BAB I PENDAHULUAN. logistik didasarkan pada pendekatan analisis regresi linear merupakan metode yang

dokumen-dokumen yang mirip
BOOTSTRAP AGGREGATING (BAGGING) REGRESI LOGISTIK ORDINAL UNTUK MENGKLASIFIKASIKAN STATUS GIZI BALITA DI KABUPATEN KLUNGKUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. besar. Masalah perbaikan gizi masuk dalam salah satu tujuan MDGs tersebut.

KETEPATAN KLASIFIKASI PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI DI KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN BOOSTSTRAP AGGREGATTING REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL

Memodelkan regresi logistik biner data set hasil sampel bootstrap B.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BOOTSTRAP AGGREGATING (BAGGING) REGRESI LOGISTIK ORDINAL UNTUK MENGKLASIFIKASIKAN STATUS GIZI BALITA DI KABUPATEN KLUNGKUNG KOMPETENSI STATISTIKA

HASIL PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) PROVINSI SUMATERAUTARA TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

METODE BOOTSTRAP AGGREGATING REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK KETEPATAN KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI KOTA PATI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah penyakit yang ditandai

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BINER UNTUK KETEPATAN KLASIFIKASI KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA DI KOTA PATI

PENILAIAN STATUS GIZI BALITA (ANTROPOMETRI) Saptawati Bardosono

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

Kata Kunci: Penciri Tingkat Kesejahteraan, Kemiskinan, bagging MARS

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia (SDM) memiliki peranan penting. bangsa, membutuhkan SDM berkualitas tinggi (Sibuea, 2002).

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. prevalensi balita pendek kurus dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan,

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

KETEPATAN KLASIFIKASI PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL

PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sehingga berkontribusi besar pada mortalitas Balita (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

Statistika ITS Surabaya

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUMAH TANGGA NELAYAN BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

METODE ENSEMBLE PADA CART UNTUK PERBAIKAN KLASIFIKASI KEMISKINAN DI KABUPATEN JOMBANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit maupun cacat. Sejalan dengan definisi sehat menurut WHO, menurut

BAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menurunkan prevalensi kurang gizi sesuai Deklarasi World Food Summit 1996

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

JUKNIS PELAKSANAAN KELAS GIZI TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan ibu hamil dan balita sangatlah penting, sehingga Notoatmodjo (2003)

I. PENDAHULUAN. Prevalensi gizi buruk pada batita di Indonesia menurut berat badan/umur

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAGGING MULTIVARIATE ADAPTIVE REGRESSION SPLINES (MARS) UNTUK KLASIFIKASI PASIEN HASIL PAP TEST PENYAKIT KANKER SERVIKS (STUDI KASUS DI RS X SURABAYA)

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel

BAB I PENDAHULUAN. balita/hari (Rahman dkk, 2014). Kematian balita sebagian besar. pneumonia sebagian besar diakibatkan oleh pneumonia berat berkisar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

: Analisis Diskriminan pada Klasifikasi Desa di Kabupaten. Tabanan Menggunakan Metode K-Fold Cross Validation. 2. I Gusti Ayu Made Srinadi, S.Si, M.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

Pemetaan Status Gizi Balita Terhadap Kecamatan-Kecamatan Di Kabupaten Trenggalek Dengan Metode Analisis Korespondensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. apabila prasyarat keadaan gizi yang baik terpenuhi. Masalah gizi yang sering

HUBUNGAN STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS ANTROPOMETRI TUNGGAL DAN ANALISIS LANJUT DATA RISKESDAS 2007 YEKTI WIDODO & TIM

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. pencapaiannya dalam MDGs (Millenium Development Goals) yang sekarang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena konsumsi makanan yang tidak seimbang, mengkonsumsi

1 BAB I 2 PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Begitu pula dalam penelitian

PENGEMBANGAN DAN UJI COBA ALAT PUTAR STATUS GIZI BALITA (STANDAR WHO 2005) Leni Sri Rahayu, Ony Linda, Zulazmi Mamdy dan Evindyah Prita Dewi 1)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ganda yaitu masalah kurang gizi dan gizi lebih. Kurang energi protein (KEP) pada

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

Universitas Andalas Padang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERBEDAAN PENGGUNAAN INDEKS MEMBERIKAN PREVALENSI STATUS GIZI YG. BERBEDA.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Klasifikasi merupakan suatu metode statistika untuk mengelompokkan sekumpulan objek yang disusun secara sistematis ke dalam suatu kelompokkelompok baru yang lebih kecil dan sesuai dengan kategori kelompoknya. Salah satu metode dalam teknik klasifikasi yaitu regresi logistik. Klasifikasi regresi logistik didasarkan pada pendekatan analisis regresi linear merupakan metode yang sangat populer dalam mengatasi masalah-masalah klasifikasi (Subianto, 2009). Pada regresi logistik nilai respons (Y) adalah berjenis kualitatif dan variabel-variabel prediktornya berjenis kualitatif dan kuantitatif yang dinyatakan dengan sebuah model atau persamaan regresi. Berdasarkan variabel responsnya regresi logistik dibagi menjadi dua yaitu regresi logistik biner atau dichotomous (digunakan jika dan hanya jika terdapat variabel respons yang terdiri dari dua kategori) dan regresi logistik multinomial, polychotomous atau polytomous (digunakan jika dan hanya jika terdapat variabel respons lebih dari dua kategori). Variabel respons pada regresi logistik dapat berupa variabel dengan kategori yang tidak terurut (skala nominal) atau biasa disebut dengan regresi logistik multinomial dan kategori terurut (skala ordinal) atau biasa disebut dengan regresi logistik ordinal. Ketepatan suatu klasifikasi regresi logistik ordinal dapat dihitung dengan menggunakan alat ukur apparent error rate (APER). Nilai APER 1

2 merepresentasikan proporsi sampel kesalahan klasifikasi (misclassifications) oleh fungsi klasifikasi. Prosedur klasifikasi yang baik harus menghasilkan kesalahan klasifikasi yang kecil (Johnson dan Wichern, 2007). Peningkatan suatu klasifikasi dapat dilakukan dengan pendekatan bootstrap aggregating (bagging). Metode bagging pertama kali diperkenalkan oleh Breiman (1994). Bagging bekerja dengan baik pada metode klasifikasi, yang mana metode klasifikasi memiliki ketidakstabilan kinerja. Ketidakstabilan kinerja yaitu perubahan kecil pada data set akan menghasilkan perubahan besar pada model yang diperoleh. Salah satu metode klasifikasi yang tidak stabil adalah regresi logistik ordinal. Metode bagging digunakan sebagai alat untuk membentuk klasifikasi yang lebih stabil. Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan peningkatan klasifikasi dengan metode bagging dilakukan oleh Insani dkk. (2010) yang mengaplikasikan metode bootstrap aggregating regresi logistik ordinal untuk memperoleh model dan peningkatan ketepatan klasifikasi regresi logistik ordinal pada kasus kanker serviks. Uji simultan dan parsial regresi logistik ordinal menghasilkan variabel yang signifikan berpengaruh terhadap tingkat stadium kanker serviks, dengan tingkat ketepatan klasifikasi yang dihasilkan sebesar 89,1%. Pendekatan bagging regresi logistik ordinal kemudian dilakukan untuk meningkatkan ketepatan klasifikasi yang telah diperoleh pada regresi logistik ordinal. Variabel respons dan variabel prediktor yang signifikan berpengaruh terhadap variabel respons dalam model regresi logistik berganda kemudian diperlakukan resampling bagging. Dari proses bagging dihasilkan peningkatan klasifikasi dari model data set, yaitu sebesar

3 89,1% menjadi 99,06% dengan kata lain, bagging dapat menurunkan kesalahan klasifikasi sebesar 9,96% dari model data set. Penelitian yang dilakukan oleh Akbar dkk. (2010) mengenai perbandingan klasifikasi status gizi balita dengan metode cluster dan WHO-NCHS berdasarkan survei kekurangan energi protein (KEP) di Kabupaten Nganjuk, untuk memperoleh model dan peningkatan klasifikasi dilakukan dengan pendekatan bagging regresi logistik ordinal. Kedua model dari metode cluster dan WHO-NCHS tersebut dibentuk dengan metode regresi logistik ordinal. Pada klasifikasi status gizi balita cluster, variabel-variabel prediktor dan variabel respons dalam model regresi logistik ordinal berganda dengan tingkat ketepatan klasifikasi sebesar 67,7% diperlakukan resampling bagging regresi logistik ordinal. Proses tersebut menghasilkan adanya peningkatan klasifikasi, yaitu 76,3% meningkat sebesar 8,6%. Sedangkan pada klasifikasi status gizi balita WHO-NCHS, diperoleh variabel prediktor dan variabel respons status gizi balita dalam model regresi logistik berganda dengan tingkat ketepatan klasifikasi sebesar 75,862% diperlakukan resampling bagging regresi logistik ordinal. Dari proses bagging dihasilkan peningkatan klasifikasi sebesar 0,738% menjadi 76,6%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa bagging dapat meningkatkan klasifikasi dari model data set. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Bali (2014) salah satu indikator kesehatan yang dinilai pencapaiannya dalam Millenium Development Goals (MDG s) adalah status gizi balita. Kesehatan gizi yang baik merupakan satu unsur yang sangat penting. Kekurangan gizi pada balita akan menghambat tumbuh kembang anak dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal untuk

4 meningkatkan mutu kehidupan bangsa dan daya saing bangsa. Status gizi balita dapat diukur berdasarkan umur, berat badan (BB), dan tinggi badan (TB). Variabel umur, BB dan TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator tinggi badan menurut umur (TB/U) digunakan untuk menggambarkan keadaan kurang gizi pendek (stunting). Prevalensi balita stunting di Provinsi Bali meningkat sebesar 1,6% yaitu dari 31% pada tahun 2007 menjadi 32,6% pada tahun 2013. Kabupaten Klungkung merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali yang merupakan kabupaten paling kecil kedua dari sembilan Kabupaten dan Kodya di Bali. Namun, dari hasil Riskesdas tahun 2013, Kabupaten Klungkung memiliki prevalensi stunting sebesar 19,3% yang menjadikan Kabupaten Klungkung berada pada urutan kelima di Provinsi Bali (Kementerian Kesehatan, 2013). Suciari (2015) melakukan penelitian mengenai status gizi balita yang diukur berdasarkan indikator tinggi badan menurut umur (TB/U) untuk menggambarkan keadaan kurang gizi pendek (stunting). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi ibu saat hamil, panjang badan lahir, berat badan lahir dan umur awal pemberian MP-ASI dengan keadaan stunting anak balita umur 24-59 bulan dengan analisis regresi logistik biner. Dari penelitian tersebut dihasilkan bahwa panjang badan lahir, berat badan lahir dan umur awal pemberian MP-ASI berhubungan dengan kejadian stunting pada balita umur 24-59 bulan dengan kategori respons kejadian stunting dan normal.

5 Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk mengaplikasikan metode bootstrap aggregating (bagging) regresi logistik ordinal untuk mengklasifikasi status gizi balita. Variabel respons dan prediktor menurut penelitian Suciari (2015) akan dibentuk model regresi logistik ordinal untuk mendapatkan faktor-faktor yang memengaruhi status gizi. Kemudian, dicari tingkat ketepatan klasifikasi dengan APER. Variabel respons dan variabel prediktor yang signifikan berpengaruh terhadap status gizi balita dikelompokkan dan diperlakukan resampling bagging regresi logistik ordinal untuk memperoleh tingkat ketepatan klasifikasi. Selanjutnya, ketepatan klasifikasi regresi logistik ordinal dan bagging regresi logistik ordinal dibandingkan untuk dilihat adanya peningkatan tingkat ketepatan klasifikasinya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana model regresi logistik ordinal dan model bagging regresi logistik ordinal, dan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap status gizi balita yaitu normal, pendek, dan sangat pendek? 2. Bagaimana tingkat ketepatan klasifikasi yang dihasilkan oleh regresi logistik ordinal? 3. Bagaimana tingkat ketepatan klasifikasi yang dihasilkan oleh bagging regresi logistik ordinal?

6 1.3 Batasan Masalah Untuk memperjelas dan memfokuskan objek yang akan diteliti, batasan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Objek penelitian ini ialah balita umur 24-59 bulan di UPT. Puskesmas Klungkung I pada tahun 2015. 2. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini ialah variabel respons (Y) dengan kategori status gizi berdasarkan indikator tinggi badan menurut umur (TB/U) yaitu normal, pendek, dan sangat pendek; dan variabel prediktor (X) berdasarkan variabel status gizi menurut penelitian Suciari (2015). 3. Majority voting digunakan dalam penentuan prediksi kelas label (kategori) maksimum pada setiap replikasi B. 4. Replikasi bootstrap yang digunakan sebanyak 51, 61, 71, 81, 91, 101, 151, 201, 301, 401, dan 501. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Membangun sebuah model guna melihat hubungan klasifikasi status gizi balita di Kabupaten Klungkung berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhinya dengan menggunakan metode regresi logistik ordinal dan bagging regresi logistik ordinal. 2. Mengetahui tingkat ketepatan klasifikasi pada metode regresi logistik ordinal.

7 3. Mengetahui tingkat ketepatan klasifikasi pada metode bagging regresi logistik ordinal. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara Teoretis Memahami, mengkaji, dan menerapkan metode regresi logistik ordinal dengan pendekatan bootstrap aggregating (bagging) untuk meminimalkan kesalahan klasifikasi status gizi balita dari model yang diperoleh. 2. Manfaat secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan informasi kepada penelitian selanjutnya terkait bootstrap aggregating maupun regresi logistik ordinal.