Hasil Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN BERBAGAI JENIS BAHAN BAKAR PADA PENGOVENAN TEMBAKAU VIRGINIA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Perkembangan Penanaman Modal dan Sektor-sektor I Nyoman Karyawan 63

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET ARANG KAYU DAN DAUN CENGKEH SISA DESTILASI MINYAK ATSIRI DENGAN VARIASI KOMPOSISI

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PENTINGNYA PENINGKATAN INVESTASI TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SUMATERA UTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

PERAN PEMERINTAH KOTA DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

: ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL ORGANISASI : DINAS ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL Halaman. 362.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2016

BIDANG USAHA TERTENTU (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTAMBANGAN BATUBARA DAN LIGNIT

Hariadi Kartodihardjo (Sumber: UU 23/2014) Adapun urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi adalah:

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

Jl Majapahit no.62 Mataram Lombok NTB .

VI. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KEPUTUSAN BUPATI LOMBOK BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KERAGAAN EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA, INGKUNGAN DAN TEKNOLOGI SERTA KELEMBAGAAN DI NUSA TENGGARA BARAT MUAIDY YASIN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Produk tembakau yang utama diperdagangkan adalah daun tembakau dan

UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIO-COAL CAMPURAN BATUBARA DENGAN SERBUK GERGAJI DENGAN KOMPOSISI 100%, 70%, 50%, 30%

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

BERITA RESMI STATISTIK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG DEWAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA RINCIAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BERITA RESMI STATISTIK

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

BERITA RESMI STATISTIK

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis perekonomian Provinsi Riau menggunakan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2016

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH SEKRETARIS SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN PROGRAM

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2008

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sidang Pendadaran, 24 Desember 2016 Prodi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis ~VK

REALISASI PENDAPATAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2015 SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BATUBARA YANG DICAIRKAN SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan kesejahteraan umum bagi rakyat Indonesia. Perlu. kepada eksekutif untuk kesejateraan rakyat.

Oleh : DR. TGH. M. ZAINUL MAJDI GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

REFORMA AGRARIA SEBAGAI BAGIAN INTEGRAL DARI REVITALISASI PERTANIAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PEDESAAN

BAB 5 RTRW KABUPATEN

Rincian Realisasi Pelaksanaan Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2013

KEPALA DINAS BIDANG PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN BIDANG TANAMAN PANGAN BIDANG TANAMAN HORTIKULTURA BIDANG PETERNAKAN

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. pengolahan hasil perkebunan, juga dapat menyerap banyak tenaga kerja karena pada

2012, No BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

MEMANFAATKAN BIOENERGI UNTUK PEMBANGUNAN PEDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

I. PENDAHULUAN. degradasi hutan. Hutan tropis pada khususnya, sering dilaporkan mengalami

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Kebutuhan Pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Pelaksanaan Green Jobs di Indonesia

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Transkripsi:

PENELITIAN KEBIJAKAN KONVERSI ENERGY ALTERNATIF PENGOMPRONGAN TEMBAKAU VIRGINIA DI PULAU LOMBOK TAHUN 2009 Tim Pusat Penelitian Lingkugan Hidup Universitas Mataram Sudarmadji Rahardjo, Hirwan Hamidi, Cahyawan Catur Edi Margana ABSTRAK Tembakau virginia sebagai bahan baku utama pabtik rokok merupakan salah satu komoditas yang memberikan andil cukup penting dalam perekonoman banyak negara. Bagi Indonesia, tembakau memegang peranan penting dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat, baik sebagai penyerap tenaga kerja, sumber pendapatan petani dan buruh, sumber cukai dan devisa negara.. Maksud Kajian ini untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan kegiatan, kendala dan hambatan yang dihadapi dalam merealisasikan konversi energi alternatif dalam pengomprongan tembakau virginia di Pulau Lombok Tujuankhusus (1) menelaah jenis bahan bakar prospektif dalam pengomprongan tembakau virginia, (2) Mengkaji kebijakan-kebijakan pemerintah di NTB khususnya tentang konversi alternatif bahan bakar dalam pengomprongan tembakau virginia di Pulau Lombok, (3) Mengidentifikasi berbagai permasalahan dalam pelaksanaan konversi energi alternatif bahan bakar dalam pengomprongan tembakau virginia di Pulau Lombok. Metodologi yang diguankan adalah metode penelitian deskriftif analitik, yaitu suatu metode yang didesain untuk mendeskripsikan dan menganalisis berbagai permasalahan 1

yang dihadapi dalam merealisasikan pelaksanaan konversi energi alternatif pengomprongan tembakau di Pulau Lombok. Hasil yang diperoleh adalah (1) Bahan bakar prospektif dalam pengomprongan tembakau virginia sebagai alternatif pengganti minyak tanah adalah batubara, gas (LPG, LNG), kayu, energi surya, hybrid tenaga surya, dan biomasa sisa produk pertanian (sekam, kulit kemiri, canhkang sawit dll). (2) Berdasarkan Peraturan Daerah melalui Keputusan Gubernur NTB No 79 A/Tahun 2008 Tanggal 14 Maret 2008 memutuskan bahwa jenis bahan bakar alternatif yang digunakan untuk pengovenan daun tembakau menjadi krosok fue-cured adalah batubara dan bahan bakar gas (LPG atau LNG) (3) Kebijakan konversi alternatif batubara untuk pengovenan daun tembakau virginia menjadi kosok fue-cured tidak dapat berjalan sebagaimana diharapkan. Hal ini terjadi karena dalam pelaksanaannya dihadapkan kepada sejumlah permasalahan sebagai berikut : (i) terbatasnya jumlah tungku yang telah dikeonversi batubara, (ii) tidak terintegrasinya program konversi tungku, (iii) kurangnya dukungan perusahaan pengelola tertentu, (iv) lemahnya pengendalian penggunaan kayu untuk omprongan tembakau, dan (v) politik anggaran pemerintah daerah yang kurang berpihak. 2

PENATAAN PENAMBANGAN EMAS RAKYAT DI SEKOTONG KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2009 Tim Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Mataram Vina Andiriani, Dedi Shopan Shoppian ABSTRAK Pertambangan emas di sekotong dimulai sejak dikembalikan Kawasan tambang emas oleh PT Newmont Nusa Tenggara dan PT Indonesia pada Pemerintah Daerah dinilai tidak layak untuk dijadikan lahan bisnis yang selama ini digarap secara liar oleh masyarakat termasuk para pendatang dari luar daerah Nusa Tenggara Barat. Setidaknya 25 persen atau sekitar 125 ribu jiwa penduduk Kabupaten Lombok Barat dapat diakomodir di dalam kegiatan pertambangan tersebut selama sekitar 30 tahun. Untuk penertiban dan penataan penambangan emas di sekotong diperlukan kajian sebagai bentuk kebijakan yang akan diterbitkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Lombok Barat. Tujuan mengevaluasi pengaruh penambangan emas sekotong terhadap lingkungan, Mengintegritaskan pemahaman masyarakat pada prinsip-prinsip pengambilan keputusan strategi pembangunan masyarakat, Menata zona pengembangan kawasan Sekotong melalui pemanfaatan kearifan lokal yang meliputi pengembangan kawasan pariwisata, hutan lindung, lahan kering untuk pengembangan BSS, permukiman dan pertanian Manfaat memperoleh informasi tentang peluang-peluang baru melalui pengkajian secara sistematis dan cermat atas opsi-opsi pembangunan yang tersedia. Melindungi aset-aset sumber daya alam. 3

Metodologi yang diguankan adalah metode penelitian deskriftif kualitatif. Metode ini pencarian fakta interpretasi yang tepat. Mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat, serta memahami konsep dasar masyarakat dalam melaksanakan penambangan. Sehingga dengan temuan empiris yang dapat digunakan pemerintah dalam pengambilan kebijakan. Hasil yang diperoleh adalah kegiatan penambangan emas oleh masyarakat Sekotong dilakukan dengan kondisi kurang tertib, pembuangan limbah yng kurang teratur akan mengakibatkan kurang sehatnya masyarakat dalam waktu beberapa tahun kedepan. Untuk itu pihak Pemerintah perlu membentuk peraturan atau kebijakan yang strategis sehingga lingkungan dapat tertata dengan baik dan dapat terjaminnya keamanan bagi masyarakat Sekotong. 4

BERBAGAI KEBIJAKAN RENCANA PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI NTB TAHUN 2009 Tim Lembaga Riset Sosial, Politik dan Agama Zaki Mubarak ABSTRAK Salah satu tuntutan, sekaligus kebutuhan pemerintah daerah saat ini adalah terwujudnya keselarasan antara strategi kebijakan dan program pembangunan dengn aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Target kegiatan yaitu : Menjaring Opini Publik Masyarakat NTB mengenai Program Pembangunan Pemerintah Daerah NTB, Memberdayakan Masyarakat NTB dan Membuat Mereka Terlibat dalam Proses Pembuatan Kebijakan Publik, Membuat Pembangunan yang Sensitif dan Merespon Aspirasi Masyarakat NTB. Produk harapan, aspirasi dan evaluasi publik terhadap rencana dan program Pemerintah Daerah. Metodologi yang diguankan adalah metode pendekatan survei. Pengumpulan data secara langsung kepada masyarakat dengan menggali informasi tentang program pembangunan pemerintah. Hasil yang diperoleh adalah jajaran Pemerintah Daerah Provinsi NTB, khususnya melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), diharapkan lebih inten dan fokus dalam menginformasikan kepada masyarakat, khususnya di pedesaan dan pelosok, terkait rencana dan program yang akan dilaksanakan. Pemerintah Daerah memerlukan jejaring hingga ke desa-desa dalam mensosialisasikan 5

rencana dan program yang akan dilaksanakan di daerah. Jejaring ini dapat dibentuk dengan melibatkan secara lebih intens para tokoh agama, masyarakat, dan adat. Termasuk memerankan para pemuda di desa-desa. 6