PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Afif Miftah Amrullah, 2015

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMBELAJARAN KELISTRIKAN

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF

Siti Nurvalah 1, Ono Wiharna 2, Yayat 3

HUBUNGAN ANTARA KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMKN

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING TYPE QUIZ TEAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR PERAWATAN KOPLING

Syaeful Ahmad 1, Kamin Sumardi 2, Purnawan 3

STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR ANTARA KELAS BINAAN ASTRA DENGAN KELAS REGULER PADA KOMPETENSI MEMELIHARA UNIT FINAL DRIVE POROS PENGGERAK RODA BELAKANG

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEER TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK PADA KOMPETENSI DASAR MENGGUNAKAN ALAT UKUR

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat yang pintar, intelek, berkemampuan berfikir tinggi. Disamping itu

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EDUTAINMENT PADA PEMBELAJARAN PSYCHROMETRIC UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL DENGAN MEDIA HANDOUT PADA KOMPETENSI GAMBAR TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatan sumber daya

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SELF DESIGN PROJECT LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMK PADA KOMPETENSI PEMESINAN FRAIS KOMPLEKS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. mengimplementasikannya dalam proses belajar mengajar.

Didik Cahyono 1), Dwi Haryoto 2), dan Asim 3) Universitas Negeri Malang

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi di Kelas IV SDN 14 Ampana

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DRILL UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan. kurikulum yakni dari CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), KBK (Kurikulum

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL. Oleh Frisnawati Siburian NIM Dosen Pembimbing Skripsi, Mara Untung Ritonga, M.Hum., Ph.D.

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku siswa meliputi tiga ranah yaitu kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

KONTRIBUSI KOMPETENSI MEMBACA GAMBAR TEKNIK TERHADAP KOMPETENSI TEKNIK PEMESINAN BUBUT SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang biasa diterapkan di sekolah-sekolah pada umumnya masih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR DASAR OTOMOTIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

PENERAPAN PAIKEM PADA MATERI MENJELANG PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA (Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar)

Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

STUDI PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODUL DAN WALL CHART PADA KOMPETENSI SISTEM KOPLING

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum program keahlian teknik kendaraan ringan 1) menghasilkan

Peningkatan Kemampuan Siswa Membaca Nyaring Melalui Metode Latihan Terbimbing di Kelas III SD Inpres Kantewu

percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan ataupun

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENGGUNAKAN ALAT UKUR BERSKALA DI SMK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Inkuiri Terbimbing di Kelas IV SD Inpres 3 Terpencil Baina a

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

PENERAPAN METODE INQUIRY PADA MATERI ORGANISASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI KUTA BAK MEE ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Penerapan Metode Penugasan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Wujud Benda dalam Pembelajaran IPA Kelas IV SDN 21 Ampana

PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY MENGGUNAKAN HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

DAFTAR ISI.. LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN.. i ABSTRAK.. ii KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

Penerapan Model Penemuan Terbimbing Berbasis LKPD Terhadap Hasil Belajar Fisika Pada Peserta Didik Kelas XII 1 Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung

BAB 1 PENDAHULUAN Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, cara pemecahan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN MAROMBUN UJUNG JAWI

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

Setu Budiardjo a a Guru Matematika SMK Negeri 5 Semarang. Jl. Dr. Cipto 121 Semarang Telp. (024)

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO

BAB V ANALISA. Pembelajaran yang diterapkan pada kelompok sampel (kelas X IA-4)

BAB III METODE PENELITIAN

Satrio Rahmat Muslim 1, Yaspin Yolanda 2, Ahmad Amin 3 Skripsi ini berjudul Penerapan model Collaborative Teamwork Learning pada

Lailly Ramadhani dan Tri Harsono. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan.Jl.Willem Iskandar Pasar V Medan ABSTRAK

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 7 November 2015

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Penelitian, kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) DI KELAS IX-7 SMP NEGERI 3 BERASTAGI

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (MODEL TF-6M) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA DI SMK

Omega: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika 2 (1), (2016)

PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING PADA KOMPETENSI DASAR PELAKSANAAN PROSEDUR PENGELASAN DI SMK OTOMOTIF

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Syerel Nyongkotu, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI PERBAIKAN DIFFERENTIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ABSTRACT. Key Words: Learning achievement, Small group discussion/buzz group strategies

Transkripsi:

173 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK Afif M. Amrullah 1, Yayat 2, Iwa Kuntadi 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 207 Bandung 40154 afif.ma@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran inkuiri pada KD memelihara roda dan ban. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklu s dengan beberapa tahapan, yaitu ; perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian dilaksanakan di kelas XI TKR 6 SMK Negeri 6 Bandung pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi keaktifan belajar siswa, dan lembar tes berupa pre test dan post test. Hasil penelitian menunjukkanadanya peningkatan keaktifan belajar siswa berada pada kategori sangat tinggi, khususnya pada aspek; keinginan siswa menciptakan suasana belajar yang kondusif, keterlibatan siswa mencari dan memanfaatkan sumber belajar, serta keterlibatan siswa melakukan prakarsa dan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada kategori sedang. Kata kunci: inkuiri, keaktifan, hasil belajar, roda, ban, PENDAHULUAN SMK Negeri 6 Bandung merupakan salah satu SMK yang menyelenggarakan pendidikan berwa-wasan internasional berbasis teknologi dan berbasis lingkungan. SMK Negeri 6 Bandung juga menjadi pusat layanan industri dalam mempersiapkan siswa untuk bekerja dalam bidang kompetensi agar menjadi tenaga kerja profesional yang bersaing di tingkat nasional maupun internasional. Sesuai dengan visi SMK Negeri 6 Bandung yaitu sebagai sekolah berwawasan internasional yang berbudaya lingkungan menjadi pusat layanan industri dan penyedia calon tenaga kerja yang profesional di tingkat nasional maupun internasional. SMK Negeri 6 Bandung memiliki beberapa program studi/program keahlian, salah satunya program studi Teknik Kendaraan Ringan (TKR). SMK Negeri 6 Bandung pada tahun pelajaran 2014/2015 merupakan salah satu sekolah yang telah menggunakan Kurikulum 1 Mahasiswa Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI 2 Dosen Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI 3 Dosen Departemen Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI

174 2013 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 diterapkan pada kelas X dan XI, sedangkan kelas XII masih menggunakan KTSP. Kurikulum 2013 menuntut siswa aktif dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Mata pelajaran pemeliharaan chassis dan sistem pemindah tenaga kendaraan ringan 2 merupakan salah satu mata pelajaran produktif yang diajarkan pada siswa kelas XI TKR di SMK Negeri 6 Bandung dengan menggunakan Kurikulum 2013. Memelihara roda dan ban merupakan salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang diajarkan pada mata pelajaran pemeliharaan chassis dan sistem pemindah tenaga kendaraan ringan 2. Pengetahuan dan pemahaman mengenai KD memelihara roda dan ban penting untuk dipelajari, mengingat roda dan ban merupakan salah satu komponen penting pada suatu kendaraan. Siswa harus benarbenar mengetahui dan memahami materi mengenai roda dan ban. Kegiatan pembelajaran pada KD memelihara roda dan ban yang menggunakan Kurikulum 2013 dirasa masih kurang maksimal, khususnya pada pengantar praktik/ pembelajaran teori pada ranah kognitif. Siswa masih kurang memperhatikan penjelasan guru dan kurang aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini didasarkan pada pengalaman peneliti ketika melaksanakan Program Pengalaman Lapanagan (PPL) yang dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 di SMK Negeri 6 Bandung. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan menjadikan guru sebagai satusatunya sumber ilmu. Siswa mendapat informasi/materi hanya terbatas pada penjelasan guru, tidak mencari dari sumber lain. Kemampuan siswa menjadi terbatas karena kurang mendapat informasi/materi ajar yang diharapkan. Siswa seharusnya dapat mencari informasi dari sumber lain yang berkaitan dengan materi yang diajarkan oleh guru, sehingga dapat meningkatkan kemampuannya. Berdasarkan permasalahan di atas, perlu adanya sebuah kreativitas yang dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran yang lain seperti model pembelajaran inkuiri. Model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang dikembangkan agar siswa menemukan dan menggunakan berbagai sumber informasi dan ide-ide untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang masalah, topik, atau isu tertentu (Abidin, 2014). Model pembelajaran inkuiri mencakup beberapa hal diantaranya proses mengajukan permasalahan, memperoleh informasi, berpikir kreatif tentang kemungkinan penyelesaian masalah, membuat keputusan, dan membuat kesimpulan (Sani, 2014). Pengetahuan akan diperoleh melalui pengalaman secara inkuiri dan tidak cukup hanya

175 mengamati, mendengarkan penjelasan, atau melihat demonstrasi. Perolehan pemahaman dimulai dari pengalaman siklus dasar proses inkuiri. Model pembelajaran inkuiri dalam pelaksanaannya terdapat beberapa proses, mulai perencanaan, mencari informasi, mengelola, mengkreasi, berbagi, dan mengevaluasi. Penggunaan model pembelajaran inkuiri pada KD memelihara roda dan ban diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, mulai dari bertanya, interaksi, dan berfikir kritis. Harapan lain dari penggunaan model pembelajaran inkuiri pada mata pelajaran ini adalah siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa guna bekal untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan di perguruan tinggi. Ciri pembelajaran yang berhasil salah satunya dilihat dari kegiatan belajar siswa. Semakin tinggi kegiatan belajar siswa, semakin tinggi pula peluang keberhasilannya (Sudjana, 2000). Begitu pula pada pembelajaran KD memelihara roda dan ban yang menggunakan Kurikulum 2013. Keberhasilan pembelajaran pada KD memelihara roda dan ban dapat dilihat dari kegiatan belajar siswa berupa keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Semakin tinggi keaktifan belajar siswa, maka semakin tinggi pula keberhasilan pembelajaran yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Keberhasilan pembelajaran ini tidak dapat dipisahkan dari ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran, yakni model pembelajaran dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. PTK dilakukan dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas yang bertujuan untuk memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus mulai dari tanggal 8-15 Mei 2015. Tahapan yang dilakukan dalam satu siklus penelitian terdiri dari; perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian dilaskanakan di kelas XI TKR 6 SMK Negeri 6 Bandung dengan jumlah siswa sebanyak 18 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi keaktifan belajar, dan lembar tes.

176 HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitan pada siklus I diperoleh data mengenai keaktifan belajar siswa pada pembelajaran roda dan ban dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri diperoleh rata-rata keaktifan belajar siswa sebesar 71%. Persentase mengenai keaktifan belajar siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri belum baik. Hasil belajar siswa pada siklus I masih belum maksimal, baik pada saat melakukan pre test maupun post test. Penilaian hasil belajar siswa pada siklus I (Tabel 1). Nilai N-Gain dapat dihitung dengan melihat skor yang diperoleh siswa pada saat melakukan pre test dan post test. Rata-rata N-Gain pada siklus I sebesar 0,51 dengan kategori sedang. Tabel 1. Hasil belajar siswa pada siklus I Tes Siklus I Pre test Post test Skor terendah 2 8 Skor tertinggi 9 13 Rata-rata skor 5,8 10,5 Nilai terendah 13,33 53,33 Nilai tertinggi 60,00 86,67 Rata-rata nilai 39,26 70,00 Jumlah siswa yang memenuhi KKM 0 11 Jumlah siswa yang belum memenuhi KKM 18 7 Rata-rata keaktifan belajar siswa pada siklus II mencapai 89% dengan kategori sangat tinggi. Pesentase mengenai keaktifan belajar siswa menggunakan model pembelajaran inkuiri pada siklus sudah mulai membaik. Penelitian pada siklus II, siswa lebih siap dalam mengikuti pembelajaran karena guru telah memberitahukan kepada siswa sebelumnya mengenai materi yang akan dipelajari pada siklus II. Hasilnya pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa apabila dibandingkan dengan siklus I. Penilaian hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel 2. Nilai N-Gain dapat dihitung dengan melihat skor yang diperoleh siswa pada saat melakukan pre test dan post test. Rata-rata N-Gain pada siklus II sebesar 0,62.

177 Tabel 2. Hasil belajar siswa pada siklus II Tes Siklus II Pre test Post test Skor terendah 3 8 Skor tertinggi 12 14 Rata-rata skor 6,9 11,8 Nilai terendah 20,00 53,33 Nilai tertinggi 80,00 93,33 Rata-rata nilai 45,93 78,89 Jumlah siswa yang memenuhi KKM 1 15 Jumlah siswa yang belum memenuhi KKM 13 3 Berdasarkan hasil observasi dapat di lihat dengan membandingkan rata-rata persentase keaktifan belajar siswa pada siklus I sebesar 71% dan siklus II sebesar 89%. Persentase peningkatan keaktifan belajar siswa mengguanakan model pembelaaran inkuiri dari siklus I ke siklus II sebesar 18%. Hasil perhitungan nilai t, didapat nilai t = -4,296, dengan t tabel =1,740. Kriteria pengujian, H o diterima apabila t < t tabel pada taraf kesalahan 5% dan dk=(n-1). Dengan kriteria pengujian tersebut, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu; penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada KD memelihara roda dan ban. Berdasarkan hasil tes, dapat dilihat perbandingan rata-rata nilai pre test pada siklus I sebesar 38,89 dan mengalami peningkatan sebesar 9,26 pada siklus II menjadi 48,15. Rata-rata nilai post test pada siklus I sebesar 71,11 dan mengalami peningkatan sebesar 4,44 pada siklus II menjadi 75,56. Rata-rata N-Gain pada siklus I sebesar 0,51, dan mengalami peningkatan sebesar 0,11 pada siklus II menjadi 0,62. Hasil perhitungan nilai t, didapat nilai t = -5,914, dengan t tabel =1,740. Kriteria pengujian, H o diterima apabila t < t tabel pada taraf kesalahan 5% dan dk=(n-1). Dengan kriteria pengujian tersebut, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu; penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada KD memelihara roda dan ban. PEMBAHASAN Peningkatan rata-rata keaktifan belajar siswa pada siklus II mencapai 89% atau 18% lebih tinggi daripada siklus I. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai t = -4,296, dengan t tabel =1,740, artinya keaktifan belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan.

178 Penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada KD memelihara roda dan ban. Dampak instruksional yang diharapkan dengan penerapan model pembelajaran inkuiri adalah peningkatan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, kreatif, dan inovatif (Abidin, 2014). Serta dampak penyerta dari model pembelajaran inkuiri adalah (a) mengembangkan karakter siswa, antara lain disiplin, cermat, kerja keras, bertanggung jawab, toleran, santun, berani, dan kritis serta etis, (b) membangun kecakapan hidup, dan (c) membina kemampuan siswa dalam berkomunikasi, berargumentasi, dan bekerja sama. Keaktifan belajar siswa pada siklus II dapat meningkat dibandingkan dengan siklus I. Peningkatan keaktifan belajar pada siklus II dapat terjadi dikarenakan beberapa hal, yakni; (a) adanya keinginan siswa untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif, (b) adanya keterlibatan siswa dalam mencari dan memanfaatkan sumber belajar, dan (c) keterlibatan siswa dalam melakukan prakarsa. Peningkatan keaktifan belajar siswa dapat meningkat apabila indikator keaktifan siswa banyak yang muncul pada diri siswa (Sanjaya, 2006). Rata-rata persentase keaktifan belajar siswa pada siswa belum mencapai 100% karena beberapa pengamatan belum mencapai 100%, yakni pada item amatan nomor 2, 3, 4, 8, 9, dan 10. Pengamatan kedua masih ada tiga siswa yang mengerjakan pekerjaan lain yang tidak berhubungan dengan pembelajaran ketika guru memberikan arahan, seperti mamainkan alah komukasinya. Pengamatan ketiga masih ada dua orang siswa yang terlambat mengumpulkan jawaban pre test ketika waktu mengerjakan telah habis, tetapi ketika mengumpulkan jawaban post test tidak ada siswa yang terlambat mengumpulkan jawaban. Pengamatan keempat masih ada empat orang siswa yang belum dapat bekerja sama dengan kelompoknya ketika mengerjakan tugas kelompok. Siswa tersebut malah mengerjakan pekerjaan lain ketika disuruh berdiskusi dengan kelompoknya, seperti memainkan alat komunikasinya ataupun mengobrolkan hal lain yang tidak ada kaitannya dengan pembelajaran dengan temannya. Pengamatan kedelapan masih ada empat orang siswa yang tidak membawa buku sumber dan ketika mencari informasi hanya mengandalkan satu buku sumber. Pengamatan kesembilan masih banyak siswa yang kurang berani untuk bertanya, dari tiga kali harapan bertanya, hanya tiga orang yang bertanya sebanyak tiga kali, 12 orang bertanya sebanyak dua kali, dan dua orang bertanya hanya sekali. Pengamatan kesepuluh siswa belum sepenuhnya mengemukakan pendapat. Harapan pengamatan kesepuluh muncul sebanyak 12 kali, tetapi tidak ada siswa yang berani mengemukakan pendapatnya sebanyak 12 kali. Tidak maksimalnya persentase

179 pada pengamatan ke sepuluh, karena adanya keterbatasan waktu terutama pada saat siswa diminta mengemukakan pendapatnya di dalam kelas (Fauziyah, dan Jailani, 2014). Hanya perwakilan kelompok yang diminta untuk mengemukakan pendapatnya di dalam kelas, tetapi dengan orang yang berbeda pada kelompok tersebut tiap kesempatan untuk mengemukakan pendapat. Walaupun tidak semua siswa berpendapat di dalam kelas, tetapi semua siswa diharapkan untuk aktif mengemukakan pendapatnya ketika berdiskusi dalam kelompoknya. Sehingga rata-rata persentase keaktifan belajar siswa pada item amatan kesepuluh berada pada kategori tinggi. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada siklus II apabila dibandingkan dengan siklus I. Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat dari beberapa hal, yakni penilaian dan penskoran. Penskoran pada siklus II mencapai peningkatan yakni rata-rata skor pre test pada siklus II mencapai 6,9 atau meningkat 0,8 apabila dibandingkan dengan pre test siklus I dan rata-rata skor post test siklus II mencapai 11,8 atau mengalami peningkatan 1,0 apabila dibandingkan dengan post test siklus I. Peningkatan N-Gain pada siklus II mencapai 0,11 dengan hasil N-Gain pada siklus II sebesar 0,61 dan siklus I sebesar 0,51. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai t = -5,914, dengan t tabel =1,740, artinya hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini sesuai dengan dampak model pembelajaran inkuiri. Dampak instruksional yang diharapkan dengan penerapan model pembelajaran inkuiri adalah peningkatan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran. Hasil belajar siswa pada siklus II dapat meningkat dibandingkan dengan siklus I. Peningkatan keaktifan belajar pada siklus II dapat terjadi memperbaiki faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, antara lain; (a) faktor internal, dengan menyiapkan kondisi/ keadaan peserta didik untuk siap mengikuti pembelajaran dan memberikan motivasi kepada siswa untuk mengikuti pembelajaran, (b) faktor eksternal, dengan menyiapkan lingkungan belajar yang kondusif untuk melaksanakan pembelajaran, dan (c) faktor pendekatan pembelajaran, dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa (Widiyanti, 2013). Hasil belajar siswa pada siklus II apabila dilihat dari hasil rata-rata N-Gain mencapai 0,62 dan berada pada kategori sedang. Perolehan rata-rata N-Gain yang masih pada kategori sedang menunjukkan daya serap siswa terhadap materi yang dipelajari di kelas berada pada

180 kategori sedang. Dilihat dari jumlah siswa yang memenuhi KKM, masih ada tiga orang siswa yang belum dapat dikatakan memenuhi KKM. Rata-rata N-Gain yang berada pada kategori sedang dan masih adanya siswa yang belum memenuhi KKM dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti yang dikemukakan oleh (Syah, 2010). Faktor yang menyebabkan rata-rata N- Gain belum mencapai kategori tinggi dan beberapa siswa belum mencapai KKM antara lain; (1) faktor internal terutama aspek psikologis, yakni; kurangnya intelegensi, minat, ataupun motivasi siswa dalam belajar, dan (2) faktor eksternal, baik di lingkungan sosial seperti guru, keluarga, masyarakat, ataupun temannya, dan di lingkungan non-sosialnya, seperti rumah, sekolah, ataupun sarana pembelajaran. KESIMPULAN Kesimpulan penelitian ini yaitu ada peningkatan keaktifan belajar siswa yang termasuk pada kategori sangat tinggi, khususnya pada aspek; keinginan siswa menciptakan suasana belajar yang kondusif, keterlibatan siswa mencari dan memanfaatkan sumber belajar, serta keterlibatan siswa melakukan prakarsa. Ada peningkatan hasil belajar siswa yang termasuk pada kategori sedang setiap siklusnya. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama. Fauziyah, L. & Jailani. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika yang Menunjang Pendidikan Karakter Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Jurnal Prima Edukasia. 2, (2). [Online]. http://journal.uny.ac.id/index/php/jpe/article/download/ 2715.pdf. Sani, R. A. (2014). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara. Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenamedia Group. Sudjana, N. (2000). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo. Widiyanti. (2013). Penelitian Tindakan Kelas [Online]. Diakses: http://widiyanti4ict. wordpress.com/mata-kuliah/penelitian-tindakan-kelas.