BAB I PENDAHULUAN I-1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PRODUSEN DAN PENGECER DENGAN KESALAHAN INSPEKSI, KENDALI WAKTU TUNGGU, DAN LEARNING IN PRODUCTION

MODEL PERSEDIAAN PEMASOK-PEMBELI DENGAN PRODUK CACAT DAN KECEPATAN PRODUKSI TERKONTROL

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai peneltian terdahulu, penelitian sekarang, dan landasan teori sebagai dasar penelitian.

MODEL JOINT ECONOMIC LOT SIZE PADA RANTAI PASOK

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PRODUSEN DAN DISTRIBUTOR DENGAN KEBIJAKAN MANAJEMEN BIAYA EMISI KARBON DAN PROSES INSPEKSI

MODEL KEBIJAKAN CAN ORDER PADA DUA ESELON RANTAI PASOK DENGAN SISTEM VENDOR MANAGED INVENTORY

UKURAN LOT PRODUKSI DAN BUFFER STOCK PEMASOK UNTUK MERESPON PERMINTAAN PROBABILISTIK

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PADA SISTEM SUPPLY CHAIN YANG MELIBATKAN PEMASOK, PEMANUFAKTUR DAN PEMBELI

Data untuk Perhitungan Biaya Kirim Data untuk Perhitungan Biaya Simpan Pembeli Data untuk Perhitungan Biaya

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis dan metode yang digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini adalah

Jl. Veteran 2 Malang

BAB 4 FORMULASI MODEL

ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PURCHASING PRICE UNTUK PRODUK DEFECT DAN BACKORDER KETIKA PEMERIKSAAN DARI BUYER KE SUPPLIER

BAB I PENDAHULUAN. di bidang produksi atau pembuatan kertas rokok (cigarette paper). Produk kertas

PENGEMBANGAN MODEL JOINT ECONOMIC LOT SIZE DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ADANYA PRODUK CACAT DAN BACKORDERING POLICY

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENENTUAN UKURAN LOT GABUNGAN UNTUK PEMBELI DAN PEMASOK TUNGGAL DAN USULAN SISTEM VENDOR MANAGED INVENTORY (VMI) PADA PT.PUTRA ALAM TEKNOLOGI

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN PERIODIC REVIEW DENGAN MEMPERTIMBANGKAN TINGKAT PERMINTAAN FUZZY, KESALAHAN INSPEKSI, DAN PARTIAL BACKORDER

Kata kunci: inventory, imperfect quality, inspection error, defect return, rework, salvage, lot size, JELS.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PRODUSEN DAN PENGECER DENGAN KENDALA KAPASITAS GUDANG DAN TINGKAT LAYANAN

Model Persediaan Just In Time (JIT) Terintegrasi dengan Mengakomodasi Kebijakan Material

BAB 2 LANDASAN TEORI

Koordinasi Persediaan Rantai Pasok Desentralisasi dengan Lead Time yang Terkontrol dan Mekanisme Revenue Sharing

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN PRODUKSI, PRODUKSI ULANG, DAN PEMBUANGAN LIMBAH PADA KASUS PURE BACKORDERING DENGAN PERSEDIAAN PIHAK KETIGA

MANAJEMEN PERSEDIAAN

PENGENDALIAN PERSEDIAAN DUA ESELON DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOINT ECONOMIC LOT SIZE (JELS)

INTEGRASI LOT SIZING PADA PRODUSEN DAN DISTRIBUTOR UNTUK PRODUK YANG DIJUAL DENGAN GARANSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS PENGARUH INFORMATION SHARING PADA DUA LEVEL RANTAI PASOK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh konsumen sehingga produk tersebut tiba sesuai dengan waktu yang telah

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PADA SUPPLY CHAIN DENGAN MENGAKOMODASI KEBIJAKAN PEMBELIAN BAHAN BAKU

ABSTRAK. Kata kunci: joint economic lot size, supplier, distributor, biaya persediaan, pengendalian persediaan. iv Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA

TUGAS AKHIR. Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Pengendalian Manajemen ( Management Control System ) adalah 1

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB II LANDASAN TEORI

Pengembangan Alat Bantu Pengambilan Keputusan Berbasis Sistem Purchasing Consortium Untuk Sentra UMKM Seruni, Sidoarjo

Model EOQ dengan Holding Cost yang Bervariasi

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL VENDOR MANAGED INVENTORY DENGAN BANYAK RETAILER YANG MEMPERTIMBANGKAN KETIDAKPASTIAN LEAD TIMES

PENGARUH PENENTUAN JUMLAH PEMESANAN PADA BULLWHIP EFFECT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC MODEL

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 8 MODEL OPTIMAL PENGIRIMAN PRODUK GABUNGAN MENGGUNAKAN PETI KEMAS DALAM RANTAI PASOK DUA LEVEL

Pengelolaan Persediaan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory).

Hidayat Wiweko,S.E.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. target tersebut. Untuk menghasilkan Supply Chain yang efektif dan efisien

BAB III LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

Tesis MM 2403 PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN PEMASOK- PEMBELI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN PENGIRIMAN YANG BERBEDA, PRODUK CACAT, DAN BIAYA EMISI KARBON

MODEL PERSEDIAAN PEMASOK-PEMBELI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN REPAIRABLE ITEM, INSPECTION ERROR, DAN LOT PENGIRIMAN YANG BERBEDA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN. logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

MODEL PERSEDIAAN DETERMINISTIK STATIS WAKHID AHMAD JAUHARI TEKNIK INDUSTRI UNS 2015

MODEL BIAYA PERSEDIAAN GABUNGAN UNTUK PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK SKRIPSI

Pengendalian Persediaan Masalah utama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. maupun pendistribusian barang dalam hal ini adalah distributor.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Nama : Mutiara Dey NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE.,MM,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MANAJEMEN PERSEDIAAN YULIATI,SE,MM

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi mengenai hal pokok yang mendasari dilakukannya penelitian serta identifikasi masalah penelitian meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi, serta sistematika penulisan. 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi yang semakin maju dewasa ini membuat persaingan bisnis semakin ketat sehingga menuntut banyak perusahaan untuk berusaha meningkatkan performansi rantai pasoknya. Supply chain (rantai pasok) merupakan jaringan antar perusahaan yang bersama-sama bekerja untuk memproduksi dan mengantar suatu produk ke konsumen akhir (Pujawan, 2005). Jika pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pasok dapat meningkatkan performansi dengan baik, maka aliran distribusi produk akan berjalan dengan lancar dan efisien. Salah satu cara dalam meningkatkan performansi supply chain adalah dengan cara mengelola aliran produksi dengan melakukan kerjasama antar pihak dalam rantai pasok serta menerapkan manajemen rantai pasok (supply chain management) dalam hal persediaan. Pengelolaan persediaan secara konvensional dipandang sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini, karena akan menyebabkan kerugian pada salah satu pihak dalam rantai pasok (Jauhari dkk., 2009). Kebutuhan akan sistem pengendalian pada dasarnya muncul karena adanya kelebihan atau kekurangan persediaan. Kelebihan persediaan dapat menyebabkan terhentinya perputaran uang atau modal dan munculnya biaya-biaya tambahan yang tidak diperlukan seperti terlalu besarnya biaya simpan (holding cost), biaya kerusakan yang terjadi pada saat penyimpanan, dan biaya gudang yang harus ditanggung perusahaan. Sedangkan jika terjadi kekurangan persediaan akan dapat menyebabkan tidak bisa terpenuhinya permintaan konsumen dikarenakan berhentinya proses produksi karena kekurangan bahan baku serta kehilangan potensi penjualan. Hal ini yang mendorong adanya suatu manajemen rantai pasok (supply chain management) yang terintegrasi antara pihak yang saling berinteraksi dalam aktivitas rantai I-1

pasok agar efektifitas dan efisiensi dari suatu sistem pengendalian persediaan dapat meningkat. Salah satu kunci sukses terciptanya manajemen rantai pasok yang optimal adalah pengelolaan dan pengendalian persediaan yang baik. Salah satu model persediaan yang mengintegrasikan pengelolaan persediaan antar pihak dalam supply chain adalah model Joint Economic Lot Size (JELS). Model Joint Economic Lot Size (JELS) merupakan salah satu model penentuan lot bersama antara pemasok dan pembeli dimana total biaya gabungan merupakan model yang dihasilkan. Lee (2005) menjelaskan beberapa keuntungan dalam menerapkan JELS, antara lain menghasilkan total biaya persediaan yang rendah dan membuat informasi menjadi transparan yang menyebabkan terjalinnya kepercayaan antar pihak dalam rantai pasok. Di pihak yang berbeda, Jauhari dkk. (2009) menyatakan bahwa model JELS memberikan formulasi koordinasi antara kebijakan pesanan dan produksi dari pembeli dan pemasok. Istilah JELS pertama kali diperkenalkan oleh Banarjee (1986) yang mempertimbangkan tingkat produksi yang terbatas dan mengusulkan kebijakan pengiriman lot for lot dalam mengirim sejumlah produk dari vendor ke buyer. Namun sesungguhnya penelitian mengenai JELS pertama kali dipublikasikan oleh Goyal (1976) dengan mempertimbangkan masalah pemasok-tunggal pembelitunggal dengan permintaan deterministik dan konstan serta tingkat produksi yang tak terbatas. Selanjutnya Goyal (1988) mengembangkan hasil penelitian Banarjee dengan asumsi lot for lot dimana pemasok memproduksi tiap pengiriman ke pembeli dalam batch produksi yang terpisah. Goyal (1989) melakukan kajian koordinasi pada pembeli-pemasok serta menyatakan bahwa penerapan JELS adalah langkah awal tercapainya koordinasi dalam rantai pasok. Hill (1997) mengembangkan penelitian dari Goyal (1988) dengan ukuran lot yang tidak sama yang kemudian dimodifikasi oleh Goyal (2000). Kemudian Pujawan dan Kingsman (2002) mengembangkan model persediaan terintegrasi antara pemasok dengan pembeli dimana model ini menganalisis perbedaan antara kebijakan lot streaming dan kebijakan tanpa lot streaming pada model pemasok-pembeli dengan ukuran pengiriman sama. Hasil yang didapatkan membuktikan bahwa model lot streaming menghasilkan total biaya gabungan yang lebih rendah dari pada model tanpa lot streaming. commit Jauhari to user (2008) kemudian melakukan I-2

pengembangan model dari Pujawan dan Kingsman yang mengintegrasikan dengan pembelian material. Goyal (1995) mengembangkan model persediaan dengan menetapkan ukuran pengiriman yang meningkat dengan faktor konstan. Model-model koordinasi dengan ukuran pengiriman yang berbeda sudah banyak dilakukan penelitian lain seperti (Hill, 1997; Hill, 1999; Goyal dan Nebebe, 2000; Hoque dan Goyal, 2000; Hill dan Omar, 2006; dan Zhou dan Wang, 2007). Model pemasok-pembeli tersebut kemudian dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan kebijakan ukuran pengiriman yang sama dan berhasil memberikan penghematan total biaya persediaan. Penelitian mengenai penentuan ukuran lot dengan mengintegrasikan antara pemasok dan pembeli telah banyak dibahas oleh peneliti. Namun, penelitian tersebut terbatas pada asumsi bahwa semua item barang hasil produksi pemasok selalu dalam keadaan baik. Pada kenyataannya, ketidaksesuaian produk sangat sulit untuk dihilangkan dalam suatu proses produksi. Porteus (1986) meneliti adanya hubungan yang signifikan antara kualitas dengan ukuran lot. Inilah yang menjadi dasar munculnya penelitian mengenai penentuan ukuran lot yang mempertimbangkan adanya imperfect quality (kecacatan). Salah satunya adalah penelitian oleh Salameh dan Jaber (2000) yang mengembangkan model economic order quantity (EOQ) pemasok-pembeli. Dalam model ini, diketahui terdapat sejumlah produk cacat dengan probabilitas yang diketahui dalam setiap lot. Model Salameh dan Jaber (2000) yang mempertimbangkan adanya produk cacat tersebut menggunakan asumsi bahwa tidak ada kesalahan dari faktor manusia (human error) pada saat proses inspeksi dilakukan. Namun, penelitian human error dalam inspeksi sebenarnya sudah pernah dilakukan oleh Raouf et al. (1983). Yoo dkk. (2009) kemudian melakukan pengembangan model Salameh dan Jaber dengan mempertimbangkan adanya faktor human error dan membagi kesalahan inspeksi menjadi dua jenis tipe kesalahan; kesalahan tipe 1 yaitu mengkategorikan item baik sebagai item cacat dan kesalahan tipe 2 yaitu mengkategorikan item cacat sebagai item baik. Lin (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kedua jenis kesalahan inspeksi diketahui bernilai konstan. Hsu (2012) dalam penelitiannya menyatakan commit to bahwa user dalam proses inspeksi tidak I-3

sepenuhnya bebas kesalahan (error-free). Penelitian dari Pamudji dkk. (2013) kemudian mengembangkan sebuah model persediaan terintegrasi yang mempertimbangkan kebijakan ukuran pengiriman yang berbeda dan tingkat kenaikan kecacatan. Namun, model tersebut mengasumsikan tidak ada kesalahan inspeksi. Berdasarkan penelitian Goyal (1995), diketahui bahwa penggunaan kebijakan pengiriman yang sama mampu menghasilkan total biaya persediaan yang lebih besar dari pada model pengiriman yang berbeda. Oleh karena itu, melalui penelitian ini akan dikembangkan model matematis persediaan pemasokpembeli berdasarkan pengembangan dari model yang memperhatikan adanya produk cacat dan kesalahan inspeksi yang dibangun oleh Hsu dan Hsu (2012) tetapi menggunakan kebijakan ukuran yang berbeda berdasarkan model penelitian dari Pamudji dkk. (2013). 1.2 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana mengembangkan model persediaan untuk menentukan ukuran lot dan frekuensi pengiriman yang optimal sehingga diperoleh total biaya persediaan gabungan yang minimum dengan mempertimbangkan ukuran pengiriman yang berbeda, produk cacat, dan adanya kesalahan inspeksi?. 1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain: 1. Menghasilkan model terintegrasi dari suatu sistem rantai pasok antara pemasok dengan pembeli yang mempertimbangkan ukuran lot pengiriman yang berbeda, produk cacat, serta adanya kesalahan inspeksi. 2. Melakukan analisis sensitivitas untuk melihat pengaruh parameterparameter terhadap perilaku model dan solusi. 1.4 MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Menghasilkan model persediaan terintegrasi pemasok-pembeli tunggal dengan mempertimbangkan ukuran pengiriman yang berbeda, adanya kecacatan, dan kesalahan inspeksi. I-4

2. Model penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai frekuensi pengiriman yang optimal dan ukuran lot masing-masing pengiriman dalam satu batch produksi serta ukuran pemesanan yang optimal. 3. Model dalam penelitian ini dapat meminimumkan total ekspektasi biaya persediaan bagi pemasok dan pembeli dengan mempertimbangkan aspek adanya produk cacat dan kesalahan inspeksi. 1.5 BATASAN MASALAH Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Model yang dikembangkan adalah model persediaan pemasok-pembeli yang hanya mencakup pemasok tunggal dan pembeli tunggal. 2. Produk yang dibahas hanya satu jenis produk. 1.6 ASUMSI Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tingkat permintaan diketahui, konstan, dan berkelanjutan. 2. Lead time diketahui sama dengan 0 dan konstan. 3. Permintaan bersifat deterministik. 4. Tidak mengijinkan adanya backorder dan shortage. 5. Tingkat produksi lebih besar dari pada permintaan (P > D). 6. Setiap lot yang dikirim dari pemasok ke pembeli mengandung cacat dengan tingkat kecacatan sebesar γ. 7. Proses inspeksi terjadi dengan tidak sempurna dan terdapat probabilitas mengkategorikan barang cacat menjadi baik sebesar e1. 8. Probabilitas mengklasifikan barang tidak cacat menjadi cacat sebesar e2. 9. Pembeli mengembalikan semua barang yang diklasifikasikan sebagai cacat. 10. Barang yang dikembalikan dari konsumen akhir kepada pemasok sesudah proses inspeksi 100% dilakukan akan diganti dengan harga penuh (refund). 11. Setiap barang cacat akan memberikan biaya sebesar cw kepada pemasok. 12. Pemasok akan menjual barang yang dikembalikan kepada pasar sekunder dengan harga diskon. 13. Konsumen akhir yang membeli produk cacat akan mengetahui masalah kualitas dan mengembalikan produk kepada pembeli untuk diganti dengan I-5

barang baik. Pemasok-pembeli akan menanggung biaya post-sale failure dari barang yang dikembalikan dari pasar (contoh: kehilangan nama baik). 1.7 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan laporan Penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang mengenai permasalahan yang akan dibahas, perumusan masalah yang akan diselesaikan, tujuan yang ingin dicapai, manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian, batasan masalah dan asumsi yang digunakan, serta sistematika penulisan laporan tugas akhir. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisikan landasan teori yang mendukung kegiatan penelitian sebagai landasan pemecahan masalah, serta memberikan penjelasan secara garis besar metode yang digunakan sebagai kerangka pemecahan masalah. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan gambaran terstruktur tahap demi tahap proses pelaksanaan penelitian yang digambarkan dalam bentuk flowchart dan tiap tahapnya diberi penjelasan sesuai dengan permasalahan yang ada. Dengan adanya metodologi penelitian, maka kegiatan penelitian dapat menjadi lebih sistematis dan terstrukstur. BAB IV PENGEMBANGAN MODEL Bab ini berisi data-data yang diperlukan dan dikumpulkan untuk menyelesaikan pemodelan persediaan, meliputi nilai untuk setiap parameter, variabel keputusan, penentuan fungsi objektif serta batasan. Pada bab ini akan menguraikan sistem operasi pada pengembangan model dan memformulasikan model tersebut serta memberikan contoh numeriknya untuk mencapai tujuan penelitian. Pencarian solusi optimal model persediaan ini dilakukan dengan bantuan program tambahan Solver pada software Microsoft Excel. I-6

BAB V ANALISIS SENSITIVITAS Bab ini menguraikan analisis perilaku perubahan parameter terhadap fungsi tujuan berdasarkan model yang telah dikembangkan. Selain itu, juga memberikan interpretasi hasil pencarian solusi optimal model yang telah dilakukan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan kesimpulan yang diperoleh dari pengembangan model dan analisis sensitivitas yang telah dilakukan. Bab ini juga menguraikan saran arah penelitian yang dapat dilakukan sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya. I-7