TEKNOLOGI PENGAWETAN BAWANG MERAH

dokumen-dokumen yang mirip
DIVERSIFIKASI CABAI MERAH KERING SEBAGAI ALTERNATIF PENANGANAN PASCA PANEN CABAI MERAH DI KECAMATAN SANDEN KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( I b M) PADA KELOMPOK TANI BUDIDAYA JAMUR KONSUMSI SUBUR MAKMUR DESA PARONGPONG KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBERDAYAAN MAJELIS TA LIM MELALUI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA BAWANG MERAH GORENG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada proses penggolahan stick singkong, singkong yang digunakan yaitu

PENDAHULUAN. sebagai bahan baku atau bahan tambahan untuk membuat berbagai jenis makanan.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayur umbi

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable).

ARTIKEL PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT

Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

IBM KELOMPOK MASYARAKAT PETANI BAWANG MERAH DI DESA NUSAJAYA HALMAHERA TIMUR PROVINSI MALUKU UTARA. Sofyan Samad 1, Sundari 2

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

Mengemas Laba Usaha Kacang Mete Di Musim Lebaran

Seminar Nasional 2010 Character Building for Vocational Education Jur. PTBB, FT UNY 5 Desember

UJI COBA ALAT PENGGORENGAN VAKUM UNTUK MEMBUAT KERIPIK LOBAK (Raphanus sativus) DENGAN VARIABLE SUHU, WAKTU, DAN PERENDAMAN AIR GARAM

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Usaha Bersama Jagung Goreng Gurih di Kelurahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING

TUGAS AKHIR LINGKUNGAN BISNIS BISNIS RAMBAK KULIT IKAN

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KANDUNGAN KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK UBI CILEMBU

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROPOSAL INOVASI PRODUK PERIKANAN OIL-OLAHAN IKAN NILA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

3. METODOLOGI PENELITIAN

IbM PENGUSAHA KERIPIK SINGKONG RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri dapat berlangsung dengan baik apabila didukung oleh

IbM Kelompok Tani Buah Naga

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA BAWANG GORENG PADA INDUSTRI ACRAN SIGI DI DESA LOLU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI PROGRAM IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M)

DI KAWASAN RAWAN BENCANA ERUPSI MERAPI

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. ikan laut yang dicampur dengan bahan-bahan, seperti cabe kering yang dihaluskan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah yang rendah

I. PENDAHULUAN. (Capsicum annum L) atau cabai merah merupakan tanaman musiman yang

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

I. PENDAHULUAN. industri yang berbasis pertanian atau biasa disebut agroindustri. Istilah

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN USAHA MIKRO INDUSTRI KREATIF KERUPUK PULI

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I PENDAHULUAN. di lereng gunung Merapi kawasan Turi, Cangkringan, Sleman. Didukung

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNOLOGI PEMBUATAN PUREE MANGGA Oleh: Masnun, BPP Jambi BAB. I. PENDAHULUAN

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS BERJUALAN MAKANAN ALA GEROBAK. DISUSUN OLEH : Nama : Rizqi Bayu Satrio NIM : Kelas : S1. SI.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

ALTERNATIF PENANGANAN PASCA PANEN CABAI MERAH YANA MELIMPAH

Analisa Mekanisme Pembuatan Pisang Sale di Desa Bandar Tinggi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon. Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah

The 7 th University Research Colloquium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

PELUANG BISNIS MAKANAN TENTANG KRIPIK TEMPE

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PROFIL INDUSTRI MAKANAN SLONDOK DI DESA BANJARHARJO, KECAMATAN KALIBAWANG, KABUPATEN KULON ROGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PKM-KEWIRAUSAHAAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT USAHA PRODUK MAKANAN BERBAHAN BEKATUL

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

Jurnal Abdimas Mahakam Online ISSN : Juni 2017, Vol.1 No. 2

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment)

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama

PERUBAHAN SIFAT SENSORIS BAKSO IKAN SELAMA PENYIMPANAN 1

: pemilik usaha pisang aroma Mahkota. 3. Apakah ibu pernah melakukan inovasi pada produknya?

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2013

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada jaman globalisasi saat ini persaingan antar produsen sangat tinggi.

VARIETAS BAWANG MERAH LEMBAH PALU, DAPAT MENUMBUHKAN PEREKONOMIAN KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

PENGEMBANGAN USAHA HASIL OLAHAN IKAN GUNA MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR PANTAI DI DAERAH GUNUNG KIDUL

industri berbahan dasar olahan limbah yang dikenal khalayak umum. Perlu adanya tangan dan ide kreatif seseorang agar limbah yang tidak ternilai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini dikarenakan banyaknya industri pertanian baik skala kecil

PENGOLAHAN DODOL DURIAN SEBAGAI SALAH SATU PRODUK KHAS MALUKU PROCESSING OF DODOL DURIAN AS OF MOLUCCAS SPECIAL PRODUCT

Gambar 3. Nanas terpilih (a) Nanas paon kebun, (b) nanas madu

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

Transkripsi:

TEKNOLOGI PENGAWETAN BAWANG MERAH DENGAN PENUNTASAN MINYAK SISTEM SENTRIFUGASI SEBAGAI ALTERNATIF PENANGANAN PASCA PANEN DI KECAMATAN GALUR, KABUPATEN KULON PROGO, YOGYAKARTA Mutiara Nugraheni, Nani Ratnaningsih, Titin Hera Widi Handayani Fakultas Teknik UNY mutiara_nugraheni@uny.ac.id B. ANALISIS SITUASI Kecamatan Galur umumnya dan Desa Namparejo khususnya merupakan salah satu sentra penghasil bawang merah. Hal itu dapat dilihat pada luas lahan tanaman bawang merah di wilayah Desa Namaprejo Galur pada musim tanam bulan Juli-Agustus 2006 dan dilakukan pemanenan, mencapai 800 hektar. Hasil penimbangan sistem ubinan yang juga untuk varietas Tiron perhektarnya mampu menghasilkan 15,6 ton, varietas Biru 18,1 ton, varietas Philipina mencapai 20,2 ton, dan varietas Thailand mencapai 12 ton. Sehingga dari hasil bahwa total produksi bawang merah se wilayah Namparejo Galur untuk musim tanam bulan Juli-Agustus 2006 mencapai 9.000 ton. Sebagaimana di sentra yang lain, petani bawang merah di Kabupaten Kulon Progo juga dihadapkan pada permasalahan harga disaat panen raya. Menurut survei, harga terendah yang diterima petani hanya Rp. 700,- per kg pada bulan April hingga Agustus. Akibat harga yang anjlok tersebut, petani menderita kerugian yang cukup besar, bahkan petani juga mengalami kesulitan untuk menjual panenan bawang merah, karena pedagang besarpun tidak mau membeli sebab takut menderita kerugian pada saat menjual ke konsumen. Akibat rendahnya harga jual maka petani banyak membuang bawang merah ke sungai. Selain itu bawang merah merupakan salah satu produk pertanian yang mempunyai kadar air lebih dari 90%, sehingga termasuk dalam golongan produk yang high perishable (sangat mudah rusak). Dari permasalahan tersebut di atas perlu dilakukan pengabdian penerapan ipteks berupa diversifikasi pengolahan produk berbahan dasar bawang merahyang bernilai ekonomis dan diterima pasar, terutama industri. Sehingga diharapkan akan mengurangi permasalahan jatuhnya harga bawang merahsekaligus mengembangkan home industry yang berbasis agribisnis. D. PERUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana teknologi penanganan pasca panen bawang merah sehingga dapat menjadi bawang merah goreng yang memiliki nilai ekonomi dan mutu yang sesuai dengan kebutuhan pasar? 2. Bagaimanakah teknik pembuatan bawang merah goreng rendah minyak? 3. Bagaimanakah pengemasan yang sesuai dan perhitungan ekonominya? E. TUJUAN KEGIATAN 1. Memberikan alternatif penanganan pasca panen bawang merah bagi kelompok tani Bina Tani V di Dusun Bagungan, Dusun Namparejo Kecamatan Galur Kulon Progo Yogyakarta yang mampu menghasilkan produk yang berkualitas 2. Memberikan alternatif kepada konsumen berupa produk bawang merah goreng yang siap pakai, praktis dan mempunyai umur simpan yang lama 3. Membuka peluang pengembangan home industry berbasis agribisnis yang mampu bersaing di pasaran F. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH Alternatif pemecahan penanganan pasca panen bawang merah dilakukan dengan alat penuntas minyak yaitu sentrifuse. Hal itu dengan alasan waktu penuntasan minyak lebih cepat dan produk bawang merah yang dihasilkan lebih baik (renyah, rendah minyak dan tahan lama) dan rendah minyak. 1

G. KHALAYAK SASARAN ANTARA YANG STRATEGIS Pelaksanaan kegiatan ini tidak diikuti semua anggota kelompok tani Bina Tani V yang menanam bawang merah di kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo, namun dipilih 15 orang ibu-ibu anggota kelompok tani Bina Tani V yang mampu dan mau (berdasarkan konsultasi ketua kelompok tani) untuk dilibatkan dalam pengabdian dan dapat menyebarluaskan hasil kegiatan pada anggota khalayak sasaran lain. H. KETERKAITAN Pemerintah Daerah Kulon Progo, dan Jurusan Pendidikan Teknik Boga Busana, I. METODE KEGIATAN 1. Sarasehan kepada petani mengenai karakteristik bawang merah sebagai salah satu produk agribisnis dan penanganan pasca panennya serta pengoperasian alat sentrifugasi. 2. Praktek penggorengan bawang merah dilanjutkan dengan penuntasan minyak menggunakan sentrifuse dan pengujian tingkat kesukaan bawang merah goreng, dengan menggunakan responden (konsumen) sebanyak 30 orang 3. Pengembangan home industry dengan mendampingi petani bawang merah: a. Praktek penyablonan kemasan bawang merah goreng. Pelabelan yang meliputi : nama produk, petunjuk penggunaan, kegunaan, nama produsen b. Penentuan harga jual K. RANCANGAN EVALUASI 1. Memberikan pertanyaan sebelum dan sesudah pemberian materi penanganan pasca panen bawang merah 2. Evaluasi untuk teknik penggorengan dilakukan dengan : a.melakukan uji indrawi terhadap warna hasil penggorengan Kriteria : warna bawang goreng : kuning keemasan, dengan uji indrawi b. Penuntasan minyak Pengujian menggunakan kertas minyak (sebagai test). Tidak adanya noda minyak pada kertas minyak menunjukkan ketepatan lama (waktu) pengoperasian alat sentrifuse, sehingga lama waktu tersebut dijadikan patokan dalam pengoperasian alat sentrifuse. c. Uji kesukaan bawang merah goreng saat produk jadi dan penyimpanan 3 bulan 3. Pengembangan home industry a. Penentuan harga jual b. Praktek Penyablonan dengan pembuatan kemasan plastic yang menggunakan label. Hasil sablonan dikatakan baik, jika tidak ada tulisan pada kemasan yang tidak terbaca karena adanya tetesan tinta yang tidak merata. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelatihan ini diikuti sebanyak 12 orang wanita yang merupakan anggota kelompok wanita tani Bina TAni V Dusun Bagungan Desa Nomporejo Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo.Pemilihan peserta ini berdasarkan pertimbangan dari Ketua Kelompok Tani dan Kepala Desa Nomporejo, diharapkan dari peserta yang mengikuti pelatihan ini dapat mengembangkan industri kecil yang berbasis pada pengolahan bawang merah menjadi bawang merah goring rendah minyak yang merupakan alternatif penanganan pada saat terjadi panen raya di wilayah kecamatan Galur. Pelatihan ini dibagi menjadi tiga metode : 1. Pemberian materi dengan ceramah Materi yang diberikan berkaitan dengan proses pembuatan bawang merah goring rendah minyak yang menggunakan peralatan sentrifuse yang merupakan alternatif dalam penanganan pasca panen bawnag merah ; penjelasan mengenai alat sentrifugasi dan pengoperasiannya, penjelasan mengenai sanitasi hygiene dalam proses produksi, proses penggorengan bawang merah, penetapan harga jual dan pengemasan produk. 2

2. Praktek penggorengan bawang merah, Praktek penggorengan bawang merah, seharusnya dilanjutkan dengan proses sentrifugasi dimana pelaksanaannya harus dilakukan sesegara mungkin ketika bawang merah sudah matang. Namun demikian pada saat praktek, terkendala pengoperasian peralatan sentrifugasi tidak dapat dilakukan karena daya listrik di rumah ketua kelompok Tani Bina V tidak mampu mendukung pengoperasian alat dengan baik. Sehingga hal ini tidak dapat dilakukan dilokasi, sehingga akhirnya dilakukan di rumah tim pengabdi. a. Praktek mendapatkan bawang merah goreng dengan penuntasan menggunakan kertas minyak yaitu pemilihan bawang merah yang baik, tidak busuk; pengupasan kulit luar umbi bawang merah; penggorengan dan penuntasan menggunakan kertas minyak. Proses penuntasan minyak menggunakan cara manual (kertas minyak) sebenarnya tidak ada dalam rencana tim pengabdi, namun karena pada saat pelatihan daya listrik di rumah Ketua Kelompok Tani Bina V tidak mampu mendukung pengoperasian alat sentrifuse yang memiliki daya 200 watt, maka cara ini dilakukan sebagai pembanding produk yang penuntasannya menggunakan alat sentrifuse. Pelaksanaan penuntasan minyak dengan alat sentrifuse dilakukan dirumah tim pengabdi, kemudian produk yang dihasilkan dibandingkan dengan penuntasan menggunakan kertas minyak.berdasarkan dua cara penuntasan tersebut diperoleh hasil bahwa yang menggunakan kertas minyak memiliki kenampakan yang lebih berminyak dibandingkan dengan yang menggunakan sentrifuse. b.penyablonan dan Pengemasan Penyablonan dilakukan pada plastic yang akan digunakan sebagai kemasan bawang merah goring. Pengemasan menggunakan kemasan plastik, berat ± 200 gram per kemasan. Kemasan bawang merah goring rendah minyak ini dibuat dengan label nama : Kiuk yang diproduksi oleh Kelompok wanita tani Bina Tani V Nomporejo Galur Kulon Progo Yogyakarta. c. Penetapan harga jual bawang merah goreng Perhitungan harga jual ini penting bagi seseorang yang bergerak di bidang usaha. Sebab dengan perhitungan harga jual ini berkaitan dengan kelangsungan usaha yang dijalankan. Tujuannya adalah untuk mengetahui laba bersih dari penjualan produk, serta untuk menentukan harga jual dari cabai kering. Berdasarkan praktek penggorengan bawang merah diperoleh data bahwa Rendemen bawang merah goreng adalah 25% dari bawang merah mentah, dengan harga jual Rp 11.600,-/per 250 gram. dengan asumsi harga bawang merah segar di tingkat petani Rp 5000,-). 3. Evaluasi untuk teknik penggorengan dilakukan dengan : a. Melakukan uji indrawi terhadap warna hasil penggorengan bawang merah. Kriteria : warna bawang goreng : kuning keemasan Cara evaluasi warna : dilakukan dengan melibatkan seluruh peserta pelatihan yaitu dengan indra penglihatan. Dari hasil evaluasi diperoleh data, bahwa warna bawang goring : kuning keemasan. Warna ini dipengaruhi oleh suhu minyak yang digunakan untuk menggoreng, dan ketepatan waktu dalam mengentaskan bawang merah dari penggorengan. Untuk hal ini diperlukan ketelitian dan feeling dari orang yang menggoreng. b. Penuntasan minyak Pengujian menggunakan kertas minyak (sebagai test). Tidak adanya noda minyak pada kertas minyak menunjukkan ketepatan lama (waktu) pengoperasian alat sentrifuse, sehingga lama waktu tersebut dijadikan patokan dalam pengoperasian alat sentrifuse. Pengoperasian alat untuk satu kali hasil gorengan adalah 1 menit. Minyak yang diperoleh dari hasil penuntasan 2,5 kg bawang merah goring adalah 200 ml. c. Uji kesukaan bawang merah goreng Saat produk jadi, peserta memberikan komentar yaitu : 3

Warna : coklat kekuningan ; Kenampakan : berminyak/tidak berminyak (dengan indra penglihatan) ; Minyak menempel di tangan (dengan indra perasa); Tekstur : renyah; Aroma : khas bawang merah goreng, tidak berbau gosong, tengik; Rasa : gurih Uji indrawi setelah dilakukan penyimpanan produk, dilakukan selama 3 bulan Dengan melakukan uji tingkat kesukaan konsumen terhadap produk bawang merah goring dengan penuntasan dan tanpa penuntasan, meliputi Tabel 1. Perbedaan karakteristik produk selama 3 bulan penyimpanan Penuntasan dengan kertas Penuntasan dengan sentrifugasi Kenampakan berminyak Kenampakan agak berminyak Ada kumpulan di dasar kemasan Tidak ada kumpulan minyak di plastik dasar kemasan plastik Warna kuning keemasan agak kusam Warna kuning keemasan Tekstur agak lembek Tekstur masih renyah Aroma : ada sedikit bau tengik Aroma masih khas bawangmerah 4. Respon Peserta Respon peserta pelatihan sangat bagus dan antusias, hal itu dapat dilihat pada kehadiran mereka dalam pelatihan, selain itu pelatihan ini dapat membuka peluang usaha baru bagi kel. tani Bina Tani IV terutama kelompok wanita taninya, dalam kaitannya dengan penanganan panen raya bawang merah di kecamatan Galur. Usaha ini sangat didukung oleh ketua kelompok tani dan Kepala Desa Nomporejo yang selalu hadir dalam pelatihan yang dilakukan oleh Tim Pengabdi, karena merupakan salah satu alternatif penanganan pasca panen raya bawang merah yang dapat meningkatkan pendapatan petani. Respon yang baik juga dapat diketahui dari upaya anggota kelompok tani untuk mengikutsertakan bawang merah goring rendah minyak sebagai produk unggulan dari kelompok tani Bina IV dalam pameran yang diselenggarakan di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo.Dalam pameran tersebut, kelompok Tani Bina Tani IV mendapatkan penghargaan sebagai juara dalam menampilkan produk unggulan, yaitu bawang merah goring, dan mendapatkan uang pembinaan dari panitia Pameran. 5. Peluang Pemasaran Kesuksesan pemasaran bawang merah goring ini membutuhkan usaha keras baik dari kelompok tani sendiri dan juga adanya pendampingan dari pihak pengabdi dalam kaitannya dengan pembukaan saluran pemasaran bagi produk bawang merah goreng ini. Sebagai upaya untuk memberikan gambaran peluang pasar bawang merah goring ini, Tim Pengabdi melakukan sharing dengan peserta pelatihan mengenai usaha-usaha yang memerlukan bawang merah goring murni (tanpa campuran bahan-bahan lain). Sektor usaha itu antara lain : catering, penjual bakso, soto dan semua bidang yang bergerajk di bidang makanan yang tetap mengutamakan kualitas produk yang disajikan. Kesuksesan pemasaran tidak dapat diraih dalam waktu singkat, namun memerlukan kesabaran, ketelatenan dan usaha yang sinergis dengan seluruh anggota kelompok tani yang lain dan juga memerlukan waktu yang cukup bagi pengguna untuk mengenal kualitas bawang merah goring yang dihasilkan. Motivasi dan jiwa bersaing inilah yang Tim pengabdi tekankan pada pengurus kelompok tani Bina Tani V Dusun Bagungan Desa Nomporejo Kecamatan Galur. Sebab kesuksesan pemasaran merupakan buah dari keseriusan menekuni suatu usaha. Tim pengabdi juga memberikan gambaran harga bawang merah murni yang ada dipasaran yaitu Rp 11.000,-/100 gram bawang merah goring. Sehingga hal ini menjadi salah satu modal bagi kelompok tani yang dalam hal ini merupakan produsen bahan mentah, untuk dapat bersaing dengan produsen lain karena harga yang dilempar kompetitif dibandingkan yang lain, 4

sebab harga berdasarkan perhitungan saat harga bawang merah segar Rp 5.000,0 ditingkat petani : harga bawang merah gorengnya : Rp 11.600/ 250 gram. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. Alternatif penanganan pasca panen bawang merah adalah pembuatan bawang merah goring rendah minyak dengan system sentrifugasi untuk penuntasan minyak goreng 2. Konsumen dapat mendapatkan bawang merah goring yang siap pakai, praktis dan umur simpan hingga 3 bulan setelah produksi 3. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka pengembangan home industry dapat direalisasikan dengan perbandingan harga jual di tingkap kelompok tani dan di toko- toko penyedia bawang merah goreng murni Saran Perlu kerjasama dengan dinas pertanian, dan dinas perindustrian dan perdagangan dalam kaitannya dengan pengadaan dan pemberian peralatan pengolahan pasca panen, agar sesuai dengan permasalahan yang dihadapi petani, misalkan diarahkan pada mesin sentrifugasi. 5