BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perseroan terbatas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan harus selalu meningkatkan kinerja perusahaan mereka. Ada berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan jangka panjang dari sebuah perusahaan adalah meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan institusi yang mempengaruhi ekonomi negara terutama negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat dunia usaha menjadi lebih kompetitif. Sehingga dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. satu cara dalam memudahkan perusahaan maupun investor untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

I. PENDAHULUAN. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan telah menjadi perhatian sejak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia bisnis telah mengalami perkembangan sehingga. tercipta kondisi persaingan yang semakin kompetitif.

2015 PENGUJIAN TRADE OFF THEORY & PECKING ORDER THEORY DALAM PENENTUAN STRUKTUR MODAL

BAB I PENDAHULUAN. (1) Earnings Measures, yang mendasarkan kinerja pada accounting profit. Termasuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin ketat dan kompetitif. Kondisi ini menuntut sebuah

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan perusahaan dan merupakan salah satu sumber informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan yang berdiri dan berkembang sesuai dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (Sholikhah N.R & Rina T, 2004). adalah kinerja keuangan. Pada prinsipnya semakin baik prestasi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan tingkat pengembalian (rate of return) yang diharapkan. menjadi tempat kegiatan investasinya. Kemampuan perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi suatu negara. Hal ini dikarenakan pasar modal mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan secara berkelanjutan (sustainable). Nilai perusahaan merupakan. menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Dari dana tersebut dapat diubah

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu lama dengan dengan harapan mendapat keuntungan dimasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. investasinya tersebut akan mampu memberikan tingkat pengembalian (rate of return)

BAB I PENDAHULUAN. penurunan keuntungan, yang mengakibatkan turunnya tingkat return saham. Grafik LQ45 Periode sampai

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

I. PENDAHULUAN. Pengembangan perusahaan dalam upaya untuk mengantisipasi persaingan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi ini pasar merupakan suatu fenomena yang tidak dapat

kinerja keuangan, diperlukan tolak ukur tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alternatif dalam berinvestasi yang dapat dipilih pemodal adalah investasi di

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia atau I n d on e sia S tock E xc h an g e (IDX)

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana untuk melakukan investasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang ditawarkan atau

BAB I PENDAHULUAN. Istilah Economic Value Added (EVA) pertama kali dicetuskan oleh Stewart dan

BAB III DESAIN PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan sumber daya tambangnya dan sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi pada masa yang akan datang. Tujuan utama kegiatan investasi

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dimaksudkan untuk

BAB I UKDW. saham. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan diperlukan untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari dalam negeri misalnya tabungan luar negeri, tabungan pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. (investor) dengan orang yang membutuhkan modal. Pasar modal memiliki

PENGARUH EVA DAN RASIO-RASIO PROFITABILITAS TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG GO PUBLIK DI BEI PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan oleh pemegang saham adalah pendapatan berupa deviden (divident

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari banyaknya perusahaan yang melakukan Initial Public Offering

BAB I PENDAHULUAN. kompleks setiap waktunya, menyebabkan pasar modal dan industri sekuritas

I. PENDAHULUAN. dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang jasa maupun produksi. Maka dari itu, perusahaan di. tuntut untuk meningkatkan kemampuan kinerjanya agar mampu

SKRIPSI. Oleh : ANGGORO NUR FAJAR B

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan bisnis terutama yang telah go public pada umumnya mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. diawali oleh perubahan sistem ekonomi komunis ke sistem ekonomi pasar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. industri pesawat terbang, industri listrik dan lain-lain (ICN, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh tingkat keuntungan (return) yang tinggi. Tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. dana. Tempat penawaran penjualan efek ini dilaksanakan berdasarkan satu

BAB I PENDAHULUAN. atau keberhasilan perusahaan dalam menciptakan nilai tambah bagi. telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 1993).

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah dengan berinvestasi. Investasi adalah penanaman modal untuk satu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan suatu perekonomian diikuti juga dengan. bisnis perusahaan. Untuk mendapatkan modal yang besar dan terikat dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi di masa yang akan datang. (Jones, 2004). Tujuan kegiatan investasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pihak-pihak yang mendukung perusahaan diantaranya adalah principal dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal yang cukup dalam. menjalankan kegiatan operasional sehari-hari. Meningkatnya efektifitas

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. berdampak terhadap nilai perusahaan (Fama dan French, 1998).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan Price Earning Ratio (PER),

BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sedangkan tujuan jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. penjualan saham di pasar modal (go public). Pasar modal mempertemukan calon

BAB I PENDAHULUAN. tinggi kepada para pemengang saham. Setiap perusahaan yang terdaftar di Bursa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pengukuran kinerja perusahaan menjadi suatu hal yang

perusahaan adalah menghasilkan laba yang sebesar-besarnya. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan ekonomi, terutama di negara yang menganut sistem

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang ini. Terlebih lagi dengan perekonomian di Indonesia saat ini yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. terhadap harga belinya (Handoko, 2002). Manajer sebagai agent pengelola. mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi.

BAB I PENDAHULUAN. dimana modal diperdagangkan antara pihak yang memiliki kelebihan modal

BAB I PENDAHULUAN. implikasi pada persaingan antarperusahaan. Untuk itu, sebagai pelaku dari

BAB I PENDAHULUAN. mencari tambahan dana (berupa fresh money) untuk disuntikan ke dalam perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan jasa. Hal ini disebabkan oleh lingkungan bisnis yang kompleks

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI. pertanyaan dari tujuan penelitian maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

PENDAHULUAN. kemauan para usahawan untuk memanfaatkan peluang yang ada semaksimal

BAB I PENDAHULUAN. muncul berkaitan dengan efisiensi informasi. Hal ini dapat terjadi karena pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

Sub Sektor Bank BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. informasi perusahaan di Indonesia sangat sulit didapatkan, sekalipun perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula nilai perusahaan. Bagi perusahaan yang sudah go public nilai perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi pasar modal inilah maka kebutuhan atas informasi yang relevan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mengelola perusahaan, dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tantangan persaingan bisnis yang semakin kompetitif dan mengglobal menuntut perusahaan untuk selalu berkembang dan dinamis, karena itu diperlukan adanya peningkatan produktivitas dan efisiensi seluruh kekuatan ekonomi nasional, termasuk didalamnya pengelolaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Keberadaan BUMN sebagai sektor publik memiliki peran yang vital dalam pertumbuhan perekonomian nasional, karena BUMN tidak hanya menguasai linilini penting yang strategis tetapi juga berkontribusi sebagai sumber penerimaan bagi negara baik berupa dividen dan penerimaan Negara dari sektor Pajak. Saat ini, BUMN didirikan tidak hanya di sektor utilitas tetapi juga di sektor distribusi, produksi dan jasa. Sepanjang tahun 2013, terdapat 139 BUMN yang tersebar di hampir seluruh sektor ekonomi. Perkembangan jumlah BUMN selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Statistika Jumlah BUMN Periode Tahun 2009-2013 Kategori BUMN Listed BUMN Non Listed Perum Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 15 17 18 18 20 112 111 109 108 105 14 14 14 14 14 Total BUMN 141 142 141 140 139 Sumber: Kementerian BUMN Berdasarkan tabel 1.1 diketahui jumlah BUMN sepanjang tahun 2013 mengalami perubahan, dengan terdapatnya pengurangan jumlah tiga BUMN Non Listed. Dalam hal ini PT. Sarana Karya dijual kepada PT. Wijaya Karya, Tbk dan terdapat penambahan dua BUMN listed yaitu PT. Waskita Karya, Tbk. yang listed akhir tahun 2012 dan PT. Semen Baturaja, Tbk. yang listed pertengahan tahun 2013. Adanya kebijakan restrukturisasi dan privatisasi yang dilakukan

2 Kementerian BUMN merupakan salah satu upaya dalam rangka peningkatan produktivitas dan efisiensi kinerja BUMN. Keberadaan BUMN sebagai suatu entitas bisnis pada dasarnya memiliki peluang yang sangat besar untuk berkembang karena memiliki berbagai potensi pendukung diantaranya yaitu keberadaan BUMN di hampir semua sektor usaha, kepemilikan aset yang besar, pengalaman usaha BUMN dan brand image BUMN. Akan tetapi karena banyaknya permasalahan dan kendala-kendala dilapangan, menyebabkan keberadaan BUMN terkadang lebih dianggap sebagai beban terutama dalam hubungannya dengan defisit APBN. Kendala yang dihadapi BUMN tidak terlepas dari intervensi berlebih dari pemerintah yang tidak memiliki kompetensi utama dalam berbisnis sehingga terjadi ketidakprofesionalan dalam pengelolaan BUMN. Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk meneliti permasalahan dalam pengelolaan BUMN. Dalam penelitiannya, Wong (2004), menjelaskan terdapat tiga permasalahan utama yang dihadapi BUMN di Negara berkembang, yaitu conflicting objective, political interference, dan lack of transparency. Sejalan dengan penelitian Wong (2004), Wicaksono (2009) merumuskan ada tiga permasalahan utama yang sama dihadapi BUMN di Singapura, Malaysia dan Indonesia, yaitu berkaitan dengan conflicting objective, agency issues (political interference), dan lack of transparency. Kamal (2011), mereplikasi penelitian Wicaksono (2009) pada BUMN di Indonesia. Hasil penelitian membuktikan bahwa Agency Issues yang ada di BUMN berhubungan dengan Political Interference dalam setiap pengambilan keputusan manajerial. Adanya Agency Issues yang berhubungan dengan Political Interference dalam pengelolaan BUMN tidak terlepas dari struktur kepemilikan modal BUMN itu sendiri. Negara dalam hal ini pemerintah memiliki kewenangan mutlak dalam pengelolaan BUMN secara penuh, dengan pertimbangan bahwa kepemilikan modal BUMN dimana seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara, tidak terkecuali dalam pengelolaan BUMN yang berstatus perseroan

INAF KAEF PGAS KRAS ADHI PTPP WIKA WSKT BBNI BBRI BBTN BMRI ANTM PTBA TINS SMGR SMBR JSMR GIAA TLKM 3 terbuka. Gambar 1.1 menjelaskan persentase kepemilikan modal pada BUMN Tbk. di Bursa Efek Indonesia tahun 2013. Komposisi Kepemilikan Modal BUMN Tbk. Tahun 2013 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% Negara Publik Manajemen Sumber: Bursa Efek Indonesia Gambar. 1.1 Komposisi Kepemilikan Modal BUMN tbk. Tahun 2013 Berdasarkan gambar 1.1 diketahui bahwa komposisi penyertaan modal saham BUMN berasal dari tiga sumber yaitu Negara yang mewakili rakyat (ultimate owners) sebagai pemilik saham mayoritas ( 50%), publik sebagai pemilik saham minoritas, dan kepemilikan manajemen. Negara sebagai pemilik saham mayoritas memiliki hak istimewa sebagai pemilik saham preferen Seri A Dwiwarna, yang memiliki hak mutlak dalam pengambilan keputusan manajerial, terutama dalam proses pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian dewan komisaris dan dewan direksi. Aktivitas dalam pengelolaan BUMN pada dasarnya menerapkan prinsip agency theory, karena terdapatnya pemisahan kepemilikan antara pemilik dan manajemen dalam mengelola operasional BUMN. Dari perspektif agency theory, pengelolaan BUMN didelegasikan oleh pihak pemberi amanah (dalam hal ini rakyat sebagai ultimate owners ) percaya bahwa pihak pemegang amanah (pemerintah melalui wakilnya yang ada dalam jajaran manajemen sebagai actual

4 owner) mempunyai kapasitas yang memadai untuk menjalankan amanah yang didelegasikan. Akan tetapi dalam prakteknya, terkadang terjadi permasalahan antara dua pihak yang menimbulkan agency problem, karena pada hakikatnya pihak pemegang amanah sebagai individu yang memiliki kepentingan pribadi, mungkin tertarik dalam memaksimalkan kepentingan pribadi daripada kepentingan dari masyarakat, yang seharusnya mereka wakili sehingga menimbulkan konflik kepentingan (conflict of interest). Adanya conflict of interest dalam pengelolaan BUMN tercermin dalam hal pengambilan dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas investasi, pendanaan dan kebijakan deviden. Keputusan pendanaan merupakan keputusan manajemen dalam menentukan sumber-sumber pendanaan dari modal internal dalam hal ini laba ditahan atau dari modal eksternal melalui hutang. Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan, principal lebih menginginkan pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang karena dengan penggunaan hutang, hak mereka terhadap perusahaan tidak akan berkurang. Tetapi agen tidak menyukai pendanaan tersebut dengan alasan bahwa hutang mengandung risiko yang tinggi. Keputusan penggunaan modal internal sebagai alternative sumber pendanaan perusahaan pada akhirnya akan berpengaruh pada kebijakan deviden yang dilakukan perusahaan. Penelitian tentang pengujian empirik agency theory pada perusahaan privat dan sektor publik telah banyak dilakukan. Dalam konteks sektor privat, agency problem pertama kali diteliti oleh Berle dan Means (1932) dan diteliti lebih lanjut oleh Jensen dan Meckling (1976). Ide bahwa sektor publik pun tidak terlepas dari agency problem dikemukakan oleh Buchanan & Tullock (1962) dan Niskanen (1971, 1991). Ide pengujian empiric agency theory baik pada sektor publik dan privat menjadi bahan yang menarik sejumlah peneliti, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Crutchley dan Hansen (1989), Xu, Zhu dan Lin (2005), Mengistae dan Zu (2002), Anwar dan Sam (2006), Fadah dan Adityanovi (2008). Dari beberapa hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa konsep

5 agency theory berlaku pada perusahaan yang pada dasarnya menerapkan konsep pemisahan kepemilikan (principal) dan pengendalian (agen). Berkaitan dengan agency problem, salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu berusaha untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu yang akan mengurangi asimetri informasi yang erat kaitannya dengan agency theory. Laporan keuangan merupakan merupakan wahana bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan posisi keuangan perusahaan dan hasil-hasil operasi yang telah dicapai perusahaan kepada pihak yang berkepentingan. Agar informasi yang terkandung dalam laporan keuangan menjadi lebih bermakna dalam proses pengambilan keputusan, maka perlu dilakukan analisis pengukuran kinerja laporan keuangan. Dalam melakukan pengukuran kinerja keuangan perusahaan terdapat banyak teknik analisis yang dapat digunakan. Indikator pengukur kinerja keuangan perusahaan yang sering dipakai sebagai alat analisis diantaranya adalah rasio profitabilitas yang diukur dengan menggunakan analisis Earning Per Share (EPS), Return On Assets (ROA), dan Return On Equity (ROE). Teknik analisis tersebut sebagai indikator pengukuran kinerja yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan pengembalian atas investasi perusahaan. Dilihat dari penggunaannya analisis rasio profitabilitas sangat mudah dilakukan tetapi dilihat dari kualitas informasinya analisis ini memiliki banyak keterbatasan sehingga kinerja keuangan perusahaan tidak dapat terukur dengan tepat, terutama dari sisi pemegang saham. Keterbatasan pada analisis rasio berbasis akuntansi seperti EPS, ROA, dan ROE dalam perhitungannya tidak mempertimbangkan tingkat resiko pemegang saham dan jumlah biaya modal saham yang diinvestasikan. Adanya keterbatasan tersebut mengakibatkan pelaporan laba tidak menunjukkan laba yang sebenarnya sehingga sulit untuk mengetahui apakah suatu perusahaan telah menciptakan nilai tambah atau tidak. Sehingga peningkatan rasio EPS, ROA ROE dalam beberapa kasus tidak konsisten dengan peningkatan kekayaan pemegang saham dalam hal

6 ini tidak ada penciptaan nilai tambah baik bagi perusahaan maupun pemegang saham. Untuk mengatasi keterbatasan dari pengukuran kinerja berbasis akuntansi, Joel Stern dan Bennet Steward memperkenalkan metode yang lebih efektif yaitu pengukuran berbasis nilai tambah, yang dikenal dengan istilah Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA). Konsep EVA dan MVA merupakan alternatif dalam mengukur kinerja perusahaan di mana fokus penilaian kinerja pada penciptaan nilai perusahaan bukan berdasarkan laba atau ukuran perusahaan. Dengan menerapkan konsep analisis berbasis nilai tambah (EVA, MVA), pihak manajer akan berpikir dan bertindak seperti halnya pemilik saham, yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian serta meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan. Tabel 1.2 menjelaskan gambaran perbandingan kinerja BUMN yang listing di BEI tahun 2013 yang dianalisis dengan rasio berbasis akuntansi dan berbasis nilai tambah. Tabel. 1.2. Perbandingan Kinerja Keuangan BUMN yang Listing di BEI tahun 2013 Berbasis Akuntansi Berbasis Nilai Tambah No. Emiten EPS ROA (%) ROE (%) EVA (jutaan Rp) MVA (jutaan Rp) 1 SMGR 902,68 17,39 24,56 4.447.518,1 70.332.301,4 2 TINS 102,34 6,53 10,53 275.442,1 2.292.526,1 3 TLKM 147,44 11.19 18,49 8.831.539,9 636.874.154,3 4 BBNI 485,72 2,34 19,00 8.712.835,4 34.992.205,2 5 ANTM 42,98 1,87 3,20-3.159.903,1-441.182,2 6 KAEF 38,63 8,68 13,21 137.657,1 2.821.159,5 7 INAF -17,50-4,19-9,18-200.552,1 158.196,3 8 PTBA 852,88 15,88 24,55 2.023.776,3 20.512.881,9 9 BMRI 780,16 2,48 20,50 16.314.334,8 118.001.070,7 10 BBRI 865,63 3,41 26,92 19.781.323,9 119.876.061,1 11 PGAS 449,46 20,49 32,78 9.488.781,1 93.419.716,2 12 ADHI 226,74 4,20 26,38 401.378,9 2.957.088,9 13 WIKA 101,68 4,96 19,35 517.298,4 8.850.869,8 14 JSMR 182,03 4,36 11,39 1.208.322,4 27.397.186,6 15 BBTN 147,86 1,19 13,52 1.921.403,9 2.714.603,3

7 16 PTPP 86,88 3,39 21,20 477.011,9 3.959.343,5 17 KRAS -10,81-0,59-1,33-641.364,1-4.245.817,8 18 GIAA 6,03 0,38 1,00-102.698,5-1.211.539,3 Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Data Diolah Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui bahwa kinerja keuangan BUMN go public tahun 2013 apabila diukur dengan rasio berbasis akuntansi telah memiliki pencapaian kinerja yang baik dimana tingkat EPS, ROA dan ROE masih berada pada rata-rata rasio industri. Hal ini membuktikan bahwa BUMN go public telah mampu meningkatkan profitabilitas perusahaan dalam jangka pendek. Akan tetapi apabila kinerja keuangan diukur dengan menggunakan metode EVA dan MVA, masih ada beberapa BUMN yang belum menciptakan nilai tambah baik bagi perusahaan maupun pemegang saham, yang ditandai dengan perolehan nilai EVA dan MVA yang negatif. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan laba berdasarkan analisis rasio berbasis akuntansi pada hakikatnya belum tentu mampu menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Studi tentang pengukuran kinerja keuangan berbasis akuntansi yang menekankan pada rasio-rasio keuangan dan berbasis nilai tambah telah banyak dilakukan. Diawali dengan penelitian Stern Stewart (1991). Hasil temuan menunjukkan bahwa metode EVA lebih baik dari ukuran kinerja berbasis akuntansi dalam menjelaskan perubahan kekayaan pemegang saham. Biddle, Bowen, and Wallace (1997) membantah klaim Stern Stewart pada superioritas EVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa EVA tidak signifikan mengungguli laba usaha terkait dengan nilai pasar perusahaan. Sejak hasil temuan Biddle, Bowen, and Wallace tahun 1997 telah membuka perdebatan tentang relevansi nilai EVA, banyak penelitian lain dilakukan untuk menguji dan membandingkan pengukuran kinerja berbasis akuntansi konvensional dengan berbasis nilai tambah. Penelitian Joshi (2011) yang berjudul Relationship Between EVA, MVA, and other Accounting Measures of Fertilizer Companies in India tahun pengamatan 2005 2010. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara EVA, MVA dan Accounting Measures (ROI, ROE, EPS, RONW) dengan

8 penciptaan nilai bagi pemegang saham, selain itu untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara nilai rata-rata EVA dan MVA. Dari hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pengukuran kinerja dengan menggunakan EVA dan MVA. Penelitian Zabiulla (2012), tentang strategi penciptaan nilai perusahaan berdasarkan ukuran kinerja konvensional dan EVA pada perusahaan di India tahun pengamatan 2006-2010. Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa secara signifikan terdapat perbedaan antara EVA dan pengukuran kinerja konvensional (ROCE, ROE, EPS) yang dlihat dari nilai rata-rata masing-masing variabel. Penelitian yang membahas perbandingan kinerja keuangan metode akuntansi dan nilai tambah juga telah banyak dilakukan di Indonesia. Lisbet (2008), melakukan penelitian untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kinerja keuangan yag diukur dengan metode rasio keuangan, metode EVA, dan metode REVA pada PT Fajar Surya Wisesa, Tbk. Hasil penelitian membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan kinerja keuangan perusahaan apabila diukur dengan rasio keuangan, metode EVA, dan metode REVA. Fitrianto (2010), melakukan penelitian pada perusahaan Farmasi tahun 2004 2008. Hasil penelitian membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan metode konvensional (ROI, ROE, EPS, NPM) dan Economic Value Added (EVA) dan laba yang dihitung dengan menggunakan metode konvensional lebih baik daripada menggunakan metode EVA. Penelitian ini merupakan replikatif dari penelitian sebelumnya dengan cara menggabungkan beberapa variabel penelitian. Objek dari penelitian ini adalah kinerja keuangan BUMN yang listing di Bursa Efek Indonesia yang dianalisis dengan metode berbasis akuntansi dan berbasis nilai tambah. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk menguji secara empiric apakah terdapat penerapan konsep agency theory pada BUMN yang listing di Bursa Efek Indonesia dengan cara

9 memperbandingkan hasil rata-rata perhitungan kinerja keuangan pada masingmasing BUMN. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Komparatif Informasi Kinerja Keuangan Berbasis Akuntansi (EPS, ROA, ROE) dengan Berbasis Nilai Tambah (EVA, MVA) sebagai Pengujian Konsep Agency Theory pada BUMN yang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2013. 1.2. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan penelitian, yaitu : 1. Mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kinerja BUMN sebelum dan setelah privatisasi dalam upaya untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan produktivitas dan kinerja BUMN. 2. Mengetahui apakah terdapat permasalahan yang sama dalam pengelolaan BUMN, seperti Conflicting Objective, Agency Issues (Political Interference), dan Lack Of Transparency. 3. Mengetahui apakah ada praktik manajemen laba yang dilakukan manajer dalam setiap pelaporan keuangan yang disampaikan perusahaan dalam hubungannya dengan teori kepatuhan dalam penyusunan laporan keuangan. 4. Mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan apabila dianalisis dengan metode berbasis rasio-rasio akuntansi dimana fokus penilaian kinerja lebih berpihak pada kepentingan manajemen. 5. Mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan apabila dianalisis dengan metode berbasis nilai tambah ekonomi dan nilai tambah pasar dimana fokus

10 penilaian kinerja pada penciptaan nilai perusahaan yang sesuai dengan kepentingan pemilik saham. 6. Mengetahui apakah terdapat penerapan konsep agency theory dengan cara menguji secara empirik interdependensi antara kebijakan dividen, kebijakan hutang dan kepemilikan manajerial perusahaan. 1.3. Pembatasan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah penelitian, maka penelitian ini dibatasi pada permasalahan pengujian secara empirik konsep agency theory dengan cara memperbandingkan hasil pengukuran kinerja keuangan berbasis akuntansi (EPS, ROA, ROE) dan metode berbasis nilai tambah (EVA, MVA) pada BUMN yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2013. 1.4. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah penelitian, secara spesifik masalah pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah gambaran kinerja keuangan apabila diukur dengan metode berbasis akuntansi (EPS, ROA, ROE) pada BUMN yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 2013? 2. Bagaimanakah gambaran kinerja keuangan apabila diukur dengan metode berbasis nilai tambah (EVA, MVA) pada BUMN yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 2013? 3. Bagaimanakah perbedaan penilaian kinerja keuangan menggunakan metode berbasis akuntansi (EPS, ROA, ROE) dan berbasis nilai tambah (EVA, MVA) sebagai pengujian konsep agency theory pada BUMN yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 2013? 1.5. Tujuan Penelitian

11 Adapun tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui hal-hal sebagai berikut: 1. Mengetahui bagaimana gambaran kinerja keuangan apabila diukur dengan menggunakan metode berbasis akuntansi (EPS, ROA, ROE) pada BUMN yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 2013. 2. Mengetahui bagaimana gambaran kinerja keuangan apabila diukur dengan menggunakan metode berbasis nilai tambah (EVA, MVA) pada BUMN yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 2013. 3. Mengetahui perbedaan penilaian kinerja keuangan menggunakan metode berbasis akuntansi (EPS, ROA, ROE) dan metode berbasis nilai tambah (EVA, MVA) sebagai pengujian konsep agency theory pada BUMN yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 2013. 1.6. Manfaat Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui hal-hal sebagai berikut: 1. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi kalangan praktisi untuk memberikan informasi bagaimanakah penerapan konsep agency theory pada BUMN yang listing di Bursa Efek Indonesia dengan cara memperbandingan hasil kinerja keuangan metode berbasis akuntansi (EPS, ROA, ROE) dan berbasis nilai tambah (EVA, MVA). 2. Secara akademis, penelitian ini dapat diharapkan berguna bagi kalangan akademisi : a. Kepentingan ilmu pengetahuan, khususnya manajemen keuangan. Peneliti dalam menjawab permasalahan penelitian berusaha semaksimal mungkin melakukan pendekatan berdasarkan metode ilmiah keilmuan.

12 b. Peneliti sendiri. Menambah wawasan pengetahuan dalam mengaplikasikan konsep keilmuan terutama manajemen keuangan sebagai bagian dari proses belajar. c. Peneliti lain. Hasil penelitian diharapkan sebagai bahan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya.