I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Limbah Cair Budidaya Air Lele Dengan Pupuk Nitrogen. Terhadap Tinggi Tanaman, dan Jumlah Daun

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 7.1) menunjukkan

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan bersifat irreversible (Anderson dan Beardall, 1991). Tanaman semasa

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (Lampiran VI)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 )

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan dan pemberian berbagai macam pupuk hijau (azolla, gamal, dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengomposan Eceng Gondok dengan Perlakuan Hijauan. 1. Pengamatan perubahan pada kompos selama proses dekomposisi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar. Kadar air, ph, C-Organik, Bahan Organik, N total. Berikut data hasil analisis

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Varietas Biru Lancor (Allium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bulan Februari 230 Sumber : Balai Dinas Pertanian, Kota Salatiga, Prov. Jawa Tengah.

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Limbah Cair Tahu pada Tinggi Tanaman

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

HASIL DAN PEMBAHASAN. (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Electrical Conductivity (EC) Menurut Sutiyoso (2009) untuk sayuran daun digunakan EC 1,5-2,0 ms/cm.

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI BRIKET CAMPURAN ARANG SERBUK GERGAJI DAN TEPUNG DARAH SAPI PADA BUDIDAYA JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DI TANAH PASIR PANTAI

HASIL DAN PEMBAHASAN. memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, berat

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia

I. PENDAHULUAN. manis dapat mencapai ton/ha (BPS, 2014). Hal ini menandakan bahwa

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan Berat Kering Tanaman. Hasil analisis data masing masing parameter akan. A. Tinggi Tanaman (cm)

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat

HASIL DAN PEMBAHASAN. tanaman yang bersifat tak terbalikkan (irreversible) Bertambah besar ataupun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS & PEMBAHASAN. mengetahui pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses pertumbuhan tersebut tentunya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

(g/ kg gambut) D0(0) DI (10) D2 (20) D3 (30)

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

MAKALAH SEMINAR HASIL APLIKASI BRIKET AZOLLA-ARANG SEKAM GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI PEMUPUKAN TANAMAN CAISIM DI TANAH PASIR PANTAI SAMAS BANTUL

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan rumput Gajah mini Pennisetum

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Tinggi tanaman diamati dan diukur untuk mengetahui pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. masing parameter akan disajikan secara berturut turut sebagai berikut : A. Tinggi Tanaman (cm)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1 Desember Januari

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans, Poir) KULTIVAR KENCANA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kompos Ampas Aren. tanaman jagung manis. Analisis kompos ampas aren yang diamati yakni ph,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthus

Transkripsi:

16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh yang tidak beda nyata terhadap tinggi tanaman, Hasil rerata tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Perlakuan Tinggi tanaman Cm Jumlah daun Helai N1 19.38 16.53 N2 19.58 18.67 N3 19.21 17.40 N4 20.51 15.27 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada tiap kolom, menunjukkan tidak ada beda nyataberdasarkan uji F taraf α =5%. N1 =( 100 % N-urea + 0 % N- limbah cair tempe ) N2= ( 75 % N- urea + 25 % N- limbah cair tempe ) N3= ( 25 % N-urea + 75 % N- limbah cair tempe ) N4= (0% N-urea + 100 % N-limbah cair tempe ) Dari Tabel 1, menunjukan bahwa rerata tinggi tanaman memberikan pengaruh tidak beda nyata pada semua perlakuan atau relatif sama. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian limbah cair industri tempe dan urea dengan berbagai konsentrasi memberikan pengaruh yang sama terhadap tinggi tanaman selada. Hal ini dikarenakan terpenuhinya unsur hara yang dibutuhkan tanaman khusunya unsur hara nitrogen. Fungsi unsur N pada tanaman akan merangsang pembelahan dan pembesaran sel. Didukung oleh Gardner et al. (1991), menyatakan nitrogen di dalam tanaman akan di gunakan lebih untuk pertumbuhan 16

tinggi taanaman (cm) 17 pucuk dibandingkan untuk pertumbuhan akar, selain itu unsur hara nitrogen pada limbah cair industri tempe dapat memacu pertumbuhan tanaman, karena nitrogen membentuk asam-asam amino menjadi protein. Protein yang terbentuk digunakan untuk membentuk hormon pertumbuhan. Menurut Sarief (1986) menyatakan bahwa dengan tersedianya unsur hara makro (Nitrogen) dalam jumlah yang cukup pada saat pertumbuhan vegetatif, maka proses fotosintesis akan berjalan aktif, sehingga pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel akan berjalan dengan baik. Pengamatan tinggi tanaman ini dapat terlihat laju pertumbuhan pada selada yang mengalami fluktuasi dari setiap perlakuannya. Fluktuasi pertumbuhan tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 1. 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 N1 N2 N3 N4 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Gambar 1. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Keterangan : N1 =( 100 % N-urea + 0 % N- limbah cair tempe ) N2= ( 75 % N- urea + 25 % N- limbah cair tempe ) N3= ( 25 % N-urea + 75 % N- limbah cair tempe ) N4= (0% N-urea + 100 % N-limbah cair tempe )

18 Berdasarkan gambar 1, terlihat bahwa pemberian limbah cair industri tempe dengan berbagai konsentrasi dapat mempengaruhi laju pertumbuhan tinggi tanaman. Pada pengamatan ke 1 sampai 7 pertumbuhan tanaman masih terlihat pada pertumbuhan tinggi tanaman yang relatif stabil. Hal ini disebakan pada minggu-minggu pertama tanaman belum dapat menyerap unsur lebih banyak dan masih adaptasi dengan lingkungan selain itu disebabkan juga karena jumlah daun yang masih sedikit sehingga proses fotosintat masih sedikit dan menyebabkan laju pertumbuhan masih lambat. Pada pengamatan ke 8 pertumbuhan tinggi tanaman mulai melambat, hal ini di karenakan penambahan pupuk dilakukan pada minggu ke 2 sehingga unsur hara yang dibutuhkan dapat tercukupi khususnya unsur nitrogen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mas ud (2009) tingginya kandungan nitrogen (N) pada nutrisi buatan sendiri memacu peningkatan jumlah daun dan tinggi tanaman selada dibandingkan pupuk buatan lainnya. Fungsi nitrogen merangsang pertumbuhan tanaman dan memberikan warna hijau pada daun. Nitrogen lebih banyak terdapat di dalam bagian jaringan muda dibandingkan jaringan tua tanaman, terutama terakumulasi pada daun dan biji. 2. Jumlah Daun (helai) Pengamatan jumlah helai daun dihitung pada daun yang telah membuka sempurna. Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh yang tidak beda nyata atau sama terhadap jumlah daun. Hasil rerata jumlah daun tersaji pada tabel.1

19 Dari Tabel 1, menunjukan bahwa jumlah daun memberikan pengaruh tidak beda nyata pada semua perlakuan atau relatif sama. Hal ini dikarenakan oleh kandungan nitrogen pada perlakuan yang diberikan sama. Fungsi nitrogen pada tanaman adalah merangsang pertumbuhan sel khususnya pada ujung pertumbuhan tanaman sehingga semakin tinggi tanaman selada semakin banyak juga jumlah daun yang tumbuh. Daun juga merupakan organ tanaman tempat mensintesis makanan untuk kebutuhan tanaman maupun sebagai cadangan makanan. Daun memiliki klorofil yang berperan dalam melakukan fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun, maka tempat untuk melakukan proses fotosintesis lebih banyak dan dan hasilnya lebih banyak juga Hasil tanaman selada adalah pada bagian daunnya, oleh karena itu pupuk yang diberikan sebaiknya banyak mengandung unsur nitrogen (N). Hal tersebut dapat dikaitkan dengan sifat-sifat penyediaan unsur hara pada tanaman, karena apabila unsur hara yang diberikan pada tanaman dalam jumlah yang berlebihan dari yang dibutuhkan oleh tanaman justru akan menyebabkan tanaman tumbuh kurang optimal. Dalam perlakuan yang dilakukan kandungan nitrogen yang diberikan sama sehingga jumlah dan tinggi tanamn pertumbuhannya realtif sama. Pola laju pertumbuhan jumlah daun tersaji dalam gambar 2.

jumlah daun ( helai) 20 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Gambar 2. Pertumbuhan Jumlah Daun N1 N2 N3 N4 Keterangan : N1 =( 100 % N-urea + 0 % N- limbah cair tempe ) N2= ( 75 % N- urea + 25 % N- limbah cair tempe ) N3= ( 25 % N-urea + 75 % N- limbah cair tempe ) N4= (0% N-urea + 100 % N-limbah cair tempe ) Berdasarkan gambar2 terlihat bahwa pemberian limbah cair industri tempe dengan berbagai konsentrasi dapat mempengaruhi laju pertumbuhan jumlah daun. pada pengamatan 1 sampai 8 atau minggu ke 1,2 dan 3 pertumbuhan jumlah daun antar perlakuan relatif sama, sedangkan pada pengamatan ke 9 pertumbuhannya sangat cepat. Hal ini karena sebelum pengamatan ke 9 dilakukan aplikasi perlakuan sehingga unsur hara yang dibutuhkan tanaman tercukupi. Hal ini sesuai dengan pendapat Gardner et.all,.1991 salah satu bagian yang pada masa pertumbuhan vegatatif selada adalah daun muda atau tunas yang sedang tumbuh B. Hasil Tanaman 1. Bobot Segar Tajuk (gram) bobot segar tajuk merupakan salah satu parameter yang sering digunakan untuk mempelajari pertumbuhan tanaman. Bobot segar tajuk adalah bobot tanaman setelah dipanen sebelum tanaman tersebut layu dan kehilangan air, selain

21 itu bobot segar tajuk merupakan total bobot tanaman tanpa akar yang menunjukkan hasil aktivitas metabolik tanaman itu sendiri (Salisbury dan Ross, 1995). Hasil sidik ragam bobot segar tajuk ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh yang tidak beda nyata terhadap bobot segar tajuk. Hasil rerata bobot segar tajuk tersaji dalam tabel 2. Tabel 2. Rerata Bobot Segar Tajuk dan Bobot Kering Tajuk Perlakuan Bobot segar tajuk (g) Bobot kering tajuk (g) Kadar air tanaman % N1 217.66 2.26 98,96 N2 233.25 2.41 98,97 N3 222.73 1.89 99,15 N4 191.51 1.80 99,01 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada tiap kolom, menunjukkan tidak ada beda nyataberdasarkan uji F taraf α= 5%. N1 =( 100 % N-urea + 0 % N- limbah cair tempe ) N2= ( 75 % N- urea + 25 % N- limbah cair tempe ) N3= ( 25 % N-urea + 75 % N- limbah cair tempe ) N4= (0% N-urea + 100 % N-limbah cair tempe ) Dari Tabel 2, menunjukan bahwa rerata bobot segar tajuk memberikan pengaruh tidak beda nyata pada semua perlakuan atau relatif sama. Hal ini dikarenakan kebutuhan tanaman akan unsur hara makro dan mikro yang sama telah terpenuhi dengan penambahan limbah cair industri tempe dan urea dengan berbagai perlakuan (lampiran 2). Seperti pada pernyataan Harjadi (2007) mengatakan bahwa ketersediaan unsur hara berperan penting sebagai sumber energi sehingga tingkat kecukupan hara berperan dalam mempengaruhi biomassa dari suatu tanaman. Bobot segar tajuk yang tinggi pada perlakuan ini disebabkan oleh jumlah daun dan tinggi tanam yang relatif tinggi. Hal ini sesuai dengan

22 pendapat Darwin 2012. Pada komoditas sayuran daun jumlah daun akan berpengaruh terhadap bobot segar tajuk. Semakin banyak jumlah daun maka akan menunjukkan bobot segar tajuk yang tinggi. Berat segar tajuk meliputi batang dan daun yang berarti akumulasi dari hasil fotosintesis dan dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara. Sitompul dan Guritno, 1995 menyatakan bahwa perhitungan berat kering tanaman penting dilakukan, karena berat kering digunakan untuk melihat metabolisme tanaman. Berat kering dapat mewakili hasil metabolit tanaman karena didalam daun dan organ lain mengandung hasil metabolit. Pertambahan berat kering digunakan sebagai indikator pertumbuhan tanaman karena berat kering mencerminkan akumulasi senyawa organik yang berhasil disintesis tanaman dari senyawa anorganik yaitu air dan CO2. Bobot segar tajuk juga merupakan gambaran dari fotosintesis selama tanaman melakukan proses pertumbuhan, 90% dari berat kering tanaman merupakan hasil dari fotosintesis. Syekfani (2002) menyatakan bahwa dengan pemberian pupuk organik, unsur hara yang tersedia dapat diserap tanaman dengan baik karena itulah pertumbuhan daun lebih lebar dan fotosintesis terjadi lebih banyak. Hasil fotosintesis inilah yang digunakan untuk membuat sel-sel batang, daun dan akar sehingga dapat mempengaruhi bobot segar tajuk tersebut. Perbedaan bobot segar pada aplikasi limbah cair tempe tersaji dalam gambar4.

bobot segar tajuk (g) 23 perlakuan Gambar 3. Bobot Segar Tajuk Keterangan : N1 =( 100 % N-urea + 0 % N- limbah cair tempe ) N2= ( 75 % N- urea + 25 % N- limbah cair tempe ) N3= ( 25 % N-urea + 75 % N- limbah cair tempe ) N4= (0% N-urea + 100 % N-limbah cair tempe ) Histogram rerata bobot segar tajuk menunjukkan perlakuan N2 (75 % N- urea + 25 % N- limbah cair tempe) memberikan bobot segar tajuk paling tinggi sebesar 233.25 gram dan paling rendah pada perlakuan N4 ( 0% N-urea + 100 % N-limbah cair tempe ) sebesar 191,51 gram. Perbedaan bobot segar tajuk disebabkan oleh ketersediaan unsur hara. menurut Tjionger, M. (2006) faktor ketersediaan unsur hara dapat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga berpengaruh pada berat segar tajuk. Artinya unsur hara yang terdapat pada perlakuan N2 dapat tersedia atau terserap oleh tanaman melalui akar sehingga mempengaruhi hasil fotosontesis yang akan mempengaruhi bobot segar tajuk. Semakin besar biomassa suatu tanaman, maka kandungan hara dalam tanah yang terserap oleh tanaman juga besar. Biomassa akar merupakan akumulasi fotosintat yang berada diakar.

24 3. Bobot Kering Tajuk (gram) Berat kering tajuk menunjukkan jumlah biomassa yang dapat diserap oleh tanaman. Menurut Larcher (1975) berat kering tanaman merupakan hasil penimbunan hasil bersih asimilasi CO2 yang dilakukan selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada pertumbuhan tanaman itu sendiri dapat dianggap sebagai suatu peningkatan berat segar dan penimbunan bahan kering. Jadi semakin baik pertumbuhan tanaman maka berat kering juga semakin meningkat. Hasil sidik ragam bobot kering tajuk ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh yang tidak beda nyata atau sama terhadap bobot kering tajuk. Hasil rerata bobot kering tajuk tersaji pada tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, dalam penggunaan limbah cair industri tempe dan urea tanaman selada memberikan rerata hasil bobot kering tajuk yang relatif sama, yaitu pada perlakuan N1 = (100 % N-urea + 0 % N- limbah cair tempe) 2.26, N2= ( 75 % N- urea + 25 % N- limbah cair tempe ) 2.41, N3= ( 25 % N-urea + 75 % N- limbah cair tempe ) 1.89, N4= (0% N-urea + 100 % N-limbah cair tempe ) 1.80, Pertumbuhan yang relatif sama ini dilihat dari kebutuhan tanaman yang sama telah terpenuhi dengan penambahan limbah cair industri tempe dan urea dengan berbagai perlakuan (lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian limbah cair tempe dapat menggantikan pupuk urea sebagai sumber nutrisi tanaman. Untuk melihat hasil bobot segar tanaman selada dari masing masing perlakuan tersaji dalam gambar dibawah ini;

bobot kering tajuk (g) 25 perlakuan Gambar 4. Bobot Kering Tajuk Keterangan : N1 =( 100 % N-urea + 0 % N- limbah cair tempe ) N2= ( 75 % N- urea + 25 % N- limbah cair tempe ) N3= ( 25 % N-urea + 75 % N- limbah cair tempe ) N4= (0% N-urea + 100 % N-limbah cair tempe ) Histogram rerata bobot kering tajuk menunjukkan perlakuan N2 (75 % N- urea + 25 % N- limbah cair tempe) memberikan bobot kering tajuk paling tinggi sebesar 2,41 gram dan paling rendah pada perlakuan N4 ( 0% N-urea + 100 % N-limbah cair tempe ) sebesar 1,80 gram. Perbedaan hasil bobot kering tajuk selain dipengaruhi oleh bobot segar tajuk, dipengaruhi juga oleh jumlah daun karena daun merupakan tempat akumulasi hasil fotosintat tanaman. Adanya peningkatan proses fotosintesis akan meningkatkan pula hasil fotosintesis berupa senyawa- senyawa organik yang akan ditranslokasikan ke seluruh organ tanaman dan berpengaruh terhadap berat kering tanaman (Nurdin, 2011). Hasil berat kering merupakan keseimbangan anatara fotosintesis dan respirasi. Fotosintesis akan meningkatkan berat kering karena pengambilan CO2 sedangkan respirasi mengakibatkan penurunan berat kering karena pengeluaran C02. Apabila respirasi

26 lebih besar dibanding fotosistesis tumbuhan maka akan berkurang berat keringnya dan begitu pula sebaliknya. 4. Kadar Air Tanaman (%) Hasil sidik ragam kadar ait tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh yang tidak beda nyata atau sama terhadap kadar ait tanaman. Rerata kadar air tanaman tersaji pada tabel 2. Dari Tabel 2, menunjukkan bahwa rerata kadar air tanaman memberikan pengaruh tidak beda nyata pada semua perlakuan atau relatif sama, artinya perlakuan yang diberikan memberikan hasil yang sama terhadap kadar air tanaman. Kadar air tanaman berhubungan langsung dengan bobor segar dan kering tanaman pada perlakuan N1 dan N2 memiliki kadar air yang lebih sedikit sehingga bobot segarnya lebih banyak. Kadar air yang tinggi juga berpengaruh pada pertumbuhan dan kualitas daun setelah panen. (Munandar, dkk 1995) mengatakan bahwa kelebihan air menyebabkan kurangnya aerase yang akan berdampak hampir sama dengan kekurangan air terhadap tanaman yang menyebabkan pori tanah terisi oleh air. Tanaman yang mengalami kondisi seperti ini akan berdampak negatif terhadap pertumbuhannya karena mengganggu proses fotosintesa dan metabolisme dari tanaman. Dampak tersebut akan berpengaruh terhadap efek morfologis dan fisiologis pada tanaman, Efek morfologisnya adalah daun tanaman akan mengalami klorosis dan senesens lebih awal, pemanjangan batang berkurang dan pertumbuhan akar menjadi terbatas. Selanjutnya efek fisiologisnya adalah berkurangnya konsentrasi hormon

27 pertumbuhan dalam akar maupun ujung pertumbuhan daun, transfer hormon pertumbuhan ke ujung pertumbuhan daun dibatasi yang akan mengakibatkan kelayuan. 5. Bobot Segar Akar (gram) Bobot segar akar merupakan bobot basah akar setelah panen tanpa ada proses pengeringan terlebih dahulu. penimbangan dilakukan menggunakan timbangan analitik dengan satuan gram. Sistem perakaran tanaman lebih dikendalikan oleh sifat genetik dari tanaman yang bersangkutan, kondisi tanah atau media tanam. Faktor yang mempengaruhi pola sebaran akar antara lain : penghalang mekanis, suhu tanah, aerasi, ketersedian hara dan air. Pengukuran berat segar akar ini adalah untuk mengetahui seberapa besar air yang terkandung dalam akar tanaman tersebut. Hasil sidik ragam bobot segar akar ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh yang sama atau tidak beda nyata terhadap bobot segar akar. Rerata bobot segar akar tersaji dalam tabel 3. Tabel 3. Rerata Bobot Segar Akar, Bobot Kering Akar dan Panjang Akar Perlakuan Bobot segar akar (g) Bobot kering akar (g) Panjang akar (cm) N1 41.27 0.64 26.71 N2 40.34 0.75 28.47 N3 45.21 0.50 29.52 N4 42.73 0.74 27.23 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada tiap kolom, menunjukkan tidak ada beda nyataberdasarkan uji F taraf α 5%. N1 =( 100 % N-urea + 0 % N- limbah cair tempe ) N2= ( 75 % N- urea + 25 % N- limbah cair tempe ) N3= ( 25 % N-urea + 75 % N- limbah cair tempe )

28 N4= (0% N-urea + 100 % N-limbah cair tempe ) Dari Tabel 3, menunjukan bahwa rerata bobot segar akar memberikan pengaruh tidak beda nyata pada semua perlakuan atau relatif sama. Hal ini dikarenakan kebutuhan tanaman akan unsur hara makro dan mikro telah terpenuhi dengan penambahan limbah cair industri tempe dan urea dengan berbagai perlakuan (lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian limbah cair industri tempe atau perlakuan berbagai konsentrasi memberikan pengaruh yang sama terhadap bobot segar akar. Penggunaan limbah cair tempe pada tanaman selada memberikan rerata hasil berat segar akar yang relative sama, sehingga sama pula dalam peningkatan pertumbuhan akarnya. Perkembangan yang sama ini dimungkinkan karena unsur yang tersedia pada semua perlakuan telah sama tercukupi (lampiran 2). Perkembangan akar akan baik apabila ditunjang oleh strukur tanah dalam kondisi yang baik, sehingga dalam penyerapan unsur hara akan maksimal. Menurut Irwan (2005) pemberian pupuk atau bahan organik yang memiliki kandung N yang cukup saat tanaman dapat mempertahankan awal pertumbuhan tanaman yang bagus, sehingga dapat meningkatkan jumlah akar yang banyak. Apabila jumlah akar pada tanaman dalam jumlah yang banyak akan mendukung pertumbuhan tanaman itu sendiri, karena pada dasarnya akar merupakan salah satu organ tanaman yang digunakan untuk menyimpan air dan biomasa dari tanah yang kemudian akan di distribusikan pada tanaman yang nantinya akan digunakan untuk proses metabolisme pada tanaman itu sendiri. seperti yang diungkapkan Fahrudin F (2009) bahwa apabila perakaran dengan

29 baik maka pertumbuhan bagian tanaman yang lain akan berkembang baik pula, karena akar dapat menyerap unsur hara yang dibutuhkan tanaman 6. Bobot Kering Akar (gram) bobot kering akar sangat terggantung pada volume akar dan jumlah akar tanaman itu sendiri, sehingga banyak tidaknya volume dan jumlah akar berpengaruh bayak terhadap berat kering akar terpengaruh juga. Pertumbuhan tanaman paling sedikit 90 persen bahan kering tanaman adalah hasil fotosintesis. Biomassa juga memberikan suatu dasar yang mudah bagi tanaman terutama mengukur kemampuan tanaman sebagai penghasil fotosintesis. Nisbah biomassa bagian-bagian yang berlainan terhadap biomassa total yang sering kali digunakan sebagai ikhtisar data pembagian yang baik ( Tomo, Wani dan Hadi, 1993 ). Hasil sidik ragam bobot segar akar ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh yang sama atau tidak beda nyata terhadap bobot kering akar. Rerata bobot kering akar tersaji dalam tabel 3. Dari Tabel 3, menunjukan bahwa rerata bobot kering akar memberikan pengaruh tidak beda nyata pada semua perlakuan atau relatif sama. Hal ini menunjukan bahwa pemberian limbah cair industri tempe dapat menggantikan peranan pupuk urea dalam budidaya selada. Untuk melihat hasil bobot kering tanaman selada dari masing masing perlakuan tersaji dalam gambar

bobot kering akar 30 perlakuan Gambar 5. Bobot Kering Akar Keterangan : N1 =( 100 % N-urea + 0 % N- limbah cair tempe ) N2= ( 75 % N- urea + 25 % N- limbah cair tempe ) N3= ( 25 % N-urea + 75 % N- limbah cair tempe ) N4= (0% N-urea + 100 % N-limbah cair tempe ) Histogram rerata bobot kering akar menunjukkan perlakuan N2 (75 % N- urea + 25 % N- limbah cair tempe) memberikan bobot kering tajuk paling tinggi sebesar 0,75 gram dan paling rendah pada perlakuan N4 ( 0 % N-urea + 100 % N-limbah cair tempe) sebesar 0,75 gram. Hal ini dikarenakan limbah cair tempe juga mengadung unsur kalium sebesar 13,60 ppm dan diduga unsur tersebut dapat mendukung perkembangan tanaman selada sehingga berpengaruh pada bobot kering akar. Jacob (1995) menjelaskan bahwa kalium mempunyai peranan penting dalam metabolisme tanaman, penghasil energi, dan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan akar, karena dengan peluasan perakaran pada tanaman kemugkinan jumlah unsur hara yang diserap akan banyak, sehingga pertumbuhan tanaman akan menjadi baik

31 7. Panjang Akar (cm) Pengamatan panjang akar dilakukan setelah panen yaitu dengan menggunakan mistar dengan satuan centimeter (cm). Berdasarkan hasil sidik ragam panjang akar tanaman selada pada (Lampiran 6) menunjukkan bahwa penggunaan limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh yang sama atau tidak beda nyata terhadap panjang akar. Hasil rerata panjang akar tanaman selada pada akhir pengamatan (minggu ke -5 setelah tanam) disajikan pada Tabel 3. Dari Tabel 3, menunjukan bahwa rerata panjang akar tanaman selada memberikan pengaruh tidak beda nyata pada semua perlakuan atau relatif sama. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian limbah cair industri tempe atau perlakuan yang dilakukan dengan berbagai konsentrasi memberikan pengaruh yang sama terhadap panjang akar. karena Jumlah unsur hara dalam air yang dapat diserap tanaman tergantung pada kesempatan untuk mendapatkan air dan unsur hara tersebut dari dalam tanah. Hal ini tergantung pada jumlah perakaran, panjang perakaran, luas permukaan akar dan jumlah unsur hara dan air yang tersedia dalam tanah (Sitompul dan Guritno, 1995: 96-97). Faktor lain yang mempengaruhi penyebaran akar adalah ketersedian air. Sesuai pendapat (Lakitan 1993). Faktor yang mempengaruhi pola penyebaran akar antara lain ialah, suhu tanah, aerasi, ketersediaan air dan ketersediaan unsur hara. Peningkatan panjang akar dapat terjadi saat akar tanaman berusaha menjakau ketempat-tempat yang lebih dalam untuk mencari sumber air. penyerapan air dapat terjadi dengan perpanjangan akar ke tempat baru yang masih banyak air.

32 Panjang akar meningkat bila cekaman air meningkat (Ghidyal dan tomar, 1982). Pada penelitian ini pemberian air atau penyiraman dilakukan dengan volume yang sama sehingga panjang akar yang dihasil dihasil tidak berbeda nyata karena dimungkinkan jangkauan akar untuk mendapatkan sumber air sama. 8. Hasil Tanaman Ton per Hektar Hasil sidik ragam hasil tanaman selada ton/ha pada (Lampiran 6) menunjukkan bahwa penggunaan limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh yang sama atau tidak beda nyata terhadap hasil tanaman. Rerata hasil tanaman selada pada akhir pengamatan (minggu ke -5 setelah tanam) disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Tanaman Ton per Hektar Perlakuan Hasil tanaman ton/hektar N1 =( 100 % N-urea + 0 % N- limbah cair tempe) 54,42 N2= ( 75 % N- urea + 25 % N- limbah cair tempe ) 58,31 N3 =(25 % N-urea + 75 % N- limbah cair tempe ) 55,68 N4=(0% N-urea + 100 % N-limbah cair tempe ) 47,88 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada tiap kolom, menunjukkan tidak ada beda nyataberdasarkan uji F taraf α =5%. Dari Tabel 4, menunjukan bahwa rerata hasil tanaman memberikan pengaruh tidak beda nyata pada semua perlakuan atau relatif sama Hal ini di sebabkan karena kebutuhan unsur hara dalam tanah dengan cara pemupukan yang dilakukan mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Pemupukan bertujuan untuk mendorong pertumbuhan, meningkatkan produksi, dan memperbaiki kualitas tanaman. Respons tanaman terhadap pemberian pupuk akan meningkat jika pemberian jenis pupuk, dosis, waktu, dan cara pemberian pupuk dilakukan dengan tepat (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Kandungan unsur hara yang

33 seimbang dalam tanah mempunyai peranan penting untuk tanaman selama tanaman tersebut tumbuh sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman dan mempengaruhi produksi tanaman. Sudirja (2005) menyatakan bahwa unsur hara yang cukup dan seimbang sangat diperlukan tanaman. Tanaman dapat tumbuh dengan baik juga didukung oleh kondisi dan sifat tanah yang baik sehingga tanaman dapat menggunakan hara dalam tanah secara maksimal.