RUANG TERBUKA PADA KAWASAN PERMUKIMAN MENENGAH KE BAWAH Studi Kasus : Kawasan Permukiman Bumi Tri Putra Mulia Jogjakarta

dokumen-dokumen yang mirip
Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

ARAHAN PENGEMBANGAN FUNGSI RUANG LUAR KAWASAN GELORA BUNG KARNO JAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: RICKAYATUL MUSLIMAH L2D

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan ruang terbuka hijau khususnya ruang terbuka hijau publik.

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

POLA PEMANFAATAN DAN PELAYANAN ALUN-ALUN KOTA PATI BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG TUGAS AKHIR TKPA 244

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG RUANG TERBUKA DI KELURAHAN TAMANSARI

ARAH PERKEMBANGAN RUANG PUBLIK PADA BUNDARAN BESAR DAN JALAN YOS SUDARSO PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

RIVERWALK SEBAGAI RUANG TERBUKA ALTERNATIF DI KAWASAN FLAMBOYAN BAWAH KOTA PALANGKA RAYA

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI KAWASAN PERMUKIMAN PADAT KELURAHAN SINDULANG I KOTA MANADO

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

PERENCANAAN RUANG TERBUKA NON HIJAU DI KOTA TIDORE KEPULAUAN DENGAN METODE PARTICIPATORY PLANNING

D.03 PERAN RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG SOSIALISASI ANAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

LANSEKAP YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

TUGAS SAINS ARSITEKTUR II

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ruang terbuka Publik berasal dari bahasa latin platea yang berarti jalur

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

Preferensi Masyarakat dalam Memilih Karakteristik Taman Kota Berdasarkan Motivasi Kegiatan

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota merupakan sarana untuk menuju perbaikan kualitas

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Ide dan gagasan gagasan perancangan integrasi pasar tradisional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2010). Aksesibilitas adalah konsep yang luas dan fleksibel. Kevin Lynch

Penetuan Tema Ruang Terbuka Hijau Aktif Di Kota Malang Berdasarakan Preferensi Masyarakat

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB I PENDAHULUAN. pesat karena kota saat ini, dipandang lebih menjanjikan bagi masyarakat desa

VI. KONSEP PERANCANGAN TAMAN TEPIAN SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN

CULTURE PARK DI KABUPATEN KLATEN

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN AKTIVITAS REKREASI MASYARAKAT PENGHUNI PERUMNAS BANYUMANIK TUGAS AKHIR. Oleh : FAJAR MULATO L2D

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KAWASAN FLAMBOYAN BAWAH

TIPOLOGI KEPEMILIKAN RTH DI PERKOTAAN TOBELO

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB 2 ANALISA KAWASAN. Dalam menghasilkan sebuah pemrograman dan inventarisasi data yang maksimal,

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark. BAB III. ELABORASI TEMA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ini pun di atur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002

Spesifikasi fasilitas tempat bermain di ruang terbuka Iingkungan rumah susun sederhana

BAB I PENDAHULUAN. pusat kota, terutama kawasan bantaran sungai di tengah kota. Status kepemilikan

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG

Pengkaj ian Teori 8

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI BAWAH JEMBATAN LAYANG PASUPATI SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANANKAN RUANG PUBLIK

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

IDENTIFIKASI KEGIATAN PEMBENTUKAN RUANG LUAR RUKO PADA KORIDOR JALAN DI KAWASAN PERUMAHAN SAWOJAJAR KOTA MALANG. Elong Pribadi**) dan Suning*)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. olahraga, ada yang berlari, berjalan, bersepeda, bermain sepak bola, atau

Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

KAJIAN TERHADAP KONSEP ELEMEN ALAMI DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TEPIAN PANTAI

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN RUANG TERBUKA PUBLIK KELURAHAN BITUNG KARANG RIA DI KOTA MANADO

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Agria Tri Noviandisti, 2012 Perencanaan dan Perancangan Segreen Apartment Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. daerah wisata. Pariwisata itu sendiri adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

BAB I PENDAHULUAN. Gambar1.1 Kemacetan di Kota Surabaya Sumber: 25/4/

Transkripsi:

RUANG TERBUKA PADA KAWASAN PERMUKIMAN MENENGAH KE BAWAH Studi Kasus : Kawasan Permukiman Bumi Tri Putra Mulia Jogjakarta Ariati 1) ABSTRAKSI Pembangunan perumahan baru di kota-kota sebagian besar berkembang di pinggiran kota. Sejalan dengan itu dibutuhkan fasilitas pendukung guna memenuhi dan melengkapi kebutuhan penghuni perumahan-perumahan yang ada. Salah satu di antaranya adalah fasilitas ruang terbuka. Kajian ini mencoba untuk mengungkapkan karakteristik ruang terbuka yang dibutuhkan oleh masyarakat khususnya masyarakat pada kawasan permukiman menengah ke bawah. Selain itu kajian ini juga mencoba memaparkan kebutuhan ruang terbuka pada kawasan permukiman yang dikaitkan dengan faktor sosial masyarakat. Kata kunci: permukiman, kebutuhan, ruang terbuka Pendahuluan Penyediaan ruang terbuka merupakan konsekuensi logis dari suatu kawasan permukiman utamanya pada kawasan permukiman berskala besar. Hal ini bukan hanya karena adanya tuntutan penyediaan ruang terbuka yang disesuaikan dengan standar pemerintah tetapi juga karena adanya aspek sosial budaya masyarakat yang perlu terwadahi oleh ruang terbuka. Penyediaan ruang terbuka yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk kegiatan outdoor mereka. Sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan merusak citra kawasan permukiman itu sendiri. Kenyataan menunjukkan bahwa supaya pembangunan selama ini belum mampu memenuhi kebutuhan aktual masyarakat. Nuansa pembangunan dengan dasar keuntungan ekonomi semata sangatlah mendominasi. Wacana penyediaan ruang terbuka yang dapat digunakan oleh masyarakat menjadi sebuah gagasan terpinggirkan karena dipandang tidak ekonomis. Eksistensi ruang terbuka yang ada selain dari segi kuantitas tidak mencukupi juga dari segi kualitas ruang terbuka yang ada tidak sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Hal ini berdampak tidak adanya rasa kepemilikan masyarakat terhadap ruang terbuka yang tersedia yang pada akhirnya akan berdampak pada tidak antusiasnya masyarakat untuk memelihara ruang terbuka yang ada. Fungsi dan Nilai Ruang Terbuka Menurut Dwita Hadi (1999) keberadaan ruang terbuka di dalam kota sangat penting, baik bagi penduduk maupun lingkungan kota, karena ada beberapa nilai yang dikandungnya. Nilai-nilai tersebut diaktualisasikan dalam hubungan manusia dengan alam. Dengan mengenal pentingnya ruang terbuka, seseorang dapat memahami nilai yang dikandung oleh ruang terbuka tersebut. Fungsi dan nilai ruang terbuka dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu : Nilai ekologi dan alam Ruang-ruang hijau di dalam kota dan pinggir kota dapat berfungsi sebagai paru-paru kota yang menyaring debu dan polutan lainnya, sehingga udara menjadi lebih bersih dan lingkungan menjadi lebih baik. Selain itu ruang terbuka dapat mengurangi tingkat kebisingan yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. 1) Dosen Tetap Jurusan Teknik Sipil dan Arsitektur Universitas Palangka Raya 20

Nilai Psikologis Pada konteks ini, nilai-nilai ruang terbuka tidak hanya sebagai tempat untuk pertemuan sosial, keluarga, tetangga dan tempat bermain anak-anak, tetapi juga sebagai tempat seseorang untuk menyendiri dan menikmati kesunyian. Ruang terbuka dapat dipakai sebagai tempat duduk pelepas lelah di siang hari sebelum orang kembali bekerja dengan kondisi psikologis yang lebih segar. Nilai sosial dan budaya Penduduk urban hanya mempunyai tempat untuk tinggal yang terbatas luasannya, karena mahalnya harga tanah di kota. Oleh karena itu mereka membutuhkan ruang-ruang terbuka untuk interaksi sosial dengan tetangga, keluarga dan teman-teman. Teman, plaza dan ruang-ruang terbuka informal sering dipakai untuk pertunjukkan musik, budaya tradisional, pawai dan kegiatan lainnya di hari libur sehingga ruang terbuka sangat bermanfaat untuk arti-arti sosial dan budaya. Nilai estetika Nilai ini dikandung oleh ruang terbuka karena konteribusinya kepada pemandangan lansekap kota. Lansekap yang bagus akan memacu tumbuhnya apresiasi bagi yang menikmatinya. Menikmati alam tidak lagi untuk alasan-alasan ekonomi atau sosial, tetapi suatu rasa menikmati kualitas alam. Dalam konteks ini intervensi manusia pada pengelolaan ruang terbuka akan menentukan nilai estetika dari ruang terbuka. Deskripsi Kawasan Permukiman Bumi Tri Putra Mulia (BTPM) Jogjakarta Kondisi Fisik Pembangunan Kawasan Permukiman BTPM dimulai pada tahun 2003 dengan jumlah unit perumahan melalui empat tahapan dan sampai pada tahun akhir jumlah hunian mencapai 7475 unit yang terdiri atas : tipe 18/72 = 182 unit tipe 21/72-84 = 3254 unit tipe 36/96-98-112 = 1964 unit tipe 45/120 = 185 unit tipe 54/153 = 599 unit tipe 70/180-187 = 247 unit tipe 65/200 = 16 unit tipe 128/350 = 5 unit Ruko D-83 = 16 unit Lahan yang telah disiapkan untuk fasilitas ruang terbuka adalah 94.487 m 2 yang tersebar pada setiap blok dan pusat-pusat lingkungan. Lokasi ruang terbuka seperti fasilitas olah raga berada pada setiap pusat-pusat lingkungan dan digabung dengan taman tempat bermain. Namun kondisinya kurang tertata dengan baik dan bahkan di beberapa lokasi telah menjadi tempat pembuangan sampah. Kondisi Sosial Budaya Karakteristik sosial budaya masyarakat menyangkut pola pikir dan perilaku mempunyai konstribusi yang besar dalam menentukan wujud suatu kawasan permukiman. Adapun karakteristik sosial budaya masyarakat yang bermukim di BTPM sangat beragam yang terdiri dari beberapa macam agama, suku, strata sosial dan daerah asal yang berbeda. Interaksi sosial masyarakat antar individu atau kelompok senantiasa terjadi dalam kegiatan seharihari. Interaksi ini merupakan suatu dinamika tersendiri yang diwarnai berbagai macam pendapat, tanggapan, pikiran maupun tingkah laku. Jumlah penduduk yang besar dan karakteristik sosial budaya yang bervariasi mengakibatkan sering terjadi benturan-benturan dalam berbagai kegiatan. Meskipun demikian, dengan kesadaran dan tingginya tingkat pendidikan masyarakat maka perselisihan dapat dihindarkan. 21

Karakteristik Kebutuhan Ruang Terbuka Jenis Ruang Terbuka Jenis ruang terbuka terbagi atas ruang terbuka aktif dan ruang terbuka pasif. Ruang terbuka aktif dimaksudkan sebagai ruang-ruang yang dipakai untuk kegiatan manusia seperti bermain, beristirahat, berolah raga, berjalan-jalan, berkomunikasi, dan sebagainya. (Dwita Hadi, 1999). Ruang terbuka aktif dapat berupa : Taman Kota Merupakan bentuk ruang terbuka yang paling baik untuk area permukiman. Taman bermain Area ini terutama untuk anak-anak bermain yang dapat berada dalam taman kota. Fasilitas yang disediakan harus dapat dipakai untuk anak dari segala jenis umur, misalnya rerumputan dengan kolam dan peralatan bermain. Plaza Sebuah plaza di tengah kota atau di lingkungan permukiman yang biasanya dengan permukaan diperkeras, merupakan magnit untuk kegiatan sosial bagi masyarakat dari berbagai kelompok usia. Ruang Terbuka Kecil Jenis ruang terbuka ini tidak memiliki nama khusus karena hanya berupa area kecil dibeberapa tempat di pusat kota atau permukiman. Ruang terbuka ini biasa hanya berupa rerumputan dengan tanaman bunga atau beberapa pohon dengan satu atau dua tempat duduk. Studi yang dilakukan pada kawasan Permukiman Bumi Tri Putra Mulia (BTPM) Jogjakarta diajukan empat jenis ruang terbuka, yaitu taman bermain, lapangan olahraga, plaza dan taman kecil. Dari hasil studi tersebut ditemukan bahwa lapangan olahraga merupakan jenis ruang terbuka yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Setelah itu taman bermain kemudian taman kecil dan terakhir adalah plaza. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat memanfaatkan lapangan olah raga untuk kegiatan outdoornya. Lapangan olahraga disini tidak hanya berfungsi sebagai tempat olah raga tetapi juga berfungsi sebagai sarana kegiatan lain seperti bermain, rekreasi, berinteraksi. Demikian halnya dengan taman bermain atau taman kecil, pemanfaatannya bukan hanya untuk rekreasi dan berinteraksi tetapi juga digunakan sebagai tempat olahraga. Dari hasil studi ini juga diketahui bahwa kelompok umur mempunyai hubungan yang signifikan dengan jenis ruang terbuka. Hal ini menunjukkan bahwa jenis ruang terbuka perlu disesuaikan dengan kelompok umur. Fungsi Ruang Terbuka Fungsi ruang terbuka perlu diketahui dalam penyediaan dan pemenuhan kebutuhan ruang terbuka pada suatu kawasan permukiman. Dengan mengetahui fungsi ruang terbuka maka kegiatan yang dilakukan di dalam ruang terbuka dapat disesuaikan dengan fungsinya dan pemanfaatannya dapat dikontrol. Secara garis besar, fungsi ruang terbuka dalam kajian ini terdiri atas : Ruang terbuka yang berfungsi sebagai sarana rekreasi dan olahraga Ruang terbuka yang berfungsi sebagai sarana interaksi sosial Ruang terbuka yang berfungsi sebagai sarana informasi dan ilmu pengetahuan Ruang terbuka yang berfungsi sebagai sarana estetika dan kesegaran lingkungan 22

Pada sebahagian kawasan permukiman menengah ke bawah termasuk dalam hal ini kawasan permukiman BTPM ruang terbuka yang tersedia sebagian besar berupa ruang terbuka kecil yang lokasinya tersebar pada beberapa blok dalam kawasan permukiman. Kondisi dari ruang terbuka tersebut masih berupa lahan kosong atau rerumputan yang seolah tidak tersentuh desain sebagaimana layaknya sebuah ruang terbuka. Kondisi tersebut menjadikan masyarakat sulit untuk membedakan antara lahan untuk taman dengan lahan untuk kapling bangunan. Bahkan sebagian diantaranya sudah menjadi tempat pembuangan sampah. Hasil pemantauan pada lokasi studi memperlihatkan bahwa hampir semua jenis ruang terbuka dimanfaatkan sebagai sarana olah raga, rekreasi, bermain dan berinteraksi oleh masyarakat. Sedangkan pemanfaatan ruang terbuka sebagai sarana pertunjukan dan hiburan dilakukan di lapangan olah raga. Berdasarkan studi yang dilakukan menunjukkan bahwa fungsi ruang terbuka mempunyai hubungan yang signifikan dengan umur dan jenis kelamin. Hal ini berarti bahwa pemanfaatan ruang terbuka yang sesuai dengan fungsinya perlu disesuaikan dengan kelompok umur dan jenis kelamin. Oleh sebab itu dalam upaya pengadaan dan penyediaan ruang terbuka, perencanaan dan perancangan ruang terbuka memerlukan studi pendekatan terhadap kelompok umur dan jenis kelamin. Jarak Ruang Terbuka Jarak ruang terbuka dari tempat tinggal sangat menentukan eksistensi sebuah ruang terbuka. Dalam hal ini, masyarakat yang menjadi obyek studi pada umumnya memanfaatkan ruang terbuka yang jaraknya dekat dari tempat tinggal mereka tanpa melihat jenis dan fungsi dari ruang terbuka yang ada. Sebagian besar masyarakat menginginkan ruang terbuka yang disediakan berjarak kurang dari 500 meter dari tempat tinggal mereka dan sedapat mungkin dicapai dengan berjalan kaki. Dalam kasus ini ruang terbuka yang berjarak kurang dari 500 1000 meter pada umumnya adalah taman kecil. Karena jaraknya yang relatif dekat dan pencapaiannya yang mudah sehingga ruang terbuka kecil menjadi sebuah ruang terbuka yang multifungsi. Sedangkan taman kota dan lapangan olah raga relatif jauh sehingga sebagian masyarakat menggunakan kendaraan untuk mencapainya. Studi ini juga menunjukkan bahwa kelompok umur mempunyai kaitan yang signifikan dengan pencapaian ke ruang terbuka. Hal ini berarti bahwa lokasi dan jarak ruang terbuka perlu disesuaikan dengan kelompok umur khususnya usia kanak-kanak. Pada kelompok usia ini, bermain dan berinteraksi disertai dukungan pengawasan dan keamanan baik lingkungan maupun orang tua menjadi dasar pertimbangan dalam penyediaan ruang terbuka. Disamping itu kelompok usia ini menjadi pengguna yang dominan dalam pemanfaatan ruang terbuka. Oleh sebab itu, ruang terbuka tidak lagi sekedar mengisi lahan-lahan sisa dengan pencapaian yang jauh dan sulit yang mendorong kelompok usia kanak-kanak lebih memanfaatkan tepi jalan (bahkan di tengah jalan), sudut jalan atau area parkir sebagai tempat untuk berinteraksi, bermain, dan berkumpul. 23

Kesimpulan Penyediaan ruang terbuka pada suatu kawasan permukiman mempunyai peranan yang sangat berarti dalam membentuk mental, potensi dan perilaku sosial masyarakat. Oleh sebab itu, penyediaan dan pengadaan ruang terbuka memerlukan perencanaan dan perancangan yang lebih serius. Pada kasus kawasan permukiman Bumi Tri Putra Mulia eksistensi ruang terbuka menjadi suatu fasilitas publik yang penting dalam kehidupan masyarakat. Meskipun dalam pemanfaatannya tidak sesuai dengan karakteristik ruang terbuka yang tersedia. Hal ini disebabkan salah satunya adalah karena kuantitas dan kualitas ruang terbuka yang tersedia tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Ari, Ismu Rini D. Penggunaan Ruang Publik Oleh Remaja di Kota Malang. Jurnal Teknik Volume VIII no. 3. Universitas Brawijaya. Malang. 2001. Asdra, Lucia Rudwiartini. Peranan Persepsi Masyarakat Terhadap Lingkungan Terbangun. Jurnal Vasthu No. 03/Th. III. Juli 1995. Fakultas Teknik dan Teknologi Industri Universitas Atmajaya. Yogyakarta. 1995. Budihardjo, Eko. Tata Ruang Perkotaan. Alumni. Bandung. 1997. Budiharjo, Eko. Kota Berkelanjutan. Alimni. 1999. Daldjoeni, N. Seluk Beluk Masyarakat Kota. Alumni. Bandung. 1992. Hadi, Dwita dan Bakti Setiawan. Perancangan Kota Ekologi. Direktorat jenderal pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Jakarta. 1999. Hakim, Rustam. Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lansekap. Bumi Aksara. Jakarta. 1993. Laurie, Michael. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan. Intermatra. Bandung. 1990. Pranowo, M, Bambang. dkk. Stereo Tipe, Etnis, Asimilasi dan Interaksi Sosial. Pustaka Grafika. Jakarta. 1989. 24