Oleh I Made Erwan Kemara A.A.Gede Agung Dharma Kusuma I Ketut Westra Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

dokumen-dokumen yang mirip
SENGKETA JUAL BELI TANAH YANG DILAKUKAN DENGAN AKTA JUAL BELI FIKTIF. (Studi Putusan Pengadilan Negeri Klaten No.50/PDT.G/2012/PN.

AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN AUTENTIK SEWA-MENYEWA TANAH

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN OLEH PEMBELI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI TANAH YANG BELUM LUNAS DI KABUPATEN BADUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

RISALAH LELANG SEBAGAI AKTA OTENTIK PENGGANTI AKTA JUAL BELI DALAM LELANG

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HARTA SUAMI - ISTRI DENGAN ADANYA PERJANJIAN KAWIN

ANALISIS YURIDIS AKTA DI BAWAH TANGAN YANG DI WAARMEKING DAN DI LEGALISASI

KELAYAKAN SAKSI DALAM PEMBUATAN AKTA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH OLEH PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH

Key words: urgency, sale and purchase binding agreement, the notary

Oleh : Rengganis Dita Ragiliana I Made Budi Arsika Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT :

PERBEDAAN TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM PEMBUATAN WAARMERKING, LEGALISASI, DAN AKTA NOTARIIL

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI NOTARIS DENPASAR

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan manusia lainnya karena ingin selalu hidup dalam. kebersamaan dengan sesamanya. Kebersamaannya akan berlangsung baik

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKTA NOTARIIL. Istilah atau perkataan akta dalam bahasa Belanda disebut acte atau akta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

KEKUATAN HUKUM DARI SEBUAH AKTA DI BAWAH TANGAN

PENGAMBILAN FOTO COPI MINUTA AKTA DAN PEMANGGILAN NOTARIS

TANGGUNG JAWAB NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PEMBUAT AKTA TERHADAP AKTA YANG MENGANDUNG CACAT HUKUM

PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH ANTARA PIHAK MENYEWAKAN DAN PIHAK PENYEWA DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

KEDUDUKAN HUKUM SUAMI ISTRI DALAM HAL JUAL BELI DENGAN ADANYA PERJANJIAN KAWIN (KAJIAN UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN)

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

: FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BATALNYA PENGIKATAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN KARENA PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH PT. SRIKANDI

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PENDAHULUAN. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993 hlm. 23

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

STATUS HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

KEDUDUKAN RISALAH LELANG SEBAGAI UPAYA HUKUM PENEGAKAN HAK-HAK KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP AKTA SERTA KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA NOTARIS. A. Pengertian Akta dan Macam-Macam Akta

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM TERHADAP HEWAN PELIHARAAN YANG MENYEBABKAN KERUGIAN TERHADAP HEWAN PELIHARAAN LAIN SEBAGAI PERBUATAN YANG MELAWAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam setiap hubungan hukum kehidupan masyarakat, baik dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Jual beli tanah..., Ni Wayan Nagining Sidianthi, FH UI, 2010.

Oleh : Ni Putu Dian Putri Pertiwi Darmayanti Ni Nyoman Sukerti I Wayan Novy Purwanto. Program Kekhususan Hukum Perdata Fakultas Hukum Udayana

FUNGSI NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA YANG DIBUBUHI DENGAN CAP JEMPOL SEBAGAI PENGGANTI TANDA TANGAN

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI. Oleh A.A Putu Krisna Putra I Ketut Mertha Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

ANALISIS TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG SAH HAK ATAS TANAH DENGAN ADANYA SERTIFIKAT GANDA HAK ATAS TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN NOMINEE DALAM KEPEMILIKAN TANAH DI KABUPATEN GIANYAR OLEH ORANG ASING

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

BAB III KERANGKA TEORI. Undang Hukum Perdata tentang Perikatan. Mempunyai sifat sistem terbuka,

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI APARTEMEN MELALUI PEMESANAN

PENOLAKAN WARIS BERDASARKAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

KAJIAN YURIDIS JUAL BELI HAK WARIS ATAS WARISAN YANG BELUM TERBAGI MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

E-JOURNAL KEDUDUKAN SAKSI DALAM PEMBUATAN AKTA JUAL BELI HAK ATAS TANAH DI HADAPAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH

KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI PENGAKUAN YANG DIBERIKAN DI LUAR PERSIDANGAN

ASPEK HUKUM PEMBUKTIAN YANG BERUPA AKTA

BENTUK PERALIHAN HAK ATAS TANAH YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH WARGA NEGARA ASING AKIBAT PERCAMPURAN HARTA DALAM PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk membuat akta otentik dan akta lainnya sesuai dengan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

PENDIRIAN PERSEROAN KOMANDITER DI DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

TANGGUNG JAWAB ANGGOTA DEWAN KOMISARIS DALAM PERSEROAN ATAS KELALAIAN MELAKSANAKAN TUGAS PENGAWASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu alat bukti, maka tulisan tersebut dinamakan akta (acte) 1.

TANGGUNG JAWAB PERDATA DOKTER KEPADA PASIEN DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

BAB V PENUTUP. penulis laksanakan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa. diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik dan sekaligus bisa

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau

KEKUATAN YURIDIS METERAI DALAM SURAT PERJANJIAN

JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH TANPA AKTA PPAT

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat (Margono Slamet, 1985:15). Sedangkan W.J.S Poerwadarminta

KAJIAN YURIDIS KEKUATAN HUKUM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG DIBAWAH TANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Muhammad dan Idrus Al-Kaff, (Jakarta: Lentera, 2007), hal. 635.

KEKUATAN PEMBUKTIAN SEBUAH FOTOKOPI ALAT BUKTI TERTULIS

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Kekuatan Pembuktian Akta Notaris yang Mengandung Kesalahan dalam Penulisan Komparisi Abstract: Abstrak: Al-Qānūn, Vol. 20, No.

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

ANALISIS AKTA PEMBAGIAN WARISAN YANG DIBUAT DI HADAPAN NOTARIS MENURUT HUKUM ISLAM

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGUASAAN HAK MILIK ATAS TANAH OLEH ORANG ASING BERDASARKAN PERJANJIAN PINJAM NAMA (NOMINEE)

Peran dan Tanggungjawab Notaris dalam Keputusan Pemegang Saham diluar Rapat Umum...

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL ANTARA PEKERJA DAN PENGUSAHA

ANALISIS YURIDIS AKTA KETERANGAN LUNAS YANG DIBUAT DIHADAPAN NOTARIS SEBAGAI DASAR DIBUATNYA KUASA MENJUAL JURNAL. Oleh

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK TERTANGGUNG DALAM ASURANSI DEMAM BERDARAH PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA

KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DI BAWAH TANGAN YANG TELAH MEMPEROLEH LEGALITAS DARI NOTARIS. Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA nomor 1 tahun 1995 tentang PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN

Transkripsi:

TANGGUNG JAWAB HUKUM NOTARIS TERHADAP AKTA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH YANG DIBUATNYA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS Abstrak Oleh I Made Erwan Kemara A.A.Gede Agung Dharma Kusuma I Ketut Westra Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Tulisan yang berjudul Tanggung Jawab Notaris/PPAT Dalam Membuat Akta Jual Beli Hak Milik Atas Tanah ini ditulis dengan menggunakan metode penelitian normatif. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui tanggung jawab Notaris/PPAT jika akta jual beli hak milik atas tanah yang dibuatnya ternyata menimbulkan suatu sengketa. Dari penelusuran yang dilakukan, ditemukan bahwa Tanggung jawab Notaris/PPAT terhadap akta jual beli yang dibuatnya adalah sebatas pada bagian awal akta/kepala akta dan bagian akhir akta atau penutup akta, mengenai bagian isi akta, posisi Notaris/PPAT dapat disamakan sebagai seorang saksi terhadap suatu perbuatan hukum. Notaris/PPAT tidak bertanggung jawab atas ketidakbenaran materiil yang dikemukakan oleh para pihak. Kata Kunci : Tanggung Jawab, Notaris/PPAT, Akta Jual Beli. Abstract Article titled Responsibility Notary / PPAT In Creating Deed Sale Freehold Land is written using normative research methods. The purpose of this paper is to determine the responsibility of Notary / PPAT if the deed of sale of land titles which made turned out to cause a dispute. Of searches conducted, it was found that the responsibility Notary / PPAT the deed of sale is made is limited to the

65 early part of the deed / deed of head and tail deed or closing certificates, the certificate content section, a position Notary / PPAT can be equated as a witness against a legal act. Notary / PPAT not responsible for any inaccuracy materially advanced by the parties. Keywords: Responsibility, Notary / PPAT, Sale and Purchase Agreements. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sengketa-sengketa dalam jual beli hak milik atas tanah yang terjadi karena kesalahan para pihak misalnya salah satu pihak mengingkari isi perjanjian yang terdapat dalam akta jual beli hak milik atas tanah yang telah disepakati. Sengketa yang terjadi karena kesalahan pada Notaris/PPAT misalnya di dalam membuat akta seorang Notaris/PPAT lalai yaitu tidak meminta Surat Keterangan Pendaftaran Tanah yang akan diperjualbelikan, apakah tanah tersebut dalam perselisihan atau tidak. Tindakan kelalaian tersebut mengakibatkan kerugian bagi pihak lain. Dari uraian di atas jelas bahwa sengketa-sengketa yang terjadi dalam jual beli hak milik atas tanah baik timbulnya-karena kesalahan para pihak ataupun karena notaris/ppat dapat mengakibatkan kerugian bagi pihak lain yang merasa haknya dikuasai oleh orang yang tidak berhak. 1 1.2. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui tanggung jawab Notaris/PPAT jika akta jual beli hak milik atas tanah yang dibuatnya ternyata menimbulkan suatu sengketa. II. ISI ARTIKEL 2.1. Metode Penulisan Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah penelitian hukum normatif karena termasuk lingkup dogmatik hukum yang Jakarta, hal. 16. 1 Mochtar Mas'oed. 1997, Tanah dan Pembangunan, Penerbit Pustaka Sinar Harapan,

66 mengkaji atau meneliti aturan-aturan hukum. Penelitian hukum normatif merupakan penelitian kepustakaan, yaitu penelitian terhadap data sekunder. 2.2. Tanggung Jawab Notaris/PPAT Dalam Membuat Akta Jual Beli Hak Milik Atas Tanah Dalam Pasal 1868 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, dinyatakan bahwa : Satu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentuan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta itu dibuatnya. 2 Menurut Subekti, bahwa yang dinamakan dengan akta ialah suatu tulisan yang memang dengan sengaja dibuat untuk dijadikan bukti tentang suatu peristiwa hukum dan ditandatangani. 3 Dari pengertian akta otentik tersebut dapat ditarik beberapa unsur yang antara lain: 1. Akta itu harus dibuat dan diresmikan dalam bentuk menurut hukum 2. Akta itu dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum 3. Akta itu dibuat di tempat dimana akta itu dibuatnya. Jadi akta itu dibuat di tempat pejabat yang membuatnya. Menurut Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, jual beli adalah merupakan bagian dari perjanjian tertentu. Yang dimaksud perjanjian adalah suatu perbedaan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 4 Sedangkan yang dimaksud dengan akta jual beli adalah surat keterangan (pengakuan) jual beli tanah yang disaksikan oleh dua orang saksi dan disahkan oleh PPAT, sehingga berfungsi sebagai alat bukti untuk dapat melakukan pendaftaran hak atas tanah. Mengenai Tanggung Jawab Notaris/PPAT terhadap Akta yang dibuatnya seorang Notaris/PPAT bertanggunggugat terhadap para pihak yang berkepentingan pada akta yang dibuatnya (pada klien), sesuai dengan ketentuan 2 Subekti.R dan Tjitrosudibio.2001, Kilab Undang-undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta. hal 475. 3 Subekti.R, 1975, Hukum Pembuktian, Pradnya Paramita, Jakarta,hal. 87 4 Kartono,1982, Persetujuan Jual Beli Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Cetakan 2, Pradnyana Paramita, hal 11.

67 Pasal 84 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN) yakni: 1) Di dalam akta, mengenai hal-hal yang secara tegas ditentukan dalam Undang- undang Jabatan Notaris; 2) Jika suatu akta karena tidak memenuhi syarat-syarat mengenai bentuk (gebrek in de vorm) mengakibatkan suatu akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan; 3) Dalam segala hal, dimana menurut ketentuan-ketentuan dalam Pasal 1365, 1366 dan 1376 KUHPerdata terdapat kewajiban untuk membayar ganti kerugian terhadap pihak yang dirugikan. Bagi Notaris/PPAT tidak ada kewajiban untuk memberikan kesaksian panjang mengenai isi akta-aktanya. Sumpah jabatan notaris yang tercantum dalam Pasal 4 dan Pasal 16 ayat (1) huruf e UUJN, mewajibkan notaris untuk tdak bicara sekalipun di pengadilan, kecuali dalam hal terdapat kepentingan-kepentingan yang lebih tinggi, yang mengharuskan Notaris/PPAT memberikan kesaksian. Misalkan Undang-undang yang bersangkutan secara tegas menentukan bahwa Notaris/ PPAT wajib memberikan kesaksian atau untuk keperluan itu ia dibebaskan dari sumpah rahasia jabatannya. Bahwa akta otentik khususnya akta jual beli terdiri dari tiga bagian yaitu : 1. Bagian kepala akta/awal akta; 2. Bagian badan akta; 3. Bagian akhir/penutup akta Ad.l Bagian Kepala Akta/Awal Kata Bagian akta yang diberi nama kepala akta atau kepala akta adalah bagian dari permulaan akta yang memuat judul akta, nomor akta, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun serta nama lengkap dan tempat kedudukan notaris. Ad.2 Bagian Badan Akta Bagian ini memuat nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang mereka wakili, keterangan mengenai kedudukan bertindak penghada, bagian ini disebut juga bagian komparisi, yaitu nama dari para penghadap, pekerjaan/jabatannya dan tempat tinggalnya, beserta keterangan apakah penghadap bertindak untuk diri

68 sendiri atau sebagai wakil/kuasa dari orang lain, yang disebutkan juga pekerjaan/jabatan dan tempat tinggal sebagai wakil atau kuasa. Komparisi berarti keterangan tentang penghadap, para penghadap sendiri disebut komparan. Kemudian pada bagian badan akta juga memuat isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang berkepentingan yang menyebutkan ketentuan atau perjanjian yang dikehendaki oleh para penghadap. Umpamanya akta itu merupakan akta jual beli, maka isi akta itu memuat apa yang diperjanjian dalam jual beli tersebut oleh para pihak penghadap. Kitab Undang-undang Hukum Perdata dalam perjanjian menganut paham terbuka, sehingga perjanjian-perjanjian itu mengikuti apa saja yang dikehendaki oleh para pihak, asal tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Badan akta juga memuat nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan jabatan, kedudukan dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal. Ad.3 Bagian Akhir/Penutup Akta Akhir atau penutup akta memuat tentang uraian mengenai pembacaan akta, uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau penerjemahan akta apabila ada, uraian mengenai tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan akta atau uraian tentang adanya perubahan yang dapat penambahan, pencoretan aau penggantian. Bagian akhir atau penutup akta, merupakan suatu bentuk yang tetap, yang memuat pula tempat dimana akta itu diresmikan dan nama-nama, pekerjaan/jabatan serta tempat tinggal saksi-saksi. Biasanya dalam bagian kepala akta nama-nama dan saksi-saksi ini tidak disebut, melainkan hanya ditunjuk. Sedangkan namanamanya akan disebut dibagian akhir akta ini. saksi-saksi dalam hal ini diharapkan agar tidak mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Notaris/ PPAT. Dari uraian tersebut di atas, dapat dikemukakan bahwa : tanggung jawab Notaris/PPAT terhadap akta jual beli yang dibuatnya adalah sebatas pada bagian awal kata/kepala akta dan bagian akhir/penutup akta, pada bagian ini Notaris/ PPAT mempunyai tanggunggugat penuh terhadap isinya baik secara formil

69 maupun materiil, misalnya mengenai benar tidaknya pihak penghadap datang untuk membuat perjanjian, mengenai benar tidaknya ada saksi-saksi, mengenai hari, tanggal dan sebagainya, seperti yang telah disebutkan di atas. Mengenai identitas yang menghadap Notaris/PPAT bertanggunggugat sepanjang didukung oleh jati diri yang dikeluarkan oleh pejabat lain yang berwenang. Mengenai bagian isi akta posisi seorang Notaris/PPAT dapat disamakan sebagai seorang saksi terhadap suatu perbuatan hukum. Notaris/PPAT tidak bertanggunggugat atas ketidakbenaran materiil yang dikemukakan oleh para pihak. Selanjutnya apabila terjadi sengketa terhadap akta jual beli tanah yang dibuat oleh Notaris/PPAT, dalam hal ini karena kesalahan pada bagian kepala dan kaki akta, maka Notaris selaku PPAT karena kelalaiannya dapat dituntut membayar sejumlah ganti kerugian beserta sejumlah bunga kepada pihak yang dirugikan. Di samping itu karena kelalaiannya misalnya tidak mengikuti prosedur yang berlau, maka seorang Notaris/PPAT dapat diajukan sebagai tergugat II, apabila akta jual beli hak milik atas tanah yang dibuatnya, benar-benar diakibatkan karena kesalahannya baik mengenai subyek maupun obyeknya dan sepanjang kesalahan itu memang dapat dibuktikan. Apabila sengketa jual beli tanah tersebut menyangkut bagian isi akta, misalnya timbulnya sengketa karena para pihak tidak memberi keterangan yang benar mengenai isi perjanjian tersebut, maka dalam hal ini Notaris/PPAT tidak bertanggunggugat. Apabila dimintai keterangan oleh Pengadilan mengenai kebenaran isi akta tersebut maka kepastiannya hanya sebagai saksi. Karena seorang Notaris/PPAT sesuai dengan jabatannya sebagai pejabat umum yang diberi wewenang dan kewajiban untuk melayani publik khususnya di bidang pertanahan, ia akan mencatat apa yang dikehendaki oleh para pihak mengenai sesuatu hal. Jadi tugasnya adalah mencatat dan meresmikan akta tersebut. Jadi dalam memberikan kesaksian ia akan hanya menerangkan mengenai kebenaran apa yang telah dicatatna, yakni mengenai kebenaran akan obyek perjanjian dihadapannya yaitu pihak penjual, pembeli atau kuasa para pihak serta

70 memberi kesaksian tentang kebenaran para pihak sebagai subyek jual beli tersebut. III. SIMPULAN Tanggung jawab Notaris/PPAT terhadap akta jual beli yang dibuatnya adalah sebatas pada bagian awal akta/kepala akta dan bagian akhir akta atau penutup akta, pada bagian ini Notaris/PPAT mempunyai tanggung jawab penuh terhadap isinya baik secara formil maupun materiil. Mengenai identitas yang menghadap, Notaris/PPAT bertanggung jawab sepanjang didukung oleh jati diri yang dikeluarkan oleh pejabat lain yang berwenang. Mengenai bagian isi akta, posisi Notaris/PPAT dapat disamakan sebagai seorang saksi terhadap suatu perbuatan hukum. Notaris/PPAT tidak bertanggung jawab atas ketidakbenaran materiil yang dikemukakan oleh para pihak. DAFTAR PUSTAKA Kartono,1982, Persetujuan Jual Beli Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Cetakan 2, Pradnyana Paramita. Mochtar Mas'oed. 1997, Tanah dan Pembangunan, Penerbit Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Subekti.R, 1975, Hukum Pembuktian, Pradnya Paramita, Jakarta., dan Tjitrosudibio.2001, Kilab Undang-undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris