BAB II LANDASAN TEORI. A. Prilaku Moral. mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada dua teori etika yang dikenal sebagai deontologi dan teleologi.

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dalam maupun luar negeri mudah diakses oleh setiap individu, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL ANAK Di KELOMPOK B3 TK NEGERI PEMBINA PALU. Zulfitri 1

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

PANDUAN WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sementara seseorang seperti kelelhahan atau disebabkan obatobatan,

ANALISIS NILAI MORAL PEMBIASAAN PENGUCAPAN TERIMA KASIH PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI KECAMATAN PONTIANAK KOTA

PERKEMBANGAN MENTAL PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENGAMALAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan budaya dan karakter bangsa merupakan isu yang mengemuka di

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. remaja yang berkisar antara tahun. Hurlock (1980: 206) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. Kepribadian Muslim Siswa MAN 2 Tulungagung. siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. 1

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

Kode Etik Guru Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB I PENDAHULUAN. ini. Akan tetapi, perkembangan teknologi dan industri yang menghasilkan budaya teknokrasi

Kurikulum Standard Prasekolah Kebangsaan TUNJANG KEROHANIAN, SIKAP DAN NILAI

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan. Dalam hal ini yang diproritaskan adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam yang tidak terlalu penting untuk serius dipelajari dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB V PENUTUP A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang memasuki sekolah menengah pertama pada umumnya berada

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sesuai dengan fasenya, mulai sejak lahir hingga meninggal dunia.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup suatu bangsa agar tidak sampai menjadi. bangsa yang terbelakang dan tertinggal dengan bangsa lain.

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

MATERI PERTEMUAN II. Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

PERKEMBANGAN NILAI, MORAL DAN SIKAP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. tentang isu kemerosotan nilai-nilai yang terkandung dalam keluarga cukup

meningkatkan perilaku terpuji di MA Salafiyah Syafi iyah Hadirul Ulum Tasikrejo Kec. Ulujami, Kab. Pemalang, mengacu pada data utama yaitu data

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seseorang yang terlahir ke dunia pada dasarnya dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam kehidupan manusia, dimana seseorang sudah tidak dapat

BAB IV ANALISIS STRATEGI GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI SMP WAHID HASYIM PEKALONGAN

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Mansur,

BAB IV ANALISIS TERHADAP PERANAN MADRASAH DINIYAH AL HIKMAH DALAM MORALITAS REMAJA DI BOYONG SARI KELURAHAN PANJANG BARU PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. agar pelajaran yang diterapkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. pendidikan yang berbasis agama. Setiap lembaga pendidikan harus bisa

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Akhlak dapat terbentuk. Dalam kehidupan sehari-hari akhlak

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Prilaku Moral 1. Pengertian Prilaku Moral Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Perkataan moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti adat kebiasaan,moral sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar.moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban dan sebagainya. Purwadarminto, (Dalam Ansori, 2002). Helden dan Richards (dalam Sjarkawi, 2008) merumuskan kata moral sebagai suatu kepekaan dalam pikiran perasaan, dan tindakan dibandingkan dengan tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip dan aturan. Selanjutnya moralitas merupakan pandangan baik-buruk, benar-salah, apa yang dapat atau tidak dapat dilakukan. Selain itu, moral juga merupakan seperangkat keyakinan dalam suatu masyarakat berkenaan dengan karakter atau kelakuan dan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. 10

11 Helden dan Richards (dalam Sjarkawi, 2008) juga mengatakan perilaku moral sebenarnya sesuatu yang tersembunyi dalam pikiran seseorang karena tersimpan dalam cara berfikirnya. Artinya, untuk mengetahui keadaan moral seseorang yang sebenarnya, seorang pengamat mungkin bisa tersesat oleh fenomena yang ditunjukkan oleh perilaku nyata seseorang. Menurut Rose Mini (2010) perilaku moral adalah perilaku seseorang dalam berhubungan dengan orang lain yang mengacu pada seperangkat peraturan, kebiasaan, dan prinsip-prinsip tertentu yang berdampak pada kesejahteraan manusia. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan perilaku moral sebagai perilaku yang sesuai dengan aturan-aturan dan nilai-nilai masyarakat dimana individu tinggal, sehingga perilaku moral dapat dikatakan dengan perilaku yang baik dan pantas dilakukan dalam masyarakat. 2. Proses Pembentukan Moral Hurlock ( 1999) menjelaskan empat pokok utama yang dipelajari dalam membentuk moral seseorag, yaitu: a. Belajar dari apa yang diharapkan kelompok dari anggotanya Harapan yang terperinci dalam bentuk hukum, kebiasaan dan peraturan. Pada masa kanak-kanak, individu tidak dituntut tunduk pada hukum dan kebiasaan tetapi setelah individu memasuki usia sekolah, secara bertahap diajari hukum yang berlaku. Dengan begitu anak akan belajar pada peraturan yang ditentukan berbagai kelompok atau lingkungan sosialnya baik rumah, sekolah maupun masyarakat. Hal inilah yang kemudian membentuk dasar pengetahuan

12 anak tentang harapan berbagai kelompook. Adanya proses belajar ini, anak diharapkan uantuk mematuhi segala bentuk peraturan dan siap menerima konsekuensi ketika peraturan tersebut dilanggar. b. Belajar mengembangkan hati nurani sebagai kendali internal perilaku individu. Salah satu tugas perkembangan masa kanak-kanak adalah belajar menggunaan hati nurani sebagai pengendali tingkah laku. Hati nurani dikenal dengan sebutan cahaya dari dalam, super ego dan polisi internal. Pada masa kanak-kanak, membentuk standar dalam bertingkah laku sangatlah rumit. Oleh karena itu, perilaku individu harus dikendalikk menjelang memasukian oleh batas-batas yang ditentukan oleh lingkungan. Tetapi ketika anak memasuki usia remaja terjadi pergeseran bertahap, dari kendali lingkungan kekendali internal. Pada waktu anak memasuki usia remaja polisi internal (super ego) harus mengambil alih kendali perilaku anak. c. Belajar mengembangkan perasaan bersalah dan rasa malu. Rasa bersalah digunakan sebagai evaluasi diri khusus yang negatif yang terjadi ketika individu mengakui bahwa perilakunya berbeda dengan nilai moralyang dirasakan dan wajib untuk dipenuhi. Sedangkan rasa malu sebagai reaksi emosional yang tidak menyenangkan yang timbul akibat dari adanya penilaian negatif terhadap dirinya. Dengan kata lain rasa bersalah berperan lebih penting dari pada rasa malu yang dimiliki oleh individu dalam mengendalikan perilaku.

13 d. Belajar melakukan interaksi dengan kelompoknya Interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan moral. Pada mulanya interaksi sosial berawal dari lingkungan keluarga, seiring berkembangannya kemampuan dalam berkomunikasi interaksi sosial meluas sampai pada lingkungan sosial yang lebih luas. Individu yang diterima dilingkungan sosialnya dengan baik, akan memberikan kesempatan belajar kode moral dan memotivasi individu untuk menyesuaikan dengan kode moral yang telah ditetapkan. Selain empat hal diatas, Hurlock ( 1999) menjelaskan ada beberapa cara yang dapat dilakukan individu untuk belajar perperilaku moral, sehingga individu dikategorikan bermoral, yaitu: a. Identifikasi Identifikasi sebagai sumber belajar perilaku moral semakin penting, karena individu cenderung untuk meniru perilaku orang yang dianggapnya menarik atau orang yang dikaguminya. Biasanya imitasi dari perilaku tersebut biasanya tanpa disadari secara langsung. b. Pendidikan langsung Anak pertama-tama memberikan reaksi tertentu yang tepat dalam situasi tertentu. Hal ini dilakukan dengan mematuhi aturan yang diberikan orang tua dan orang lain yang berwenang. Apabila peraturan yang telah diterima oleh anak dengan baik, kemungkinan besar anak-anak tidak akan mengalami kesulitan untuk menerapkan peraturan-peraturan lain yang ia temui.

14 c. Trial and error Anak belajar untuk bersikap sesuai dengan apa yang diterima secara sosial oleh masyarakat dengan coba ralat. Anak mencoba suatu pola perilaku secara terus menerus hingga anak secara kebetulan dan bukan direncanakan menemukn metode yang memberikan hasil yang diinginkan. Sedangkan proses pembentukan perilaku moral menurut Kurtines dan Gerwitz (dalam Azizah, 2014) melibatkan 4 tahap penting yaitu: a. Menginterpretasikan situasi dalam rangka memahami dan menemukan tindakan apa yang mungkin untuk dilakukan dan bagaimana efeknya terhadap keseluruhan masalah yang ada. b. Menggambarkan apa yang harus dilakukan dengan nilai moral pada situasi tertentu dengan tujuan untuk menetapkan suatu perilaku moral, c. Memilih diantara nilai-nilai moral untuk memutuskan apa yang secara actual akan dilakukan, dan d. Melakukan tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral 3. faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku moral Yusuf ( 2004) mengatakan perkembangan moral banyak dipengaruhi oleh lingkungan keluarga terutama orang tua. Ia belajar untuk mengenal nilai-nilai dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut. Beberapa sikap orang tua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak, diantaranya sebagai berikut:

15 a. Konsisten dalam mendidik anak b. sikap orang tua dalam keluarga terutama dalam mendidik anak. c. penghayatan dan pengalaman agama yang dianut d. sikap konsisten orang tua dalam menerapkan norma. 4.Aspek-aspek perilaku moral Dradjat (1992) mengatakan perilaku moral yang terpenting adalah sebagai berikut: a. Berkata jujur, yaitu berani mengungkapkan perkataan yang sesuai dengan apa yang terjadi. b. Berbuat benar, yaitu perbuatan yang sesuai dengan aturan dan kaidah yang telah ditetapkan oleh masyarakat c. Berlaku adil, yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya d. Berani, yaitu kesiapan fisik dan mental untuk menghadapi suatu peristiwa dan membenarkan jika peristiwa tersebut tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam masyarakat. Keempat karakteristik perilaku moral ini, apabila telah dimiliki oleh remaja maka akan tercipta iklim yang kondusif didalam masyarakat dan kehidupan pribadi remaja itu sendiri. Hal ini akan berpengaruh terhadap tumbuhkembangnya seorang remaja. Remaja yang berkembang didaerah yang penuh kenyamanan maka akan tumbuh menjadi pribadi dewasa yang matang dan sehat.

16 B. Perbedaan Kurikulum Mata Pelajaran SMA dan MAN Jenis lingkungan sekolah sangat beragam tergantung dari sistem yang dianut disekolah dalam mendidik siswa-siswanya dan perbedaan sistem pendidikan dapat disebabkan karena titik berat materi yang disusun dalam kurikulum yang diberlakukan disekolah. Salah satu sistem pendidikan yang ada di Indonesia adalah Sekolah Agama dan Sekolah Umum. Dalam kurikulum-2013 di jelaskan bahwa Sekolah agama memberikan materi pendidikan agama yang lebih besar porsinya dibandingkan dengan Sekolah Umum dan salah satu jenis Sekolah Agama yang ada adalah Madrasah Aliyah Negeri (MAN), yaitu Sekolah Agama Islam setingkat dengan Sekolah Menengah Umum (SMU). Madrasah Aliyah Negeri (MAN) memberikan porsi materi pelajaran Agama Islam yang lebih banyak dan lebih mendalam karena pelajaran Agama Islam dibagi kedalam bebrapa bagian mata pelajaran, seperti misalnya:fiqih, Aqidah dan Akhlak, Qur an Hadist, serta Bahasa Arab.

17 Dibawah ini kita dapat melihat perbedaan mata pelajaran agama dari MAN dan SMA : Tabel.2.1 Perbedaan Mata Pelajaran Agama MAN dan SMA NO ASPEK SMA MAN 1 Mata pelajaran Agama Islam - Qur an Hadist (2 Jam) -Fiqih (2 Jam) -Aqidah dan Akhlak (2 Jam) -Sejarah Kebudayaan Islam (2 Jam) 2 Jumlah jam 2 Jam 8 Jam pelajaran (dalam seminggu) Diantara 4 mata pelajaran yang ada di MAN, Mata pelajaran Qur an- Hadist dimaksudkan untuk memberikan bekal kepada para siswa dalam memahami ayat-ayat Al-Qur an dan Hadist Nabi sebagai sumber utama ajaran Agama Islam. Mata pelajaran Aqidah dan Akhlak dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan, pemahaman dan penghayatan tentang keimanan dan nilai-nilai akhlak yang merupakan dasar utama dalam pembentukan kepribadian muslim. Mata pelajaran Fiqih dimaksudkan untuk memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan mengamalkan ajaran Agama Islam dalam aspek hukum, baik yang berupa ibadah maupun mu amalah. Agama merupakan salah satu sistem nilai yang dianut oleh individu karena agama berisi keyakinan dan kepercayaan

18 yang dianut oleh individu yang kemudian diinternalisasikan kedalam dirinya yang akan mempengaruhi perilakunya sehari-hari. C. Kerangka pemikiran Salah satu tolak ukur atau kriteria untuk mengetahui perilaku itu dikategorikan bermoral atau tidak adalah nilai-nilai ajaran agama. Agama dapat menjadi salah satu faktor pengendali tingkah laku remaja. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan biasa menerangkan mengapa dan untuk apa seseorang berada di dunia. Pendidikan agama yang didapatkan oleh siswa akan mengajarkan perilaku moral yang baik kepada siswa, karena nilai-nilai agama mengajarkan cara berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku yang tentunya sesuai dengan ajaran agama islam dan siswa akan menerima semua ilmu agama yang di peroleh sehingga siswa akan berperilaku sesuai dengan tujuan pendidikan agama tersebut. Program kurikulum pelajaran Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) mempunyai perb edaan dalam mata pelajaran yang diberikan. Perbedaannya terletak pada pembagian dan jumlah jam pelajaran Agama Islam. Pelajaran Agama Islam di Sekolah Menengah Umum (SMU) diberikan selama dua jam pelajaran untuk setiap minggunya, sedangkan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) diberikan selama 8 jam setiap minggunya. Pelajran Agama Islam MAN dibagi menjadi tiga jenis mata pelajaran, yaitu Qur a- Hadist, Fiqih, Akidah dan Akhlak sedangkan SMAN hanya satu yaitu mata pelajaran agama

19 islam. Siswa akan berperilaku yang mencerminkan nilai-nilai agama yang didapatnya di sekolah, dibandingkan dengan siswa yang berlatar belakang umum yang mendapatkan pelajaran agama yang lebih sedikit. Dengan kata lain pelajaran agama yang dipelajari di SMA dan MAN akan memiliki kontribusi bagi perilaku siswa-siswi di kedua sekolah tersebut, dan perilaku tersebut akan muncul sesuai dengan apa yang di terima oleh siswa itu sendiri. Ketika pelajaran agama diterima dengan baik maka siswa akan berperilaku dengan baik juga dan akan berperilaku jujur, adil dan selalu melakukan hal-hal yang baik di dalam kehidupan sehari-harinya, namun apa bila tidak diterima maka siswa akan cenderung berperilaku yang kurang baik dan jauh dari perilaku yang bermoral. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan perilaku moral antara siswa sekolah menengah atas dan siswa madrasah aliyah.