BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ketiga hal tersebut dapat mempengaruhi kehidupan manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyebab sepertiga kematian pada anak-anak muda di beberapa bagian

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

MENGEMBANGKAN PERILAKU ASERTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA. Kata kunci: narkoba; asertif; bimbingan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba, keterusan hingga menyebabkan ketergantungan yang berpotensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan (Presiden RI, 2009).

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta


Kasus penyalahgunaan narkoba

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat menurut Undang-Undang

BAB 1 : PENDAHULUAN. jangka panjang terutama terhadap kesehatan, salah satunya perilaku berisiko NAPZA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DAN KECENDERUNGAN RELAPSE PADA PECANDU NARKOBA YANG MENJALANI REHABILITASI

BAB I PENDAHULUAN. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. medis merupakan suatu bentuk penyalahgunaan yang dapat berakibat fatal di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba, khususnya di Indonesia, saat ini

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengguna Narkoba. Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) semakin marak terdengar dari usia

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2007). Budiningsih (2005) juga

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbatasan pengetahuan tentang narkoba masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

NARKOBA. Narkotika Psikotropika Bahan Adiktif

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Bahkan,

Stop Narkoba: Suatu Upaya Penanggulangan Darurat Narkoba Melalui Reformasi Regulasi Rehabilitasi Pecandu Narkoba dan Sosialisasi Anti Narkoba

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 4. ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKALatihan soal 4.4

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

KENAKALAN REMAJA PENYALAHGUNAAN NAPZA DENGAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) PADA NARAPIDANA REMAJA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA PAMEKASAN ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Kelas XI Tentang Penyalahgunaan Zat Adiktif di SMA Swadaya Bandung

DATA TINDAK PIDANA NARKOBA TAHUN

2014 PENDAPAT PESERTA ADIKSI PULIH TENTANG PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL DI RUMAH CEMARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

BAB I PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 80 an telah menjadi jalan bagi Harm Reduction untuk diadopsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perlu mendapatkan perhatian serius dari segenap elemen bangsa. Ancaman

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1.a Peta jalur peredaran narkoba Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA.

PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

Gambaran dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Retensi Pasien Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM) di Puskesmas Kecamatan Tebet

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia jumlah pengguna narkotika dan obat terlarang dari tahun ke

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

TERAPI DAN REHABILITASI NARAPIDANA NARKOTIKA MELALUI METODE CRIMINON DAN KESENIAN

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.

BAB I PENDAHULUAN. serius. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kasus narkoba yang meningkat setiap tahun.

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN ( RPL ) BIMBINGAN KLASIKAL

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (BNN, 2007). Narkoba atau napza adalah obat, bahan, atau zat, dan bukan tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan, berpengaruh terutama pada kerja otak (susunan saraf pusat), dan sering menyebabkan ketergantungan. Akibatnya kerja otak berubah (meningkat atau menurun); demikian pula fungsi vital organ tubuh lain (jantung, peredaran darah, pernafasan, dan lain-lain). Orang lain akan menggunakan narkoba untuk mengatasi stress. Akan tetapi jika penggunaannya berlanjut sehingga menimbulkan dampak buruk terhadap jasmani, mental, dan kehidupan sosial atau pekerjaannya, orang itu sudah menyalahgunakan narkoba. Penggunaan yang bertambah banyak dan semakin sering dapat menyebabkan ketergantungan (Martono, 2008). United Nations Office on Drugs and Crime (2015) mengemukakan bahwa pada tahun 2012 diperkirakan dari total 246 juta orang terdapat 27,4% atau 66 juta orang yang menggunakan obat terlarang. Sedangkan pada tahun 2013 diperkirakan dari total 246 juta orang terdapat 27,4% atau 67 juta orang yang menggunakan obat terlarang. Meskipun kenaikan ini cukup stabil namun masih sangat tinggi pengguna narkoba di seluruh dunia terus kehilangan nyawa mereka. Diperkirakan sebanyak 187.100 1

kematian pengguna narkoba pada tahun 2013. Banyak faktor risiko yang menyebabkan hal ini, termasuk penularan penyakit menular seperti HIV dan hepatitis C dan overdosis obat, menyebabkan tingkat kematian di antara People Who Inject Drugs (PWID) (UNODC, 2015). Diperkirakan jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia sebanyak 3,8 juta sampai 4,1 juta orang atau sekitar 2,10% sampai 2,25% dari total seluruh penduduk indonesia yang beresiko terpapar narkoba di tahun 2014. Ini mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu sebanyak 1,9% (BNN, 2014). Badan Narkotika Nasional (BNN) bersama 1.593 balai besar rehabilitasi yang dikelola oleh BNN telah melaksanakan program rehabilitasi kepada 38.427 penyalah guna narkotika yang berada di seluruh Indonesia. Angka tersebut mengalami peningkatan, dimana pada tahun sebelumnya hanya sekitar 1.123 orang pecandu dan penyalah guna yang direhabilitasi. Sepanjang tahun 2015 BNN telah mengungkap sebanyak 102 kasus Narkotika. Kasus-kasus yang telah diungkap tersebut melibatkan 202 tersangka yang terdiri dari 174 WNI dan 28 WNA. Berdasarkan seluruh kasus Narkotika yang telah diungkap, BNN telah menyita barang bukti sejumlah 1.780.272,364 gram sabu kristal, 1.200 mililiter sabu cair, 1.100.141,57 gram ganja, 26 biji ganja, 95,86 canna chocolate, 303,2 gram happy cookies, 14,94 gram hashish, 606.132 butir ekstasi, serta cairan prekursor sebanyak 32.253 mililiter dan 14,8 gram. Sedangkan total asset yang berhasil disita oleh BNN senilai Rp.85.109.308.337 (BNN, 2015). 2

Penyalahguna narkoba di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) pada tahun 2013 lebih dari separuhnya adalah penyalahguna lama, selebihnya adalah penyalahguna baru. Pada tahun 2009 dari 376 penyalahguna narkoba 78,99% merupakan penyalahguna lama, sedangkan pada tahun 2013 penyalahguna lama persentasenya menurun menjadi 65,17%. Data ini menunjukkan bahwa ada peningkatan pada persentase penyalahguna baru (yang ditemukan pada tahun 2013). Sebagian besar penyalahguna adalah penyalahguna narkoba yang kambuhan. Kambuh atau relapse akan narkoba merupakan suatu tantangan yang tak terpisahkan dari proses panjang menuju kesembuhan penuh. Kendati mantan penyalahguna sudah dapat lepas dari ketergantungan narkoba untuk jangka waktu tertentu, tetapi kecenderungan untuk menggunakan zat-zat tersebut masih akan terasa, seperti musuh dalam selimut yang bisa terpicu secara mendadak dan tak terkendalikan, bila situasi batin terganggu/kacau. Karena itu banyak ahli berpendapat bahwa sugesti untuk kambuh adalah bagian dari penyakit ketergantungan (Infodatin, 2013). Dampak dari penggunaan narkoba, diantaranya dapat mengakibatkan halusinasi. Penggunaan kokain, Lysergyc Acid Diethylamide (LSD), dan amphetamine dapat memicu munculnya halusinasi. Bahkan pada kasus penggunaan marijuana (ganja) dengan dosis tinggi dapat memunculkan halusinasi secara visual (penglihatan). Pemakaian narkotika seperti kokain dapat menimbulkan halusinasi auditorik (pendengaran), sama halnya dalam kasus halusinasi yang dialami oleh penderita schizophrenia dan gangguan psikotik lainnya. Semua penyalahgunaan NAPZA 3

berbahaya dan merusak kesehatan baik secara fisik, mental emosional maupun sosial. Pengaruh NAPZA tidak sama pada setiap orang tergantung dari jenis narkoba yang digunakan, jumlah atau dosis yang dipakai, frekuensi pemakaian, cara pemakaian (diminum, dihisap, disuntik), zat lain yang digunakan bersamaan, riwayat pemakaian sebelumnya, dan kepribadian si pemakai (Joewana, 2005). Berhenti memakai narkoba bukan masalah yang sulit. Banyak orang yang dapat berhenti menggunakan narkoba untuk beberapa lama. Akan tetapi, yang sulit adalah mencegah agar jangan sampai kambuh atau relapse. Relapse sering dianggap sebagai suatu kegagalan (Martono, 2006). Menurut Direktur Pasca Rehabilitasi Deputi Bidang Rehabilitasi BNN, menyatakan bahwa tingkat kekambuhan (relapse) mantan pecandu narkoba di Indonesia tinggi. Dari sekitar 6.000 pecandu yang ikut menjalani rehabilitasi pertahunnya dan sekitar 40 persennya akhirnya kembali lagi menjadi pecandu. Dikarenakan usai sembuh masyarakat tidak mau menerima mantan pecandu narkoba, mencari kerja susah, dan tidak ada kegiatan. Mantan pecandu narkoba stress dan akhirnya kembali ke pergaulan lama dan kembali menjadi pecandu (BNN, 2013). Relapse atau kambuh diartikan sebagai kondisi dimana seorang mantan penyalahguna narkoba kembali memakai narkoba sebagaimana dia melakukannya dahulu. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kambuh (relapse) antara lain pengetahuan, pekerjaan, kepercayaan, benda yang mengingatkan masa lalu, dukungan keluarga, dukungan sosial, dan pengaruh teman sebaya (Zulkarnain, 2007). 4

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bhandari, et al. di Nepal (2015) dan Isnaini di Lapas Wirogunan (2011), menjelaskan bahwa dukungan keluarga berpengaruh dengan terjadinya kekambuhan pada penyalahguna narkoba. Pada penelitian yang sama juga ditemukan Destrianita (2009) yaitu menjelaskan bahwa tidak adanya dukungan keluarga dan tersedianya fasilitas untuk kembali pada narkoba berperan pada kekambuhan pecandu narkoba. Muttaqin (2007) dalam penelitiannya tentang relapse opiat menjelaskan bahwa faktor jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, dan status pekerjaan mempunyai pengaruh dengan terjadinya relapse. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Aztri (2013) tentang rasa berharga dan pelajaran hidup mencegah relapse pada pecandu narkoba, menunjukkan 3 kategori hasil yaitu kelompok teman sebaya yang negatif, dukungan sosial, dan harapan akan masa depan bagi pecandu berperan dalam proses penyembuhan kecanduan narkoba. Panti Rehabilitasi Narkoba Doulos merupakan salah satu panti rehabilitasi bagi pecandu narkoba dan pengidap gangguan jiwa. Panti ini memberikan bentuk pelayanan secara rohani. Pada Panti Rehabilitasi Narkoba Doulos terdapat 45 pasien. 35 pasien diantaranya mengalami gangguan jiwa murni dan 10 pasien diantaranya mengalami ketergantungan obat. Pasien ketergantungan obat yang terdapat di panti ini semuanya adalah pasien yang mengalami kekambuhan (Unit Keperawatan Medis Panti Rehabilitasi Narkoba Doulos, 2016). Berdasarkan jumlah total pasien adalah pasien yang mengalami relapse, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang 5

gambaran penyebab kekambuhan kembali (relapse) pada pecandu narkoba di Panti Rehabilitasi Narkoba Doulos. 1.2 Perumusan Masalah Mantan penyalahguna narkoba yang sudah lepas dari ketergantungan obat akan mempunyai sugesti atau kecenderungan untuk menggunakan kembali benda-benda tersebut atau narkoba. Sugesti tersebut bisa dipicu secara mendadak dan tak terkendalikan bila situasi batin orang mulai kacau. Sangat sulit untuk mencegah agar jangan sampai kambuh. Padahal disisi lain penggunaan narkoba bisa berdampak halusinasi maupun gangguan emosional paca pecandu tersebut. Jika dilihat pada pasien yang terdapat di Panti Rehabilitasi Narkoba Doulos, jumlah total 10 pasien merupakan pasien yang mengalami kekambuhan. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan pasien tersebut mengalami relapse atau kambuh. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran faktorfaktor yang mempengaruhi kekambuhan kembali (relapse) pada pecandu narkoba di Panti Rehabilitasi Narkoba Doulos. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1.3.1 Bagaimana gambaran kemudahan memperoleh narkoba pada klien? 1.3.2 Bagaimana gambaran program pemulihan yang pernah dijalani klien? 1.3.3 Bagaimana gambaran alat yang mengingatkan masa lalu pada klien? 6

1.3.4 Bagaimana gambaran dukungan keluarga klien? 1.3.5 Bagaimana gambaran dukungan sosial (lingkungan tempat tinggal) klien? 1.3.6 Bagaimana gambaran pengaruh teman terhadap klien? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum a. Mengetahui gambaran penyebab kekambuhan kembali (relapse) pada pecandu narkoba. 1.4.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui kemudahan memperoleh narkoba pada klien. b. Mengetahui program pemulihan yang pernah dijalani klien. c. Mengetahui alat yang mengingatkan masa lalu pada klien. d. Mengetahui dukungan keluarga pada klien. e. Mengetahui dukungan sosial (lingkungan tempat tinggal) pada klien. f. Mengetahui pengaruh teman pada klien. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis atau peneliti dalam memahami masalah penyebab kekambuhan kembali (relapse) pada pecandu narkoba. 7

1.5.2 Bagi Panti Rehabilitasi Narkoba Doulos Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gambaran penyebab kekambuhan kembali (relapse) pada pecandu narkoba, sehingga dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan maupun mentor dalam memberikan asuhan kepada pasien terlebih pada kegiatan aktivitas fisik pada klien yang mengalami kekambuhan kembali atau relapse. 1.5.3 Bagi FIKES Esa Unggul Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, sumber informasi dan koleksi bagi pendidikan, serta dapat dijadikan data pembanding bagi penelitian yang berhubungan dengan gambaran penyebab kekambuhan kembali (relapse) pada pecandu narkoba dimasa mendatang. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab kekambuhan kembali (relapse) pada pecandu narkoba di Panti Rehabilitasi Narkoba Doulos tahun 2016. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2016. Berdasarkan data Unit Keperawatan Medis Panti Rehabilitasi Narkoba Doulos tahun 2016, terdapat 45 pasien yang ada dipanti tersebut. 35 pasien diantaranya mengalami gangguan jiwa murni dan 10 pasien diantaranya mengalami ketergantungan obat. Pasien ketergantungan obat 8

yang terdapat di panti ini semuanya adalah pasien yang mengalami relapse atau kambuh. Berdasarkan jumlah total pasien adalah pasien yang mengalami kekambuhan atau relapse, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang gambaran penyebab kekambuhan kembali (relapse) pada pecandu narkoba di Panti Rehabilitasi Narkoba Doulos. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dan cara pengumpulan data dengan menggunakan wawancara mendalam dan penelusuran dokumen. 9