The Effects of Squeezed Apple (Malus Domestica) Variety of Red Delicious as an Anti-allergy toward Anaphylaxis Response in Male Mice of Wistar Lineage Induced by Ovalbumin Rr. Tryani Widyaningtyas, Y. L. Aryoko Widodo, Istianatus Sunnah ABSTRACT Anaphylaxis is a life-threatening allergic reaction, which is common and acute. A fruit that can be used as an anti-allergy is apple. Apple (Malus domestica) is a fruit that is available at any time on the market and contains quercetin which is believed to have an anti-allergic effect. This study aims to find the effect of squeezed apple as an anti-allergic toward anaphylactic responses in male mice of Wistar lineage. This was a pure experimental study with pre- and post-test control group design and used a completely randomized design (CRD) consisting of 5 treatment groups. The mices were induced by egg white on the day 1, day 3, and day 5 and then treated by the negative control (aquadest), positive control (cetirizine), the squeezed apple with the levels of 10% v/v, 15% v/v and 20% v/v, respectively. The data were analyzed by using the SPSS version 19.0 for windows by using the one way ANOVA test with 95% confidence. Based on the results of the ANOVA test, it could be concluded that the squeezed apple with level of 20% v/v has an anti-allergic effect toward the anaphylactic response which was not significant different with cetirizine. Keywords: Apple (Malus domestica), Quercetin, Anti-allergic
Efek Perasan Buah Apel (Malus Domestica) Varietas Red Delicious Sebagai Anti Alergi Terhadap Respon Anafilaksis Pada Tikus Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Ovalbumin Rr. Tryani Widyaningtyas, Y. L. Aryoko Widodo, Istianatus Sunnah INTISARI Anafilaksis merupakan reaksi alergi yang mengancam jiwa, bersifat umum dan akut. Salah satu buah yang dapat digunakan sebagai anti alergi yaitu buah apel. Buah apel (Malus domestica) adalah buah yang tersedia setiap saat di pasaran dan mengandung quercetin yang diduga mempunyai efek anti alergi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek perasan buah apel sebagai anti alergi terhadap respon anafilaksis pada tikus jantan galur Wistar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni pre and post test control group design menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 kelompok perlakuan. Tikus diinduksi putih telur pada hari ke 1, 3, dan 5 kemudian diberi perlakuan meliputi kontrol negatif (aquadest), kontrol positif (cetirizin), perasan buah apel kadar 10% v/v, 15% v/v, dan 20% v/v. Data dianalisa menggunakan SPSS versi 19,0 for windows dengan uji ANOVA satu jalan taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan hasil uji ANOVA dapat disimpulkan perasan buah apel kadar 20% v/v memiliki efek anti alergi terhadap respon anafilaksis yang berbeda tidak signifikan dengan cetirizin. Kata kunci : Buah Apel (Malus domestica), Quercetin, Reaksi Alergi
PENDAHULUAN Anafilaksis merupakan reaksi alergi yang mengancam jiwa, bersifat umum dan akut, yang terjadi pada 1 dari 10.000 orang/tahun dan merupakan penyebab pada 1 dari 2700 kasus yang masuk rumah sakit (Davey, 2006). Buah apel (Malus domestica) adalah buah yang tersedia setiap saat di pasaran. Buah apel mengandung banyak serat, vitamin C, fitokimia dan flavonoid seperti quercetin. Lee et.al. (2003) meneliti kandungan senyawa fenolik utama dalam enam jenis apel dan mendapati kandungan terbesar dalam mg/100 g apel segar adalah quersetin glikosida (13,2 mg), prosianidin B2 (9,35 mg), asam klorogenat (9,02 mg), epikatekin (8,65 mg), floretin glikosida (5,59 mg), dan vitamin C (12,8 mg). Quercetin merupakan salah satu jenis flavonoid yang terdapat dalam buah apel. Quercetin memiliki kemampuan menghambat produksi dan pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya. Itu sebabnya antioksidan ini mampu mengurangi kemungkinan seseorang terinfeksi dengan berbagai alergen dan juga membantu penyembuhan dari alergi (ImuneSupport.com). Penelitian yang dilakukan oleh Shishehbor F, et.al. (2010) tentang Quercetin Effectively Quells Peanut-Induced Anaphylactic Reactions In The Peanut Sensitized Rats. Membuktikan bahwa flavonoid quercetin dapat menekan reaksi anafilaksis pada tikus yang diinduksi protein kacang dengan dosis 50mg/kgBB. Berdasarkan uraian di atas, belum adanya penelitian mengenai khasiat buah apel (Malus domestica) sebagai anti alergi, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek anti alergi buah apel (Malus domestica) varietas Red Delicious terhadap respon anafilaksis pada tikus jantan galur wistar. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah juicer, timbangan hewan uji, timbangan digital, gelas ukur, beker glass, labu takar, spuit injeksi, spuit oral, mikroskop, deck glass, pipet leukosit 11, kamar hitung, kandang tikus. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah apel varietas Red Delicious, putih telur ayam ras, aquadest, Cetirizin, larutan Giemsa, metil alkohol, H 2 SO 4 pekat, NaOH 0,1 N. B. Prosedur Penelitian 1. Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro Semarang untuk mengetahui kebenaran dari buah apel (Malus domestica). 2. Pembuatan Perasan Buah Apel (Malus domestica) Varietas Red Delicious Sebanyak 100 gram buah apel dijuicer dan ditampung perasannya kemudian hasil perasan tersebut dibuat dalam kadar 10%, 15%, dan 20%. 3. Identifikasi Flavonol a. Sebanyak 1 ml perasan buah apel ditambah 3 tetes NaOH 0,1 N lalu diamati warnanya. Flavonol akan memberikan warna kuning (Harborne, 1987). b. Sebanyak 1 ml perasan buah apel ditambah 3 tetes H 2 SO 4 pekat lalu diamati warnanya. Flavonol memberikan warna jingga hingga krem (Harborne, 1987). 4. Pembuatan Larutan Antigen Putih Telur Ayam Ras Sebanyak 50 ml putih telur ayam ras kemudian diaduk hingga tidak terdapat gumpalan. 5. Pengujian Efek Anti Alergi Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus putih jantan galur Wistar umur 2-3 bulan dengan kondisi sehat. Pengujian anti alergi dilakukan dengan pengelompokkan hewan uji menjadi 5 kelompok secara random dimana tiap kelompok terdiri dari 6 ekor tikus. a. Kelompok I: Kontrol negatif dengan pemberian aquadest sebanyak 2,5 ml/200 g BB per oral. b. Kelompok II: Kontrol positif dengan pemberian Cetirizin 0,25 mg/200 g BB per oral. c. Kelompok III: Diberikan perasan buah apel 10% (v/v) per oral. d. Kelompok IV: Diberikan perasan buah apel 15% (v/v) per oral. e. Kelompok V: Diberikan perasan buah apel 20% (v/v) per oral. Pada hari pertama dilakukan sensitisasi dengan menyuntikkan putih telur sebanyak 2,1 ml/200 g BB secara intra peritoneal. Pada hari ke tiga dan ke lima dilakukan induksi putih telur dengan dosis 0,35 ml/200 g BB secara subkutan. Setelah 2 jam diambil darahnya melalui sinus orbitalis (sebagai pre test) dan dilakukan pengukuran diameter bentolan kemudian diberikan perlakuan pada masing-masing kelompok. Selanjutnya hewan uji yang telah diberi perlakuan didiamkan selama 24 jam kemudian diambil darahnya melalui vena orbitalis
(sebagai post test) dan dilakukan pemeriksaan jumlah eosinofil serta pengukuran diameter bentolan. 6. Analisis Data Data selisih diameter bentolan dan selisih jumlah eosinofil sebelum dan setelah perlakuan dianalisis dengan SPSS 19,0 for windows dengan taraf kepercayaan 95%. HASIL 1. Determinasi Tanaman Determinasi tanaman telah dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro Semarang dengan hasil determinasi : 1b 2b 3b 4b 12b 13b 14b 17b 18b 19b 20b 21b 22b 23b 24b 25b 26b 27a 28b 29b 30b 31a 32a 33b 34a 35b 37b 38b 39a 40b 41b 42b 44b 45b 46e 50b 51b 53b 54b 56b 57b 58b 59d 72b 73b 74a 75b 76a -77a -78b 103c 104b 107b 186a 187a 203b 204b 205a 206b 211c Famili 104. Rosaceae 15b Genus 3 Pyrus Species : Pyrus malus L (Sinonim dengan Malus domestica Borkh). 2. Uji Identifikasi Flavonol a. Hasil identifikasi menunjukkan warna kuning setelah penambahan NaOH 0,1 N. Sesuai dengan literatur, adanya warna kuning kecoklatan menunjukkan bahwa buah apel mempunyai kandungan flavonoid (flavonol). Gambar 1. Identifikasi Flavonol Menggunakan NaOH b. Hasil identifikasi menunjukkan warna kuning setelah penambahan H 2 SO 4 pekat. Sesuai dengan literatur yang ada, adanya warna jingga menunjukkan bahwa buah apel mengandung flavonoid (flavonol).
Gambar 2. Identifikasi Flavonol Menggunakan H 2 SO 4 3. Pengujian Efek Anti Alergi Apel (Malus domestica) Varietas Red Delicious pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Tabel I. Data Hasil Rata-Rata Selisih Nilai Pretest dan Posttest Mean ± SD Kelompok Perlakuan Diameter Eosinofil (%) Bentolan (mm) Kontrol negatif 0,8 ± 0,8 0,8 ± 0,8 Kontrol positif 2,7 ± 1,0 3,8 ± 1,7 Perasan buah apel kadar 10% 1,2 ± 0,8 1,4 ± 1,2 Perasan buah apel kadar 15% 2,0 ± 0,9 1,6 ± 1,1 Perasan buah apel kadar 20% 2,3 ± 1,0 2,9 ± 1,0 Tabel II. Uji Post Hoc Eosinofil Pasangan Perlakuan p-value Kesimpulan K(-) vs K(+) 0,002 Berbeda signifikan K(-) vs P1 0,528 Berbeda Tidak signifikan K(-) vs P2 0,034 Berbeda signifikan K(-) vs P3 0,008 Berbeda signifikan K(+) vs P1 0,008 Berbeda signifikan K(+) vs P2 0,212 Berbeda Tidak signifikan K(+) vs P3 0,528 Berbeda Tidak signifikan P1 vs P2 0,122 Berbeda Tidak signifikan P1 vs P3 0,034 Berbeda signifikan P2 vs P3 0,528 Berbeda Tidak signifikan Tabel III. Uji Post Hoc Diameter Bentolan Pasangan Perlakuan p-value Kesimpulan K(-) vs K(+) 0,000 Berbeda signifikan K(-) vs P1 0,439 Berbeda Tidak signifikan K(-) vs P2 0,304 Berbeda Tidak signifikan K(-) vs P3 0,007 Berbeda signifikan K(+) vs P1 0,002 Berbeda signifikan K(+) vs P2 0,004 Berbeda signifikan K(+) vs P3 0,202 Berbeda Tidak signifikan P1 vs P2 0,795 Berbeda Tidak signifikan P1 vs P3 0,040 Berbeda signifikan P2 vs P3 0,068 Berbeda Tidak signifikan
PEMBAHASAN Berdasarkan tabel I dapat disimpulkan bahwa kelompok kontrol negatif dengan pemberian aquadest mempunyai rata-rata selisih % eosinofil dan diameter bentolan paling kecil diantara kelompok perlakuan lainnya yaitu sebesar 0,8 ± 0,8 dan 0,8 ± 0,8. Kontrol positif digunakan sebagai pembanding dengan kelompok perlakuan perasan buah apel mempunyai rata-rata selisih % eosinofil dan diameter bentolan sebesar 2,7 ± 1,0 dan 3,8 ± 1,7. Pada kelompok perlakuan yang diberikan perasan buah apel kadar 20% memiliki rata-rata selisih % eosinofil dan diameter bentolan paling besar yaitu 2,3 ± 1,0 dan 2,9 ± 1,0. Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dan homogen (p>0,05). Setelah itu dilanjutkan dengan uji ANAVA satu jalan yang menunjukkan nilai p < 0,05 yang berarti ada perbedaan signifikan diantara kelima kelompok perlakuan. Untuk mengetahui perlakuan yang memiliki selisih eosinofil dan diameter bentolan berbeda berbeda digunakan uji LSD. Berdasarkan tabel II dapat dilihat bahwa kelompok K(+) (cetirizin) dengan kelompok P2 dan P3 menunjukkan hasil yang tidak berbeda bermakna. Hal ini membuktikan bahwa perasan apel kadar 15% dan 20% memberikan pengaruh dalam penurunan jumlah eosinofil sama dengan cetirizin. Berdasarkan tabel III dapat dilihat bahwa kelompok K(+) dengan kelompok P3 menunjukkan hasil yang tidak berbeda bermakna. Hal ini membuktikan bahwa perasan apel kadar 20% mempunyai pengaruh menurunkan diameter bentolan sama dengan cetirizin. Semakin tinggi dosis maka semakin besar efek anti alergi yang ditimbulkan. Hal ini disebabkan karena semakin banyak kandungan senyawa quersetin. Quersetin dapat menghambat produksi dan pelepasan histamin yang disebabkan oleh sel mast dan sel basofil dalam pengaruh antibodi IgE karena quercetin memiliki afinitas yang kuat untuk sel mast dan basofil. Itu sebabnya antioksidan ini mampu mengurangi kemungkinan seseorang terinfeksi dengan berbagai allergen dan juga membantu penyembuhan dari alergi. KESIMPULAN 1. Perasan buah apel (Malus domestica) varietas Red Delicious mempunyai efek sebagai anti alergi terhadap respon anafilaksis pada tikus jantan galur Wistar. 2. Perasan buah apel (Malus domestica) varietas Red Delicious kadar 20% memiliki efek anti alergi terhadap respon anafilaksis pada tikus jantan galur Wistar yang berbeda tidak signifikan dengan cetirizin.
SARAN 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan parameter lain sebagai anti alergi terhadap respon anafilaksis. UCAPAN TERIMA KASIH Dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan, arahan dan motivasi yang senantiasa diberikan dalam proses penyusunan skripsi ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Davey, P., 2006, At a Glance Medicine, 128, Erlangga, Jakarta. 2. Lee, K. W., Kim, Y. J., Kim, D., Lee, H. J., Lee, C. Y., 2003, Major Phenolics in Apple and Their Contribution To The Total Antioxidant Capacity, J Agri Food Chem; 51(22): 6516-6520. 3. ImmuneSupport, 1992, Quercetin-The Anti Allergy Bioflavonoid, Available from: URL: http://www.immunesupport.com/92fal004.htm, April 2014. 4. Shishehbor, F., Behroo, L., Broujerdnia M. G., Namjoyan, F., Latifi, S. M., 2010, Quercetin Effectively Quells Peanut-Induced Anaphylactic Reactions in the Peanut Sensitized Rats, Iran J Allergy Asthma Immunol; 9: 27-34. 5. Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia, oleh Padmawinata, K., dan Soediro, I., Cetakan ke-2, 234-244, ITB, Bandung.