Analisis Penyebab Kekosongan Obat Kusta di RS. X Tahun 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya pada pedoman organisasi rumah sakit umum menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pembangunan kesehatan nasional mencakup lima aspek Pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya5.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu farmasi. Instalasi farmasi di rumah sakit merupakan satu satunya

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan bagian dari pembangunan nasional dengan tujuan

oleh petugas di Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2007).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato HASIL WAWANCARA

The Analysis of Jamkesmas Drug Planning Using Combination Methods ABC and VEN in Pharmacy Installation of RSUD Dr. M. M. Dunda Gorontalo 2013

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat (UU No.36, 2009).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas menurut Permenkes No. 75 tahun 2014 adalah fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan ANALISIS PERENCANAAN OBAT BERDASARKAN ABC INDEKS KRITIS DI INSTALASI FARMASI

BAB 3 KERANGKA PIKIR

BAB 1 : PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan, serta pemeliharaan

Volume VII Nomor 1, Februari 2017 ISSN: Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis biaya pesediaan..., Diah Fitri Ayuningtyas, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serta memiliki satu Instalasi gudang farmasi kota (Dinkes Kota Solok, 2014).

bagaimana prosedur penerimaan dan pengeluaran obat-obatan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain pelayanan berbagai jenis laboratorium, gizi/makanan dan sebagainya.

BAB II TINJAUAN UMUM APOTEK. 2.1 Apotek dan Peran Apoteker Pengelola Apotek. Apotek adalah suatu tempat tertentu dilakukan pekerjaan kefarmasian dan

A. Latar Belakang Masalah

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK PENANGGUNG JAWAB FARMAKMIN INSTRUMEN PENELITIAN MANAJEMEN PENYIMPANAN OBAT DI PUSKESMAS KECAMATAN JAGAKARSA TAHUN 2008

PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dapat bersifat promosi (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan

BAB 11: PERBEKALAN FARMASI

Nama : Umur : Tahun Pendidikan : 1. Tamat SMU/Sederajat 2. Tamat D3 3. Tamat S1 4. Tamat S2 Unit Kerja : Masa Kerja : Tahun Bagian : Jenis Kelamin :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas

DWI UTAMI NUGRAHANI NAFTANI CHANDRA DINI AISYAH RIZQI MUFIDAH MUTIA FARIDA A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

PROSEDUR DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG NOMOR : / / / SK / I / TENTANG PELAYANAN OBAT KEPALA PUSKESMAS MUARA DELANG,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK

SOP PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS SINE PERENCANAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan serta

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Tugas pokok pengelolaan perbekalan farmasi :

BAB I PENDAHULUAN. obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengelolaan obat merupakan satu aspek manajemen yang penting, oleh karena

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna dan tidak hanya sekedar bebas dari penyakit atau ketidakseimbangan.

Lampiran 1. Struktur organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

INTISARI. Kata Kunci : penyimpanan, gudang obat, indikator penyimpanan, puskesmas

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga masyarakat guna mendapatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan usaha pelayanan medis, pelayanan rehabilitasi medis, usaha

PERENCANAAN KEBUTUHAN OBAT

Permenkes Nomor 3 tahun 2015 PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN

BAB I PENDAHULUAN. usaha-usaha yang ada demi kelancaran usaha.

PENERAPAN PELAYANAN FARMASI SATU PINTU DI RUMAH SAKIT

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif melalui observasi dan wawancara mengenai penyimpanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

25/3/2016. Citraningsih Yuniarti RSUD KOTA YOGYAKARTA 2016

JEJARING PROGRAM NASIONAL PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

Peresepan,Pemesanan dan pengelolaan Obat SPO Nomor : Terbit ke : 1 No.Revisi : 0 Tgl.Diberlaku : Halaman : 1-3

UPT. PUSKESMAS KLUNGKUNG I

EVALUASI PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT DI GUDANG FARMASI PSUP PROF. DR. R.D. KANDOU MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

KEBIJAKAN PEMESANAN OBAT, PENCATATAN OBAT

SOP. KOTA dr. Lolita Riamawati NIP

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam

B A B V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN DOKTER DALAM PENULISAN RESEP SESUAI DENGAN FORMULARIUM RUMAH SAKIT UMUM R.A.

PENGALAMAN DAN TANTANGAN MANAJEMEN OBAT DAN VAKSIN DI RSUD DR ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI DALAM ERA JKN

FAKTOR PENYEBAB DAN KERUGIAN AKIBAT STOCKOUT DAN STAGNANT OBAT DI UNIT LOGISTIK RSU HAJI SURABAYA

EVALUASI PELAYANAN KEFARMASIAN DALAM PENDISTRIBUSIAN SEDIAAN FARMASI DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO

Transkripsi:

Analisis Penyebab Kekosongan Obat Kusta di RS. X Tahun 2014 Gugum Pamungkas 1 & Dewi Nurhasanah 2 1 Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarkat STIKes Dharma Husada Bandung, 2 Alumni Program Studi Kesehatan Masayarakat STIKes Dharma Husada Bandung Abstrak Latar Belakang: Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan harus seimbang dengan kebutuhan, persediaan yang terlalu sedikit dapat menyebabkan terjadinya stock out. Obat kusta disediakan oleh Negara dan gratis, untuk memutuskan mata rantai penularan, menyembuhkan penyakit penderita dan mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya cacat yang sudah ada. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab kekosongan obat kusta di RS. X pada tahun 2014. Metoda: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap enam responden, diantaranya satu informan ahli, satu informan kunci, dan empat informan triangulasi sumber. Hasil dan pembahasan: Didapatkan hasil dari empat informan bahwa penyusunan perencanaan obat kusta dilakukan setiap tiga bulan sekali atau tribulan, oleh apoteker bidang perbekalan dengan metode konsumsi. Dalam pengadaannya, pada tahun 2014 obat yang disediakan kurang dari permintaan dikarenakan pendistribusian obat difokuskan untuk Dinas Kesehatan Kota atau Provinsi. Mengatasi kekosongan pihak rumah sakit melakukan permintaan ke SubDir Kusta Jakarta, Dinas Kesehatan Provinsi, dan merujuk pasien ke puskesmas untuk mendapatkan obat. Back order tidak sesuai dengan lead time karena pegawai memiliki pekerjaan yang banyak. Evaluasi dilakukan sebelum perencanaan kembali, namun hanya dilakukan hanya pada akhir tahun. Kekosongan dapat menghambat proses penyembuhan penderita. Oleh sebab itu pada tahun 2015 RS. X sesuai dengan visinya yaitu sebagai pusat rujukan kusta nasional, mereka hanya menerima penderita kusta dengan rujukan saja. Kata Kunci : Persediaan Obat, Kekosongan, Obat Kusta 627

Pendahuluan Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material atau alat-alat. Fungsi logistik adalah pengelompokan dari beberapa kegiatan yang sejenis atau yang saling berhubungan, dalam arti kegiatan yang satu dapat melancarkan kegiatan lain atau sebaliknya dapat pula menghambat atau mengagalkan. Pelaksanaan logistik secara keseluruhan merupakan suatu usaha yang harus terpadu antara berbagai kegiatan. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan merupakan salah satu bagian dari pengambilan keputusan yang paling riskan dalam manajemen logistik. Bila melakukan kesalahan dalam menetapkan besarnya persediaan maka akan menimbulkan masalah lain, misalnya tidak terpenuhinya permintaan konsumen atau bahkan berlebihnya persediaan sehingga tidak semuanya terpakai, timbulnya biaya ekstra penyimpanan. Oleh sebab itu, persediaan yang ada harus seimbang dengan kebutuhan. Terdapat lima revenue center dalam rumah sakit yaitu Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Laboratorium Pathologi Klinik dan Pathologi Anatomi, Instalasi Radiologi, dan Instalasi Farmasi. Instalasi Farmasi merupakan salah satu revenue center utama mengingat lebih dari 90 % pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi (obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan alat kesehatan habis, alat kedokteran, dan gas medik) dan 50 % dari seluruh pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi. Di samping luasnya peran Instalasi Farmasi dalam kelancaran pelayanan kesehatan dan juga merupakan instalasi yang memberikan sumber pemasukan terbesar di rumah sakit, sudah dapat diprediksi bahwa pendapatan rumah sakit akan mengalami penurunan jika masalah perbekalan farmasi tidak dikelola secara cermat serta penuh tanggung jawab. (7) Persediaan yang tidak dikelola dengan baik sehingga mengalami kekurangan atau kelebihan dapat menyebabkan kerugian pada rumah sakit. Persediaan yang terlalu banyak atau berlebih dapat menyebabkan bertambah besarnya biaya yang harus dikeluarkan rumah sakit dalam biaya penyimpanan. Selain itu, hal ini juga tidak efisien karena biaya tersebut sebenarnya dapat digunakan untuk kepentingan rumah sakit yang lain atau dengan kata lain, diinvestasikan untuk kepentingan lain rumah sakit. Persediaan yang terlalu banyak juga dapat menigkatkan risiko kerusakan dan kadaluarsa. (1) 628

Pengelolaan persediaan farmasi dilakukan di rumah sakit dengan melakukan fungsi-fungsi dari manajemen logistik. Fungsi-fungsi manajemen logistik merupakan suatu proses yang terdiri dari fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran, pemeliharaan, dan penghapusan, serta pengendalian. Pengendalian persediaan merupakan fungsi inti dari pengelolaan persediaan yang bertujuan menciptakan keseimbangan antara persediaan dan permintaan. Tersedianya persediaan farmasi dengan jenis dan jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dalam kondisi berkualitas baik, dan dengan biaya yang serendah mungkin menjadi pokok perhatian yang harus diingat dalam mengelolanya. (2) RS. X merupakan rumah sakit khusus penderita kusta yang didirikan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 1951 yang di resmikan oleh Ny. Rahmi Hatta selaku ibu Wakil Presiden RI Pertama dengan nama Rumah Sakit Sewan. Rumah Sakit Sewan berganti nama menjadi RSK pada tahun 1978, hal tersebut sesuai dengan Kep.Men.Kes Nomor 140, Tahun 1978. Dengan berkembangnya RS. X, maka persediaan obat kusta di rumah sakit memiliki begitu banyak item dan jenis obat yang digunakan. Karena banyaknya item obat maka peneliti hanya mengambil sampel dari seluruh jenis obat yang dipakai, dan sampel yang dipilih adalah jenis obat kusta. Obat kusta sendiri sudah disediakan oleh Negara dan gratis, tujuan pengobatan penderita kusta untuk memutuskan mata rantai penularan, menyembuhkan penyakit penderita dan mencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya cacat yang sudah ada sebelum pengobatan. Pada penderita yang sudah mengalami cacat permanen, pengobatan dilakukan hanya untuk mencegah cacat lebih lanjut. Bila penderita kusta tidak meminum obat secara teratur maka kuman kusta dapat menjadi aktif kembali dan dapat menimbulkan gejala-gejala baru yang akan memperburuk keadaan penderita. Pentingnya pengobatan sedini mungkin dan teratur minum obat agar tidak timbul cacat yang baru. (6) Pelayanan Farmasi Klinik dan Logistik Farmasi RS. X dibawahi oleh seorang kepala farmasi dan logistik farmasi. Berdasarkan wawancara tidak terstruktur kepada para petugas farmasi dan apotek diketahui bahwa sering terjadi penundaan resep obat kusta pada tahun 2014 karena kekosongan stok obat kusta. Dari kartu stok obat kusta pada tahun 2014 terjadi kekosongan obat kusta regimen MDT - Multi Basiler (MB) dewasa pada bulan Maret, Agustus, dan Oktober. Obat kusta baru tersedia sebulan setelah obat kosong, selama obat kusta yang tidak mampu disediakan oleh Instalasi Farmasi maka akan di resepkan ke 629

PUSKESMAS yang terdekat dari rumah pasien. Sedangkan obat kusta regimen MDT-MB anak, MDT-PB anak, serta MDT-PB dewasa sering tidak tersedia stok, sehingga obat yang digunakan adalah regimen MDT-MB dewasa dengan dosis yang disetarakan dengan dosis yang diperlukan. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik membahas lebih lanjut mengenai persediaan logistik obat kusta di rumah sakit maka penulis mengangkat judul : Analisa penyebab kekosongan obat kusta di RS. X Tahun 2014. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan kualitatif dengan pendekatan penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu. (3) Peneliti melakukan pengambilan data sekunder maupun primer dan melakukan wawancara mendalam dengan para petugas rumah sakit untuk mengetahui pendapat mereka mengenai kekosongan obat kusta, sehingga dapat menjawab pertanyaan penelitian. Penelitian ini di laksanakan di RS. X bulan Mei-Juni 2015. Metode yang di gunakan adalah wawancara mendalam Adapun pelaksanaannya menggunakan alat bantu rekaman berupa tape recorder dan di catat secara langsung hal-hal intinya. Waktu pelaksanaanya di laksanakan setelah ada kesepakatan terlebih dahulu dengan informan untuk menjaga kerahasiannya. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang di gunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang di amati. (4) Instrumen penelitian yang di gunakan adalah human instrument atau peneliti sendiri dengan cara wawancara mendalam kepada informan. Subjek penelitian kualitatif ini sebanyak enam informan, terdiri dari satu informan ahli, satu informan kunci, dan empat informan triangulasi sumber. Penelitian ini peneliti menggunakan metode purposive sampling yaitu informan yang sudah di anggap tahu dan paham tentang apa yang yang kita harapkan. Hasil Penelitian Penelitian mengenai analisis penyebab kekosongan obat kusta di RS. X tahun 2014 setelah melakukan wawancara mendalam terhadap semua informan, maka ditemukan tema-tema besar dan disini peneliti membagi pada sembilan faktor yang di lakukan untuk ditanyakan ketika wawancara yaitu faktor yang mempengaruhi : Penyebab Kekosongan Obat Kusta Di RS. X Tahun 2014. 630

Tabel 1 Analisis Hasil Wawancara No Tema Kategori Makna Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan 1. a. Orang yang membuat perencanaan b. Orang yang terlibat perencanaan obat kusta c. Waktu dan metode dalam menyusun perencanaan Penganggaran 1.a.1Apoteker bidang perbekalan 1.a.2 Informan C 1.a.3 Saya sendiri 1.a.4 Orang gudang 1.b.1 Poli Kusta, Apotek, Instalasi Rekan Medis 1.b.2 Rekam Medis dan Apotek di Poli Kusta 1.b.3 Instalasi Rekam Medis, Poli Kusta Terpadu, dan Apotek 1.b.4 Kita Terlibat 1.c.1 Tribulan, metode kunjungan dan konsumsi 1.c.2 Tiga bulan sekali dan metode konsumsi selama tiga bulan terakhir 1.c.3 Satu bulan sebelum permulaan permintaan tribulan, metode konsumsi 1.c.4 Sebelum waktu ngamprah, metode kunjungan atau konsumsi Saya sendiri yang membuat perencanaan obat kusta disini, saya adalah orang gudang yang merupakan apoteker bidang perbekalan. Kita terlibat dalam membuat perencanaan obat kusta, karena kita kan apotek di Poli Kusta, dan tentunya Poli Kusta Terpadu, sama rekam medik juga ikut terlibat. Waktu menyusun perencanaan obat kusta yaitu setiap tribulan atau tiga bulan sekali, dan akan lebih baik bila menyusun satu bulan sebelum permulaan permintaan tribulan atau sebelum waktu mengamprah obat. Serta metode yang digunakan yaitu metode kunjungan pasien atau konsumsi selama tiga bulan terkahir. 2. a. Anggaran obat kusta Pengadaan b. Anggaran khusus untuk petugas yang mengamprah 3. a. Pelaksanaan pengadaan obat kusta 2.a.1 Tidak terdapat anggaran 2.a.2 Tidak ada 2.a.3 Gratis 2.a.4 Gratis 2.b.1 Tidak terdapat anggaran khusus untuk petugas 2.b.2 Tidak ada 2.b.3 Tidak dapat anggaran 2.b.4 Tidak ada 3.a.1 Pegawai atau petugas farmasi yang menjemput obat kusta ke P2PL dengan membawa formulir permintaan MDT tribulan 3.a.2 Kita yang kesana ngambil obat dengan mengisi formulir permintaan MDT tribulan 3.a.3 Setiap tiga bulan sekali atau tribulan ke P2PL Jakarta dengan membuat formulir permintaan MDT tribulan. 3.a.4 Kita yang kesana mba ngambil barang. Tidak ada anggaran untuk obat kusta karena obat kusta diberikan secara gratis Bagi petugas yang mengamprah atau mengambil obat ke P2PL tidak terdapat anggran khusus. Pelaksanaan pengadaan obat kusta pegawai setiap tiga bulan sekali atau setiap tribulan ke P2PL Jakarta dengan membawa formulir permintaan MDT tribulan. 631

No Tema Kategori Makna Pengadaan b. Penyediaan obat oleh P2PL c. Alasan persediaan yang diberikan kurang dari permintaan d. Usaha rumah sakit agar obat selalu tersedia Penyimpanan dan Penyaluran 4. a.metode Penyimpanan obat kusta b.penyaluran Obat Kusta Pemeliharaan 5. Pemeliharaan obat kusta 3.b.1 Kurang dari permintaan 3.b.2 Obat yang disediakan selalu kurang dari permintaan. 3.b.3 Obat yang diminta kurang 3.b.4 Obat yang disediakan kurang. 3.c.1 Pemerintah ingin lebih memeratakan pendistribusian ke unit pengelola obat tingkat Kabupaten/Kota dinkes. 3.c.2 P2PL Jakarta ingin menyediakan obat lebih fokus ke puskesmas. 3.c.3 Obat kusta nya yang dari pusat mau ke puskesmasin dulu baru ke rumah sakit. 3.c.4 Kurang paham kenapa. 3.d.1 Koordinasi dengan Dinkes Provinsi 3.d.2 Koordinasi dengan Dinkes provinsi dan Subdir Kusta Jakarta. 3.d.3 Subdir kusta dan Dinkes Provinsi 3.d.4 Pesen lagi 4.a.1 FIFO dan FEFO 4.a.2 FIFO dan FEFO 4.a.3 FIFO dan FEFO 4.b.1 Apotek mengamprah ke gudang dengan lembar permintaan obat. 4.b.2 Satu pintu 4.b.3Mengamprah obat ke gudang 5.1 Simpan di suhu ruangan dan tempat yang kering 5.2 Disuhu ruangan sama tempat yang kering 5.3 Disimpan ditempat yang sejuk dan kering. Pada tahun 2014, obat yang disediakan oleh P2PL kurang dari permintaan yang diajukan oleh rumah sakit. Pemerintah atau P2PL mengutamakan pendistribusian obat ke Puskesmas terlebih dahulu, tetapi ada yang tidak tidak tahu penyebabnya. Rumah Sakit melakukan koordinasi dengan subdir kusta dan Dinkes Provinsi, dan juga melakukan pemesanan kembali agar obat kusta selalu tersedia. Metode Penyimpanan obat kusta menggunakan metode FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) Penyaluran obat kusta menggunakan satu pintu yaitu apotek mengamprah ke gudang dengan lembar permintaan obat. Obat kusta cukup disimpan disuhu runagan atau yang sejuk dan ditempat yang kering agar kualitasnya terjaga. 632

No Tema Kategori Makna Penghapusan 6. Pelaksanaaan penghapusan obat kusta Pengendalian 6.1 Obat rusak atau expired dikumpulin dan buat laporannya lalu kembalikan ke P2PL. 6.2 Obat kusta yang rusak dan expired kita kumpulkan secara terpisah lalu kita retur ke P2PL 6.3 Kita kumpulin secara terpisah dan kita buat daftar obat yang akan diretur kita catat jumlah dan jenis obatnya. 6.4 Laporin ke gudang obat Penghapusan obat kusta dilakukan dengan cara menerima laporan mengenai obat rusak dan expired setelah itu mengumpulkannya dengan terpisah kemudian membuat laporan yang berisi daftar obat, jumlah, dan jenisnya. Kemudian obat diretur ke P2PL 7. Pengendalian persediaan obat kusta Kekosongan 8. a. Usaha yang dilakukan pada saat terjadi kekosongan obat kusta b.usaha pada tahun 2015 agar kekosongan obat kusta tidak terjadi lagi c.evaluasi kekosongan obat kusta 7.1 Catat di kartu stok yang warna kuning itu dan bagian apotek juga begitu dan setiap bulan kita membuat LPLPO 7.2 Catat obat masuk dan obat keluar dikartu stok mba setiap harinya 7.3 Mengisi kartu stok dan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) 8.a.1Melakukan permintaan obat ke dinkes provinsi dan subdir kusta. 8.a.2 Meresepkan ke puskesmas dan melakukan back order. 8.a.3 Rujuk pasien ke puskesmas. 8.a.4 Meresepkan pasien ke puskesmas. 8.b.1Terima pasien kusta dengan rujukan. 8.b.2 Menerima pasien dengan rujukan saja. 8.b.3 Menerima pasien dengan rujukan aja. 8.b.4 Menurunkan angka penderita dan hanya menerima pasien dengan rujukan. 8.c.1 Mengevaluasi sebelum membuat perencanaan kembali. 8.c.2 Kita melakukan evaluasi tetapi pada akhir tahun. 8.c.3 Kita selalu melakukan evaluasi ya mba di akhir tahun 8.c.4 Setiap akhir tahun pasti ada evaluasi Pengendalian persediaan obat kusta dilakukan dengan mencatat obat masuk dan keluar di kartu stok setiap harinya dan membuat LPLPO setiap bulannya. Usaha yang dilakukan rumah sakit pada saat terjadi kekosongan obat kusta adalah melakukan permintaan obat selain P2PL yaitu ke Dinkes Provinsi, dan Subdir Kusta, meresepkan pasien ke puskesmas. Usaha yang dilakukan rumah sakit pada saat terjadi kekosongan obat kusta adalah melakukan permintaan obat selain P2PL yaitu ke Dinkes Provinsi, dan Subdir Kusta, meresepkan pasien ke puskesmas. Evaluasi sebaiknya dilakukan sebelum membuat perencanaan kembali, namun evaluasi dilakukan di akhir tahun. 633

No Tema Kategori Makna Obat Kusta 9. a. Obat kusta yang sering terjadi kekosongan pada tahun 2014 b. Akibatnya bagi pasien bila obat kusta tidak tersedia 9.a.1 Pada tahun 2014 MDT-MB nya juga kosong. 9.a.2 Semua jenis blister kosong 9.a.3 MDT MB anak, MDT PB anak dan dewasa yang biasanya tidak tersedia. tapi tahun kemarin MDT MB dewasa juga gak tersedia 9.b.1 jumlah penderita kusta di Indonesia tidak akan mengalami penurunan, dan juga kalau penderita yang udah cacat nanti kecacatannya akan bertambah. 9.b.2 Pasien gak dapet obat belum tentu ngambil di tempat lain, bisa lama sembuhnya, jumlah penderita kusta juga gak akan berkurang-kurang. 9.b.3 Pasien jadi gak dapet obat lah, minum obatnya jadi tertunda. 9.b.4 Pasien tambah banyak yang gak patuh minum obat, soalnya kan belum tentu obatnya mereka ambil kalo dirujuk. Obat kusta yang kosong pada tahun lalu hampir semua jenis blister seperti MDT MD anak dan dewasa, MDT PB anak dan dewasa. MDT MB dewasa yang biasanya tersedia pun tidak ada. Jumlah penderita kusta di Indonesia tidak akan mengalami penurunan, kemudian akan menambah kecacatan penderita, pasien yang tidak dapat obat belum tentu ngambil obatnya ditempat yang dirujuk sehingga minum obat menjadi tertunda dan menambah pasien yang tidak patuh minum obat Setelah dilakukan langkahlangkah analisis dari hasil wawancara terlihat bahwa dari setiap informan masing-masing mempunyai jawaban yang sama, tetapi ada juga yang memang dari jawabannya berbeda, selain itu dari hasil analisis terdapat bahwa pengadaan obat kusta berasal dari Dirjen P2PL, dan obat yang diterima oleh pihak rumah sakit pada tahun 2014 tidak sesuai dengan permintaan sehingga obat kusta cepat habis dan mengalami kekosongan. Pembahasan Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa perencanaan obat kusta harus disusun sesuai dengan SOP. Sebagian besar dari mereka mengatakan orang yang membuat perencanaan obat kusta ialah informan C yaitu seorang apoteker bidang perbekalan dan dalam menentukan kebutuhan dibantu oleh instalasi pendukung seperti poli kusta, apotek, dan Instalasi Rekam Medis, setiap tiga bulan sekali atau tribulan dengan menggunakan metode kunjungan dan konsumsi. Salah satu informan mengatakan bahwa perencanaan dibuat paling lambat satu bulan sebelum permulaan tribulan permintaan. Untuk menentukan jumlah obat yang dibutuhkan dengan menggunakan metode konsumsi penderita tribulan terakhir dan ditambah perkiraan 634

penderita kusta yang baru, sisa stok obat kusta, dan buffer stok. Hal ini sesuai dengan teori bahwa perencanaan pengadaan barang logistik harus sedemikian rupa sehingga akan siap tersedia pada saat dibutuhkan, tetapi tidak tertumpuk terlalu banyak. (2) Sedangkan dari hasil penelitian bahwa tidak terdapat anggaran khusus untuk pengadaan obat kusta maupun anggaran untuk pegawai yang mengamprah obat kusta dikarenakan obat yang disediakan merupakan obat gratis yang disediakan oleh Negara, sehingga petugas hanya tinggal mengambil di P2PL saja. Ada kesan beberapa petugas menginginkan adanya anggaran bila mengamprah obat agar para petugas termotivasi bila mendapatkan tugas untuk mengamprah, terbukti dengan penjelasan informan yang menyatakan bahwa bila terdapat anggaran maka petugas akan lebih rajin mengamprah obat karena sudah meninggalkan pekerjaan. Begitu juga dengan informan lain yang memiliki pernyataan yang sama bahwa mugkin akan banyak petugas yang mau mengamprah obat kusta bila terdapat anggaran. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian bahwa pengadaan obat kusta, pegawai atau petugas farmasi yang mengamprah obat kusta ke P2PL dengan membawa formulir permintaan MDT tribulan. Pada tahun 2014 pengadaan obat kusta kurang dari permintaan sehingga rumah sakit tidak memiliki buffer stock. Pengadaan obat kusta kurang dari permintaan karena pemerintah ingin lebih memeratakan pendistribusian ke unit pengelola obat tingkat Kabupaten/Kota. Oleh sebab itu rumah sakit berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan juga melakukan back order. Salah satu informan mengatakan bahwa back order tidak dilakukan sesuai dengan lead time karena kesibukan petugas yang mengamprah. Mulai tahun ini rumah sakit hanya menerima pasien kusta dengan rujukan saja untuk menghindari kekosongan obat kusta kembali. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa metode yang digunakan dalam penyimpanan obat kusta adalah metode FIFO dan FEFO. Hal ini didukung dengan pernyataan informan, karena obat yang disediakan pusat selalu kurang dari kebutuhan maka obat yang datang langsung disalurkan ke apotek begitu juga dengan obat yang expired langsung didistribusikan ke apotek. Penyaluran obat kusta dilakukan melalui cara satu pintu yaitu instalasi pendukung mengambil obat kusta atau peralatan kesehatan lainnya ke Gudang Instalasi Farmasi. Sedangkan dalam pemeliharaan obat kusta petugas menyimpan dalam suhu ruangan dan tempat yang kering. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa apoteker harus rnemperhatikan obat-obat yang harus disimpan secara khusus seperti narkotika, psikotropika, obat yang 635

memerlukan suhu tertentu, obat yang mudah terbakar, sitostatik dan reagensia. Melakukan pengawasan mutu terhadap sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diterima dan disimpan sehingga terjamin mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan (Pedoman Cara Kefarmasian yang Baik. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penghapusan obat kusta dilakukan dengan menggunakan metode retur ke P2PL melalui cara mengumpulkan obat rusak atau expired kemudian membuat laporan berupa jumlah dan jenis obat yang akan diretur. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa petugas mengontrol obat kusta menggunakan metode perpetual dengan mengisi kartu stok pada saat obat masuk dan keluar, kemudian petugas membuat Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) sebulan sekali. Dari hasil penelitian penulis menemukan bahwa petugas mengisi kartu stok dengan cara manual yaitu menulis atau mencatat transaksi keluar dan masuknya barang, dan didalam kartu stok terdapat banyak coretan yang menunjukkan salahnya memasukkan jumlah obat. Hal ini menunjukkan kekurangtelitian petugas dalam menentukan stok obat. Kekurangtelitian ini dapat mengakibatkan tiga kemungkinan yang dapat terjadi yakni stock out, stagnant, dan obat yang dibutuhkan sesuai dengan yang ada dipersediaan. (5) Sedangkan berdasarkan hasil penelitian, salah satu informan mengatakan bahwa usaha yang dilakukan rumah sakit agara tidak terjadi kekosongan yaitu dengan melakukan permintaan obat ke dinkes provinsi dan subdir kusta. dan informan lain mengatakan bahwa pada saat terjadi kekosongan petugas merujuk pasien kusta ke Puskesmas yang terdekat dengan tempat tinggal pasien atau Puskesmas terdekat dengan rumah sakit, dan juga agar obat kusta selalu tersedia petugas melakukan back order atau pemesanan kembali tetapi back order tidak dilakukan tepat waktu dikarenakan kesibukan petugas. Salah satu informan mengatakan, apabila blister MDT-MB dewasa tersedia maka petugas akan dapat menyediakan obat untuk MDT lainnya dengan cara memotongmotong MDT-MB dewasa seuai dengan kebutuhan pasien karena MDT-MB merupakan blister yang terdiri dari rifampisin, lampren, dan DDS. Hal tersebut juga diungkapkan oleh pasien bahwa ia dirujuk ke puskesmas pada saat obat kusta mengalami kekosongan. Dari hasil penelitian penulis menemukan bahwa evaluasi seharusnya dilakukan pada saat akan membuat perencanaan kembali, akan tetapi pada kenyataannya evaluasi hanya dilakukan pada akhir tahun saja. Dan, untuk mencegah kekosongan obat kusta kembali, pada tahun ini rumah sakit hanya 636

menerima pasien dengan rujukan saja. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian pada tahun 2014 semua jenis blister yang terdiri dari MDT- MB dan MDT-PB baik anak maupun dewasa mengalami kekosongan dalam jangka waktu beberapa bulan dan pada saat penelitian penulis hanya menemukan jenis blister MDT-MB dewasa. Salah satu informan mengatakan meskipun para penderita sudah dirujuk ke Puskesmas namun petugas tidak megalami keyakinan apabila penderita langsung menebus obat tersebut, dan hal ini juga yang dikatakan oleh penderita bahwa penderita akan mengambil obat bila sesuai dengan kondisi saja yang berarti penderita tersebut belum tentu langsung mengambil obat. Apabila kekosongan obat ini berlangsung lama dan terus menerus maka akan berakibat bagi penderita kusta yaitu penderita tidak mendapatkan obat tepat waktu yang mengakibatkan keterlambatan penyembuhan bagi penderita. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa bila penderita kusta tidak meminum obat secara teratur maka kuman kusta dapat menjadi aktif kembali dan dapat menimbulkan gejala-gejala baru yang akan memperburuk keadaan penderita. Simpulan dan Saran Simpulan: Pada tahun 2014 untuk mengatasi kekosongan selain dengan melakukan permintaan ke Dinkes Provinsi dan Subdir Kusta, petugas juga merujuk pasien ke puskesmas untuk mendapatkan obat. obat kusta disediakan Direktorat Jendral P2PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) tetapi obat yang disediakan kurang dari permintaan dikarenakan distribusi obat difokuskan untuk Dinas Kesehatan Kota atau Provinsi untuk didistribusikan kembali ke puskesmas-puskesmas. Saran: 1. Rumah Sakit: Agar dapat meningkat manajemen pengelolaan obat. 2. Bagi Pemerintah: Agar pemerintah dapat menyediakan obat kusta sesuai dengan kebutuhan instansi pelayanan kesehatan. 3. Penderita Kusta: Para penderita patuh minum obat untuk memutuskan mata rantai penularan dan mencegahnya. DAFTAR PUSTAKA Bowersox, D.J. Manajemen Logistik Integrasi Sistem-sistem Manajemen Distribusi Fisik dan Manajemen Material. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006. Aditama, T.Y. Manajemen Administrasi Rumah sakit. Edisi ke 2. Jakarta: UI-Press, 2003 637

Saryono, dan Mekar DA. Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Bidang Kesehatan. Cetakan ke- 2.Yogyakarta: Mulia Medika, 2011 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta ; 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2014 Waluyo, D. S., Analisis Penyebab Utama Stagnan Pada Manajemen Persediaan Obat di RS. X Kediri [Tesis]. Surabaya: Universitas Airlangga, 2006. (Depkes RI, 2006 dalam Indanah dan Tri Suwarto, 2014) (Adisasmito dan suciati, 2006) 638