BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. modal. Berpihaknya perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan tidak hanya bertanggungjawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdirinya sebuah perusahaan pasti memiliki tujuan sosial, ekonomis dan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan swasta kini mengembangkan apa yang disebut Corporate

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya muncul perusahaan pesaing yang memiliki keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan dasar perusahaan agar tetap bertahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna. Perseroan Terbatas (PT) mempunyai tanggung jawab sosial terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. satu sumber daya utama. Tiap perusahaan memiliki tujuan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

BAB I PENDAHULUAN. pasti membawa dampak negatif,meskipun memiliki kemanfaatan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibilty atau lebih dikenal dengan CSR adalah bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Corporate Social Responsibility (CSR) saat ini tidak asing lagi

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak atas single bottom line, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhinya pertanggungjawaban sosial perusahaan (Corporate Social

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. modal (investor dan kreditor), tetapi juga kepentingan karyawan, konsumen,

BAB I PENDAHULUAN. jawab sosial dan peningkatkan kesejahteraan sosial. Sehingga perusahaan bukan

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya kewajiban kepada pemegang saham melainkan kewajiban kepada

BAB I PENDAHULUAN. alternatif sumber dana bagi perusahaan tersebut. Melaksanakan kegiatan investasi tersebut, para investor perlu mengambil keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan

BAB I PENDAHULUAN. Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) ini menjadi trend global seiring

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan dari perusahaan besar merupakan isu-isu yang semakin menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan lingkungan atau Corporate Social Responbility (CSR) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kesejaterahan pemegang saham (maximization wealth of stakeholder). Dengan

BAB I PENDAHULUAN. bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nilai perusahaan merupakan salah satu tolak ukur bagi investor dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang terjadi (Wibisono,2007). Tanah di sini hanya ditukar dengan supermi

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat pasti terjadi. Perusahaan dan masyarakat adalah pasangan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB I PENDAHULUAN. ini para pemegang saham. Di tengah persaingan global dunia usaha yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan timbal balik antara

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama perusahaan beroperasi tentu saja untuk memaksimalkan

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan dilihat dari harga

BAB I PENDAHULUAN. berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Dalam proses pelaporan keuangan tahunan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. operasinya untuk mencapai laba yang maksimal, yang semakin lama dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu naik turunnya nilai perusahaan. Harga-harga saham turun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan wacana yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kesejahteraan bersama yang berkelanjutan (sustainable. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), tetapi juga perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial

BAB 1 PENDAHULUAN. maksimalisasi laba atau memperoleh profitabilitas sebesar - besarnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dan bisnis seperti sebuah perusahaan juga ikut terpengaruh dalam pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab perusahaan terhadap para stakeholder yang memunculkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin maraknya komitmen untuk melaksanakan good governance. Pelaksanaan

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dasar perusahaan agar tetap bertahan dalam persaingan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dapat memberikan manfaat dan membantu memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini tingkat persaingan antar perusahaan sangat

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan oleh masing-masing perusahaan. Saat ini, Corporate Social

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memproses sumber daya (input),

BAB I PENDAHULUAN. Selain menyangkut kesinambungan perusahaan, laba sering digunakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban terhadap pihak lain termasuk masyarakat. Menurut Suwaldiman (2000),

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) didefinisikan sebagai suatu konsep UKDW

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham

BAB I PENDAHULUAN. an. Hal ini ditunjang dengan perkembangan dunia teknologi yang. antar negara, maupun antar benua. Kemajuan teknologi ini melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. sumbangan yang maksimum kepada masyarakat. Namun, seiring berjalannya

BAB 1 PENDAHULUAN. pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan

PENDAHULUAN. untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan (Permanasari, 2010). Apabila suatu perusahaan berjalan dengan lancar

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk


BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perusahaan dihadapkan dalam persoalan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. (profit) melainkan juga kesejahteraan orang (people) dan menjamin kelangsungan hidup

SKRIPSI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

17 BAB 1 PENDAHULUAN

keuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara

mengalami penurunan kondisi sosial (Anggraini, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk mengantisipasi kondisi di luar perusahaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena kian maraknya pertumbuhan perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang melakukan aktivitas dengan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada beberapa jenis perusahaan yang ada, namun jenis perusahaan yang rentan menyebabkan kerusakan lingkungan adalah perusahaan manfaktur karena perusahaan ini mengambil bahan baku dari alam dan mengolahnya menjadi bahan siap pakai. Penggunaan bahan baku yang secara tidak terkendali akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Peranan perusahaan di tengah masyarakat melahirkan kritik karena menciptakan masalah sosial, polusi, sumber daya, limbah, mutu produk, tingkat safety produk, serta hak dan status tenaga kerja. Tekanan dari berbagai pihak memaksa perusahaan untuk menerima tanggung jawab atas dampak aktivitas bisnisnya terhadap masyarakat. Untuk itu sebuah perusahaan dihimbau untuk bertanggung jawab terhadap pihak yang lebih luas yaitu masyarakat (Sembiring, 2005). Hal inilah yang menyebabkan timbulnya tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial perusahaan sering dianggap inti dari etika bisnis, yang berarti bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban kepada shareholder tetapi juga kewajibankewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan 1

2 (stakeholder). Stakeholder terdiri dari pelanggan, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor (Nurlela dan Islahuddin, 2008). Komitmen perusahaan tersebut menyatakan bahwa Triple Bottom Line atau yang lebih dikenal dengan 3P yaitu Profit, People dan Planet yang merupakan konsep dasar dari tanggung jawab sosial. Konsep profit menjelaskan bahwa setiap perusahaan harus menguntungkan dan kompetitif (economic prosperity). Konsep people menjelaskan bahwa perusahaan harus memperhatikan pemenuhan kesejahteraan masyarakat (social justice). Sedangkan konsep terakhir yaitu planet menjelaskan bahwa perusahaan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (environmental quality). Penerapan Triple Bottom Line ini bertujuan untuk mencapai keberlanjutan perusahaan (sustainability corporation) (Nugroho, 2007; dalam Dahlia dan Siregar, 2008). Pengembangan program-program sosial perusahaan dapat berupa bantuan fisik, pelayanan kesehatan, pembangunan masyarakat (community development), beasiswa dan sebagainya. Penerapan Tanggung Jawab Sosial di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT), penerapan Tanggung Jawab Sosial merupakan suatu kewajiban perusahaan. Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan: (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan, (2)

3 Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran, dan (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Apabila perusahaan yang telah wajib untuk menerapkan tanggung jawab sosial tersebut, maka terdapat sanksi yang dikenakan. Sanksi pidana mengenai pelanggaran tanggung jawab sosial pun terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) Pasal 41 ayat (1) yang menyatakan: Barangsiapa yang melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak lima ratus juta rupiah. Selanjutnya, Pasal 42 ayat (1) menyatakan: Barangsiapa yang karena kealpaannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling banyak seratus juta rupiah. Sanksi ini perlu dihindari oleh perusahaan, untuk itu perlu diterapkan tanggung jawab sosial di Indonesia. Penerapan peraturan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU PT), telah banyak dilakukan perusahaan manufaktur untuk aktifitas tanggung jawab sosial. Seperti, PT Unilever Indonesia yang memberikan bantuan

4 sumbangan pemurni air minum untuk seluruh puskesmas dan rumah sakit umum di Jakarta. Kegiatan tanggung jawab sosial juga dilakukan oleh PT Astra Internasional yang memberikan beasiswa dengan menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi di Yogyakarta. Hal serupa juga dilakukan oleh PT Lotte yang telah memberikan pendidikan kesehatan mulut, gigi, dan gusi kepada sejumlah sekolah dasar di Jakarta. Aktifitas tanggung jawab di atas perlu diungkapkan, agar investor mengetahui keadaan perusahaan dan memutuskan apakah ingin menginvestasikan modalnya. Pengungkapan (disclosure) adalah penyajian informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal yang efisien (Hendriksen, 2001; dalam Nurlela dan Islahuddin, 2008). Pengungkapan tanggung jawab sosial telah diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 3 yang menyatakan bahwa Emiten dan Perusahaan Publik harus mengakui pengeluaran dana dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai beban dalam periode berjalan yaitu pada saat terjadinya dan bukan sebagai distribusi laba bersih. Didukung juga dengan adanya Keputusan Ketua Bapepam melalui Peraturan No. X.K.6 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik, juga mewajibkan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial yang disampaikan bersamaan dalam laporan tahunan. Pengungkapkan tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan, akan lebih diminati oleh investor. Dengan adanya

5 pengungkapan, investor akan merespon dengan baik informasiinformasi sosial yang disajikan perusahaan dalam laporan tahunan. Banyaknya investor yang menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut, maka nilai perusahaan juga meningkat (Zuhroh dan Putu, 2003; dalam Nurlela dan Islahuddin, 2008). Hal tersebut sangat bermanfaat bagi perusahaan yang akan mengakibatkan meningkatnya kepercayaan investor, dan dalam jangka panjang akan meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan nilai pasar (market value) dari perusahaan, karena dapat memberikan kemakmuran pemegang saham yang ditunjukkan dalam fluktuasi harga saham. Nilai perusahaan dapat dicapai oleh perusahaan secara optimal dengan didukung adanya tanggung jawab sosial perusahaan, salah satunya adalah melakukan program aktivitas sosial di lingkungan sekitarnya (Nurlela dan Islahuddin, 2008). Banyak manfaat yang diperoleh perusahaan dengan pelaksanaan tanggung jawab sosial antara lain produk semakin disukai oleh konsumen dan perusahaan diminati investor. Tanggung jawab sosial dapat digunakan sebagai alat marketing baru bagi perusahaan bila itu dilaksanakan berkelanjutan. Tanggung jawab sosial dapat membangun brand image yang positif suatu perusahaan bagi mayoritas konsumen. Sekarang, masyarakat sekarang lebih pintar dalam memilih produk yang akan mereka konsumsi sehingga masyarakat cenderung untuk memilih produk yang diproduksi oleh perusahaan yang peduli terhadap lingkungan

6 dan atau melaksanakan tanggung jawab sosial (Sutopoyudo, 2009; dalam Kusumadilaga, 2010). Proses memaksimalkan nilai perusahaan memerlukan suatu mekanisme corporate governance. Mekanisme tersebut akan menekan adanya konflik kepentingan antara manajerial dengan pemegang saham (pemilik perusahaan) yang sering disebut agency problem. Salah satu komponen untuk meminimalkan agency problem adalah dengan adanya kepemilikan saham oleh manajemen. Kepemilikan saham manajerial adalah proporsi saham biasa yang dimiliki oleh para manajemen (Suranta dan Midiastuty, 2003; dalam Permanasari, 2010). Dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajerial akan mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga manajerial akan termotivasi untuk mengungkapkan informasi sosial dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan, meskipun harus mengorbankan sumber daya yang ada untuk aktifitas tersebut (Gray dkk., 1988; dalam Anggraini, 2006) Objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang memproses bahan mentah hingga berubah menjadi barang yang siap untuk dipasarkan. Dalam perusahaan manufaktur, ada beberapa hal yang mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan seperti limbah yang dibuang perusahaan manufaktur dan penggunaan sumber daya alam secara tidak terkendali untuk proses produksi perusahaan. Selain itu, perusahaan manufaktur menghasilkan produk bagi masyarakat, sehingga isu yang berkaitan

7 dengan mutu produk sehubungan dengan keselamatan, kesehatan dan kehalalan suatu produk menjadi penting untuk diungkapkan kepada masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan manufaktur perlu mengungkapkan tanggung jawab sosial (Yusrina, 2010). Sedangkan, periode penelitian digunakan tahun 2009-2011 karena penelitian Nurlela dan Islahuddin (2008) hanya menggunakan tahun 2005, satu tahun pengamatan sehingga memungkinkan praktek pengungkapan tanggung jawab sosial yang diamati kurang menggambarkan kondisi yang sebenarnya oleh karena itu periodenya diperpanjang. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah pengungkapan tanggung jawab sosial berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2009-2011. 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh tanggung jawab sosial terhadap nilai perusahaan dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2009-2011.

8 1.4. Manfaaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat penelitian baik dari sisi akademis dan praktis, antara lain: 1. Manfaat Akademis Penelitian ini dapat memberikan sumbangan dan memperluas pengetahuan dan wawasan bagi pengembangan penelitian selanjutnya tentang tanggung jawab sosial terhadap nilai perusahaan dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating. 2. Manfaat Praktis a. Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi manajer perusahaan mengenai pentingnya tanggung jawab sosial dengan mempertimbangkan kepemilikan manajerial yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. b. Penelitian ini dapat digunakan investor dalam mempertimbangkan investasi pada perusahaan yang melaksanakan dan mengungkapkan tanggung jawab sosial sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan. 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan berisi materi yang dibahas di setiap bab. Adapun sistematika penulisan terdiri dari:

9 BAB 1 PENDAHULUAN Bab pendahuluan berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab tinjauan pustaka berisi penelitian terdahulu, landasan teori, model analisis dan pengembangan hipotesis. BAB 3 METODE PENELITIAN Bab metode penelitian terdiri dari desain penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional, pengukuran variabel, jenis data, sumber data, metode pengumpulan data, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel dan teknik analisis data BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi karakteristik objek penelitian, deskripsi data, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian. BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Bab ini berisi simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan penelitian dan saran-saran untuk peneliti selanjutnya.