oleh para investor, karena book to market ratio yang tinggi dapat dijadikan indikator bahwa perusahaan tersebut masih undervalue. Rasio book to market equity menyatakan perbandingan book equity terhadap market equity perusahaan. Fama dan French (1995) mendefinisikan book to market equity sebagai book common equity for the fiscal year ending in calendar year (t-1), divied by market equity at the end of December of the year (t-1). Book to market ratio dihitung dengan membagi equity per share dengan closing price bulan desember (akhir tahun), untuk membagi perusahaan menjadi dua yaitu perusahaan dengan book to market ratio rendah dan tinggi. Ang (1997) menyatakan bahwa rasio book to market merupakan rasio yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui harga pasarnya, semakin rendah rasio ini menandakan semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para investor. Nilai (harga) pasar adalah harga saham yang terjadi di padsar bursa pada saat-saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham bersangkutan di bursa. Sedangkan nilai buku (book value per lembar saham) 22

menunjukkan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memilih satu lembar saham. Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku perlembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham beredar. Perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya memiliki rasio book to market di bawah satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Beberapa alasan investor menggunakan book to market ratio di dalam menganalisis investasi antara lain : 1. Book value memberikan pengukuran yang relatif stabil, untuk dibandingkan dengan market price. Untuk investor yang tidak mempercayai estimasi discounted cash flow, book value dapat menjadi benchmark dalam memperbandingkan dengan market price. 2. Karena standar akuntansi yang hampir sama pada setiap perusahaan, book to market ratio bisa dikomparasikan dengan perusahaan lain yang berada pada satu sektor, untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut masih undervalue atau sudah overvalue. 3. Perusahaan dengan earnings negatif, sehingga tidak bisa dinilai dengan menggunakan earning-price ratio, dapat dievaluasi dengan menggunakan book to market ratio. Perusahaan yang mempunyai book value negatif, lebih sedikit daripada perusahaan yang mempunyai earnings negatif. Secara teoritis rasio book to market memiliki pengaruh negatif terhadap return saham dengan kata lain semakin tinggi rasio book to market suatu perusahaan maka semakin rendah return saham yang dihasilkan, begitu pula 23

sebaliknya dimana perusahaan dengan rasio book to market rendah memiliki tingkat return saham yang relatif lebih tinggi. 2.2. Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Darusman (2012) Fitriati (2005) Variabel Penelitian Firm Size, Book To Market Ratio, Price Earning Ratio, dan Momentum Distress risk, firm size, dan book to market ratio Tabel 2.1 Penelitian terdahulu Judul Penelitian Analisis Pengaruh Firm Size, Book To Market Ratio, Price Earning Ratio, Dan Momentum Terhadap Return Portofolio Saham Analisis Hubungan Distress Risk, Firm Size, dan Book to Market Ratio dengan Return Saham Teknik Analisis Data Analisis Linier Berganda Analisis Linier Berganda Hasil Penelitian Firm Size dan Book to Market Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Price Earning Ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return portofolio saham perusahaan. Momentum terjadi pada minggu ke-2, 4, dan 8 setelah pembentukan harga saham. Hubungan negatif antara distress risk dengan return saham. Hubungan negatif antara firm size dengan return saham. Hubungan positif antara book to market ratio dengan return saham. 24

Nama Peneliti Suhardiyah (2002) Variabel Penelitian Price earning ratio, dan risiko Judul Penelitian Pengaruh Price Earning Ratio dan Risiko Terhadap Return Saham Teknik Analisis Data Analisis regresi berganda Hasil Penelitian Price earning ratio secara individual tidak berpengaruh terhadap return saham. Risiko yang diukur dari variable beta berpengaruh positif dan signifikan. Pengaruh per dan risiko secara bersama-sama sangat kecil terhadap return saham. 2.3. Kerangka Konseptual Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruhdistress risk, firm size, danbook to market ratio terhadapreturn saham, dapat dijelaskan sebagai berikut : Distress risk merupakan risiko kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi atau usahanya (Altman:1968). Dalam dunia bisnis, kegagalan dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor ekonomi dan faktor finansial. Dalam hal ini, faktor ekonomi berupa lemahnya industri serta lokasi dan lingkungan yang tidak mendukung. Kegagalan ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan pendapatan sehingga tidak dapat menutup biaya-biaya perusahaan, ini berarti tingkat laba perusahaan lebih kecil daripada biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Sedangkan faktor finansial dapat berupa utang yang terlalu banyak serta penggunaan modal yang tidak efisien. 25

Kegagalan keuangan bisa juga diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu insolvensi teknis dan insolvensi dalam pengertian kebangkrutan. Insolvensi teknis adalah perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban saat jatuh tempo. Faktor finansial inilah yang kemudian dapat menimbulkan risiko financial distress pada perusahaan. Di dalam penelitian Banz (1981) dinyatakan bahwa saham dengan nilai kapitalisasi pasar yang rendah atau memiliki firm size kecil dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibanding saham dengan firm size yang lebih besar. Selain itu dalam penelitian yang dilakukan oleh Chan, Hamao dan Lakonishok (1991) mengkonfirmasikan bahwa perusahaan dengan kapitalisasi kecil mempunyai tingkat pengembalian lebih besar 5 persen daripada saham berkapitalisasi besar.penelitian Keim dalam Elton, et all (2003) mempunyai kesimpulan yang sama dengan penelitian Banz. Ang (1997) menyatakan bahwa rasio book to market merupakan rasio yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui harga pasarnya, semakin rendah rasio ini menandakan semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para investor. Nilai (harga) pasar adalah harga saham yang terjadi di padsar bursa pada saat-saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan maka model kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai Gambar 2.1 berikut : 26

DISTRESS RISK FIRM SIZE RETURN SAHAM BOOK TO MARKET RATIO Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4. Hipoteis Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah distress risk, firm size, danbook to market ratioberpengaruh signifikan terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 27