KONSEP ASSET: (Tinjauan Statement of Financial Accounting Concepts vs Standar Akuntansi Keuangan)

dokumen-dokumen yang mirip
PENILAIAN ASSET DAN BISNIS MF. ARROZI ADHIKARA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB II LANDASAN TEORI

Asset (aktiva) 1. Definisi dan klasifikasi asset 2. Pengakuan dan pengukuran asset 3. Penyajian (pelaporan)

Pengertian Aset (teori akuntansi)

Terdapat beberapa sumber dari definis aset, diantaranya adalah menurut FASB. FASB mendefinisi aset dalam rerangka konseptualnya (SFAC No. 6, prg.

Akuntansi Keuangan Kontemporer Accounting Theory Construction In Accounting

TEORI AKUNTANSI SFAC 6 & SFAC 5. Oleh Kelompok 6: YULI PITALOKA ( ) BAIQ DEWI NOVA WIRA ASTUTI ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ELEMEN KEUANGAN & KONSEP DASAR PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ELEMEN LAPORAN KEUANGAN

PEMBAHASAN PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu bagian terpenting dalam perusahaan.

Anggota: Susi Ariyanti ( ) Setiasih ( ) Pinesthy Putri H. ( ) Yudha Mahardika ( )

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

Lebih lanjut dijelaskan bahwa Kerangka konseptual berisi pembahasan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan: 1. tujuan laporan keuangan

TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

Satuan Acara Perkuliahan

Bab 4 Rerangka Konseptual: Suatu Model

2. Dikuasai Oleh Suatu Unit Usaha

PSAK KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Kewajiban TEORI AKUNTANSI. Sumber: Suwardjono., Teori Akuntansi. Penerbit: BPFE-UGM, Yogyakarta. Modul ke: Fakultas EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Kewajiban merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi semantik

AKUNTANSI PERUSAHAAN DAN STATEMENT KEUANGAN CHAPTER 2

RINGKASAN BAB VII KERANGKA KONSEPTUAL FASB

KERANGKA KONSEPTUAL. Dr. Istianingsih

MAKALAH TEORI AKUNTANSI ASET

Bidang Pengetahuan dan Profesi Akuntansi

LAPORAN KEUANGAN NERACA

I. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari

S t I c e S t I c e S k o u s e n. Financial Reporting. Chapter 1. Intermediate Accounting 16E. Tujuan Pembelajaran

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

TEORI AKUNTANSI KEUANGAN. 08/04/2018 bandi.staff.fe.uns.ac.id

PENGUKURAN. (Makalah untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Teori Akuntansi) Disusun oleh: Damar Sasi Elsza P DEPARTEMEN AKUNTANSI

Dengan makna yang sama, IASC mendefinisi sebagai berikut :

ABSTRACT. THE RECOGNITION AND INCOME MEASUREMENT BASED ON PSAK No.23 IN PT.MAIKO BARU SEMARANG. By: Ella Indryani B

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi saat ini telah mengalami kemajuan yang cukup

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono

Keywords: financial reporting purposes, the measurement of the elements of financial statements.

Indra Yuspiar SE, M.Ak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baridwan dalam As ad (2010:26) merupakan ringkasan dari suatu

Bab 1 Pengertian dan Fungsi Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. lagi bahwa akuntansi disebut sebagai bahasa dari keputusan-keputusan. Hal ini

Tiga karakteristik identifikasi, pengukuran dan komunikasi informasi keuangan mengenai kesatuan ekonomi kepada pihak yang berkepentingan

KONSEP HUTANG DAN EKUITAS PEMILIK

KONSEP MENGENAI PENGAKUAN BEBAN DAN PERTEMUANNYA DENGAN PENDAPATAN I. PERBANDINGAN BIAYA ATAU BEBAN ANTARA SAK/ IFRS DENGAN FASB

Laporan Keuangan: Neraca

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep Laporan Keuangan dan Akuntansi. II.1.1. Pengertian Laporan Keuangan dan Akuntansi

BAB I AKUNTANSI KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

Bab 12 (Suwardjono, 2006) PENGUNGKAPAN DAN SARANA INTERPRETIF

BAB 1 PENDAHULUAN. para pemakainya demi kepentingan tertentu. Penyajian laporan keuangan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 5. Konsep Dasar. Transi 1

MAKALAH TEORI AKUNTANSI PENDAPATAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

KEMAMPUAN ARUS KAS DAN LABA DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS PERUSAHAAN

PEMAKAI DAN KEBUTUHAN INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian dari pelaporan keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi

BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA

EVALUASI PENDEKATAN NERACA DALAM PELAPORAN KEUANGAN. Oleh: Nina Yulianasari, SE.,M.Sc. Abstract

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

Pertemuan 8: Laporan Keuangan (Neraca)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. merupakan bagian proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap

BAB I PENDAHULUAN. likuid dan efisien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi

FASB menerbitkan tujuh Statements of Financial Accounting Concepts (SFAC) yang berhubungan dengan pelaporan keuangan.

BAB II PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS BIAYA, ASET, DAN BEBAN. pihak yang independen disebut dengan arm s-length transaction, artinya

BAB II LANDASAN TEORI. non profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Rumah Sakit Pemerintah merupakan unit kerja dari Instansi Pemerintah yang

PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN DALAM MATA UANG ASING ( Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.11 )

AKUNTANSI UNTUK PERUBAHAN HARGA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

IFRS - Kerangka konseptual dibagi menjadi 3 level First Level Second Level 1. Karakteristik kualitatif 2. Unsur-unsur laporan keuangan

C H A P T E R 1. Taufiq Arifin.

Latihan Soal Teori Akuntansi ATA 2013/2014

BAB II LANDASAN TEORI

SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum dan Objek Penelitian

BAB 8 PENDAPATAN A. DEFINISI

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) MATA KULIAH: TEORI AKUNTANSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian laporan keuangan adalah suatu laporan yang berisikan informasi seputar

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan

TEORI AKUNTANSI KEUANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. terpisahkan. Hal ini dikarenakan pelaporan keuangan memiliki tujuan-tujuan umum

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Peta Indonesia. Indonesia adalah negara kepulauan yang dikenal memiliki kekayaan alam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 1. Teori Relevansi. mempengaruhi keputusan yang diambil, salah satu indikator bahwa suatu

KEMAMPUAN INFORMASI ARUS KAS DALAM MEMPREDIKSI ARUS KAS MASA DEPAN. (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur. Go Publik di Bursa Efek Indonesia)

AKUNTANSI KEUANGAN DAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

Transkripsi:

EQUITY. JURNAL Jurnal EQUITY Ekonomi Vol. Vol.01. 0101, Juli Juli 2007 Halaman 07-18 KONSEP ASSET: (Tinjauan Statement of Financial Accounting Concepts vs Standar Akuntansi Keuangan) ASSETS CONCEPT : (Evaluate of Statement of Financial Accounting Concepts vs Finance Accounting Standard) Suhardi 1 Karmawan 2 Universitas Bangka Belitung Abstract The purposes of this paper are to describe the concept of assets according to SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts), which published by FASB (Financial Accounting Standards Board) and the concept of assets according to SAK (Standar Akuntansi Keuangan), which published by IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). At last, this paper will describe the comparison of asset concept between SFAC and SAK either. The results provide some differences and some similarities of assets concept between SFAC and SAK. Some differences and some similarities are described through definition, recognition, measurement, and disclosure classification. Key words: assets, definition, recognition, measurement, disclosure Pendahuluan Elemen-elemen statement keuangan (financial statement) adalah makna dan sengaja ditentukan dalam perekayasaan (enginering) untuk merepresentasikan realitas kegiatan badan usaha sehingga orang dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang realitas tersebut secara keuangan tanpa harus menyaksikan sendiri secara fisis realitas tersebut. Seorang pemegang saham PT Timah atau BNI, tentunya tidak perlu datang dan menanyai serta menyaksikan secara langsung apa yang dilakukan oleh direksi atau karyawan terhadap kepemilikan sahamnya, informasi apa yang mereka perlukan akan direfleksikan oleh manajemen dalam bentuk statemen keuangan yang dihasilkan dalam proses akuntansi. Konsep kesatuan usaha (entity) menegaskan bahwa perusahaan merupakan entitas yang berdiri sendiri dan bertindak atas namanya sendiri dan perusahaan menjadi fokus pelaporan. Ini berarti bahwa fungsi pengelolaan dan pemilikan terpisah sehingga hubungan keduanya dipandang sebagai hubungan bisnis (suwardjono, 2005). Hubungan bisnis menghendaki manajemen bertanggungjawab jelas kepada kreditor dan investor atas sumber ekonomik yang dipercayakan kepadanya. Hubungan bisnis dapat dipertahankan kalau aset yang dikelola manajemen selalu ditunjukkan asal atau sumbernya (kewajiban dan equitas). 1 Fakultas Ekonomi Universitas Bangka Belitung serta aktif di Lembaga Kajian Kebijakan Publik dan Otonomi Daerah (The Babel Institute).Email :suhardi@ubb.ac.id. Telp. 0717-435702. Fax. 0717-435706 2 Fakultas Ekonomi Universitas Bangka Belitung serta aktif di Lembaga Kajian Kebijakan Publik dan Otonomi Daerah (The Babel Institute). Email :karmawan@ubb.ac.id. Telp. 0717-435702. Fax. 0717-435706 7

KONSEP ASSETS : (Tinjauan SFAC vs SAK) Badan usaha dalam mendatangkan pendapatan yang dilakukan melalui penyediaan barang dan jasa melibatkan pemerolehan berbagai aset, yang dilakukan melalui pertukaran potensi jasa atau melalui utang. Statement of financial accounting concepts (SFAC) merupakan konsep akuntansi yang dibangun atau dirancang secara matang oleh FASB, konsep ini merupakan hasil pemikiran dalam jangka waktu yang panjang (sejak dibentuknya American Association of Public Accountants pada tahun 1886) 3. Alasan ini dijadikan sebagai acuan dalam pemaparan konsep aset. Sedangkan, Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan standar akuntansi yang digunakan di Indonesia, yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melalui Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). Tulisan ini akan memaparkan konsep asset menurut versi SFAC dan versi SAK. Konsep Aset yang akan dibahas penulis adalah definisi, pengukuran, pengakuan, dan penyajian/pengungkapan. Pengukuran berkaitan dengan penentuan besarnya unit pengukur (jumlah rupiah) yang akan dilekatkan pada suatu objek (elemen atau pos) yang terlibat dalam suatu transaksi, kejadian, atau keadaan untuk merepresentasikan makna objek tersebut. Pengakuan berkaitan dengan pencatatan secara resmi (penjurnalan) suatu kuantitas (jumlah rupiah) hasil pengukuran ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah rupiah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan terefleksi dalam statemen keuangan (secara teknis). Sedangkan, pengungkapan adalah penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen keuangan (secara teknis). 4 Pembahasan makalah ini akan dilakukan secara sistematis mulai pemaparan pengertian, pengukuran, pengakuan, dan penyajian aset berdasarkan SFAC akan dijelaskan pada awal tulisan. Kemudian penulisan makalah akan dilanjutkan dengan pemaparan definisi, pengukuran, pengukuran, pengakuan, dan penyajian aset berdasarkan SAK. Pada akhir tulisan, penulis akan menyajikan hasil perbandingan pemaparan kedua konsep aset yang dilakukan. rerangka (framework) penulisan disajikan pada Gambar. 1 SFAC Kerangka Teoritis 1. Konsep aset menurut SFAC 1.1 Definisi PEMAPARAN KONSEP ASET HASIL PERBANDINGAN KONSEP SAK Gambar. 1 Kerangka (framework) Penulisan FASB dalam SFAC No. 6 paragraf 25 mendefinisikan aset sebagai berikut: Assets are probable future economic benefits obtained or controlled by a particular entity as a result of past transactions or events.(aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti yang diperoleh atau dikuasai/ dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu). Berdasarkan definisi ini, ada tiga karateristik utama yang harus dipenuhi supaya suatu objek dapat disebut sebagai aset yaitu: manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti, dikuasai atau dikendalikan oleh entitas, dan timbul akibat transaksi masa lalu. 3 Wolk, Harry I., Michael G. Tearney, and James L. Dodd, Accounting Theory: A Conceptual andinstitutional Approach (South-Westen College Publishing, 2001), hlm 59-90. 4 Lihat Suwardjono (2005), hlm. 193-195. 8

1.2 Manfaat Ekonomik Suatu objek dapat dikatakan sebagai aset apabila memenuhi kriteria manfaat Ekonomik. FASB mendefinisikan aset sebagai manfaat Ekonomik memiliki arti yang luas, FASB tidak membedakan atau membatasi jenis sumber Ekonomik yang dapat dimasukkan ke dalam aset. FASB menyatakan bahwa aset adalah sumber Ekonomik karena potensi jasa (service potential) atau utilitas (utility) yang melekat di dalamnya yaitu suatu daya upayanya untuk mendatangkan pendapatan melalui kegiatan Ekonomik yaitu konsumsi, produksi, dan pertukaran. Uang (kas, termasuk deposito di bank) memiliki potensi jasa karena apa yang dapat dia beli atau karena daya tukarnya untuk mendatangkan pendapatan. Daya beli uang dijadikan pengukur manfaat Ekonomik masa datang. Sumber selain kas dapat dikatakan mempunyai manfaat Ekonomik apabila dapat ditukarkan dengan kas, barang, atau jasa, apabila dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa, atau apabila dapat digunakan untuk melunasi kewajiban. Berkaitan dengan manfaat Ekonomik ini FASB mengajukan dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menilai apakah pada saat tertentu suatu pos atau objek masih dapat disebut aset yaitu: 5 a) Apakah suatu pos yang dikuasai oleh suatu kesatuan usaha pada mulanya mengandung manfaat Ekonomik masa datang. b) Apakah semua atau sebagian manfaat Ekonomik tersebut masih tetap ada pada saat penilaian. 1.3 Dikuasai oleh Entitas Kriteria kedua yang ditekankan agar suatu objek dapat dikatakan sebagai aset adalah dikuasai oleh entitas. FASB menyatakan bahwa objek akan diakui sebagai aset apabila objek tersebut dikuasai oleh entitas, tidak harus dimiliki oleh entitas. Konsep pemilikan (ownership) secara yuridis tidak diharuskan, tetapi ini hanya merupakan kriteria pendukung saja. Apabila konsep pemilikan diharuskan, maka akan banyak objek yang tidak dimasukkan ke dalam neraca, hal ini akan mengakibatkan offbalance sheet (objek 5 Lihat Suwardjono (2005), hlm. 255. dilaporkan di luar neraca). Konsep yang mendukung untuk argumen ini adalah konsep dasar substansi mengungguli bentuk yuridis (substance over form). Konsep ini menyatakan bahwa substansi Ekonomik cukup untuk mengakui suatu objek sebagai aset, tanpa harus dimiliki secara yuridis. Substansi Ekonomik yang dimaksud adalah penguasaan terhadap suatu objek, yang berarti kemampuan entitas untuk memelihara, menukar, menggunakan manfaat Ekonomik dan mencegah pihak lain untuk menggunakan atau mengkonsumsi manfaat Ekonomik objek tersebut. FASB juga menekankan pada entitas, yang memiliki arti lebih luas apabila dibandingkan dengan enterprise. Entitas mencakup organisasi bisnis dan nonbisnis, sedangkan enterprise lebih memberikan kesan pada organisasi bisnis saja. 1.4 Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu Kriteria utama berikutnya adalah akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Kriteria ini merupakan kriteria yang merupakan kriteria uji awal supaya suatu objek dapat diakui sebagai aset pada level definisi. 6 FASB memasukkan transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset karena transaksi atau kejadian tersebut dapat menimbulkan (menambah) atau meniadakan (mengurangi) aset. Aset atau nilainya dapat dipengaruhi oleh kejadian atau keadaan yang sebagian atau seluruhnya di luar kemampuan kesatuan usaha atau manajemennya untuk mengendalikan misalnya kenaikan harga, perubahan tingkat bunga, pertumbuhan alami (akresi), penyusutan (shrinkage), pencurian, huru-hara, kecelakaan, dan bencana alam. Berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan pada akhirnya akan memicu pengakuan atau penghapusan manfaat Ekonomik suatu objek (aset). 7 6 FASB menyatakan ada 4 kriteria utama pengakuan, yaitu definitions, measurability, relevance, reliability. Level definisi maksudnya adalah hanya memenuhi kriteria definisi saja, kriteria yang lain belum diperhatikan. 7 Lihat Suwardjono (2005), hlm. 257. 9

KONSEP ASSETS : (Tinjauan SFAC vs SAK) 1.5 Pengukuran/penilaian Dalam APB Statement No. 4 dinyatakan: Aset dan kewajiban secara umum dicatat mula-mula berdasarkan kejadian diperolehnya sumber daya dari entitas lain atau timbulnya kewajiban kepada entitas lain. Aset dan kewajiban tersebut diukur dengan harga pertukaran pada saat pengalihan terjadi (APB, 1970). Oleh karena itu, asset dan kewajiban diakui ketika transaksi yang mengalihkan kendali terjadi. Pada saat itu, potensi manfaat ekonomik masa depan tersedia. Aset diukur menurut nilai pasar (harga pertukaran) uang (atau aset lain) yang dikorbankan untuk memperoleh aset tersebut dan menempatkannya dalam kondisi operasi. Nilai ini disebut kos pemerolehan historis (historical acquisition cost). Dengan demikian, suatu aset sama sekali tidak boleh dicatat dengan jumlah yang lebih besar dari harga beli setara kas ini. Jika penukarnya bersifat non-moneter, nilai pasar aset yang diterima mungkin memberikan dasar yang lebih andal untuk mengukur kos pemerolehan. Prinsip yang diuraikan di atas merupakan ketentuan pengakuan dan pengukuran mulamula aset /kewajiban pada saat diperolehkannya/timbulnya. Dalam periode-periode setelah diperolehkannya, berbagai atribut bisa digunakan untuk mengukur aset, seperti kos pemerolehan awal (kos historis), kos historis dikurangi beban-beban kumulatif terhadap income (nilai buku), kos penggantian, harga penjualan, nilai bersih terealisasi (harga penjualan dikurangi kos-kos disposal yang terkait), dan nilai bersih terealisasi dikurangi margin normal. Pendekatan pengukuran akuntansi yang campur aduk semacam ini melanggar prinsip aditivitas. Neraca yang dihasilkannya mungkin memberikan informasi yang relevan bagi pengguna mengenai item-item aset tertentu, tetapi angka total yang disajikan sebenarnya tidak memiliki arti apapun karena item-item yang dijumlakannya tidak berasal dari proses pengukuran yang seragam. Permasalahan aditivitas ini mengurangi relevansi dan kegunaan analisis rasio keuangan dan menjadi semakin pelik ketika agregasi data antar entitas-entitas hukum yang terpisah dilakukan dalam penyiapan neraca konsolidasian. FASB menyarankan untuk tetap menggunakan makna penilaian yang sekarang dipraktikkan. FASB mengidentifikasi lima makna yang dapat digunakan. Apabila dikaitkan dengan aset, dasar penilaian menurut FASB adalah dapat dinyatakan sebagai berikut: 8 a) Historical cost. Tanah, gedung, perlengkapan, perlengkapan pabrik, dan kebanyakan sediaan dilaporkan atas dasar kos historisnya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk memperolehnya. Kos historis ini tentunya disesuaikan dengan jumlah bagian yang telah didepresiasi atau diamortisasi. b) Current (replacement) cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang atau penggantinya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang harus dikorbankan kalau aset tertentu yang sejenis diperoleh sekarang. c) Current market value. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga disajikan atas asar nilai pasar sekarang yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat diperoleh kesatuan usaha dengan menjual aset tersebut dalam kondisi perusahaan yang normal (tidak akan dilikuidasi). Nilai pasar sekarang biasanya juga digunakan untuk aset yang kemungkinan akan laku dijual di bawah nilai bukunya. d) Net realizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek dan sediaan barang disajikan sebesar nilai terrealisasi bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang akan diterima (tanpa didiskun) dari aset tersebut dikurangi dengan pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk mengkonversi aset tersebut menjadi kas atau setaranya. 8 Lihat SFAC No. 5, prg. 67. 10 8

e) Present (or discounted) value of future cash flows. Piutang dan investasi jangka panjang disajikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa mendatang sampai piutang terlunasi (dengan tarif diskun implisit) dikurangi dengan tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan tersebut. Tabel. 1 berikut meringkas atribut yang digunakan untuk mengukur tipe-tipe tertentu aset dalam periode-periode berikutnya setelah pemerolehan: Tabel 1 Beberapa Atribut Pengukuran Asset Receivables Investments (subject to SFAS No. 115) Investments (subject to APB Opinion No. 18) Inventories Attribute(s) Approximation of net realizable value. Amortized historical cost if debt securities are intended to held to maturity; otherwise, fair value. Unique accounting attribute (equity accounting). Cost, replacement cost, net realizable value, or net realizable value less normal markup. Self-constructed assetsfull-absorption costing for inventory, and capitalization of interest for noninventory assets. Assets subject to depreciation or depletion Nonmonetary exchanges of similar assets Intangible assets Deferred charges Restructured receivables resulting from modification of terms Impaired assets Unique accounting attribute (book value). Book value of old asset plus cash. Unique accounting attribute (book value). Unique accounting attribute (book value). Newly restructured future cash inflows discounted at original rate Fair value if less than carrying value, assuming undiscounted future cash flows are less than carrying value. 1.6 Pengakuan FASB menetapkan empat kriteria pengakuan (recognition criteria) fundamental sebagai berikut (SFAC No. 5, prg. 63): 1. Definisi (definitions)- Suatu pos harus memenuhi definisi elemen statemen keuangan. 2. Keterukuran (measurability)- Suatu pos harus mempunyai atribut yang berpaut dengan keputusan dan dapat diukur dengan tingkat keterandalan yang cukup. 3. Keberpautan (relevance)- Informasi yang dikandung suatu pos mempunyai daya untuk membuat perbedaan dalam keputusan pemakai. 4. Keterandalan (reliability)- Informasi yang dikandung suatu pos secara tepat menyimbolkan fenomena (representationallyfaithful), teruji (verifiable), dan netral (neutral). Empat kriteria pengakuan (recognition criteria) ini bersifat konseptual dan umum, untuk itu kriteria ini harus dibuat petunjuk secara teknisnya yang dapat disebut sebagai kaidah pengakuan (recognition rules). Sterling, Belkaoui (1993, hlm. 194-195) menunjukkan ondisi perlu (necessary) dan kondisi cukup (sufficient) yang merupakan penguji (tests) yang cukup rinci untuk mengakui aset yaitu: 9 1. Deteksi adanya aset (detection of existence test). Untuk mengakui aset harus ada transaksi yang menandai timbulnya aset. 2. Sumber Ekonomik dan kewajiban (economic resources and obligation test). Untuk mengakui aset, suatu objek harus merupakan sumber Ekonomik yang langkah, dibutuhkan, dan berharga. 3. Berkaitan dengan entitas (entity association test). Untuk mengakui aset, kesatuan usaha harus mengendalikan atau menguasai objek aset. 4. Mengandung nilai (non-zero magnitude test). Untuk mengakui aset, suatu objek harus mempunyai manfaat yang dapat ditentukan besarnya secara moneter. 9 Lihat Suwardjono (2005), hlm. 287. 11 9

KONSEP ASSETS : (Tinjauan SFAC vs SAK) 5. Berkaitan dengan waktu pelaporan (temporal association test). Untuk mengakui aset, semua penguji di atas harus dipenuhi pada tanggal pelaporan (tanggal neraca). 6. Verifikasi (verification test). Untuk mengakui aset, harus ada bukti pendukung untuk meyakinkan bahwa kelima penguji di atas dipenuhi. 1.7 Penyajian Penyajian pos-pos aset harus dipelajari dari standar yang mengatur tiap pos. Secara umum prinsip akuntansi berterima umum (PABU) memberikan pedoman umum penyajian asset sebagai berikut (suwardjono, 2005: 300-301): a) Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformat akun atau di bagian atas dalam neraca berformat laporan. b) Aset diklasifikasi menjadi aset lancar dan tetap. c) Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang paling lancar dicantumkan pada urutan pertama. d) Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan (misalnya metoda depresiasi aset tetap dan dasar penilaian sediaan barang). 2. Konsep Aset Menurut SAK Rerangka konseptual (conceptual framework) yang dirancang oleh IAI merupakan hasil acuan dari rerangka konseptual yang dirancang oleh IASC (International Accounting Standards Committee). IAI melakukan harmonisasi terhadap standar akuntansi internasional sesuai dengan kondisi di Indonesia. Pembahasan konsep aset berdasarkan SAK pada makalah ini akan ditinjau juga dari konsep awalnya, yaitu konsep menurut IASC. 2.1 Definisi SAK mendefinikan aset yang terdapat pada rerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan paragraf 49 adalah sebagai berikut: Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. (An assets is a resource controlled by the enterprise as a result of past events and from which future economic benefits are expected to flow to the enterprise.) Definisi aset menurut SAK ini menyatakan tiga aspek criteria utama dalam aset, yaitu manfaat ekonomi di masa depan, dikuasai oleh perusahaan (enterprise), dan akibat peristiwa masa lalu. 2.2 Manfaat Ekonomi di Masa Depan Manfaat Ekonomik masa depan yang terwujud dalam aktiva adalah potensi dari aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada perusahaan. Potensi tersebut dapat berbentuk sesuatu yang produktif dan merupakan bagian dari aktivitas operasional perusahaan. Mungkin pula berbentuk sesuatu yang dapat diubah menjadi kas atau setara kas atau berbentuk kemampuan untuk mengurangi pengeluaran kas, seperti penurunan biaya akibat penggunaan proses produksi alternatif (SAK: Rerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan, par. 53). Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aktiva dapat mengalir ke perusahaan dengan beberapa cara. Misalnya, aktiva dapat (SAK: Rerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan, par. 55): a) Digunakan baik sendiri maupun bersama aktiva lain dalam produksi barang dan jasa yang dijual oleh perusahaan; b) Dipertukarkan dengan aktiva lain; c) Digunakan untuk menyelesaikan kewajiban; atau d) Dibagikan kepada para pemilik perusahaan. IAI memaknai manfaat ekonomi masa datang (future economic benefits) bukan sebagai potensi jasa yang sekarang dikuasai badan usaha tetapi sebagai manfaat ekonomi yang diharapkan mengalir ke badan usaha. Jadi manfaat ekonomi yang dimaksud IAI 12 8

bukan manfaat yang dikandung (embodied) oleh sumber ekonomi yang dikuasai tetapi manfaat yang didatangkan atau yang mengalir ke badan usaha. Karena bukan manfaat yang dikandung, pengertian manfaat ekonomi masa datang ini dapat diinterpretasi sebagai aliran masuk manfaat akibat pemerolehan sumber ekonomi baru lantaran pertukaran dengan sumber ekonomi yang sebelumnya dikuasai atau lantaran aliran masuk pendapatan. 10 Manfaat Ekonomik yang dinyatakan oleh IAI tidak menekankan pada manfaat Ekonomik masa datang yang cukup pasti (probable). Hal ini tidak ditekankan oleh IAI pada kriteria definisi, akan tetapi hal ini ditekankan pada kriteria pengakuan aset. 11 2.3 Dikuasai oleh Perusahaan (Enterprise) Kriteria berikutnya adalah dikuasai oleh perusahaan (enterprise). IAI menyatakan bahwa objek akan diakui sebagai aset apabila objek tersebut dikuasai oleh perusahaan, tidak harus dimiliki oleh perusahaan. Konsep yang mendukung untuk argumen ini adalah konsep dasar substansi mengungguli bentuk yuridis (substance over form). Konsep ini menyatakan bahwa substansi Ekonomik cukup untuk mengakui suatu objek sebagai aset, tanpa harus dimiliki secara yuridis. Substansi Ekonomik yang dimaksud adalah penguasaan terhadap suatu objek, yang berarti kemampuan entitas untuk memelihara, menukar, menggunakan manfaat Ekonomik dan mencegah pihak lain untuk menggunakan atau mengkonsumsi manfaat Ekonomik objek tersebut. IAI menggunakan kata perusahaan (enterprise) pada kriteria ini. Hal ini memberikan kesan hanya untuk perusahaan bisnis saja. Definisi ini memiliki arti yang lebih sempit apabila dibandingkan dengan FASB yang mendefinisikan sebagai entity. 2.4 Akibat Peristiwa Masa Lalu Kriteria berikutnya adalah akibat transaksi atau peristiwa masa lalu. Kriteria ini merupakan kriteria yang merupakan kriteria 10 Lihat Suwardjono (2005), hlm. 254. 11 Lihat SAK: kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, prg. 89-90. uji awal supaya suatu objek dapat diakui sebagai aset pada level definisi. Makna kriteria ini memiliki kesamaan makna dengan yang dinyatakan oleh FASB. 2.5 Pengukuran IAI menyatakan bahwa sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut: 12 a) Biaya historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. b) Biaya kini (current cost). Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aset yang sama atau setara aset diperoleh sekarang. c) Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/settlement value). Aset dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan normal (orderly disposal). d) Nilai sekarang (present value). Aset dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Dasar pengukuran yang lazim digunakan oleh perusahaan adalah biaya historis. Ini biasanya digabung dengan pengukuran yang lain. Misalnya persediaan biasanya dinyatakan sebesar nilai terendah dari biaya historis atau nilai realisasi bersih (lower cost or net realizable value), akuntansi dana pensiun menilai aktiva tertentu berdasarkan nilai wajar (fair value). 13 12 Lihat SAK: kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, prg. 100. 13 Lihat SAK: kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, prg. 101. 13 9

KONSEP ASSETS : (Tinjauan SFAC vs SAK) 2.6 Pengakuan IAI menyatakan beberapa kriteria secara umum untuk pengakuan unsur laporan keuangan. Pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui apabila: a) Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan; dan b) Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut dapat diukur dengan andal (SAK: rerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, paragraf 89). Aset tidak diakui dalam neraca kalau pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam perusahaan setelah periode akuntansi berjalan (SAK: rerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, paragraf 90). 2.7 Penyajian Penyajian pos-pos aset harus dipelajari dari standar yang mengatur tiap pos. Secara umum prinsip akuntansi berterima umum (PABU) memberikan pedoman umum penyajian aset sebagai berikut (suwardjono,2005:300-301): a) Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformat akun atau di badian atas dalam neraca berformat laporan. b) Aset diklasifikasi menjadi aset lancar dan tetap. c) Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang paling lancar dicantumkan pada urutan pertama. d) Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus diungkapkan (misalnya metoda depresiasi aset tetap dan dasar penilaian persediaan barang). Analisis dan Pembahasan Komparasi SFAC VS SAK Definisi Pemaparan definisi aset terhadap SFAC dan SAK menunjukkan beberapa perbedaan dan persamaan: Untuk kriteria utama manfaat Ekonomik : SFAC memberikan makna pada potensi jasa dari aset tersebut, sedangkan SAK memaknai manfaat ekonomi masa datang (future economic benefits) bukan sebagai potensi jasa yang sekarang dikuasai badan usaha tetapi sebagai manfaat ekonomi yang diharapkan mengalir ke badan usaha. Jadi manfaat ekonomi yang dimaksud SAK bukan manfaat yang dikandung (embodied) oleh sumber ekonomi yang dikuasai tetapi manfaat yang didatangkan atau yang mengalir ke badan usaha. Manfaat Ekonomik yang dinyatakan oleh SAK tidak menekankan pada manfaat Ekonomik masa datang yang cukup pasti (probable). Hal ini tidak ditekankan oleh SAK pada kriteria definisi, akan tetapi hal ini ditekankan pada kriteria pengakuan aset. FASB menekankan hal ini pada pendefinisian aset. SAK menyatakan bahwa objek akan diakui sebagai aset apabila objek tersebut dikuasai oleh perusahaan, tidak harus dimiliki oleh perusahaan. Konsep yang mendukung untuk argumen ini adalah konsep dasar substansi mengungguli bentuk yuridis (substance over form). Konsep ini menyatakan bahwa substansi Ekonomik cukup untuk mengakui suatu objek sebagai aset, tanpa harus dimiliki secara yuridis. Substansi Ekonomik yang dimaksud adalah penguasaan terhadap suatu objek, yang berarti kemampuan entitas untuk memelihara, menukar, menggunakan manfaat Ekonomik dan mencegah pihak lain untuk menggunakan atau mengkonsumsi manfaat Ekonomik objek tersebut. Hal ini sama dengan yang diungkapkan pada SFAC. 14 8

SAK menggunakan kata perusahaan (enterprise). Hal ini memberikan kesan hanya untuk perusahaan bisnis saja. Definisi ini memiliki arti yang lebih sempit apabila dibandingkan dengan SFAC yang mendefinisikan sebagai entity. Kata entity dimaksudkan untuk perusahaan bisnis dan nonbisnis. Untuk kriteria akibat transaksi atau peristiwa masa lalu : Makna kriteria ini memiliki kesamaan antara SAK dengan SFAC. Pengukuran Dasar pengukuran yang dinyatakan di SFAC dan di SAK tidak menunjukkan perbedaan. Masing-masing mengusulkan dasar pengukuran yang sama untuk digunakan sesuai dengan makna yang diinginkan. Pengakuan Ada beberapa pendapat yang dapat dinyatakan dari pemaparan antara kriteria pengakuan aset menurut SFAC dan SAK: SFAC menyatakan ada empat kriteria fundamental untuk melakukan pengakuan, yaitu definitions, measurability, relevance, reliability. Sedangkan SAK menyatakan bahwa pengakuan merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan yang dikemukakan dalam paragraf 83 dalam neraca atau laporan laba rugi. 14 SAK hanya menyatakan dua kriteria utama untuk melakukan pengakuan, yaitu memenuhi definisi dan keterukuran. Berdasarkan pemaparan ini, maka dapat disimpulkan bahwa SFAC menyatakan kriteria untuk pengakuan lebih luas dan menyeluruh apabila dibandingkan dengan kriteria pengakuan menurut SAK. SAK menyatakan bahwa pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui kalau (SAK: Rerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan, par. 83): 15 ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan; dan pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Kriteria definisi yang dinyatakan oleh SAK hanya menyatakan mengenai manfaat Ekonomik yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan. Definisi ini memberikan pemaparan yang sempit apabila kita bandingkan dengan definisi yang dinyatakan oleh SAK sebelumnya (SAK: Rerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan, par. 49 Pemaparan definisi ini tidak mencantumkan criteria dikendalikan oleh perusahaan dan akibat peristiwa masa lalu. Hal ini menunjukkan tidak konsisten SAK dalam menyatakan mengenai definisi (SAK: Rerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan, par. 49) dengan kriteria definisi dalam pengakuan (SAK: Rerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan, par. 82-83). Penyajian Penyajian aset yang dibahas pada makalah ini merupakan penyajian aset secara umum. Jadi dalam penyajian secara umum SFAC dan SAK tidak menunjukkan perbedaan 14 Lihat SAK: Rerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, prg. 82-83. 15 Hal ini merupakan salah satu penjabaran kriteria pengakuan yang dinyatakan pada SAK: Rerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, prg 82. 15 9

KONSEP ASSETS : (Tinjauan SFAC vs SAK) Gambar. 2 Ringkasan Komparasi Aset menurut SFAC vs SAK Element Pemaknaan SFAC SAK Economic Benefits potensi jasa dari aset tersebut manfaat ekonomi yang diharapkan mengalir ke badan usaha Penekanan kata cukup pasti (probable) SFAC menekankan kata ini dalam pendefenisian SAK menekankan kata ini dalam kriteria pengakuan DEFINISI Objek Pengakuan: dikuasai oleh perusahaan, tidak harus dimiliki oleh perusahaan sama sama SFAC menggunakan kata entity SAK menggunakan kata perusahaan (enterprise) kriteria akibat transaksi atau peristiwa masa lalu sama sama PENGUKURAN PENGAKUAN Usulan Kriteria dan dasar Pengukuran sama sama empat kriteria fundamental untuk melakukan pengakuan, yaitu definitions, measurability, relevance, reliability dua kriteria utama untuk melakukan pengakuan, yaitu memenuhi definisi dan keterukuran SAK menyatakan bahwa pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui Jika: 1) ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan; dan 2) pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. PENYAJIAN Penyajian aset sama Sama 16 8

Simpulan Penulisan makalah ini bertujuan untuk memaparkan konsep aset menurut SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts) yang diterbitkan oleh FASB (Financial Accounting Standards Board) dan konsep aset menurut SAK (Standar Akuntansi Keuangan), yang diterbitkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). Terakhir, makalah ini juga bertujuan untuk menyajikan perbandingan konsep aset dari SFAC dan SAK. Berdasarkan definisi, ada beberapa perbedaan dan persamaan konsep antara SFAC dan SAK. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut: Untuk kriteria utama manfaat Ekonomik : SFAC memberikan makna pada potensi jasa dari aset tersebut, sedangkan SAK memaknai manfaat ekonomi masa datang (future economic benefits) bukan sebagai potensi jasa yang sekarang dikuasai badan usaha tetapi sebagai manfaat ekonomi yang diharapkan mengalir ke badan usaha. Jadi manfaat ekonomi yang dimaksud SAK bukan manfaat yang dikandung (embodied) oleh sumber ekonomi yang dikuasai tetapi manfaat yang didatangkan atau yang mengalir ke badan usaha. Manfaat Ekonomik yang dinyatakan oleh SAK tidak menekankan pada manfaat Ekonomik masa datang yang cukup pasti (probable). Hal ini tidak ditekankan oleh SAK pada kriteria definisi, akan tetapi hal ini ditekankan pada kriteria pengakuan aset. FASB menekankan hal ini pada pendefinisian aset. SAK menggunakan kata perusahaan (enterprise). Hal ini memberikan kesan hanya untuk perusahaan bisnis saja. Definisi ini memiliki arti yang lebih sempit apabila dibandingkan dengan SFAC yang mendefinisikan sebagai entity. Kata entity dimaksudkan untuk perusahaan bisnis dan nonbisnis. Sedangkan persamaan secara definisi yang dinyatakan oleh SFAC dan SAK adalah sebagai berikut: SAK dan SFAC menyatakan bahwa objek akan diakui sebagai aset apabila objek tersebut dikuasai oleh perusahaan, tidak harus dimiliki oleh perusahaan. Konsep yang mendukung untuk argumen ini adalah konsep dasar substansi mengungguli bentuk yuridis (substance over form). SFAC dan SAK memiliki kriteria akibat transaksi atau peristiwa masa lalu. Berdasarkan pengukuran dan penyajian tidak terdapat perbedaan antara SFAC dan SAK. Sedangkan berdasarkan pengakuan, ada beberapa pendapat yang dapat dinyatakan, yaitu: SFAC menyatakan ada empat kriteria fundamental untuk melakukan pengakuan, yaitu definitions, measurability, relevance, reliability. Sedangkan SAK hanya menyatakan dua kriteria utama untuk melakukan pengakuan, yaitu memenuhi definisi dan keterukuran. Berdasarkan pemaparan ini, maka dapat disimpulkan bahwa SFAC menyatakan kriteria untuk pengakuan lebih luas dan menyeluruh apabila dibandingkan dengan kriteria pengakuan menurut SAK. SAK menyatakan bahwa pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui kalau (SAK: Rerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan, par. 83): a) ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan; dan b) pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Kriteria definisi yang dinyatakan oleh SAK hanya menyatakan mengenai manfaat Ekonomik yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan. Definisi ini memberikan pemaparan yang sempit apabila kita bandingkan dengan definisi yang dinyatakan oleh SAK sebelumnya (SAK: Rerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan, par. 49). 179

KONSEP ASSETS : (Tinjauan SFAC vs SAK) Referensi Belkaoui, Ahmed Riahi. Accounting Theory. Fouth Worth: The Dryden Press, 1993. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2003). Financial Accounting Standards Board (FASB). Statement of Financial Accounting Concepts. Homewood, IL: Irwin, 1991. Hendriksen, Eldon S. Accounting Theory. Homewood, Ill.: Richard D. Irwin Inc., 1982. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). Standar Akuntansi Indonesia, per April 2002. Jakarta: Salemba Empat, 2002. Munter, Paul, and Ratcliffe, Thomas A. On the Attributes of an Asset. Samuelson, Richard A. The Concept of Assets in Accounting Theory, Accounting Horizons, September 1996. Suwardjono. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. BPFE. Yogyakarta: BPFE, 2005. Wolk, Harry I., Michael G. Tearney, and James L. Dodd, Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach. South-Western College Publishing, 2001. 18 8