BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 83 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang. Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, perlu menetapkan Peraturan Bupati Kotawaringin Barat tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2012. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang penetapan undang- Daerah undang Darurat nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Tingkat III di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9), sebagai Undang-undang(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820 ; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) - 1 -
- 2 - sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah. 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah Tahun Anggaran 2012. 10. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 32 Tahun, 2067 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2007 Nomor 32). 11. Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 14 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Daerah yang menjadi Kewenangan Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2008 Nomor 14). MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012. Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan 1. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Barat. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara Pemerintah Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Barat. 4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang yang juga melaksanakan pengelolaan keuangan daerah, 5. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD, adalah rencana keuangan tabungan Pemerintah Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah
- 3 - dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 6. Pedoman Penyusunan APBD adalah pokok-pokok kebijakan yang harus diperhatikan dan dipedomani oleh SKPD dalam penyusunan APBD. Pasal 2 (1) Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2012, meliputi : a. Sinkronisasi kebijakan pemerintah dengan kebijakan pemerintah daerah; b. Prinsip penyusunan APBD; c. Kebijakan penyusunan APBD; d. Teknis penyusunan APBD; dan e. Hal-hal khusus lainnya. (2) Uraian pedoman penyusunan APBD Tahun Anggaran 2012 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran peraturan ini. Pasal 3 Peraturan ini berlaku pada tanggal di undangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini. dalam berita daerah. Diundangkan di Pangkalan Bun pada tanggal 26 Juli 2011 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT, ttd Drs. A. RIDUANSYAH H, M.Si NIP. 19551010 197901 1 004 Ditetapkan di Pangkalan Bun Pada tanggal 26 Juli 2011 Pj. BUPATI KOTAWARINGIN BARAT ttd AGUSTIN TERAS NARANG BERITA DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN 2011 NOMOR : 31
- 4 - LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR : 31 TAHUN 2011 TANGGAL : 26 Juli 2011 PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN ANGGARAN 2012 Sesuai dengan amanat konstitusi bahwa pembangunan nasional dilaksanakan secara tereintegrasi dan berkesinambungan dalam mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-undang 1945 dan sesuai rencana pembangunan jangka menengah serta berbagai isu terkini yang berkembang dalam Musrenbang yang dijadikan pertimbangan dalam proses penyusunan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD). Pemerintah daerah dalam menyusun rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS), berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2012 yang dilakukan melalui sinkronisasi capaian, sasaran dan target kinerja antara program dan kegiatan yang telah ditetapkan dengan memperhatikan prioritas pembangunan daerah dan kemampuan keuangan daerah. I. Sinkronisasi kebijakan. Skala prioritas yang tertuang dalam RPJM yang melandasi dalam penyusunan RKA bagi setiap SKPD sesuai dengan kewenangan/tupoksi masingmasing SKPD diupayakan berdasarkan sinergitas dalam pengambilan kebijakan antara pemerintah daerah dengan pemerintah dan pemerintah provinsi. Sinkronisasi kebijakan diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan sesuai kewenangan yang berorientasi melalui pencapaian strategi pembangunan yang progrowth, pro-job, pro-poor dan pro-environment. Prioritas pembangunan Kabupaten Kotawaringin Barat tahun 2012 pada dasarnya adalah gambaran prioritas pembangunan tahun rencana yang diambil dan dikaitkan dengan program pembangunan daerah (RPJMD) tahun rencana. Sebagaimana dijelaskan pada sub sebelumnya bahwa RPJMD Kabupaten Kotawaringin Barat belum ditetapkan, maka prioritas pembangunan berpedoman pada RPJMD provinsi Kalimantan Tengah, RPJM Nasional dan, analisis yang dilakukan secara Teknokrat. Hubungannya dijelaskan dalam tabel berikut: Prioritas pembangunan Nasional dalam RPJM Nasional Tahun 2010-2014 meliputi: 1. Reformasi birokrasi dan tata kelola; 2. Pendidikan; 3. Kesehatan; 4. Penanggulangan kemiskinan, 5. Ketahanan pangan; 6. Infrastruktur; 7. Iklim investasi dan usaha
- 5-8. Energi; 9. Lingkungan hidup dan bencana; 10. Daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pasca konflik; 11. Kebudayaan, kreativitas, dan inovasi teknologi Di samping itu, upaya pencapaian visi nasional juga didukung oleh prioritas lainnya di 3 (tiga) bidang, yakni: 1. Politik, hukum dan keamanan; 2. Perekonomian; 3. Kesejahteraan Rakyat Selanjutnya prioritas pembangunan kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2012 dengan memperhatikan prioritas pembangunan tahun 2011 serta berpedoman pada RPJMD Provinsi Kalimantan Tengah dan RPJM Nasional dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel. T-V.C.1 Prioritas Pembangunan Daerah
- 6 - II. III. Prinsip penyusunan APBD Penyusunan APBD yang terjabarkan pada RKA-SKPD dalam Tahun Anggaran 2012 harus didasarkan prinsip sebagai berikut : 1. Penyusunan disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah daerah. 2. Penyusunan harus tepat waktu sesuai tahapan dan jadwal. 3. Disusun secara transparan, agar memudahkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya. 4. Diupayakan melibatkan partisipasi masyarakat. 5. Memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. 6. Substansi APBD dilarang bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan yang lebih tinggi dan perda lainnya. Kebijakan penyusunan APBD Kebijakan yang perlu mendapat perhatian dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2012 terkait dengan pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah, adalah sebagai berikut: 1. Pendapatan a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam penganggaran pendapatan yang bersumber dari PAD agar memperhatikan : 1) Kondisi perekonomian daerah yang terjadi pada tahun sebelumnya,
- 7 - perkiraan pertumbuhan ekonomi daerah pada Tahun 2012 dan realisasi penerimaan tahun sebelumnya serta peraturan perundangundangan. 2) Dilarang menganggarkan penerimaan, pajak daerah dan retribusi daerah yang bertentangan dengan Undang-undang 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 3) Kebijakan penganggaran tidak memberatkan masyarakat dan dunia usaha. 4) Penerimaan hasil pengelolaan dana bergulir sebagai salah satu bentuk investasi Jangka panjang non permanen, dianggarkan dalam APBD pada akun pendapatan, kelompok pendapatan asli daerah, jenis lain - lain pendapatan asli daerah yang sah, obyek hasil pengelolaan dana bergulir dan rincian obyek hasil pengelolaan dana bergulir dari kelompok masyarakat. 5) Rasionalitas hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan atas penyertaan modal atau investasi daerah lainnya, dengan memperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan, baik dalam bentuk uang maupun barang sebagai penyertaan modal (investasi daerah). 6) Pendapatan/penerimaan bunga/giro dianggarkan pada jenis pendapatan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. b. Dana Perimbangan Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan, memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Perhitungan alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) didasarkan pada alokasi DAU Tahun 2011 dengan memperhatikan realisasi Tahun 2010. 2) Perhitungan alokasi Dana Bagi Hasil (DBH) memperhatikan besaran alokasi DBH yang tercantum dalam PMK Tahun 2011, dengan mengantisipasi kemungkinan tidak stabilnya harga hasil produksi minyak/gas/pertambangan lainnya tahun 2012 dan/atau tidak tercapainya hasil produksi minyak/gas/pertambangan lainnya tahun 2012, serta memperhatikan realisasi DBH Tahun 2010, 3) Alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dianggarkan sebagai pendapatan daerah, sepanjang telah ditetapkan dalam APBN Tahun 2012. 4) Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau dialokasikan sesuai keputusan gubernur. c. Lain-lain Pendapatan daerah yang sah Pada pendapatan ini, memperhatikan : 1) Alokasi dana penyesuaian infrastruktur dianggarkan sebagai pendapatan daerah pada kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah sepanjang telah ditetapkan dalam APBN Tahun 2012. 2) Penganggaran dana bantuan operasional sekolah (BOS), didasarkan pada alokasi dana bantuan operasional sekolah Tahun 2011. 2. Belanja Daerah Pemerintah daerah menetapkan target capaian kinerja setiap belanja, baik dalam konteks daerah, satuan kerja perangkat daerah, maupun program dan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan
- 8 - anggaran dan memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran. a. Belanja Tidak langsung. Belanja tidak langsung memperhatikan hal-hal sebagai berikut 1) Belanja pegawai. a) Besarnya penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan PNSD disesuaikan dengan hasil rekonsiliasi jumlah pegawai dan belanja pegawai serta memperhitungkan kenaikan gaji pokok dan tunjangan dan pemberian gaji ketiga belas. b) Penganggaran untuk kebutuhan pengangkatan calon PNSD sesuai formasi penerimaan pegawai tahun 2012 dari Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan Badan Kepegawaian Negara. c) Penganggaran untuk kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi pegawai dengan memperhitungkan acress maksimum 1,5% dari jumlah gaji pokok dan tunjangan. d) Tunjangan kesehatan dalam APBD dianggarkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2003 dan Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 138/MENKES/PB/11/2009. 2) Belanja bunga Belanja bunga dianggarkan untuk memenuhi kewajiban pembayaran bunga pinjaman baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang 3) Belanja subsidi Belanja ini hanya diberikan kepada perusahaan/lembaga tertentu pada produk yang merupakan kebutuhan dasar dan menyangkut hajat hidup orang banyak, sehingga dapat terjangkau oleh masyarakat, 4) Belanja hibah Belanja hibah bersifat bantuan yang tidak wajib dan tidak mengikat serta tidak secara terus menerus. 5) Belanja bantuan sosial a) Penganggaran untuk belanja bantuan sosial harus dibatasi Jumlahnya dan diberikan secara selektif, tidak terus menerus/tidak mengikat serta memiliki kejelasan peruntukan. b) Penganggarannya harus mempertimbangkan rasionalitas dan kriteria yang jelas dengan memperhatikan asas manfaat, keadilan, kepatutan, transparan, akuntabilitas dan kepentingan masyarakat. 6) Belanja bantuan keuangan a) Bantuan keuangan kepada partai politik dianggarkan pada jenis belanja bantuan keuangan, objek belanja bantuan keuangan kepada partai politik dan rincian objek belanja nama partai politik. b) Penganggaran bantuan keuangan kepada pemerintah desa (ADD) sebesar 10% dari dana perimbangan yang diterima. 7) Belanja tidak terduga Penganggaran belanja tidak terduga dianggarkan untuk kemungkinan adanya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tidak dapat diprediksi
- 9 - sebelumnya, diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah. b. Belanja langsung Penganggaran belanja langsung agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Alokasi belanja langsung mengutamakan urusan wajib dan urusan pilihan yang dituangkan dalam program dan kegiatan, yang manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik dan keberpihakan pemerintah daerah kepada kepentingan publik. Penyusunan anggaran dimaksud harus berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM), Analisis Standar Belanja (ASB)/Standar Biaya Umum(SBU) dan Standar Satuan Harga. 2) Dalam rangka meningkatkan efisiensi anggaran daerah, penganggaran honorarium bagi PNSD dan Non PNSD (Belanja Pegawai), tidak termasuk untuk pembayaran gaji pegawai honorer/tenaga kontrak, agar memperhatikan asas kepatutan, kewajaran dan rasionalitas dalam pencapaian sasaran Program dan kegiatan dengan batas maksimum alokasi sebesar 15 % dari Belanja Langsung. 3) Belanja barang dan Jasa. a) Penganggaran disesuaikan dengan kebutuhan nyata berdasarkan tugas dan fungsi SKPD, jumlah pegawai dan volume, pekerjaan serta persediaan barang, b) Penganggaran untuk pengadaan barang yang akan diserahkan atau dijual kepada pihak ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan, dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa. c) Dalam rangka pencapaian efektivitas penggunaan anggaran, penganggaran untuk menghadiri diklat, bimtek atau sejenisnya untuk pengembangan SDM, harus selektif dengan mempertimbangkan aspek-aspek urgensi dan kompetensi serta manfaat yang akan diperoleh. d) Untuk penyelenggaraan kegiatan diprioritaskan menggunakan fasilitas aset daerah. e) Dalam rangka antisipasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) yang akan menjadi kewenangan daerah paling lambat 1 Januari 2014 menjadi PAD, pemerintah daerah diprioritaskan penganggaran untuk program dan kegiatan pengalihan dimaksud, baik dari aspek regulasi, kelembagaan, pendataan, sistem, standar pengelolaan dan pengembangan SDM serta penyiapan sarana dan prasarana. 4) Belanja modal. a) Penganggaran belanja modal, setelah dikurangi belanja pegawai pada kelompok belanja tidak langsung dan belanja wajib lainnya diprioritaskan sesuai ketentuan. b) Pengadaan kebutuhan barang milik daerah menggunakan dasar perencanaan kebutuhan (RKBU). 3. Pembiayaan. a. Penerimaan
- 10-1) Penganggaran SiLPA dihitung berdasarkan perkiraan yang rasional dengan. mempertimbangkan realisasi anggaran. 2) Penerimaan kembali dana bergulir dianggarkan pada akun, pembiayaan, kelompok penerimaan pembiayaan daerah, jenis penerimaan kembali investasi pemerintah daerah, obyek dana bergulir dan rincian obyek dana bergulir dari kelompok masyarakat. b. Pengeluaran 1) Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, pemerintah daerah menganggarkan investasi jangka panjang non permanen dalam bentuk dana bergulir pada akun pembiayaan, kelompok pengeluaran pembiayaan daerah, jenis penyertaan modal/investasi pemerintah daerah, obyek dana bergulir dan rincian obyek dana bergulir kepada kelompok masyarakat. 2) Penyertaan, modal pada badan usaha milik daerah dan/atau badan usaha lainnya sesuai dengan peraturan daerah tentang penyertaan modal yang telah ditetapkan. 3) Dalam memenuhi target pelayanan air perpipaan di wilayah perkotaan sebanyak 80% dan wilayah pedesaan sebanyak 60% sesuai target Millenium Development Goal's (MDG's) tahun 2015 pemerintah daerah memprioritaskan penyertaan modal pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Arut. 4) Jumlah pembiayaan, neto harus dapat menutup defisit anggaran. IV. Hal-hal khusus 1. Belanja yang menghasilkan sebagaimana dimaksud dibawah ini dianggarkan pada Belanja Modal Lainnya : 1) Software komputer. 2) Lisensi dan franchise, 3) Hak cipta (copyright), paten, dan lainnya. 4) hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang. 2. Belanja yang menghasilkan aset akan tetapi nilainya dibawah batas kapitalisasi, sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 34 Tahun 2010 dianggarkan pada Belanja Barang dan Jasa pada Belanja Barang Lainnya. 3. Honor KPA, honor PPTK, Belanja perjalanan dinas, belanja barang dan Jasa dalam rangka menghasilkan, aset dianggarkan pada Belanja Modal. 4. Untuk kegiatan yang merupakan bagian pelaksanaan dari tupoksi SKPD, tidak diperkenankan dianggarkan honor tim. 5. Untuk peningkatan SDM bidang perencanaan dan pengelolaan keuangan daerah pada tiap-tiap SKPD, setiap SKPD agar menganggarkan biaya untuk mengikuti kegiatan Bimtek bidang perencanaan dan Bimtek bidang pengelolaan keuangan daerah dan perincian dicantumkan pada DPA-SKPD. Pj. BUPATI KOTAWARINGIN BARAT ttd AGUSTIN TERAS NARANG