I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Komponen siklus inovasi (Khalil, 2000)

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

FORMULIR PENGUNGKAPAN HKI FRM/DRI/HKI/002 02; 4 Oktober 2013

Buku Panduan Permohonan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu bagi Sivitas Akademika IPB

Peran Strategis Sentra KI dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia

LAPORAN SINGKAT PANITIA KHUSUS (PANSUS) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PATEN

LAPORAN SINGKAT PANITIA KHUSUS (PANSUS) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PATEN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PETUNJUK PELAKSANAAN KERJA SAMA ALIH TEKNOLOGI

PANDUAN PRAKTIS PENGAJUAN PROPOSAL SECARA ONLINE PROGRAM 110 INOVASI INDONESIA 2018

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PANDUAN PROGRAM TECHNOPRENEURSHIP MAHASISWA Program Pelatihan Intensif 2007 RAMP - IPB

2018, No Peraturan Menteri Pertanian Nomor 06/PERMENTAN/ OT.140/2/2012 tentang Pedoman Kerja Sama Penelitian dan Pengembangan Pertanian, perlu

I. PENDAHULUAN. penelitian dan pengembangan (Research and Development). Tidak setiap orang

PANDUAN PENGUSULAN PROGRAM INSENTIF SENTRA HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (SENTRA-HKI)

Oleh Dewa Ngurah Suprapta Lab. Biopestisida Fakultas Pertanian Universitas Udayana

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SOSIALISASI RAPERMENRISTEKDIKTI TENTANG MANAJEMEN INOVASI PERGURUAN TINGGI

STANDAR 7 PENELITIAN, PELAYANAN/PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, DAN KERJASAMA

PEDOMAN PROGRAM INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA TAHUN 2010 DEWAN RISET NASIONAL KEMENTERIAN NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI

PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

PANDUAN PROGRAM INSENTIF PENDAFTARAN PATEN IPB

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Anugerah Kekayaan Intelektual WIPO Awards

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGEMBANGAN INKUBATOR BISNIS: SUATU PEMIKIRAN

SEJAUH MANA KEAMANAN PRODUK BIOTEKNOLOGI INDONESIA?

BAB 1 PENDAHULUAN PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT EDISI X 1

Hak Atas Kekayaan Intelektual. Business Law Universitas Pembangunan Jaya Semester Gasal 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SOSIALISASI PROGRAM LAYANAN LEMBAGA PENGELOLA DANA PENDIDIKAN. Riset Pembangunan Indonesia

PANDUAN. INTENSIVE-STUDENT TECHNOPRENEURSHIP PROGRAM 2014 (i-step 2014)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Divisi Inovasi dan Produk Unggulan. LP3M Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN

Dr. Kukuh Nirmala PKM DEPDIKNAS DITJEN DIKDASMEN DITJEN DIKTI DIT. P2M DIT. AKADEMIK SUBDIT PKM SUBDIT PENEL. SUBDIT PPM KKTM

STANDAR PENGELOLAAN PENELITIAN POLTEKKES KEMENKES MATARAM KEMENTERIAN KESEHATAN RI

PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR: 01/M/PER/I/2007 TENTANG LEMBAGA PENGELOLA RISET UNGGULAN STRATEGIS NASIONAL (RUSNAS)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Program Kreativitas Mahasiswa

Meningkatkan Profesionalitas dan Kemandirian Peneliti Dalam Berinovasi Untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa. Bambang Subiyanto Ketua Umum HImpenindo

PANDUAN. INTENSIVE-STUDENT TECHNOPRENEURSHIP PROGRAM 2011 (i-step 2011)

PROGRAM KEGIATAN VALUASI & FASILITASI HKI

JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN PNBP YANG BERSUMBER DARI ROYALTI

Bantuan Dana RISPRO. (Riset Inovatif Produktif)

STRATEGI KOMERSIALISASI INVENSI PERGURUAN TINGGI

BAB IV KESIMPULAN DAN RENCANA IMPLEMENTASI

PANDUAN PRAKTIS PENGAJUAN PROPOSAL SECARA ONLINE PROGRAM 107 INOVASI INDONESIA 2015

PANDUAN TEKNIS PEMETAAN PERKEMBANGAN HILIRISASI PRODUK UNGGULAN PUI TAHUN Nomor : 19/PUI/P-Teknis/Litbang/2016

PANDUAN. INTENSIVE-STUDENT TECHNOPRENEURSHIP PROGRAM 2013 (i-step 2013)

Anugerah Kekayaan Intelektual Nasional dan WIPO Awards

dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

STANDAR PENDANAAN DAN PEMBIAYAAN PENELITIAN POLTEKKES KEMENKES MATARAM KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Written by admin Monday, 19 August :01 - Last Updated Wednesday, 18 December :49

BAB I PENDAHULUAN. berkehidupan bersama dengan manusia yang lain. Mereka sebagai individu yang

Rencana Pengembangan Pendidikan Tinggi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG KOMISI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDAR PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR PENGELOLAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT. 1. Visi dan Misi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta

ASPEK-ASPEK TERKAIT PATEN

KERANGKA ACUAN KERJA RAPAT KERJA PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN 2016

SOSIALISASI PROGRAM LAYANAN LEMBAGA PENGELOLA DANA PENDIDIKAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KEPALA SEKSI PELAYANAN ALIH TEKNOLOGI

STANDAR SARANA DAN PRASARANA PENELITIAN POLTEKKES KEMENKES MATARAM KEMENTERIAN KESEHATAN RI

SALINAN KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR : 209/K13/PG/2004. Tentang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG KOMISI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)

Kebijakan Pendanaan Riset Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN INKUBATOR WIRAUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Pengembangan Kerjasama Perguruan Tinggi Menuju Internasionalisasi Pendidikan Tinggi

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI Nomor Tahun 2015

Formulir Permohonan Paten

BUKU PANDUAN CALON PERUSAHAAN PEMULA BERBASIS TEKNOLOGI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT JENDERAL PENGUATAN INOVASI 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah franchise dalam Bahasa Prancis memiliki arti kebebasan atau freedom.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN LEMBAGA MITRA KERJA PENDIDIKAN TINGGI ISLAM

PEDOMAN KOMPETISI TECHNOPRENEURSHIP PEMUDA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Revitalisasi Poltek, STP, PUI dan World Class Unversity

PANDUAN. INTENSIVE-STUDENT TECHNOPRENEURSHIP PROGRAM 2012 (i-step 2012)

STANDAR 1 : STANDAR HASIL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN

Rencana Strategis Pengabdian Kepada Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIE Kusuma Negara 2016

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pokok Bahasan. Kebijakan Pendanaan Riset Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) 18/02/2013. Latar Belakang. Organisasi.

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN LAPORAN KEMAJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Formulir Permohonan Paten

STANDAR PENELITIAN POLTEKKES KEMENKES MATARAM KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah

MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA. Tatap muka ke /03/2015 KwuAgroind/MerintisUsaha.2013

BAB I DESKRIPSI SWOT TIAP KOMPONEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

KIAT MENDAPATKAN. (PROPOSAL IbM dan IbIKK)

DIREKTORAT PENELITIAN. Heading UNIVERSITAS GADJAH MADA. Place your message here. For maximum impact, use two or three sentences.

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penemuan ilmiah tidak selalu memiliki nilai komersial. Produk akhir temuan ilmiah dapat berupa jurnal, buku atau invensi. Penemuan ilmiah yang disebut invensi biasanya memiliki nilai komersial. Invensi tertentu dapat ditingkatkan menjadi produk komersial sedangkan sebagian yang lain tidak. Produk invensi dapat berupa barang, jasa (ide, proses, teknologi) atau keduanya yang pada tingkatan tertentu dapat diajukan paten. Invensi agar dapat dipasarkan membutuhkan inovasi. Inovasi adalah kreativitas yang diwujudkan dalam bentuk produk atau jasa. Bentuk produk atau jasa ini relatif lebih mudah dinilai, dievaluasi atau dimodifikasi sehingga dapat dipasarkan. Produk inovasi yang sudah dipasarkan dapat dievaluasi apakah diterima pasar atau tidak. Evaluasi ini dapat dijadikan penemuan ilmiah untuk pengembangan produk-produk berikutnya. Siklus ini oleh Khalil (2000) disebut sebagai komponen siklus inovasi (Gambar 1). Mungkin tidak dapat dikembangkan menjadi produk komersial Invensi Tidak selalu memiliki nilai komersial Penemuan ilmiah Inovasi Adopsi invensi Pasar 1. Membeli atau diabaikan Gambar 1 Komponen siklus inovasi (Khalil, 2000) Invensi yang dipatenkan memiliki potensi nilai komersial yang tinggi. Saat ini, jumlah permohonan paten di Indonesia dari berbagai negara yang terdaftar di Direktorat Jenderal Hak atas Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI hingga tahun 2010 mencapai 76.686 pemohon. Indonesia

2 berada pada posisi keempat jumlah pemohon paten terbanyak setelah Amerika, Jepang dan Jerman. Pada tahun 2010, jumlah pemohon paten Indonesia melebihi Jerman (Tabel 1). Tabel 1 Jumlah pemohon paten terbesar per negara 1991-2010 Negara 1991-2009 2010 Total 1. Amerika Serikat 19406 1229 20635 2. Jepang 12639 1089 13728 3. Jerman 6282 440 6722 4. Indonesia 5839 721 6560 5. Belanda 3857 276 4133 6. Swiss 3311 303 3614 7. Inggris 3016 144 3160 8. Perancis 2530 217 2747 9. Korea 2046 182 2289 10.Australia 1503 89 1592............ Total 71024 5662 76686 Sumber : Ditjen Haki, 2011 Permohonan paten di Indonesia selain dari lembaga penelitian pengembangan negara, perusahaan, dan individu juga diusulkan melalui perguruan tinggi. Salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang produktif mengajukan permohonan paten adalah Institut Pertanian Bogor (IPB). Selain membantu mengusulkan paten, IPB juga mengikutkan invensi dosen-dosennya pada kompetisi Bisnis Innovation Center (BIC) yang diselenggarakan atas kerjasama dengan Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Produk invensi IPB telah diikutkan sejak pertama kali dikompetisikan yaitu tahun 2008. Perguruan tinggi yang berpartisipasi pada kompetisi BIC cenderung meningkat baik dari segi jumlah proposal maupun jumlah yang terpilih sebagai produk inovatif. IPB secara institusi termasuk lembaga yang sudah mengelola produk inovasinya secara terorganisir dibandingkan perguruan tinggi lain. Hal ini dapat dilihat pada kompetisi BIC dimana partisipan dari IPB dikoordinasikan oleh Direktorat Riset dan Kajian Strategis ( Dit.RKS) IPB, sedangkan perguruan tinggi lain masih atas nama jurusan atau fakultas. Jumlah inovasi dari IPB yang terpilih tiap tahun cenderung meningkat. Jumlah inovasi IPB secara kumulatif lebih dari dua pertiga jumlah invensi yang berasal dari perguruan tinggi (Tabel 2).

3 Tabel 2 Jumlah produk invensi perguruan tinggi yang masuk pada buku Inovasi Paling Prospektif versi BIC Perguruan Tinggi 2008 2009 2010 Kumulatif (buah) Kumulatif (%) IPB 21 24 50 95 69.85 ITB 3 6 2 11 8.09 UGM 1 2 3 2.21 Universitas Brawijaya 2 2 4 2.94 Bandung FE Institute 1 3 4 2.94 Unika Widya Mandala 3 3 2.21 Universitas Hasanudin 1 1 2 1.47 Universitas Bina Nusantara 2 2 1.47 Universitas Lampung 1 1 0.74 Universitas Negeri Yogyakarta 1 1 0.74 Universitas Mataram 1 1 0.74 STMIK Amikom Yogya 1 1 0.74 Universitas Jember 1 1 0.74 Universitas Udayana 1 1 0.74 Universitas Sriwijaya 1 1 0.74 Universitas Dharma Persada 1 1 0.74 Institut Teknologi Nasional Malang 1 1 0.74 Universitas Muhamadiyah Malang 1 1 0.74 UNDIP 1 1 0.74 Universitas Atmajaya 1 1 0.74 Jumlah 30 40 66 136 100 Sumber : KNRT(2008), BIC (2009, 2010) (data diolah) Posisi invensi IPB yang umumnya berbasis sumber daya alam lokal memiliki nilai yang strategis. Hal ini terkait dengan pemanfaatan sumber daya alam Indonesia yang hendaknya dapat dikelola optimal secara efektif dan efisien. IPB sebagai universitas yang ingin mengedepankan penelitian (research based university) sebagai ciri khasnya, di tahun mendatang mestinya akan berupaya meningkatkan produk penelitian baik berupa publikasi ataupun invensi. Produk invensi hendaknya bermanfaat baik secara sosial maupun ekonomi. Bermanfaat secara sosial (benefit) artinya produk penelitian memang tidak ditujukan untuk komersial, tetapi untuk kesejahteraan masyarakat. Bermanfaat secara ekonomi (profit) artinya produk dapat dikomersialisasi secara menguntungkan di dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Alih teknologi bagi perguruan tinggi bersifat wajib sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No 20 tahun 2005, pasal 2, yang menyebutkan

4 Perguruan tinggi dan lembaga litbang wajib mengusahakan alih teknologi kekayaan intelektual serta hasil kegiatan penelitian dan pengembangan yang dihasilkan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan yang dibiayai sepenuhnya atau sebagian oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah sejauh tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan peraturan perundang-undangan (KNRT, 2006). Alih teknologi oleh universitas dapat dilakukan dengan beberapa cara. Alih teknologi didalam mendorong peningkatan perekonomian dan daya saing nasional menurut Allen dan Norling (1991), dapat dilakukan melalui (1) penyediaan sumber daya manusia yang terlatih dan termotivasi, (2) penelitian yang dikembangkan selaras dengan kebutuhan industri, (3) asistensi teknis dan manajerial terhadap pengembangan kesejahteraan komunitas/ kelompok masyarakat, (4) pemanfaataan fasilitas dan teknologi canggih yang dimiliki oleh universitas sebagai referensi oleh perusahaan atau masyarakat, (5) mengembangkan lingkungan yang mendukung komersialisasi. Pendekatan terakhir mengandung kontroversi tetapi akhir-akhir ini beberapa aktivitas komersial telah dipandang positif. Bentuk-bentuk transformasi teknologi menjadi nilai komersial antara lain (1) penelitian berbasis pesanan konsumen, (2) konsultasi, dan (3) bisnis start up. IPB sebagai lembaga pendidikan tidak dapat melakukan bisnis (usaha komersial) secara langsung karena tujuan utamanya bukan komersial, tetapi IPB membutuhkan sumber pendanaan lain (income generating center) untuk operasional dan peningkatan kesejahteraan para karyawan dan dosennya. Pengembangan lingkungan yang mendukung komersialisasi di lakukan oleh IPB dengan beberapa cara antara lain dengan memfasilitasi berbagai unit usaha komersial seperti PT BLST (Bogor Life Science & Technology), PT Prima Kelola, PT Biofarmaka, IPB-Shigeta dan Satuan Usaha Akademik (SUA) di level fakultas seperti Technopark yang berperan dalam inkubasi bisnis. Beberapa pusatpusat studi juga didorong untuk mempublikasikan atau mengkomersialisasikan hasil-hasil temuannya. Strategi penciptaan dan asistensi wirausaha baru dilakukan melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Kewirausahaan (P3K) IPB. Pengelolaan komersialisasi paten diusahakan oleh Direktorat Riset dan Kajian Strategis (Dit. RKS IPB). Unit-unit bisnis di IPB dikelola dan dikoordinasikan oleh Direktorat Bisnis dan Kemitraan (Dit.BK IPB) dengan SUA yang aktif

5 tercatat ada 11 unit (Dit. BK IPB, 2009). Saluran distribusi atau pasar produk invensi juga sudah di rintis melalui outlet antara lain melalui Serambi Botani dan Agrimart. Ditolaknya UU BHP (Badan Hukum Pendidikan) oleh Mahkamah Konstitusi bukan berarti IPB berhenti menyosialisasikan atau mengkomersialkan produk invensinya. IPB tetap dapat mengkomersialkan produk penelitian dengan penyesuaian seperlunya. Kantor HKI IPB (2005, 2007) membuat kategori produk invensi berbasis paten antara lain produk makanan-minuman, sistem, proses dan bioteknologi, obat-obatan serta alat dan mesin. Dit.RKS IPB (2011) mempublikasikan 3 buku terkait invensi yaitu Teknologi IPB untuk Industri Bidang Makanan-Minuman, Inovasi IPB untuk Industri Bidang Peternakan, Kedokteran Hewan dan Perikanan,dan buku Varietas Unggul IPB. Hasil survei pendahuluan di Dit.RKS IPB menunjukkan bahwa produk penelitian perguruan tinggi banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal. Sehingga manfaat secara sosial maupun ekonomi belum dapat dirasakan oleh inventor dan masyarakat sekitar. Agar sukses dimanfaatkan secara komersial, maka dibutuhkan rencana strategi korporat yang cermat. IPB memiliki pakar baik di bidang pengembangan produk baru maupun manajemen. Secara kelembagaan, IPB sudah memiliki unit-unit pengembangan bisnis sebagai generating income center baik yang ada di level universitas maupun di fakultas. Selain itu, Alumni melalui Himpunan Alumni (HA) IPB yang memiliki jaringan di seluruh Indonesia juga mendukung usaha-usaha bisnis terutama pengembangan bisnis yang terkait dengan pertanian sebagai ciri khas IPB sehingga visi IPB yang mengembangkan karakter wirausaha dapat dioptimalkan. Interaksi perguruan tinggi dengan pengusaha/industri menjadi salah satu kendala dalam memasarkan produk penelitian sehingga perlu ditingkatkan. Salah satu hal yang diperlukan adalah penawaran kerjasama disertai dengan profil klaster dan strategi komersialisasi produk invensi. Selain itu juga diperlukan strategi penciptaan para wirausahawan baru. Dalam menyusun strategi komersialisasi produk invensi IPB yang jumlahnya ratusan

6 perlu dilakukan klasifikasi agar lebih mudah diidentifikasi strategi komersialisasinya. Ada beberapa pilihan strategi komersialisasi diantaranya adalah menciptakan usaha baru (create new venture), pemberian lisensi atau royalti, penjualan (sale) atau jual putus, dan joint venture (Dit.RKS, 2010a). Pilihanpilihan ini berdasarkan pada beberapa faktor strategis seperti karakteristik produk/teknologi, kemampuan produksi, pasar dan kebutuhan finansial. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi komersialisasi invensi yang meliputi: a. Perumusan alternatif strategi berdasarkan identifikasi kekuatan, kelemahan, tantangan, dan ancaman invensi IPB. b. Penyusunan klasifikasi produk invensi IPB bidang makanan dan minuman berdasarkan karakteristik tertentu. c. Analisis strategi komersialisasi yang sesuai berdasarkan karakteristik invensi. 1.3 Manfaat Penelitian ini bermanfaat sebagai alternatif strategi komersialisasi produk invensi terutama bagi perguruan tinggi dan inventor. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk membantu mitra/ investor dan calon wirausaha dalam memilih produk invensi sesuai klasifikasinya. 1.4 Ruang Lingkup Analisis strategi komersialisasi dibatasi pada produk invensi IPB terutama terkait makanan dan minuman karena jumlahnya cukup banyak dan bidang pangan merupakan salah satu agenda prioritas di IPB. Daftar invensi yang diambil berdasarkan buku Teknologi IPB untuk Industri Bidang Makanan-Minuman (Dit.RKS, 2010b).