BAB 3 BAHAN DAN METODA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 BAHAN DAN METODE. imunohistokimia Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan Tumorinfiltrating

Tampilan Pulasan Imunohistokimia Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) Pada Undifferentiated Carcinoma Nasofaring Tipe Regaud dan Tipe Schmincke

Susunan Penelitian. Peneliti 1. Nama lengkap : Melvin Pascamotan Togatorop 2. Fakultas : Kedokteran 3. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini secara observasional analitik. pertumbuhan janin terhambat dan kehamilan normal.

LAMPIRAN. Lampiran 1 prosedur pewarnaan hematoksillin-eosin (HE)

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.hewan

LAPORAN PRAKTEK LABORATORIUM HISTOTEKNIK TISSUE PROCESSING DAN PEWARNAAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan disain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional dimana hanya diamati satu kali dan pengukuran

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan case control. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan ekspresi

PROSEDUR TETAP PENGAMATAN EKSPRESI PROTEIN DENGAN METODE IMUNOSITOKIMIA

METODE PENELITIAN. Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 6.

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

LAPORAN PRAKTIKUM. : Histoteknik : Selly Oktaria Tanggal Praktikum : 14 September 2012

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Observasional analitik (Cross-sectional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

BAHAN DAN METODE. Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 5.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif observasional. laboratoris dengan pendekatan potong lintang.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN

Nama, Spesifikasi dan Kegunaan Bahan Penelitian No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Larva ikan nilem hasil kejut panas

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Teknik Pengelolaan Sediaan Sitologi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

] 2 (Steel dan Torrie, 1980)

III. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan. rancangan post test only control group design.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

LAMPIRAN 1. ETHICAL CLEARANCE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan

CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM

Lampiran 1 Sertifikat Kelaikan Etik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. test only control group design. Pengukuran awal tidak dilakukan karena dianggap sama untuk

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

BAB III. METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK DASAR

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Bahan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan. metode post test only controlled group design.

Laporan Praktikum Histotehnik. Oleh: Lucia Aktalina. Jum at, 14 September WIB

Lampiran 1. Pembuatan Media Bakteri (SWC dan TCBS).

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK Disusun oleh: Jekson Martiar Siahaan

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN

Skema Alur ekstraksi buah lerak (Sapindus rarak DC) Buah lerak 940 gram dicuci, keluarkan bijinya, daging buah dipotong kecil (±3mm).

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni dengan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test-only

BAB IV METODE PENELITIAN. dengan "Post test only control group design". Kelompok penelitian dibagi

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

BAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows.

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

BAB 4 METODE PENELITIAN

(Z ½α+Zβ ) BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris

MAKALAH SITOHISTOTEKNOLOGI LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI

Lampiran 1 Skema Prosedur Pembuatan Preparat Histologi Skema langkah-langkah pengujian histologi secara garis besar adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan metode rancangan

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN. kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

III. METODE PENELITIAN. test-only control group design. Menggunakan 20 ekor tikus putih yang

BAB III BAHAN DAN METODE

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Pengambilan Sampel

BAB 3 METODE PENELITIAN. desain "Pre and post test control group design". Kelompok penelitian dibagi

II. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. jantung dilaksanakan di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV)

BAB III METODE PENELITIAN

RPMI 1640 medium. Kanamisin 250 µg. Coomassie brilliant blue G-250

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

II. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang ilmu pediatri dan ilmu Genetika Dasar.

Transkripsi:

BAB 3 BAHAN DAN METODA 3.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian berupa penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan secara cross sectional. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Sentra Diagnostik Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran, Instalasi Patologi Anatomi RS. H. Adam Malik Medan dan Laboratorium Patologi Anatomi swasta dan pribadi di Medan. 3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai mulai bulan Juli 2010 sampai April 2011 yang meliputi studi kepustakaan, pengumpulan data, pengumpulan sampel, penelitian dan hasil penelitian.

3.3. Subjek Penelitian 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah sediaan blok parafin yang berasal dari jaringan nasofaring yang didiagnosa sebagai karsinoma nasofaring pada sentra diagnosis Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran USU, Instalasi Patologi Anatomi RS. H. Adam Malik Medan dan Laboratorium Patologi Anatomi Swasta dan Pribadi kota Medan. 3.3.2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah sediaan blok parafin dari jaringan nasofaring yang sesuai dengan kriteria inklusi dan sesuai dengan besar sampel penelitian. 3.4. Jumlah Sampel Jumlah sampel yang diperlukan adalah berdasarkan hasil perhitungan dengan melihat proporsi yang digunakan pada kasus ini sebesar 50% karena belum ada penelitian mengenai tampilan matrix metalloproteinase-9 (MMP-9) pada undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Regaud dan tipe Schimncke. Dengan tingkat

kemaknaan yang dipergunakan pada penelitian ini adalah 0,05 dengan interval kepercayaan 95%. Dari tabel didapat Z α = 1,96 Jumlah sampel dihitung dengan rumus : n = z α 2 PQ d 2 n = besar sampel p = proporsi penelitian q = 100% - p α = tingkat kemaknaan Tingkat kemaknaan yang dipergunakan pada penelitian ini adalah 0,05 dengan interval kepercayaan 95%. Dari tabel didapat Z α = 1,96 d = tingkat kesalahan (15%) Sehingga : n = (1,96) 2 (0,5) (0,5) (0,15) 2 = 42,68 43 Jumlah sampel minimal 43 sampel 53 sampel.

3.5. Kriteria Penelitian 3.5.1. Kriteria Inklusi: Yang termasuk kriteria inklusi adalah sediaan blok parafin jaringan nasofaring dengan slide pulasan Hematoksilin Eosin yang didiagnosa dengan undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Regaud dan tipe Schmincke. 3.5.2. Kriteria Eksklusi: 1.Sediaan blok parafin yang didiagnosa dengan keratinizing squamous cell carcinoma, differentiated type nonkeratinizing squamous cell carcinoma dan basaloid squamous cell carcinoma. 2. Sediaan blok paraffin dari undifferentiated carcinoma yang tidak bisa dibedakan tipenya. 3..Sediaan blok parafin yang rusak dan tidak dapat diproses lebih lanjut dengan pulasan Matrix metalloproteinase 9. 3.6. Cara Kerja 1. Semua slide yang berasal dari nasofaring yang telah didiagnosa sebagai carcinoma. 2. Dilakukan pembacaan ulang oleh dua orang pathologist bersamaan dengam peneliti untuk memisahkan antara keratinizing squamous cell

carcinoma, differentiated type non keratinizing squamous cell carcinoma, undifferentiated type non keratinizing squamous cell carcinoma (undifferentiated carcinoma) dan basaloid squamous cell carcinoma (Diagnosa berdasarkan pada klasifikasi WHO tahun 2005). 3. Kemudian undifferentiated carcinoma nasofaring dipisahkan kembali menjadi tipe Regaud dan tipe Schmincke (pembagian Ackerman) 4. Dilakukan pemotongan ulang blok paraffin. 5. Pewarnaan dengan imunohistokimia Matrix Metalloproteinase-9. 6. Tampilan dari Matrix Metalloproteinase-9. 3.6.1. Pembuatan Sediaan Mikroskopis Sediaan mikroskopis dibuat dengan cara sebagai berikut : 1.Blok parafin yang telah dikumpulkan, disimpan dalam freezer sampai cukup dingin, selanjutnya dipotong tipis dengan menggunakan mikrotom dengan tebal 4 µm. Setiap blok parafin, dipotong ulang 1 kali untuk pulasan imunohistokimia matrix metalloproteinase-9 (MMP-9). 2.Sampel blok parafin yang sudah dipotong tipis (4 µm) ditempelkan pada kaca objek.

Pada pulasan imunohistokimia MMP-9 digunakan kaca objek yang telah dicoating dengan poly-l-lysine atau Silanized slide agar jaringan dapat menempel pada kaca objek selama proses pulasan imunohistokimia. Cara menempelkan potongan tipis pada kaca objek coated adalah menggunakan ujung pisau atau pinset yang runcing. Potongan tipis dipisahkan dan diratakan dengan memasukkannya ke dalam air hangat. Setelah mengembang, pindahkan ke atas kaca objek. Selanjutnya, kaca objek diletakkan di atas alat pemanas (hot plate) 50-60⁰C. Setelah parafin melunak, kaca objek dikeringkan dan potongan jaringan siap untuk dipulas. 3.6.2. Prosedur sebelum pulasan antibodi primer. 1.Siapkan preparat berupa potongan tipis jaringan 4 µm yang sudah ditempelkan pada kaca objek silanized. 2.Deparafinisasi dengan mencelupkan preparat ke dalam cairan xylol sebanyak 3 kali, masing-masing 5 menit. 3.Rehidrasi dengan cara mencelupkan secara berurutan dalam etanol 98% sebanyak 3 kali, masing-masing selama 5 menit, kemudian alkohol 90%, 80% dan 70% masing-masing selama 5 menit. 4.Bilas dengan air mengalir selama 5 menit. 5. Blocking preparat dengan mencelupkannya kedalam Endogen Peroksidase 0,5% (Methanol + H2O2) selama 30 menit. 6. Bilas dengan air mengalir selama 5 menit.

7. Masukkan preparat ke dalam buffer sitrat dan dipanaskan kedalam microwave: Cook I, power level 8 selama 5 menit. Cook II, power level 1 selama 5 menit. 8. Dinginkan ± 30 menit dalam suhu ruangan. 9. Bilas dalam PBS ph 7,4 selama 3 menit dan keringkan air disekitar potongan jaringan. 10. Tandai di sekeliling jaringan yang ingin dipulas dengan Pap Pen. 11. Blocking preparat dengan meneteskan Normal Horse Serum 5% dan dibiarkan selama 15 menit didalam bak inkubasi. 3.6.3. Protokol Pemulasan Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) dengan menggunakan The Envision+ Dual Link System dari Dako Bersihkan preparat dari Normal Horse Serum. Teteskan preparat dengan antibodi primer matrix metalloproteinase-9 dan biarkan selama 60 menit dalam rak inkubasi. Cuci dengan PBS ph 7,4 selama 3 menit. Teteskan preparat dengan Dako REAL En Visison secukupnya dan dibiarkan selama 30 menit dalam rak inkubasi. Cuci dalam PBS ph 7,4 + Tween 20.

Teteskan preparat dengan DAB + substrat buffer (Dako) dan biarkan selama 2-5 menit. Bilas dengan air mengalir selama 10 menit. Countrstain preparat dengan pewarnaan Hematoxillin selama 1-2 menit. Bilas dengan air mengalir selama 5 menit. Masukkan preparat kedalam larutan lithium carbonat jenuh ( 5% dalam aquadest) selama 2 menit. Bilas dengan air mengalir selama 5 menit. Dehidrasi dengan cara mencelupkan preparat secara berurutan dalam etanol 70%,80%,96% dan etanol absolut, masing-masing selama 5 menit. Clearing dengan cara mencelupkan preparat ke dalam larutan xylol sebanyak 3 kali, masing-masing selama 5 menit. Lakukan mounting dan tutp dengan kaca penutup. 3.7.Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1. Alat-Alat Penelitian Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : mikrotom, waterbath, hot plate, freezer, inkkubator, staining jar, rak kaca objek, kaca objek, rak inkubasi, Pap Pen, pipet miro, timbangan bahan kimia, kertas

saring, pengukur waktu, gelas Erlenmeyer, gelas beker, tabung sentrifuge, microwave, thermolyte stirrer, entelan dan mikroskop cahaya. 3.7.2.Bahan Penelitian Blok parafin yang telah didiagnosa dengan pulasan Hematoksilin Eosin sebagai undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Regaud dan tipe Schmincke Pulasan imunohistokimia menggunakan metode The EnVision+ Dual Link System kit, teknik pulasan imunohistokimia 2 langkah. Antibodi primer yang digunakan adalah Rabbit Polyclonal Hu-antibody MMP-9 dengan pengenceran 1 : 100. Detection kit terdiri dari : 1 botol endogenous enzyme block 1 botol Normal Horse Serum 5% 1 botol Dako REAL En VISION 1 botol DAB+ substrat chromogen Larutan Buffer sitrat Larutan PBS ph7,4 : Natrium Chloride Kalium chloride Na2HPO4 : 80 gram : 2 gram : 11gram

KH2PO4 : 2 gram Tambahkan aquadest : 1000 ml Larutan Tweet 20 Larutan DAB + substrat buffer (1 ml larutan cukup untuk 10 jaringan) Langakah 1: masukkan 1 ml aliquot substrat buffer secukupnya kedalam countainer ( tergantung dari jumlah spesimen yang akan dikerjakan) Langkah 2 : untuk setiap 1 ml buffer, tambahkan satu tetes (20 mikroliter )cairan DAB + substrat chromogen dan campurkan segera. Larutan couterstain Mayers Haematoxillin Larutan lithium karbonas 50 gram lithium karbonas ditambah dengan aquadest 1000 ml Etanol absolute 96%,80%,70% Larutan xylol.

3.8.Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan adalah hasil pulasan imunohistokimia MMP-9 terhadap sampel sediaan jaringan nasofaring. Untuk penilaian terhadap pulasan imunohistokimia MMP-9 adalah sebagai berikut : Kontrol positif : jaringan yang telah diketahui positif terhadap MMP- 9 pada penelitian terdahulu (dalam hal ini limfoma) Kontrol negatif : omit primary antibody Positif : warna coklat yang tertampil pada sitoplasma sel epitel maupun stroma.

3.9. Kerangka Operasional Slide dari nasofaring yang didiagnosa dengan carcinoma Pembacaan ulang Keratinizing squamous cell carcinoma Differentiated type Non Keratinizing Squamous Cell Carcinoma Undifferentiated type Basaloid squamous cell carcinoma Tipe Regaud Tipe Schmincke Potong ulang blok parafin Potong ulang blok parafin Keterangan : Kriteria ekslusi Pewarnaan Imunohistokimia MMP 9 Distribusi Ekspresi MMP-9

3.10. Variabel Penelitian Variabel yang diteliti adalah : a. Variabel bebas adalah undifferentiated carcinoma nasofaring : tipe Regaud dan tipe Schmincke. b.variabel terikat adalah tampilan imunohistokimia matrix metalloproteinase-9 (MMP-9) pada undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Regaud dan tipeschmincke. 3.11. Definisi Operasional 1.Karsinoma nasofaring adalah tumor yang berasal dari sel-sel epitelial yang menutupi permukaan nasofaring. 3. Undifferentiated carcinoma nasofaring terdiri dari sel-sel yang uniform dengan inti vesikuler, inti yang menonjol dan batas sel yang tidak jelas sehingga membentuk pola pertumbuhan syncitial dengan stroma yang diinfiltrasi oleh sel-sel radang. 4. Tipe Regaud yaitu tipe dari undifferentiated carcinoma yang terdiri dari kelompokan sel-sel epithelial neoplastik dengan batas yang jelas yang dikelilingi oleh jaringan ikat fibrous dan sel-sel radang. 5. Tipe Schmincke adalah tipe dari undifferentiated carcinoma yang terdiri dari sel-sel epitelial neoplastik yang tumbuh difus dan bercampur dengan sel-sel radang.

6.Imunohistokimia adalah metoda pewarnaan dengan perpaduan antara reaksi imunologi dan kimiawi, dimana reaksi imunologi ditandai adanya reaksi antara antigen dengan antibodi, dan reaksi kimiawi ditandai dengan adanya reaksi antara enzim dengan substrat. 7.Matrix metalloproteinase-9 adalah ZN 2+ dependent endopeptidase yang memediasi degradasi dari protein matrix extracellular dan berhubungan dengan invasi tumor dan metastase. 8.Hasil pulasan immunohistokimia MMP-9 adalah tampilan pulasan warna coklat pada sitoplasma sel epitel dan stroma yang dinyatakan dengan : Negatif, bila tidak berhasil menampilkan warna coklat, dimana pada saat proses yang sama kontrol (+) menampilkan warna coklat dengan pewarnaan kromogen DAB. Positif, bila terlihat tampilan pulasan warna coklat pada sitoplasma sel epitel ataupun stroma dengan menggunakan mikroskop cahaya pembesaran 400X pada 5 lokasi lapangan pandang dan pada saat yang sama kontrol (+) juga menampilkan warna yang sama. Yang dinilai pada jaringan yaitu : o Skor tampilan warna coklat : +1 = lemah +2 = sedang +3 = kuat

o Skor jumlah sel yang terwarnai 0 = Tidak ada sel yang terwarnai +1 = < 25% sel yang terwarnai +2 = 25%-75% sel yang terwarnai +3 = > 75% sel yang terwarnai o Skor intensitas warna = skor jumlah sel yang terwarnai x skor tampilan warna Interpretasi skor intensitas warna : Lemah : 1-3 Sedang : 4-6 Kuat : 7-9 Adapun cara menginterpretasikan tampilan imunohistokimia tersebut diatas adalah modifikasi dari Q score. 42 3.12. Analisis Data. 1. Untuk melihat gambaran karakteristik penderita undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Regaud dan tipe Schmincke disajikan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan. 2. Untuk menganalisa perbedaan tampilan imunohistokimia matrix metalloproteinase-9 (MMP-9) antara undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Regaud dan tipe Schmincke peneliti menggunakan uji Chisquare.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Pemeriksaan imunohistokimia matrix metalloproteinase-9 (MMP-9) dilakukan terhadap 53 sediaan blok parafin jaringan histopatologi dari biopsi nasofaring yang sebelumnya telah didiagnosa dengan pulasan Hematoksilin & Eosin sebagai undifferentiated carcinoma nasofaring yang kemudian dikelompokkan menjadi tipe Regaud sebanyak 27 kasus (50,9%) dan tipe Schmincke sebanyak 26 kasus (49,1%). Karakteristik Penderita undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Regaud dan tipe Schmincke adalah sebagai berikut : Tabel 4.1. Distribusi Penderita Undifferentiated Carcinoma Nasofaring Tipe Regaud Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (n) Presentase (%) Laki-Laki 21 77,78 Perempuan 6 22,22 Jumlah 27 100,00 Tabel 4.1. Memperlihatkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, penderita undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Regaud lebih banyak dijumpai pada lakilaki yaitu 21 kasus (77,78%).

Tabel 4.2. Distribusi Penderita Undifferentiated Carcinoma Nasofaring Tipe Regaud Berdasarkan Umur Umur Jumlah (n) Persentase(%) <30 5 18,52 31-40 3 11,11 41-50 6 22,22 51-60 11 40,74 61-70 2 7,41 Jumlah 27 100 Tabel 4.2. memperlihatkan bahwa berdasarkan umur, penderita undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Regaud paling banyak dijumpai pada kelompok umur 51-60 tahun yaitu 11 kasus (40,74%). Tabel 4.3. Distribusi Penderita Undifferentiated Carcinoma Nasofaring Tipe Schmincke Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (n) Presentase (%) Laki-Laki 17 65,38 Perempuan 9 34,62 Jumlah 26 100,00 Tabel 4.3. Memperlihatkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, penderita undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Schmincke lebih banyak dijumpai pada laki-laki yaitu 17 kasus (65,38%).

Tabel 4.4. Distribusi Penderita Undifferentiated Carcinoma Nasofaring Tipe Schmincke Berdasarkan Umur Umur Jumlah (n) Persentase(%) <30 2 7,70 31-40 6 23,08 41-50 8 30,77 51-60 7 26,92 61-70 3 11,53 Jumlah 26 100 Tabel 4.4. memperlihatkan bahwa berdasarkan umur, penderita undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Schmincke paling banyak dijumpai pada kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 8 kasus (30,77% ) kemudian diikuti dengan kelompok umur 51-60 tahun sebanyak 7 kasus (26,92%). Tabel 4.5. Proporsi Undifferentiated Carcinoma Nasofaring tipe Schmincke dan Regaud dan Skor Jumlah Sel yang Terwarnai Jumlah yang terwarnai sel Tipe Undifferentiated Carcinoma Nasofaring Schmincke Regaud Total X 2 p value <25% 15 (57,7%) 14 (51,9%) 29 (54,7%) 25%-75% 3 (11,5%) 5 (18,5%) 8 (15,1%) 0,516 0,773 >75% 8 (30,8%) 8 (29,6%) 16 (30,2%) Total 26 (100,0%) 27 (100,0%) 53 (100,0%) Keterangan: X 2 = Chi Square

Pada tabel 4.5 didapatkan pada undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Schmincke jumlah sel yang terpulas paling banyak adalah < 25% sebanyak 15 kasus (57,7%) dan tipe Regaud sebanyak 14 kasus (51,9%). Jumlah sel yang terpulas 25%- 75% untuk undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Schmincke adalah sebanyak 3 kasus (11,5%) dan tipe Regaud sebanyak 5 kasus (18,5%). Sedangkan jumlah sel yang terpulas > 75% untuk undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Schmincke dan Regaud adalah sama yaitu masing-masing sebanyak 8 kasus (30,8% dan 29,6%). Setelah diuji dengan Chi Square, secara statistik tidak ada perbedaan proporsi jumlah sel yang terwarnai antara undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Regaud dan Schmincke, dengan nilai p value > 0,05. Tabel 4.6. Proporsi Undifferentiated Carcinoma Nasofaring tipe Schmincke dan Regaud dengan Skor Tampilan Warna. Tampilan Warna Tipe Undifferentiated Carcinoma Nasofaring Schmincke Regaud Total X 2 p value Lemah 15 (57,7%) 14 (51,9%) 29 (54,7%) Sedang 6 (23,1%) 7 (25,9%) 13 (24,5%) 0,184 0,912 Kuat 5 (19,2%) 6 (22,2%) 11 (20,8%) Total 26 (100,0%) 27 (100,0%) 53 (100,0%) Keterangan: X 2 = Chi Square

Tabel 4.6. memperlihatkan tampilan warna lemah dijumpai pada undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Schimncke sebanyak 15 kasus (57,7%) dan tipe Regaud sebanyak 14 kasus (51,9%). Tampilan warna sedang pada undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Schmincke sebanyak 6 kasus (23,1%) dan tipe Regaud sebanyak 7 kasus (25,9%). Tampilan warna kuat dijumpai pada undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Schmincke sebanyak 5 kasus (19, 2%) dan tipe Regaud sebayak 6 kasus (22,2%). Setelah diuji dengan Chi Square, secara statistik tidak ada perbedaan proporsi tampilan warna antara undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Regaud dan Schmincke, dengan nilai p value > 0,05 Tabel 4.7 Proporsi Undifferentiated Carcinoma Nasofaring Tipe Schmincke dan Tipe Regaud dengan Interpretasi Intensitas Warna Intensitas Warna Tipe Undifferentiated Carcinoma Nasofaring Schmincke Regaud Total X 2 p value Lemah 24 (92,4%) 22 (81,5%) 46 (86,8 %) Sedang 1 (3,8%) 4 (14,8%) 5 (9,4%) 1,869 0,393 Kuat 1 (3,8%) 1 (3,7%) 2 (3,8%) Total 26 (100,0%) 27 (100,0%) 53 (100,0%) Keterangan : X 2 = Chi Square

Dari tabel diatas, berdasarkan interpretasi intensitas warna, didapatkan pada undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Regaud dan Schmincke interpretasi yang paling banyak adalah interpretasi lemah yaitu masing-masing 22 kasus (81,5%) dan 24 kasus (92,4%), sedangkan untuk interpretasi kuat masing-masing hanya sebanyak 1 kasus (3,8% dan 3,7%). Setelah diuji dengan Chi Square, secara statistik tidak ada perbedaan interpretasi intensitas warna antara undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Regaud dan Schmincke, dengan nilai p value > 0,05 4.2. Pembahasan Dari penelitian ini didapatkan, berdasarkan jenis kelamin baik pada undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Regaud dan tipe Schmincke lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan pada perempuan ( tabel 4.1 dan tabel 4.3). Menurut Susworo R. karsinoma nasofaring lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan 2-3 orang pria dibandingkan 1 wanita. Demikian juga dengan umur yang hampir memiliki distribusi yang sama, pada penderita undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Regaud paling banyak dijumpai pada kelompok umur 51-60 tahun (tabel 4.2) dan pada tipe Schmincke paling banyak dijumpai pada kelompok umur 41-50 tahun dan 51-60 tahun (tabel 4.4). Hasil ini sesuai dengan Mills SE, bahwa karsinoma nasofaring memiliki

insidensi yang meningkat setelah usia 30 tahun dan insiden puncak pada usia 40-60 tahun. Hasil pewarnaan dengan matrix metalloproteinase-9 (MMP-9) tidak dijumpai perbedaan bermakna baik pada jumlah sel yang terwarnai, tampilan warna dan interpretasi intensitas warna terhadap undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Regaud dan tipe Schmincke p> 0,05 (tabel 4.5, tabel 4.6 dan tabel 4.7). Menurut penelitian Zhen Liu dkk pasien dengan ekspresi matrix metalloproteinase yang tinggi memiliki angka ketahanan hidup yang lebih rendah. Sehingga dari hasil penelitian ini, untuk kemampuan melakukan invasi, tidak dijumpai perbedaan diantara kedua tipe undifferentiated carcinoma nasofaring ini namun hal ini belum dapat dijadikan dasar bahwa tidak dijumpai perbedaan prognosis dari kedua tipe ini karena masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi prognosis seperti proliferasi pembuluh darah dan jumlah mitosis. Untuk kepentingan diagnosis, pencantuman tipe Regaud dan Schmincke pada undifferentiated carcinoma nasofaring dapat dilakukan karena memang terdapat perbedaan dalam morfologinya.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Penderita undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Regaud dan Schmincke lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan pada wanita. 2. Baik penderita undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Regaud dan tipe Schmincke memiliki distribusi kelompok umur yang hampir sama. 3. Tidak ada perbedaan proporsi baik pada jumlah sel yang terwarnai, tampilan warna dan interpretasi intensitas warna pada undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Regaud dan Schmincke. 5.2. Saran Diperlukan penelitian lanjutan seperti melihat proliferasi pembuluh darah, jumlah mitosis atau dengan menggunakan pewarnaan imunohistokimia yang bekerja mendegradasi membran basal lainnya (seperti cathepsin L) untuk membuktikan bahwa memang benar-benar tidak dijumpai perbedaan agresifitas tumor pada undifferentiated carcinoma nasofaring tipe Regaud dan tipe Schmincke.