BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam

ANALISIS KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI ASSESMEN PEMECAHAN MASALAH DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Instrumen adalah alat yang digunkan untuk mengumpulkan data dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi adalah keterampilan untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PEMBELAJARAN IPA TERPADU TIPE WEBBED TEMA TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Fisika bukan hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

KORELASI ANTARA KETERAMPILAN METAKOGNITIF DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMAN 1 DAWARBLANDONG, MOJOKERTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan

Unesa Journal Of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 3, pp , September 2014

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. Bandung, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : a) Secara umum masih lebih banyak mahasiswa yang menilai bahwa

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian meliputi data nilai pretest, posttest, dan n-gain untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anugrah Ayumaharani Widianingsih, 2016

ISSN: Quagga Volume 9 No.2 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Hal ini tanpa disadari telah

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dipelajari siswa sehingga pembelajaran matematika mempunyai. dituntut mempunyai konsentrasi, ketelitian, dan keterampilan.

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH.. ABSTRAK... DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN..

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai subjek belajar senantiasa diharapkan dapat menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai peran. Kemampuan seorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Melya Dwi Gardiantari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik

adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan salah satu solusi utama untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya pengembangan potensi peseta didik. Peserta

mengembangkan kemampuan baik kognitif, keterampilan (skill), serta sikap sosialnya terhadap manusia lain, lingkungan dan teknologi. Ace Suryadi (2014:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah, diantaranya dengan melakukan perbaikan dan

I. PENDAHULUAN. kepada siswa sejak tingkat dasar secara umum dalam mata pelajaran ilmu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Metakognitif tentang cara berpikir siswa dalam membangun strategi untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. oleh National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). NCTM (2000)

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

BAB IV PENUTUP. Dari analisis mengenai; Kurikulum 2006 dalam Perspektif Pendidikan

BAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya

IDENTIFIKASI AKTIVITAS KARAKTERISTIK METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI KESETIMBANGAAN KIMIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dwi Ratnaningdyah, 2015

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK MAHASISWA DALAM MATA KULIAH PROGRAM LINIER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hilman Imadul Umam, 2013

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menurut Jhonson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa. simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

TINJAUAN MATA KULIAH...

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

I. PENDAHULUAN. menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk. penting pada penentuan kemajuan suatu bangsa. Sesuai dengan tujuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum merupakan

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI BRAIN BASED LEARNING PADA POKOK BAHASAN MATRIKS DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF ROLE PLAYING DENGAN CD INTERAKTIF

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat. daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi setiap permasalahan jaman, baik

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal tersebut dapat terlihat dari Undang-Undang Sistem Pendidikan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini

TINJAUAN MATA KULIAH...

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan negara. Pendididkan memiliki peranan yang sangat penting pada

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Kemampuan matematika merupakan kemampuan dalam bidang akademik yang

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan manusia. Kita dapat mengembangkan kemampuan pribadi, daya

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme,

EFEKTIVITAS PENDEKATAN METAKOGNITIF TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Tabel 4.Komponen dalam Attitude and Dispositions

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis perbedaan nilai pretest dan posttest

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi Informasi berkembang sangat pesat seiring penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

Transkripsi:

155 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat ditarik simpulan sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan langsung positif yang signifikan kecerdasan dengan pengetahuan awal. 2. Tidak terdapat hubungan langsung positif yang signifikan kecerdasan dengan hasil belajar mata pelajaran ekonomi. 3. Terdapat hubungan langsung positif yang signifikan strategi-strategi metakognitif dengan pengetahuan awal. 4. Tidak terdapat hubungan langsung positif yang signifikan strategi-strategi metakognitif dengan hasil belajar mata pelajaran ekonomi. 5. Terdapat hubungan langsung positif yang signifikan pengetahuan awal dengan hasil belajar mata pelajaran ekonomi. 6. Terdapat hubungan tidak langsung positif yang signifikan kecerdasan dengan hasil belajar mata pelajaran ekonomi melalui pengetahuan awal. 7. Terdapat hubungan tidak langsung positif yang signifikan strategi-strategi metakognitif dengan hasil belajar mata pelajaran ekonomi melalui pengetahuan awal. Proses kognitif manusia dikendalikan oleh otak sedangkan kecerdasan ada di dalam otak sehingga proses kognitif manusia dipengaruhi kecerdasan. Kecerdasan dapat mempengaruhi reseptor, sensor pencatat, memori jangka pendek, memori

156 jangka panjang, generator respons, dan efektor siswa. Kecerdasan tidak semata-mata berfungsi membantu siswa dalam memecahkan masalah tetapi juga membantu siswa meningkatkan daya ingatnya terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari. Kecerdasan tergantung pada pengetahuan. Orang yang cerdas tidak sematamata memiliki pengetahuan tetapi yang lebih penting memanfaatkan pengetahuan itu. Pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan alat intelektual dan kecerdasan mengarahkannya untuk digunakan dalam memecahkan masalah-masalah kehidupan. Oleh karena itu kecerdasan hanya akan berfungsi membantu siswa dalam memecahkan masalah secara lebih baik apabila siswa telah memiliki pengetahuan awal yang relevan dengan masalah itu. Dalam memori jangka panjang, pengetahuan awal dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mempelajari pengetahuan baru. Pengetahuan baru dapat menjadi penghalus pengetahuan awal atau dapat juga berlawanan dengan pengetahuan awal. Pengetahuan awal dapat digunakan sebagai bahan untuk mempermudah mempelajari pengetahuan baru, menguji relevansi dan ketepatan berkaitan dengan tugas baru yang akan diselesaikan. Makin banyak pengetahuan awal yang dimiliki siswa akan makin mempermudah mereka belajar bermakna (meaningful learning). Makin banyak pemanggilan kembali pengetahuan awal, makin banyak pengetahuan baru yang akan dipelajari dan diingat. Strategi-strategi metakognitif merupakan proses yang berurutan yang digunakan untuk mengontrol aktivitas kognitif dan memastikan bahwa tujuan kognitif telah dicapai. Proses-proses ini terdiri dari perencanaan dan pemantauan aktivitasaktivitas kognitif serta evaluasi terhadap hasil aktivitas-aktivitas ini. Aktivitas-

157 aktivitas perencanaan seperti menentukan tujuan dan analisis tugas membantu mengaktivasi pengetahuan yang relevan sehingga mempermudah pengorganisasian dan pemahaman materi pelajaran. Aktivitas-aktivitas pemantauan meliputi perhatian seseorang ketika ia membaca, dan membuat pertanyaan atau pengujian diri. Aktivitas-aktivitas ini membantu siswa dalam memahami materi dan mengintegrasikannya dengan pengetahuan awal. Aktivitas-aktivitas pengaturan meliputi penyesuaian dan perbaikan aktivitas-aktivitas kognitif siswa. Aktivitasaktivitas ini membantu peningkatan prestasi dengan cara mengawasi dan mengoreksi perilakunya pada saat ia menyelesaikan tugas. Oleh karena itu peran pengetahuan awal sangat penting untuk lebih mengefektifkan fungsi strategi-strategi metakognitif. B. Implikasi 1. Implikasi terhadap Penyusunan Materi Pelajaran Pengetahuan awal merupakan variabel mediasi yang cukup efektif dalam mempengaruhi hasil belajar. Oleh karena itu materi pelajaran harus disusun secara sistematis. Materi pelajaran yang memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran lanjutan harus diberikan terlebih dahulu karena materi pelajaran tersebut dapat dijadikan pengetahuan awal. 2. Implikasi terhadap Kegiatan Belajar Mengajar Belajar lebih mudah terjadi apabila kegiatan belajar mengajar selalu memperhatikan pengetahuan awal siswa. Oleh karena itu sebelum pengetahuan baru dipelajari, identifikasi terhadap pengetahuan awal siswa harus dilakukan.

158 Pengetahuan awal yang relevan dengan pengetahuan baru harus dimiliki oleh siswa dan apabila terjadi miskonsepsi harus diluruskan terlebih dahulu. Untuk itu penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar harus berpedoman pada prinsip ketuntasan belajar (mastery learning). Prinsip ini mengharuskan kepada guru untuk selalu mengontrol keberhasilan belajar siswa sebelum mereka mempelajari materi pelajaran lanjutan. Kegagalan mempelajari materi pelajaran sebelumnya mengakibatkan mereka tidak dapat mempelajari materi pelajaran lanjutan. Strategi-strategi metakognitif (metacognitive strategies) merupakan skor kuesioner perencanaan-diri, pemantauan-diri, dan evaluasi-diri, terhadap proses belajar yang dilakukan siswa. Perencanaan-diri (self-planning), mempunyai indikatorindikator tentang tujuan belajar yang akan dicapai, waktu yang akan digunakan untuk menyelesaikan tugas belajar, pengetahuan awal yang relevan, dan strategi-strategi kognitif yang akan digunakan. Pemantauan-diri (self-monitoring), mempunyai indikator-indikator tentang pemantauan ketercapaian tujuan belajar, pemantauan waktu yang digunakan, pemantauan relevansi materi pengetahuan awal dengan materi pelajaran baru, dan pemantauan strategi-strategi kognitif yang sedang digunakan. Evaluasi-diri (self-evaluation), mempunyai indikator-indikator tentang evaluasi ketercapaian tujuan belajar, evaluasi waktu yang digunakan, evaluasi relevansi pengetahuan awal dengan materi pelajaran baru, dan evaluasi strategi-strategi kognitif yang telah digunakan. Dengan demikian pada dasarnya, skor strategi-strategi metakognitif dalam penelitian ini mencerminkan kemampuan bagaimana siswa belajar (learning how to learn). Oleh karena itu di samping kemampuan kognitif, kegiatan belajar mengajar harus dapat mengembangkan kemampuan metakognitif

159 siswa. Ini penting karena dengan kemampuan ini siswa dapat belajar bagaimana belajar (learning how to learn) dan selanjutnya meningkatkan hasil belajarnya di masa depan. Belajar mandiri akan mudah terjadi. Dengan demikian belajar sepanjang hayat pun akan bisa dilakukan apabila siswa memiliki kemampuan ini. 3. Implikasi terhadap Indikator-indikator Hasil belajar Sampai sekarang, indikator-indikator hasil belajar siswa di Indonesia masih berpedoman pada taksonomi kognitif Bloom. Pedoman ini berimplikasi pada pengukuran hasil belajar yang dilakukan oleh guru. Guru hanya mengukur kemampuan kognitif siswa. Akibatnya, siswa hanya mampu memahami materi pelajaran yang diajarkan guru tanpa mampu memahami bagaimana seharusnya mereka belajar. Sesuai dengan temuan penelitian ini, seharusnya pengukuran tidak semata-mata pada kemampuan kognitif siswa tapi juga pada kemampuan metakognitifnya. 4. Implikasi terhadap Sistem Penerimaan Siswa Baru Umumnya, penerimaan siswa baru di SLTP hanya berpedoman pada NEM SD siswa. Tradisi seperti ini sudah harus ditinggalkan karena terkesan menyederhanakan data input yang akan dijadikan pedoman dalam kegiatan belajar mengajar. Metode belajar mengajar di kelas, pengelompokan siswa di dalam kelas, dan bimbingan belajar yang akan dilaksanakan tidak hanya berpedoman pada NEM SD tetapi pada faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Sesuai dengan temuan penelitian ini, faktor-faktor lain yang bisa dipertimbangkan untuk

160 dijadikan pedoman penerimaan siswa baru adalah kecerdasan, strategi-strategi metakognitif, dan pengetahuan awal. C. Saran Berdasarkan temuan penelitian, pembahasan, simpulan, dan implikasi hasil penelitian di atas, dapat diberikan saran sebagai berikut. 1. Para pembuat kurikulum disarankan untuk menyusun materi pelajaran secara sistematis. Materi pelajaran yang memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran lanjutan harus diajarkan terlebih dahulu karena materi pelajaran ini dapat dijadikan pengetahuan awal. Agar susunan materi pelajaran menjadi baik, analisis terhadap seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan perlu dilakukan. Evaluasi terhadap susunan materi pelajaran yang telah dibuat juga perlu dilakukan agar susunan materi pelajaran tersebut menjadi lebih baik. Evaluasi ini dapat berpedoman pada pengalaman mengajar para guru, evaluasi yang pernah dilakukannya kepada siswa, dan lingkungan sosial siswa. 2. Para guru disarankan agar selalu memperhatikan pengetahuan awal siswa. Hal ini penting untuk dilaksanakan karena pengetahuan awal merupakan variabel mediasi yang cukup efektif bagi kecerdasan dan strategi-strategi metakognitif siswa dalam mempengaruhi hasil belajarnya. Oleh karena itu kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan guru harus berpedoman pada prinsip ketuntasan belajar (mastery learning). Untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, guru dapat memberikan pretest pada setiap kali pertemuan sedangkan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa, guru dapat melakukan posttest, ulangan

161 harian, dan ulangan umum. Pelaksanaan tes formatif harus lebih diutamakan daripada tes sumatif. Para guru juga disarankan untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang dapat mengembangkan kemampuan metakognitif siswa karena dengan kemampuan ini siswa dapat belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Metode belajar mandiri, berkelompok, dan teman sebaya mungkin perlu dipertimbangkan untuk diterapkan. Oleh karena itu kegiatan belajar mengajar yang dapat merangsang rasa ingin tahu siswa dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah secara ilmiah juga perlu dikembangkan. 3. Para pengelola pendidikan disarankan agar fungsi strategi-strategi metakognitif lebih efektif dalam mempengaruhi hasil belajar siswa, sekolah dapat menyelenggarakan sistem pendidikan terpadu yang memadukan kegiatan intrakurikuler dengan ekstrakurikuler. Sebagian besar materi pelajaran yang bersifat teoritis diberikan pada saat kegiatan intrakurikuler yaitu pada saat siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah sedangkan kegiatan ekstrakurikuler berisi kegiatan belajar di luar sekolah yang bersifat aplikatif. Kegiatan ekstrakurikuler antara lain dapat berbentuk karya wisata, perkemahan, berkebun, penelitian, dan pameran. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat menunjang pelaksanaan kegiatan intrakurikuler. Dalam kegiatan ekstrakurikuler, siswa akan dihadapkan pada masalah di mana mereka harus memecahkannya sendiri baik secara individual maupun secara berkelompok. Pada saat memecahkan masalah inilah siswa dapat menerapkan pengetahuan yang telah diperolehnya pada kegiatan intrakurikuler. Selanjutnya, pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan ekstrakurikuler dapat dibawa sebagai pengetahuan awal

162 dalam kegiatan intrakurikuler berikutnya. Dengan demikian keterpaduan kegiatan belajar mengajar tidak semata-mata meningkatkan kemampuan kognitif siswa dan memfungsikan pengetahuan awal tetapi juga mengembangkan kemampuan metakognitif siswa melalui pemecahan masalah (problem solving). 4. Para peneliti dibidang psikologi pendidikan disarankan untuk meneliti ulang tentang hubungan kecerdasan dengan strategi-strategi metakognitif. Ini perlu dilakukan karena temuan penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara kecerdasan dengan strategi-strategi metakognitif sedangkan di sisi lain ada beberapa ahli yang secara konseptual menghubungkan kedua variabel ini bahkan Stenberg memasukkan strategi-strategi metakognitif sebagai salah satu komponen kecerdasan di dalam teorinya. Livingston menyatakan sebagai sebuah konsep, metakognisi dihubungkan dengan kecerdasan (kepahaman, kecepatan memahami, dan kecakapan). Oleh karena itu berpikir metakognitif melibatkan proses menyimpan dan menstruktur pengetahuan yang cerdas, proses mencari dan memanggil pengetahuan yang cerdas, perencanaan yang cerdas, pemantauan yang cerdas, dan evaluasi yang cerdas. Bagi para peneliti eksperimen yang ingin mengetahui pengaruh pengetahuan awal terhadap hasil belajar dapat menggunakan kecerdasan dan strategi-strategi metakognitif sebagai variabel moderator. Khusus bagi para peneliti eksperimen yang berusaha mengembangkan model-model belajar berbasis metakognitif disarankan untuk menggunakan pengetahuan awal sebagai variabel moderator agar dapat diketahui efek interaksi antara model belajar yang dibuat dengan pengetahuan awal dalam mempengaruhi hasil belajar.