Bab 2. Pembangunan Sumber Daya Manusia Berkualitas. Pendahuluan

dokumen-dokumen yang mirip
ARIS SETYADI J

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. ASI merupakan susu yang tepat untuk bayi karena susu ini khusus diproduksi ibu

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia

Bab 4. ASI Antara Hak Bayi dan Kewajiban Ibu. Pemberian ASI menurut Tinjauan Nilai Keagamaan di Masyarakat

Masalah Gizi di Indonesia dan Posisinya secara Global

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri. (Hadi, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima bahan makanan dari lingkungan hidupnya dan. menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktifitas

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. individu, dimulai sejak janin masih dalam kandungan, bayi, balita, anak-anak,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

POLA PEMBERIAN ASI DAN STUNTING BAYI USIA ENAM SAMPAI SEBELAS BULAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

Bab 3 Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif sebagai Modal Pembangunan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 10. Penutup. Simpulan

Beberapa penelitian menyebutkan status pekerjaan ibu sebagai hambatan pemberian ASI eksklusif. Sebuah penelitian di Vietnam menunjukkan bahwa ibu

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

World Hunger Organization (WHO), terdapat empat jenis masalah kekurangan. Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia, oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

PERAN GIZI DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

I. PENDAHULUAN. terdapat di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Mencegah kekurangan gizi pada anak, mencegah stanting.

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

Memperkenalkan indikator pemberian makan pada bayi dan anak-anak (IYCF) ke dalam sistem pengawasan gizi nasional: pelajaran dari Vietnam

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. Latar Belakang Masalah

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi proses pertumbuhan fisik dan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Target dari Millennium Development Goals yang keempat adalah

BAB I PENDAHULUAN. persentase populasi ADB di Indonesia sekitar %. Prevalensi ADB di

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bayi baik fisik maupun psikologi sosial. ASI mengandung nutrisi,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. masih tergolong tinggi, meskipun terjadi penurunan signifikan di beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian bayi terbanyak adalah diare (31,4%) dan pneumonia

BAB I PENDAHULUAN. kandungan disertai dengan pemberian air susu ibu (ASI) sejak usia dini, terutama

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya sesuai untuk kebutuhan bayi. Zat-zat gizi yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan dan kualitas sumber daya manusia. merupakan faktor yang menentukan untuk meningkatan kesejahteraan

Transkripsi:

Bab 2 Pembangunan Sumber Daya Manusia Berkualitas Pendahuluan Sumber daya manusia (SDM) berkualitas merupakan aset paling utama dalam pembangunan sebuah bangsa. Sebuah bangsa yang memiliki banyak SDM berkualitas akan menjadi bangsa yang memiliki kemandirian dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang ekonomi, sosial dan budaya. Oleh karena itu, sebuah bangsa dengan aset SDM yang berkualitas akan menjadi bangsa yang mampu bersaing di kancah internasional serta era global (Todaro, 2000). SDM berkualitas juga berperan sebagai penentu dalam percepatan pembangunan sosial dan ekonomi suatu bangsa. SDM merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa. Usaha-usaha pembangunan manusia, termasuk di dalamnya usaha pengembangan pemberdayaan manusia merupakan bentuk human investment yang memiliki efek jangka panjang menguntungkan (Todaro, 2000). SDM berkualitas memiliki dua dimensi penting. Pertama, dimensi kualitatif yaitu mencakup potensi yang terkandung pada setiap diri manusia. Dimensi ini ditunjukkan dengan SDM yang memiliki ide, gagasan, pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang memberi pengaruh terhadap kapasitas kemampuan manusia untuk melaksanakan pekerjaan yang produktif. Kedua, dimensi kuantitatif yaitu berupa prestasi atau produktivitas kerja. Kedua dimensi tersebut memiliki arti yang sama penting. Kuantitas SDM tanpa disertai dengan kualitas yang baik akan menjadi beban pembangunan. Selain dimensi SDM tersebut di atas, Kualitas SDM juga menyangkut dua aspek, yaitu aspek fisik dan 21

Momentum Emas Pembentukan SDM Berkualitas (Kajian Sosial Budaya Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif di Masyarakat Kendal Jawa Tengah) non fisik yang menyangkut kemampuan mencapai prestasi atau produktivitas kerja (Effendi, 2002). Pembentukan SDM berkualitas yang mencakup dimensi kualitatif maupun kuantitatif, serta mencakup aspek fisik dan nonfisik membutuhkan adanya program kesehatan dan gizi yang memadai. Dalam bidang kesehatan dan gizi, program inisiasi menyusu dini dan pemberian ASI eksklusif merupakan program yang memiliki daya ungkit besar dalam pembentukan aset SDM berkualitas (Effendi, 2002). Dalam pembangunan, SDM berkualitas dari suatu bangsa diperoleh melalui upaya yang berlangsung secara terus menerus. Perubahan SDM dari kurang berkualitas menjadi lebih berkualitas tersebut, dapat terbentuk dengan sendirinya (self-sustaining proces), atau bisa juga dengan pengaruh atau arahan dari pemerintah (Effendi, 2002). Namun demikian, pemerintah dalam hal ini harus menjadi aktor penentu melalui kesanggupannya dalam membuat regulasi tentang pembangunan SDM. Hal ini dimaksudkan agar SDM yang terbentuk sebagian besar merupakan hasil dari proses pembangunan, dan bukan hasil dari suatu ketidaksengajaan. Pembangunan dapat didefinisikan sebagai upaya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat dari suatu keadaan yang kurang baik menjadi sesuatu yang lebih baik, dengan menggunakan sumbersumber daya yang ada demi terciptanya kemajuan masyarakat. Dari definisi tersebut, secara sederhana dapat dikatakan bahwa tujuan pembangunan adalah mengarah pada suatu perubahan dan perbaikan kearah yang akan datang. Dengan kata lain upaya pembangunan harus ditujukan atau berorientasi pada kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Untuk tujuan tersebut, pembangunan sumber daya manusia merupakan hal mendasar yang harus diperhatikan dalam pembangunan nasional (Effendi, 2002). Pembangunan suatu bangsa pada hakikatnya adalah membangun manusia menjadi lebih berkualitas sesuai dengan harkat dan martabatnya. Sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tersebut, dalam konteks pembangunan akan menjadi aset yang tidak 22

Pembangunan Sumber Daya Manusia Berkualitas ternilai harganya. Oleh karena itu, dalam pembangunan suatu bangsa, manusia merupakan subjek dan sekaligus objek dari pembangunan itu sendiri (Soekirman, 2005). Intervensi Gizi Kaitannya dengan Pembangunan SDM Fakta bahwa pemberian ASI secara eksklusif mempunyai dampak positif terhadap kesehatan dan kecerdasan anak telah mendorong munculnya pasal tentang ASI eksklusif dalam UU kesehatan No. 36 Tahun 2009. Pada pasal 128 ayat 1 undang-undang dimaksud, disebutkan adanya hak bayi untuk mendapat ASI eksklusif, yaitu Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis. Pemberian ASI merupakan salah satu investasi gizi yang potensial. Laporan Bank Dunia yang dikutip Soekirman (2005) menyebutkan bahwa perbaikan gizi (salah satunya melalui pemberian ASI secara eksklusif) merupakan suatu investasi yang sangat menguntungkan. Setidaknya terdapat tiga alasan suatu negara perlu melakukan intervensi ini. Pertama, perbaikan gizi, termasuk pemberian ASI memiliki keuntungan ekonomi (economic returns) yang tinggi. ASI merupakan makanan dengan nilai gizi dan nilai cerna yang terbaik bagi bayi. Selain itu ASI juga lebih murah dibandingkan dengan susu formula. Kedua, intervensi gizi melalui pemberian ASI secara tidak langsung terbukti mendorong pertumbuhan ekonomi. Ketiga, pemberian ASI membantu menurunkan angka kesakitan, dan pengurangan biaya pengobatan. Keadaan sebaliknya, yaitu penggunaan susu formula yang tidak diikuti dengan standart higiene personal yang memadai bahkan terbukti meningkatkan risiko kesakitan akibat diare (Soekirman, 2005). Dalam perspektif pembangunan nasional, IMD dan ASI eksklusif merupakan salah satu aspek penting untuk tercapainya tujuan nasional mencerdaskan kehidupan bangsa. Berikut ini adalah bagan yang menggambarkan keterkaitan IMD dan ASI Eksklusif terhadap pembangunan kualitas SDM. 23

Momentum Emas Pembentukan SDM Berkualitas (Kajian Sosial Budaya Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif di Masyarakat Kendal Jawa Tengah) prasayarat Berhasil IMD Berhasil ASI Eksklusif Lansia yang sejahtera Dewasa/ usia kerja yang produktif Ibu Hamil yang sehat Ibu Menyusui yang sehat Usia 18 Bulan IQ 4,3 point lebih tinggi Usia 3 tahun IQ 4,6 point lebih tinggi Usia 8,5 tahun IQ 8,3 point lebih tinggi Usia 9,5 tahun IQ 12,9 point lebih tinggi Peta IQ point anak yang mendapat ASI Eksklusif dibanding yang tidak mendapat ASI eksklusif menurut usia Remaja /Anak usia sekolah berprestasi (Sumber: Roesli, 2000; Soekirman, 2005; Richard, et al, 2012; Elizabeth et al, 2009; Bernado dan Cesar, 2013) Gambar 2.1. Skema Peta kaitan IMD dan ASI Eksklusif dengan Kualitas SDM Dari gambar 2.1 tersebut di atas tampak bahwa dalam jangka panjang program IMD dan ASI secara eksklusif memberi dasar yang kuat bagi terbentuknya SDM yang berkualitas. Keberhasilan IMD dan 24

Pembangunan Sumber Daya Manusia Berkualitas ASI Eksklusif akan memberi dasar keadaan kesehatan dan kecerdasan yang baik pada fase bayi dan anak. Keadaan ini selanjutnya akan menjadi faktor promotor dalam terbentuknya remaja yang sehat dan cerdas, demikian selanjutnya sampai pada usia dewasa yang sehat dan produktif. Kecerdasan pada anak merupakan satu variabel yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Dengan kata lain, kecerdasan yang diperoleh anak tidak hanya diperoleh dari praktik pemberian ASI saja. Namun demikian, ASI tetap merupakan determinan penting dalam pembentukan kecerdasan anak. Hal ini disandarkan pada banyaknya penelitian yang telah terkonfirmasi dan berhasil membuktikan adanya pengaruh pemberian ASI terhadap kecerdasan anak. Peran ASI yang besar dalam pembentukan kecerdasan anak, menunjukkan bahwa kesberhasilan programm IMD dan ASI eksklusif merupakan investasi yang berharga dalam pembentukan SDM berkualitas. Keberhasilan dalam pembentukan SDM berkualitas dengan penerapan program IMD dan ASI ekslusif ini akan menjadi dasar penilaian bahwa SDM berkualitas yang terbentuk merupakan upaya sistematis dari pemerintah, dan bukan merupakan suatu ketidaksengajaan belaka. Teori Barker Teori Barker dapat digunakan untuk melihat peran inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif terhadap kualitas SDM pada masa depan. Teori Barker pertama kali dipublikasikan pada tahun 1995. Dalam teori ini dijelaskan bahwa malnutrisi pada masa bayi akan memberi dampak buruk pada timbulnya masalah penyakit degeneratif pada usia dewasa. Sebagai mekanisme keseimbangan, pada keadaan kekurangan gizi, maka tubuh akan meningkatkan kemampuan mencerna dan menyerap zat gizi. Keadaan ini pada akhirnya akan menjadi suatu cetak biru pada tubuh anak sehingga kemampuan mencerna dan menyerap zat gizi ini akan terbawa sampai daur hidup selanjutnya. Selanjutnya pada saat usia dewasa jika seseorang dengan 25

Momentum Emas Pembentukan SDM Berkualitas (Kajian Sosial Budaya Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif di Masyarakat Kendal Jawa Tengah) cetak biru sistem pencernaan ini mendapat kesempatan untuk mendapat asupan gizi yang cukup, maka tubuh akan optimal memanfaatkannya. Kondisi ini selanjutnya akan berpotensi menimbulkan permasalahan gizi lebih. Masalah gizi lebih ini pada gilirannya akan memicu terjadinya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan pembuluh darah (Barker, 1995). Data status gizi balita di Indonesia menunjukkan bahwa masalah kurang gizi banyak terjadi setelah usia 6 bulan. Hal ini disebabkan pola pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang kurang berkualitas, sementara itu kandungan gizi ASI pada usia ini sudah tidak mencukupi kebutuhan bayi. Keadaan malnutrisi juga banyak dijumpai pada keadaan kegagalan pemberian ASI secara eksklusif. Data cakupan ASI ekslusif masih lebih rendah dibanding target nasional sebesar 90%, yaitu hanya sebesar 60 %. Hal ini menjadi indikasi adanya ancaman gizi kurang pada bayi dan balita (Depkes, 2006). Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan prevalensi gizi kurang pada balita mencapai 13,9% meningkat dibanding data tahun 2010 sebesar 13,0%. Demikian pula prevalensi gizi buruk pada tahun 2010 sebesar 4,9% meningkat menjadi 5,7% pada tahun 2013. Berdasarkan kecenderungan peningkatan situasi gizi kurang di atas serta merujuk pada teori Barker, maka dapat ditarik simpulan bahwa kegagalan inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif akan menjadi ancaman terhadap timbulnya masalah gizi kurang pada balita, dan selanjutnya berpotensi menimbulkan penyakit degeneratif pada usia dewasa (Depkes, 2014). Ilustrasi peran ASI terhadap status kesehatan seseorang pada masa usia dewasa merupakan sebuah refleksi penting untuk menggugah kesadaran kampanye program inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif. Kegagalan program inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif tidak saja menimbulkan dampak buruk terhadap permasalahan kesehatan, namun juga menimbulkan masalah terkait SDM berkualitas. SDM penyandang masalah kesehatan akibat kegagalan program inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif pada gilirannya akan menjadi beban bagi negara. 26

Pembangunan Sumber Daya Manusia Berkualitas Simpulan dari teori ini adalah bahwa kegagalan program inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif akan meningkatkan risiko meningkatnya masalah gizi kurang pada balita. Masalah gizi kurang pada balita selanjutnya akan meningkatkan risiko terjadinya masalah penyakit kronik degeneratif pada usia dewasa. Meningkatnya masalah penyakit kronik degeneratif ini akan menghambat pembentukan SDM berkualitas. Oleh karena itu untuk pembentukan SDM berkualitas diperlukan adanya dukungan program inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif yang optimal. 27