KATA PENGANTAR. Makassar, Maret 2014 Kepala Dinas. DR.Ir.BURHANUDDIN MUSTAFA, MS. Pangkat : Pembina Utama Madya NIP :

dokumen-dokumen yang mirip
Belanja ( x Rp ) 28,459,972, ,459,972, ,351,299,600 A PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A

ALOKASI KEGIATAN APBD TAHUN ANGGARAN 2013 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

kegiatan Off Farm seperti Pengolahan Hasil, Pemasaran dan lainlain.

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

PROVINSI : SULAWESI SELATAN : DINAS PERKEBUNAN PERIODE : 31 DESEMBER Belanja (Rp) Realisasi (Rp) Kode / No. Rekening.

LAPORAN LKJ (lampiran selengkapnya dapat dilhat di Kantor Dinas Perkebunan Prov. Sulsel)

Vol. Sat. Keu (Rp x 1,000) Keu (Rp x 1,000) Vol Sat. %

KATA PENGANTAR. Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A

, ,56 99, , ,05 96,70

- Terlaksananya pendampingan 13 Orang 13 Orang 13 Orang 13 Orang 13 Orang 13 Orang Dinas Provinsi. PDF Editor

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Lampiran 3 Tabel 3. Review terhadap Rancangan Awal RKPD Tahun 2014 Provinsi Sulawesi Selatan

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN T.A

KATA PENGANTAR. Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan

Realisasi (Rp) Belanja (Rp) Tidak Langsung

Realisasi (Rp) Belanja (Rp) Tidak Langsung

Realisasi (Rp) Belanja (Rp) Tidak Langsung

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas dan mutu perkebunan serta juga ketersediaan input sarana dan

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BERDASARKAN RPJMD TAHUN 2017 DINAS PERKEBUNAN. Indikator

LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015

BOX UMKM : PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN KOMODITAS 'GERBANG EMAS' OLEH PERBANKAN SULAWESI SELATAN

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. LKPJ Gubernur Sulawesi Selatan Tahun

KATA PENGANTAR. Surabaya, Pebruari 2014 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

Tabel 2. Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD Provinsi Sulawesi Selatan

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

Rencana Program & Kegiatan Tahun 2017 SKPD DINAS PERKEBUNAN

- Terlaksananya pendampingan 13 Orang 13 Orang 13 Orang 13 Orang 13 Orang 13 Orang Dinas Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kinerja Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat 2015

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DINAS PERKEBUNAN LAKIP 2011 PROV. JATIM

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

DRAFT LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENYUSUNAN NERACA PRODUK TANAMAN PERKEBUNAN DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TENGAH SEMARANG, 24 NOVEMBER 2011

KATA PENGANTAR. Samarinda, Juli 2016 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

BAB. I PENDAHULUAN. untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya.

BAB II RENCANA STRATEJIK

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

KERAGAAN SUMBERDAYA LAHAN, PEMANFAATAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PERTANIAN BERBAGAI DAERAH DI SULAWESI SELATAN

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011

RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Dasar Hukum

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

LAKIP 2012 PROV. JATIM DINAS PERKEBUNAN I. PENDAHULUAN.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, Januari 2017

VISI Visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Mojokerto adalah :

Tabel I.16. Program/Kegiatan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi D.I.Yogyakarta yang Dibiayai oleh APBD Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II RENCANA KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

LAPORAN KINERJA (LKJ)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Realisasi (Rp) Tidak Langsung A PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN ,00-0,00 0,

Realisasi (Rp) Belanja (Rp) Tidak Langsung

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Visi dan Misi Provinsi Sulawesi Selatan Visi Sulawesi Selatan sebagaimana telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Selanjutnya tugas pembantuan tersebut meliputi : 1. Dasar Hukum 2. Instansi Pemberi Tugas Pembantuan

Produksi (Ton) Luas (Ha) Produksi (Ton) Karet , , , , , , ,01

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

1.1. Latar belakang I. PENDAHULUAN

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 14 TAHUN 2013

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP

Transkripsi:

1

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah berkenan melimpahkan rahmat dan karunia Nya sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dapat diselesaikan. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan perwujudan pertanggungjawaban Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Anggaran 2013. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan ini berisi tentang Perencanaan Strategi yang meliputi Visi dan Misi serta tujuan dan sasaran Pembangunan kedepan. Disamping itu juga menguraikan Akuntabilitas Kinerja meliputi kebijakan, program dan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2013. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan bahan pertimbangan dalam pelaksanaan pembangunan Perkebunan yang akan datang. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan LAKIP ini di ucapkan Terima Kasih. Makassar, Maret 2014 Kepala Dinas DR.Ir.BURHANUDDIN MUSTAFA, MS. Pangkat : Pembina Utama Madya NIP : 19540508 198203 1 008

IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 disusun untuk memenuhi kewajiban Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan sesuai Inpres No 7 Tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dengan mengacu kepada Pedoman Penyusunan LAKIP yang diterbitkan oleh LAN-RI Tahun 2003. Penyusunan Lakip Tahun 2013 Dinas Perkebunan ini merujuk pada Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi SelatanTahun 2008-2013. Tujuan Pembangunan Perkebunan dirumuskan sebagai berikut : a. Meningkatkan produksi/produktivitas dan kualitas komoditas perkebunan dengan berbasis kakao yang memiliki keunggulan kompetitif untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perkebunan. b. Meningkatkan usaha agribisnis perkebunan untuk menunjang ketersediaan input produksi dalam rangka mendukung peningkatan pengolahan hasil produk perkebunan. c. Meningkatkan kerjasama usaha untuk mendorong pengembangan kemitraan dalam rangka memperkuat akses kelembagaan masyarakat perkebunan dan memperluas jaringan pasar. Sedangkan sasaran pembangunan perkebunan yang ingin dicapai kedepan (2013) dirumuskan sebagai berikut : a. Meningkatnya produksi dan kualitas kakao 300.000 Ton pada tahun 2013. b. Meningkatnya produksi komoditas unggulan perkebunan 258 960 Ton. c. Meningkatnya luas areal tanaman perkebunan 740.000 Ha. d. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja 1.049.800 KK. e. Meningkatnya perolehan devisa melalui peningkatan volume ekspor perkebunan 300.000 Ton dengan nilai eksport sebesar US $ 650.500.000/Tahun. f. Meningkatnya pendapatan petani perkebunan yang berbasis kakao Rp.50 juta/ha/tahun. Adapun sasaran yang ditetapkan dan merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) pada Perjanjian Kinerja (PK) antara Kepala Dinas Perkebunan dengan Gubernur Sulawesi Selatan tahun 2013, adalah sebagai berikut : 1. Produksi dan Produktivitas Kakao mencapai 300.000 Ton dengan indikator sasaran : Persentase peningkatan produksi sebesar 26,80% 2. Produksi Komoditas Unggulan Perkebunan mencapai 258.905 Ton dengan indikator sasaran : Persentase peningkatan produksi komoditas unggulan 3,74% 3. Luas areal tanaman perkebunan mencapai 740.000 Ha dengan indikator sasaran : Persentase peningkatan luas Areal komoditas perkebunan sebesar 1,36% 4. Penyerapan tenaga kerja mencapai 1.049.8000 KK dengan indikator sasaran : Persentase peningkatan penyerapan tenaga kerja perkebunan sebesar 1,09% 5. Pendapatan Petani berbasis kakao sebesar RP. 50.000.000/Ha dengan indikator sasaran : Persentase peningkatan pendapatan petani berbasis kakao sebesar 33,99% 6. Volume ekspor mencapai 300.000 Ton dengan indikator sasaran : Persentase peningkatan Volume Ekspor sebesar 5,02% 7. Nilai ekspor sebesar 650.500.000 US$.

dengan indikator sasaran : Persentase peningkatan Nilai Ekspor sebesar 8,40% Berdasarkan hasil pengukuran terhadap indikator kinerja, outcome menunjukkan bahwa secara umum Kinerja Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2013 memperlihatkan hasil yang baik. Proses pencapaian sasaran tersebut, pada tahun 2013 dilaksanakan melalui 8 program dengan 21 kegiatan. Dari 8 Program tersebut, 6 program merupakan Program Pokok yaitu : 1). Peningkatan Ketahanan Pangan Perkebunan, 2). Pengembangan Agribisnis, 3). Peningkatan Produksi Usaha Daerah, 4). Pemulihan Produksi dan kwalitas Kakao SulSel, 5). Pembinaan Kelembagaan Petani, 6). Peningkatan Kualitas Bahan Baku Tembakau, dan 2 program lainnya merupakan Program Penunjang yaitu : Program Pelayanan administrasi Perkantoran dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur. Dari 21 kegiatan tersebut, 15 kegiatan merupakan kegiatan pokok sedangkan 6 kegiatan lainnya merupakan kegiatan penunjang. Yang merupakan kegiatan pokok adalah : 1). Pembinaan Terhadap Pengembangan Tebu Rakyat, 2). Pengembangan Bibit dan Pembibitan Komoditi Unggulan Perkebunan, 3). Pembinaan Peningkatan Mutu dan Pengembangan Pengolahan hasil Perkebunan, 4). Pembinaan dan Penyediaan Sarana dan Prasarana Produksi Perkebunan, 5). Promosi Hasil Produksi Perkebunan, 6). Pengembangan Statistik dan sistem Informasi Perkebunan, 7). Pengamatan, Peramalan Hama, Penyakit dan Gulma Tanaman Perkebunan, 8). Pembinaan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman dan Gangguan Usaha Perkebunan, 9). Pengelolaan Kebun Bibit Dinas, 10). Pengawasan, Pengujian Mutu dan Sertifikasi Benih Perkebunan, 11). Pembinaan Petani terhadap Kakao Lestari, 12).Pembinaan Usaha Perkebunan dan Pengembangan Kemitraan Usaha, 13). Pendampingan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani, 14). Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Petani,Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani dan Asosiasi Komoditi, 15). Peningkatan Kualitas Tembakau, Sedangkan yang merupakan kegiatan Penunjang adalah : 1). Penyediaan Jasa administrasi Keuangan, 2). Pelayanan Barang dan Jasa Administrasi Perkantoran, 3). Koordinasi Penyelenggaraan Perencanaan Pembangunan Perkebunan, 4). Pembinaan dan Pengembangan Kehumasan, 5). Pengadaan Kendaraan Dinas/Operasional, 6). Pembangunan/Rehabilitasi Gedung Kantor. Berdasarkan Analisis capaian kinerja terhadap program dan kegiatan maka diperoleh capaian kinerja sebesar 96,33%, dengan perincian sebagai berikut : 1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan, dengan 1 kegiatan mencapai 98,71%. 2. Program Pengembangan Agribisnis, dengan 7 kegiatan mencapai 92,95% 3. Program Peningkatan Produksi Usaha Daerah, dengan 2 kegiatan mencapai 99,07%. 4. Program Pemulihan Produksi dan Kualitas Kakao Sulawesi selatan, dengan 1 kegiatan mencapai 100,00%. 5. Program Pembinaan Kelembagaan Petani, dengan 3 kegiatan mencapai 98,23%. 6. Program Peningkatan Kualitas Bahan Baku Tembakau, dengan 1 kegiatan mencapai 96,05%. 7. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran (Program Penunjang), dengan 4 kegiatan mencapai 96,60%. Sedangkan analisis terhadap sasaran diperoleh Capaian kinerja sebesar 62,789% dengan perincian sebagai berikut : 1. Produksi dan kualitas Kakao sebesar 300.000 Ton. Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran :

Persentase peningkatan produksi kakao sebesar 26,80% Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 48,72% 2. Produksi Komoditas Unggulan sebesar 258.905 Ton. Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran : Persentase peningkatan produksi komoditas unggulan sebesar 3,74%. Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 90,10% 3. Luas Areal Tanaman Perkebunan mencapai 740.000 Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran yakni : Persentase peningkatan luas areal sebesar 1,36%. Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 113,33% 4. Penyerapan Tenaga Kerja mencapai 1.049.800 KK Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran : Persentase peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 1,09% Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 90,82% 5. Pendapatan Petani Berbasis Kakao sebesar Rp 50.000.000/Ha Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran : Persentase penurunan Pendapatan Petani berbasis kakao sebesar 33,99% Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 21,34% 6. Volume Ekspor mencapai 300.000 Ton. Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran : Persentase peningkatan volume Ekspor komoditas perkebunan sebesar 5,02% Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 37,94% 7. Nilai Ekspor sebesar 650.500.000 US $ Sasaran ini didukung oleh indikator sasaran yakni : Persentase peningkatan Nilai ekspor sebesar 8,40%. Kinerja sasaran ini dicapai sebesar 37,22%. Dengan demikian maka Pencapaian Sasaran Kinerja tahun 2013 mencapai 62,78%. Faktor-faktor yang mendukung kinerja Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dalam mencapai keberhasilan kegiatan sehingga tercapai indikator sesuai yang diharapkan antara lain: 1. Sumberdaya Manusia jajaran lingkup Dinas Perkebunan yang potensial. 2. Animo masyarakat/petani perkebunan cukup tinggi dalam menerima/ menyerap teknologi yang dianjurkan. 3. Kesiapan dan Tanggung jawab petugas lapangan dalam melaksanakan tugasnya. 4. Ketersediaan dana yang cukup memadai. 5. Adanya dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak (instansi terkait) dalam setiap kegiatannya.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sub Sektor Perkebunan di Sulawesi Selatan telah memperlihatkan peranan yang cukup berarti, hal ini ditandai dengan meningkatnya kontribusi terhadap Perekonomian Sulawesi Selatan, terutama peranannya terhadap ekspor. Keberhasilan dan kemajuan Pembangunan yang dapat dicapai tersebut merupakan implementasi dari Pola Pembangunan Perkebunan yang selama ini dilaksanakan dengan kegiatan Pokok Intensifikasi, Diversifikasi, Rehabilitasi dan Ekstensifikasi yang didukung dengan adanya kebijakan Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan. Secara nasional sub Sektor Perkebunan memberikan kontribusi peningkatan Devisa Negara dan PDRB terbesar di luar Minyak dan Gas Bumi serta penyerap tenaga kerja yang cukup besar. Sehubungan dengan Strategi dan Kebijakan Pembangunan Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, maka Sasaran Pembangunan Perkebunan adalah memulihkan Produksi dan Kualitas Kakao 300.000 Ton, hingga tahun 2013, serta terbentuknya kawasan Agribisnis Perkebunan yang utuh disebut dengan Pusat Pengembangan Perkebunan di setiap lokasi Pengembangan dan Sentra-Sentra Produksi dengan azas kebersamaan ekonomi masyarakat/kerakyatan. Dengan demikian Petani Perkebunan sebagai anggota masyarakat melalui kelembagaan petani/assosiasi/koperasi, mempunyai peluang untuk memanfaatkan potensi ekonomi baik dalam kegiatan On Farm maupun pada kegiatan Off Farm seperti Pengolahan Hasil, Pemasaran dan lain-lain. 1.2. Gambaran Umum Data Organisasi Pemerintah Daerah bersama DPRD Provinsi Sulawesi Selatan menetapkan peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan nomor 10 tahun 2009, tanggal 19 januari 2009, tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan sbb : Tugas dan Fungsi Dinas Perkebunan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan dibidang perkebunan berdasarkan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Dinas Perkebunan mempunyai fungsi :

Perumusan kebijakan teknis dibidang perkebunan meliputi pengembangan dan pembinaan usaha perkebunan, sarana prasarana perkebunan, perlindungan perkebunan, dan pasca panen dan sistem informasi perkebunan Penyelenggaraan pelayanan dalam bidang perkebunan yang meliputi pengembangan dan pembinaan usaha perkebunan, sarana prasarana perkebunan, perlindungan perkebunan dan pasca panen dan sistem informasi perkebunan Pembinaan dan penyelenggaraan tugas dibidang perkebunan yang meliputi pengembangan dan pembinaan usaha perkebunan, sarana prasarana perkebunan, perlindungan perkebunan, dan pasca panen dan sistem informasi perkebunan Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya. 1.3. Susunan Organisasi Susunan Organisasi Dinas Perkebunan terdiri dari : Kepala Dinas Sekretariat Bidang Sub Bagian Seksi UPTD Jabatan Fungsional Sekretariat terdiri atas : a. Sub Bagian Program b. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian c. Sub Bagian Keuangan Bidang Pengembangan dan Pembinaan Usaha Perkebunan terdiri atas : a. Seksi Pembinaan Tanaman Tahunan b. Seksi Pembinaan Tanaman Semusim c. Seksi Kerjasama dan Kelembagaan Usaha

Bidang Prasarana dan Sarana Perkebunan terdiri atas : a. Seksi Perbenihan b. Seksi Alat dan Mesin c. Seksi Pupuk dan Pestisida Bidang Perlindungan terdiri atas : a. Seksi Pengamatan dan Peramalan Organisme Pengganggu Tanaman. b. Seksi Pengendalian OPT dan Gangguan Usaha. c. Seksi Konservasi Lahan dan Pemanfaatan Air. Bidang Pasca Panen dan Sistem Informasi terdiri atas : a. Seksi Pengolahan Hasil b. Seksi Pemasaran Hasil c. Seksi Statistik dan Sistem Informasi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengelolaan Kebun terdiri atas : a. Kasubag Tata Usaha b. Seksi Teknis, Bahan Tanaman dan Produksi c. Seksi Pengolahan, Pemasaran dan Pengembangan Usaha Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Proteksi Tanaman dan Pengawasan, Pengujian Mutu Benih Perkebunan (BPTP2MB) terdiri atas : a. Kasubag Tata Usaha Jabatan Fungsional. a. Penyuluh Perkebunan b. Pengawas OPT c. Pengawas Benih Tanaman d. Arsiparis e. Pustakawan

1.4. Aspek Keuangan Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan yang telah ditetapkan melalui program-program strategis yang telah disusun maka setiap Tahun Anggaran dialokasikan dana pembangunan untuk membiayai kegiatan Pembangunan Perkebunan dan kegiatan operasional yang dialokasikan melalui dana APBD. Alokasi Anggaran Pembangunan Perkebunan Tahun Anggaran 2013 sebesar Rp. 46.274.048.335 yang terdiri dari : Belanja Tidak Langsung Rp. 16.462.776.285 Belanja Langsung Rp. 29.811.272.050 1.5. Lingkungan Strategis Salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan adalah faktor SDM Aparatur. Adapun jumlah aparatur/pnsd yang dipekerjakan pada Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013 adalah sebanyak 231 orang dengan uraian sebagai berikut : Sebaran PNSD lingkup Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan menurut golongan dan jenis kelamin : No Golongan/ Ruang A B C D JUMLAH P W P W P W P W P W TOTAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1. I 1-1 - 1-1 - 4-4 2. II 7 4 3. III 8 4 4. IV 9 7 2 1 Jumlah 5 5 27 9 9 9 31 38 11 9 5 4 1-2 7 45 29 74 7 18 57 69 126 1-16 11 27 64 51 23 18 11 24 125 110 231

Sebaran PNSD lingkup Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan menurut pendidikan Tingkat Klasifikasi Pendidikan Jenis Kelamin No Pendidikan Ket. K NK Jumlah P W Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1. S3 2-2 2-2 K = Kejuruan 2. S2 9 11 20 11 9 20 NK= Non 3. 4. 5. S1 S M SLTA 74 2 27 58 5 42 132 7 69 59 2 44 70 4 25 129 6 69 Kejuruan P = Pria W = Wanita 6. 7. SLTP SD - - 3 2 3 2 3 2 - - 3 2 Jumlah 114 121 235 125 110 231

II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dokumen Rencana Strategi memuat Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategis (cara mencapai tujuan dan sasaran) 2.1. V i s i Visi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan adalah merupakan penjabaran dari visi Provinsi Sulawesi Selatan dan visi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sbb : Berdasarkan Garis-Garis Besar Haluan Pembangunan Daerah (GBHD) dan Program Pembangunan Daerah (Propeda) Propinsi Sulawesi Selatan ditegaskan bahwa visi Sulawesi Selatan sampai Tahun 2028 adalah sbb : SULAWESI SELATAN MENJADI WILAYAH TERKEMUKA DI INDONESIA MELALUI PENDEKATAN KEMANDIRIAN LOKAL YANG BERNAFASKAN KEAGAMAAN Bahwa dengan memperhatikan kewenangan otonomi Provinsi Sulawesi Selatan sesuai UU Nomor 32 Tahun 2004 dan PP 25 Tahun 2000, serta memperhatikan analisis perkembangan lingkungan strategis, maka dirumuskan visi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan 2008-2013 sebagai berikut : Sulawesi Selatan Sebagai Provinsi Sepuluh Terbaik Dalam Pelayanan Hak Dasar Yang Didukung Kelembagaan Pemerintah Yang Terpercaya Sejalan dengan kedua rumusan visi tersebut di atas dan dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Perda Nomor 9 tahun 2001 tanggal 31 Januari 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dirumuskan Visi sebagai berikut : TERWUJUDNYA SULAWESI SELATAN SEBAGAI WILAYAH PERKEBUNAN TERKEMUKA BERBASIS KAKO Masyarakat perkebunan adalah seluruh petani yang terlibat dalam pengelolaan usahatani perkebunan baik Perkebunan Rakyat maupun Perkebunan Besar dan Stake Holder lainnya yang dibina melalui wadah kelompok tani, yang diharapkan dari kelompok tani tersebut dapat bergabung bersama-sama kelompok tani lainnya dan membangun kelembagaan ekonomi secara komprehensif sehingga terbentuk apa yang disebut Koperasi Primer/Sekunder, melalui koperasi ini petani dibina menjadi petani maju dan mandiri.

Maju dan mandiri adalah kemampuan pengetahuan dan keterampilan SDM petani perkebunan sudah meningkat dan sudah dapat mentransformasikan dan menerapkan teknologi dengan baik serta dengan biaya sendiri, tanpa bantuan dari pemerintah. Dengan demikian maka petani yang sudah dibina melalui kelompok dan telah menjadi anggota koperasi diharapkan telah mempunyai kemampuan untuk dapat bermitra dengan perusahaan (industri) pada setiap kawasan sentra komoditas unggulan. Selanjutnya petani dapat mengintegrasikan dirinya kedalam industri dan dapat memperoleh saham dari perusahaan industri. Demikian pula sebaliknya perusahaan industri menanamkan sahamnya kepada petani, sehingga keuntungan yang diperoleh dapat dibagi secara patungan. Dengan demikian, maka integrasi antara on farm dan off farm akan lebih mudah dilaksanakan. 2.2. M i s i Mengembangkan Perkebunan yang maju, produktif dan berkualitas melalui penguatan komoditi unggulan berbasis kakao. Mengembangkan usaha agribisnis perkebunan yang utuh dari hulu sampai hilir untuk mendukung industri berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Memberdayakan kelembagaan perkebunan untuk mendorong akses penguatan usaha perkebunan melalui kerjasama dan kemitraan usaha. Mengembangkan teknologi untuk mendukung peningkatan produktivitas dan nilai tambah dari produk perkebunan yang berbasis keunggulan kompetitif. 2.3. Tujuan Sejalan dengan visi dan misi Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, maka tujuan Pembangunan Perkebunan ke depan dirumuskan sebagai berikut : a. Meningkatkan produksi, produktivitas dan kualitas komoditi perkebunan yang berbasis kakao dengan mengembangkan keunggulan kompetitif untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. b. Meningkatkan usaha agribisnis perkebunan untuk menunjang ketersediaan input produksi dalam rangka mendukung peningkatan pengolahan hasil produk perkebunan. c. Meningkatkan kerjasama usaha untuk mendorong pengembangan kemitraan dalam rangka memperkuat akses kelembagaan masyarakat perkebunan dan memperluas jaringan pasar.

2.4. Sasaran Mengacu pada Visi, Misi dan tujuan Dinas serta memperhatikan potensi, kondisi lingkungan strategi, maka sasaran Pembangunan Perkebunan yang ingin dicapai hingga tahun 2013 adalah sebagai berikut : a. Meningkatnya produksi dan kualitas kakao 300.000 Ton pada tahun 2013. b. Meningkatnya produksi komoditas unggulan perkebunan 258.905 Ton pada tahun 2013. c. Meningkatnya luas areal tanaman perkebunan 740.000 Ha pada tahun 2013. d. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja 1.049.800 KK pada tahun 2013. e. Meningkatnya pendapatan petani yang berbasis kakao mencapai 50.000.000/Ha. f. Meningkatnya volume eksport mencapai 300.000 Ton pada tahun 2013. g. Meningkatnya nilai eksport 650.500.000 US $ pada tahun 2013. Adapun sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2013 dan merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) pada Perjanjian Kinerja (PK) antara Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan dengan Gubernur Sulawesi Selatan (Lampiran 9) adalah sebagai berikut : Sasaran Strategis 1. Volume Produksi Komoditas Unggulan Perkebunan mencapai 300.000 Ton 2. Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan 258.905 Ton 3. Luas Areal Tanaman 740.000 Ha 4. Penyerapan Tenaga Kerja 1.049.800 KK 5. Pendapatan Petani berbasis Kakao sebesar Rp. 50.000.000/Ha Indikator Kinerja Utama Persentase peningkatan produksi kakao 26,80% Persentase peningkatan produkti Komoditas Unggulan 3,74% Persentase peningkatan luas areal perkebunan 1,36% Persentase peningkatan penyerapan tenaga kerja 1,09% Persentase peningkatan pendapatan petani berbasis kakao 33,99% 6. Volume Ekspor Komoditi Perkebunan mencapai 300.000 Ton 7. Nilai Ekspor Komoditi Perkebunan sebesar 650.500.000 US $ Persentase peningkatan volume eksport perkebunan 5,07 % Persentase Peningkatan Volume ekspor Perkebunan 8,40%

2.5. Strategi (Cara Untuk Mencapai Tujuan dan Sasaran) Untuk mencapai Tujuan Sasaran yang telah ditetapkan, maka dilakukan penetapan Strategi melalui penentuan Agenda dan Kebijakan, Program dan Kegiatan. Agenda dan Kebijakan Dalam mewujudkan visi dan misi perkebunan, ditetapkan agenda utama sebagai berikut : 1. Agenda 2 : Peningkatan dan Pemerataan Kesejahteraan Masyarakat Kebijakan : Peningkatan Produksi Pertanian dan Pengembangan Agribisnis Pedesaan 2. Agenda 3 : Perwujudan Keunggulan Lokal Untuk Memicu Laju Pertumbuhan Perekonomian a. Kebijakan : Pusat Pelayanan 3. Agenda 6 : Penguatan Kelembagaan Masyarakat a. Kebijakan : Aktualisasi dan revitalisasi nilai-nilai budaya lokal 4. Agenda 7 : Penguatan kelembagaan Pemerintah a. Kebijakan :- Peningkatan kinerja SKPD - Peningkatan kemampuan pengelolaan keuangan dan asset daerah. Program Dan Kegiatan Program A. Program yang terkait dengan Peningkatan & Pemerataan Kesejahteraan Masyarakat : Program Peningkatan Ketahanan Pangan. B. Program yang terkait dengan Perwujudan Keunggulan Lokal Program Pemulihan Produksi dan Kualitas Kakao Sul-Sel Program Pengembangan Agribisnis C. Program yang terkait dengan Penguatan Kelembagaan Masyarakat Program Pengembangan Kelembagaan Petani D. Program yang terkait dengan penguatan kelembagaan pemerintah Program Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Keuangan dan Asset daerah Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

Kegiatan A. Program yang terkait dengan Peningkatan & Pemerataan Kesejahteraan Masyarakat 1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan a. Pengembangan tanaman pangan pada areal perkebunan B. Program yang terkait dengan Perwujudan Keunggulan Lokal 1. Program Pemulihan Produksi dan Kualitas Kakao Sul-Sel a. Kegiatan rehabilitasi tanaman kakao. b. Pembinaan Kakao lestari C. Program Pengembangan agribisnis a. Akselerasi Pengembangan kapas b. Pengendalian organisme penggangu tanaman c. Pengamatan, Peramalan Hama Penyakit dan Gulma Tanaman Perkebunan d. Pengembangan Statistik dan Sistem Informasi Perkebunan e. Promosi Atas Hasil Produksi Perkebunan Unggulan Daerah f. Pengadaan bibit dan Pembibitan Komoditi Unggulan Perkebunan g. Pembinaan Peningkatan Mutu dan Pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan h. Pembinaan dan Penyediaan Sarana dan prasarana perkebunan i. Akselerasi komoditi unggulan D. Program yang terkait dengan Penguatan Kelembagaan Masyarakat 1. Program Pengembangan Kelembagaan Petani a. Penumbuhan kelompok tani dan gabungan kelompok tani b. Pendampingan kelompok tani dan gabungan kelompok tani c. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani (Gapoktan) serta assosiasi petani & assosiasi komoditi d. Sekolah lapang e. Pembinaan usaha perkebunan dan pengembangan kemitraan usaha

E. Program yang terkait dengan Penguatan Kelembagaan Pemerintah 1. Program Peningkatan Kemampuan Pengelolaan Keuangan Dan Asset Daerah a. Pengelolaan Kebun Bibit Dinas b. Pengawasan, pengujian dan sertifikasi benih F. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran a. Penyediaan jasa administrasi keuangan b. Pelayanan barang dan jasa administrasi c. Koordinasi penyelenggaraan perencanaan pembangunan perkebunan d. Pembinaan aparatur dan pengembangan kehumasan

III. AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Indikator Kinerja Indikator kinerja yang merupakan ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan Tingkat Pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan. Indikator kinerja kegiatan yang akan ditetapkan dikategorikan ke dalam kelompok : Input (Masukan) Output (Keluaran) OutComes (Hasil) Khususnya untuk indikator kinerja Benefit (manfaat) dan Infacts (Dampak) belum dapat diukur. Hal ini disebabkan pengukuran kedua indikator tersebut tidak dapat dilaksanakan hanya pada satu kegiatan saja, akan tetapi erat kaitannya dengan kegiatan lainnya. Selain itu juga untuk melihat hal tersebut di atas dibutuhkan waktu yang lama (jangka panjang). Evaluasi dan Analisis Kinerja Tahun 2013 Evaluasi Kinerja Berdasarkan Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2013 maka dilakukan evaluasi terhadap indikator sasaran outcome dalam rangka memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap hal-hal yang mendukung keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sbb: A. Sasaran Produksi kakao mencapai 300.000 Ton. Produksi komoditas Kakao yang dicapai pada periode Desember 2013 sebesar 146.163 ton. Dengan demikian maka sasaran untuk mencapai produksi kakao sebesar 300.000 ton, hanya mencapai 48,72%.

Kontribusi produksi tersebut per kabupaten dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 1. Produksi Kakao perkebupaten, tahun 2013 NO KABUPATEN PRODUKSI 2013 TON % 1. Luwu 26.899 18,40 2. Luwu Utara 14.289 9,77 3. Luwu Timur 16.220 11,09 4. Palopo 2.815 1,92 5. Tana Toraja 881 0,60 6. Toraja Utara 1.442 0,98 7. Bone 15.664 10,71 8. Soppeng 13.564 9,28 9. Wajo 10.140 6,94 10. Sinjai 1.647 1,13 11. Bulukumba 5.188 3,55 12. Selayar 150 0,10 13. Bantaeng 2.090 1,43 14. Jeneponto 10 0,007 15. Takalar 24 0,016 16. Gowa 1.665 1,14 17. Maros 671 0,45 18. Pangkep 49 0,03 19. Barru 948 0,64 20. Pinrang 14.108 9,65 21. Sidrap 11.017 7,53 22. Enrekang 6.829 4,67 J U M L A H 146.163 100,00 *angka sementara posisi November 2013 Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa kontribusi produksi terbesar berasal dari kabupaten Luwu yakni sebesar 26.899 ton (18,40%) dan yang terkecil berasal dari kabupaten Jeneponto yakni hanya sebesar 10 ton (0,007%).

Untuk melihat perkembangan produksi kakao 5 (lima) tahun terakhir (2009 s/d 2013) di Sulawesi Selatan sebagaimana pada tabel berikut. Tabel 2. Perkembangan Produksi Kakao 5 (lima) tahun terakhir (2009-2013) *angka sementara posisi November 2013 Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa secara umum produksi kakao selama 5 tahun terakhir. Produksi kakao selawesi selatan pada periode 2009-2011 terjadi pertumbuhan ratarata sebesar 9,45% pertahun, dimana pada tahun 2009 produksi kakao sebesar 164.443 ton menjadi 172.083 ton mengalami peningkatan sebesar 4,65%, pada tahun 2011 mengalami peningkatan 14,30%, pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 10,22% dan pada tahun 2013 kembali mengalami penurunan sebesar 30.424 ton (17,22%) Hal ini disebabkan antara lain : NO KABUPATEN PRODUKSI (TON) 2009 2010 2011 2012 2013 1. Luwu Utara 31.667 33.900 40.602 27.250 14.289 2. Luwu 27.846 29.830 31.980 27.980 26.899 3. Bone 20.803 23.803 25.567 20.199 15.664 4. Luwu Timur 19.709 19.939 25.175 25.175 16.220 5. Pinrang 15.321 13.829 15.881 15.653 14.108 6. Soppeng 11.014 12.200 12.702 13.564 13.564 7. Wajo 8.176 8.690 9.880 9.938 10.140 8. Sidrap 6.327 6.015 6.090 10.480 11.017 9. Bulukumba 4.520 4.628 6.026 6.102 5.188 10. Enrekang 3.917 4.100 6.751 6.751 6.829 11. Sinjai 3.396 3.596 3.756 1.635 1.647 12. Palopo 2.177 2.369 2.750 2.241 2.815 13. Tana Toraja 2.277 2.200 2.225 2.225 881 14. Bantaeng 2.888 2.157 2.349 2.786 2.090 15. Gowa 1.374 1.847 1.912 2.006 1.665 16. Toraja Utara 1.432 1.450 1.418 1.418 1.442 17. Maros 707 729 726 738 671 18. Barru 544 559 669 690 801 19. Selayar 164 166 158 151 150 20. Pangkep 102 29 34 43 49 21. Jeneponto 57 25 20 43 10 22. Takalar 22 22 24 24 24 J u m l a h 164.443 172.083 196.695 176.587 146.163 a. Adanya anomali iklim/cuaca yang tidak mendukung peningkatan Produksi kakao utamanya di kabupaten Luwu Utara, Bantaeng, Bone, Bulukumba, Luwu Timur, Tana Toraja.

b. Serangan hama PBK pada tahun 2013 seluas 60.497,80 Ha (22,45%) dari luas areal kakao dan penyakit VSD seluas 25.322,72 Ha (9,39%) dari luas areal kakao sulsel. c. Adanya petani kakao yang belum tersentuh program gernas di kabupaten Luwu Utara, Luwu Timur dan Pinrang yang beralih ke kelapa sawit dan pencetakan sawah baru. Luas alih fungsi lahan kakao menjadi kelapa sawit sebesar 13.874 Ha dan pencetakan sawah seluas 4.958 Ha. d. Umur tanaman relatif sudah tua dan teknologi budidaya kakao belum diterapkan oleh petani diantaranya penggunaan benih kakao asalan, diperparah lagi adanya serangan hama PBK dan VSD. Adapun usaha-usaha yang telah dilakukan dalam menunjang peningkatan produksi kakao tersebut antara lain: a. Tersedianya kebun contoh (demplot) metode pengendalian penyakit VSD kakao pada kabupaten/kota wilayah pengembangan kakao sebanyak, 40 unit (40 Ha) pada tahun 2009 dan 14 unit (14 Ha) pada tahun 2010. b. Tersedianya kebun contoh (demplot) pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) pada Kabupaten/kota wilayah pengembangan Kakao sebanyak 40 unit (40 Ha) pada tahun 2009. c. Pengadaan Bibit Kakao sambung Pucuk sebanyak 10.000 pohon, tahun pada tahun 2008, 300.000 pohon pada tahun 2009, 715.000 pohon pada tahun 2010, 652.000 pohon pada tahun 2011 dan 550.000 pohon pada tahun 2012, sedangkan pada tahun 2013 pengadaan bibit kakao sambung pucuk sebesar 852.000 pohon. d. Terjaminnya kualitas mutu benih kakao melalui pelaksanaan sertifikasi/pengujian dan pengawasan mutu benih sejak tahun anggaran 2005 sampai sekarang. e. Melalui program Gernas sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, dengan dana APBN yang merupakan pendukung utama, telah berhasil merealisir seluas kurang lebih 109.759 Ha. melalui kegiatan: - Intensifikasi kakao seluas 37.260 Ha - Rehabilitasi kakao seluas 57.349 Ha - Peremajaan kakao seluas 15.150 Ha f. Terbangunnya Kakao lestari pada tahun 2010 seluas 800Ha (Soppeng 400 Ha dan Luwu 400 Ha)

Sedangkan outcome kegiatan APBD yang dilaksanakan pada Tahun 2013 untuk menunjang sasaran meningkatnya produksi dan produktivitas kakao adalah sebagai berikut : 1. Terwujudnya Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Petani terhadap Produksi dan Kualitas Kakao, melalui kegiatan peningkatan pengetahuan dan keterampilan kelompok tani, gapoktan dan asosiasi komoditi (pelatihan budidaya tanaman perkebunan) jumlah peserta pelatihan sebanyak 600 orang yang terdiri dari 482 petani laki-laki dan 131 orang petani perempuan yang berasal dari Kabupaten Wajo dan Kabupaten Soppeng. 2. Meningkatnya Pengetahuan dan Keterampilan Petani, melalui kegiatan pelatihan pengembangan budidaya tanaman kakao. Jumlah peserta pelatihan sebanyak 1.200 petani yang terdiri dari 1010 petani Laki-laki dan 190 petani perempuan yang berasal dari 2 (dua) kabupaten yaitu Wajo 600 petani dan Soppeng 600 Petani. 3. Meningkatnya Pengetahuan dan Keterampilan Petani, melalui kegiatan pelatihan peningkatan pengetahuan petani kakao yang dilaksanakan di Kabupaten Sidrap dengan jumlah peserta 400 petani, yang dibagi 4 kelas terdiri dari 353 petani laki-laki dan 47 petani perempuan. 4. Meningkatnya Pengetahuan dan Keterampilan Petani, melalui kegiatan peningkatan produksi dan mutu kakao yang dilaksanakan di Kabupaten Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur, dengan jumlah petani 1.350 petani yang tersebar di Kabupaten Luwu sebanyak 450 petani, Luwu Utara 450 petani, Luwu Timur 450 petani. Yang terdiri dari 932 petani laki-laki dan 418 petani perempuan. 5. Meningkatnya Pengetahuan dan Keterampilan Petani, melalui kegiatan Pelatihan Peningkatan Keterampilan Petani yang dilaksanakan di Kota Palopo dengan jumlah peserta 700 petani. Terdiri dari 562 petani laki-laki dan 138 petani perempuan. 6. Terlaksananya sosialisasi kakao lestari dalam rangka pemulihan produksi dan kualitas kakao sul-sel di Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Luwu, melalui kegiatan pembinaan petani terhadap kakao lestari.

7. Dukungan dana APBN yang sangat menunjang adalah pelaksanaan kegiatan: Rehabilitasi Tanaman Kakao 6.130 Ha, pada kabupaten : Bone, Luwu, Sinjai, Bulukumba, Soppeng, Luwu Utara, Luwu Timur. Produktivitas Kakao yang dicapai dari produksi sebesar 146.163 ton pada periode Desember 2013 rata-rata sebesar 797 kg/ha. Kontitribusi produktivitas yang dicapai perkabupaten sebagai berikut : Tabel 3. Produktifitas Kakao per kabupaten tahun 2013. NO KABUPATEN PRODUKTIVITAS KAKAO TAHUN 2013 ( Kg/Ha ) 1. Luwu Utara 766 2. Luwu 936 3. Bone 615 4. Luwu Timur 741 5. Pinrang 910 6. Soppeng 964 7. Wajo 708 8. Sidrap 1.367 9. Bulukumba 900 10. Enrekang 950 11. Sinjai 260 12. Palopo 942 13. Tana Toraja 346 14. Bantaeng 450 15. Gowa 573 16. Toraja Utara 874 17. Maros 550 18. Barru 929 19. Selayar 390 20. Pangkep 350 21. Jeneponto 123 22. Takalar 615 RATA - RATA 797 *angka sementara posisi November 2013 Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa Kontribusi produktivitas tertinggi berasal dari Kabupaten Sidrap sebesar 1.367 kg/ha, Soppeng 964 kg/ha dan Enrekang sebesar 950 kg/ha. Sedangkan yang terendah berasal dari Kabupaten Jeneponto yaitu hanya 123 Kg/Ha. Produktivitas rata-rata yang dicapai tersebut diakibatkan oleh umur tanaman yang rata-rata sudah melewati umur produktif/tua.

Untuk melihat perkembangan produktivitas kakao selama 5 tahun terakhir (2009 s/d 2013) perkabupaten sebagaimana pada tabel berikut. Tabel 4. Produktivitas Kakao per kabupaten tahun 2013. NO KABUPATEN PRODUKTIVITAS (KG/HA) 2009 2010 2011 2012 2013 1. Luwu Utara 679,08 708,77 764,03 984 766 2. Luwu 935,34 936,22 967,10 1.028 936 3. Bone 734,08 802,89 842,93 620 615 4. Luwu Timur 692,21 692,30 839,17 452 741 5. Pinrang 899,07 866,15 958,19 958 910 6. Soppeng 971,94 973,51 983,66 964 964 7. Wajo 813,41 790,72 873,18 722 708 8. Sidrap 842,44 931,55 940,10 1.356 1.367 9. Bulukumba 858,34 829,22 966,01 974 900 10. Enrekang 733,28 682,42 949,77 950 950 11. Sinjai 930,41 971,63 993,39 258 260 12. Palopo 895,92 882,97 975,18 990 942 13. Tana Toraja 925,99 894,67 897,18 880 346 14. Bantaeng 541,44 465,07 505,81 600 450 15. Gowa 834,50 901,86 933,59 979 573 16. Toraja Utara 869,99 880,92 861,48 870 874 17. Maros 639,48 636,68 634,06 645 550 18. Barru 654,14 669,46 776,10 801 929 19. Selayar 420,51 424,55 412,53 394 390 20. Pangkep 508,42 226,56 261,54 304 350 21. Jeneponto 622,83 173,91 250,00 259 123 22. Takalar 619,44 628,57 615,38 615 615 J u m l a h 784 798 865 827 797 *angka sementara posisi November 2013 Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa produktivitas rata-rata selama 5 tahun, pada tahun 2009 ke 2010 terjadi kenaikan sebesar 1,83%, dan pada tahun 2010 ke 2011 terjadi kenaikan sebesar 7,76%, pada tahun 2011 ke 2012 terjadi penurunan sebesar 4,6% sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 3,62%. Kenaikan yang menonjol pada tahun 2009 ke 2010, terjadi pada kabupaten Pinrang, Sidrap, Bone, Gowa dan Lutra. Kenaikan yang menonjol pada tahun 2010 ke 2011, terjadi pada Kabupaten Luwu Timur, Luwu Utara, Pinrang, Wajo, Bulukumba, Enrekang, Palopo, Bantaeng dan Barru. Dan kenaikan yang menonjol pada tahun 2011 ke 2012, terjadi pada Kabupaten Sidrap, Luwu, Lutra, Sedangkan Kabupaten yang mengalami penurunan produktivitas di tahun 2011 ke

2012 adalah kabupaten Bone, Lutim, Soppeng, Wajo, Sinjai, Tator dan Selayar. Pada tahun 2012 ke 2013 produktivitas kabupaten yang mengalami penurunan adalah Luwu Utara, Luwu, Bone, Pinrang, Wajo, Bulukumba, Palopo, Tana Toraja, Bantaeng, Gowa, Toraja Utara, Maros, Selayar dan Jeneponto, hal ini berakibat dari penurunan produksi pada beberapa kabupaten. B. Sasaran Produksi Komoditas Unggulan Perkebunan mencapai 258.905 Ton Produksi Komoditas Unggulan yang dicapai pada periode Desember 2013 sebesar 233.272 ton. Dengan demikian maka sasaran untuk mencapai produksi Komoditas Unggulan sebesar 258.905 ton, mencapai 90,10%. Kontribusi produksi tersebut per kabupaten dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 5. Produksi Komoditi unggulan perkebunan tahun 2013. PRODUKSI 2013 NO KOMODITI UNGGULAN Ton % 1. Kopi 33.075 14,17 2. Jambu Mete 18.480 7,92 3. Lada 5.083 2,18 4. Cengkeh 17.486 7,49 5. Tebu 33.155 19,14 6. Kapas 1.831 0,78 7. Kelapa Sawit 44.662 19,14 8. Kelapa 79.500 34,08 TOTAL 233.272 100,00 *angka sementara posisi November 2013 Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa kontribusi produksi terbesar adalah komoditi kelapa (34,08%) dan yang terkecil komoditi kapas (0,78%). Untuk melihat perkembangan produksi komoditi unggulan 5 (lima) tahun terakhir (2009-2013) di Sulawesi Selatan sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel 6. Perkembangan Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan 5 (lima) tahun terakhir (2009-2013). NO KOMODITI PRODUKSI (TON) UNGGULAN 2009 2010 2011 2012 2013 1. KOPI 34.655 36.152 29.088 34.190 33.075 2. JAMBU METE 25.014 25.264 20.598 32.190 18.480 3. LADA 6.765 6.802 4.820 8.943 5.083 4. CENGKEH 21.978 22.155 15.832 17.400 17.486 5. TEBU 29.500 30.650 29.186 32.708 33.155 6. KAPAS 1.735 1.820 1.915 3.524 1.831 7. KELAPA SAWIT 28.820 29.135 31.107 31.108 44.662 8. KELAPA 83.397 85.113 80.788 81.643 79.500 JUMLAH 231.861 237.091 213.334 241.706 233.272 *angka sementara posisi November 2013 Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa produksi komoditi unggulan selama 3 tahun mengalami peningkatan secara siknifikan, namun pada tahun ke 4 (tahun 2011) mengalami penurunan sebesar 23.757 ton (10,02%), tahun ke 5 (lima) kembali terjadi kenaikan sebesar 2,84% dan pada tahun ke 6 (enam) mengalami penurunan sebesar 69.897 ton (28,91%). Dari 8 (delapan) jenis komoditi tersebut, pada umumnya mengalami penurunan yang signifikan antara lain Jambu mete 14.246 ton, Kopi 4.506 ton dan Kapas 31.888 ton, Lada 5.036 ton, Kapas 1.693, Kelapa 2.302 ton, Kelapa Sawit 9.263 ton, namun ada beberapa komoditi yang mengalami peningkatan antara lain Tebu 447 ton, Cengkeh 86 ton. Adapun usaha-usaha yang telah dilakukan dalam menunjang peningkatan produksi komoditi unggulan yang merupakan outcome kegiatan tahun 2013 antara lain : a. Melalui Dana APBD dengan kegiatan Pengembangan Bibit dan Pembibitan Komoditi Unggulan Perkebunan. - Penyedian Bibit Cengkeh sebanyak 97.000 pohon yang dialokasikan pada 15 (lima belas) kabupaten. Di Kota Palopo 5.000 pohon (100 KK), Toraja Utara 5.000 pohon (100 KK), Tana Toraja 5.000 pohon (100 KK), Pinrang 10.000 pohon (200 KK), Sidrap 9.000 pohon (180 KK), Wajo 5.000 pohon (100 KK), Soppeng 10.000 pohon (200 KK), Sinjai 3.000 pohon (60 KK), Bulukumba 5.000 pohon (100 KK), Bantaeng

7.500 pohon (150 KK), Jeneponto 10.000 pohon (200 KK), Gowa 10.000 pohon (200 KK), Maros 4.500 pohon (90 KK), Pangkep 3.000 pohon (60 KK), Barru 5.000 pohon (100 KK). - Penyedian Bibit Pala sebanyak 50.000 pohon yang dialokasikan pada 10 (sepuluh) kabupaten yaitu Kabupaten Luwu 4.000 pohon (160 KK), Pinrang 5.000 pohon (200 KK), Wajo 5.000 pohon (200 KK), Soppeng 7.500 pohon (300 KK), Sinjai 5.000 pohon (200 KK) Bulukumba 5.000 pohon (200 KK), Bantaeng 5.000 pohon (200 KK), Selayar 5.000 pohon (200 KK), Gowa 5.000 pohon (200 KK) dan Barru 3.500 pohon (140 KK). - Penyedian Bibit Karet sebanyak 20.000 pohon yang dialokasikan pada 2 (dua) Kabupaten yaitu di Kabupaten Bulukumba 18.975 pohon (948 KK) dan Sinjai 1.025 pohon (51 KK). - Penyedian Bibit Kopi Arabika sebanyak 96.778 pohon yang dialokasikan pada 10 (sepuluh) Kabupaten yaitu di Kabupaten Toraja Utara 15.000 pohon (150 KK), Tana Toraja 15.000 pohon (150 KK), Enrekang 7.500 pohon (75 KK), Pinrang 10.000 pohon (100 KK), Sidrap 10.000 pohon (100 KK), Soppeng 5.000 pohon (50 KK), Bantaeng 9.278 pohon (93 KK), Jeneponto 10.000 pohon (100 KK), Gowa 7.500 pohon (75 KK), Barru 7.500 pohon (75 KK). - Penyedian Bibit Kelapa sawit sebanyak 30.000 pohon yang dialokasikan pada 4 (empat) kabupaten yaitu di Kabupaten Luwu Timur 15.000 pohon (750 KK), Luwu Utara 8.000 pohon (400 KK), Pinrang 2.000 pohon (100 KK) dan Soppeng 5.000 pohon (250 KK). - Penyedian Bibit Kelapa Dalam sebanyak 50.000 pohon yang dialokasikan pada 7 Kabupaten yaitu di Kabupaten Bantaeng 7.700 pohon (308 KK), Selayar 5.200 pohon (208 KK), Jeneponto 7.700 pohon (308 KK), Gowa 10.200 pohon (408 KK), Pangkep 12.700 pohon (508 KK), Takalar 5.000 pohon (200 KK), Barru 1.500 pohon (60 KK). - Penyediadiaan Bibit Jambu Mete sebanyak 30.250 pohon yang dialokasikan pada 3 (tiga) Kabupaten yaitu di Kab. Jeneponto 15.250 pohon (305 KK), Takalar 10.000 pohon (200 KK), Barru 5.000 pohon (100 KK). b. Dukungan dana APBN yang sangat menunjang adalah pelaksanaan konservasi air dan antisipasi anomali iklim mendukung perkebunan (pembangunan embung/parit)

sebanyak 12 paket yang tersebar pada 4 kabupaten yaitu di kabupaten Barru 1 paket, Gowa 3 paket, Tana Toraja 3 Paket dan Toraja Utara 5 paket. c. Dukungan dana APBN lainnya yang sangat mendukung adalah pengembangan jalan pertanian sebanyak 8 KM yang terdiri dari Kabupaten Luwu 2 KM, Takalar 2 KM, Toraja Utara 4 KM. C. Sasaran Luas Areal Perkebunan mencapai 740.000 Ha. Luas areal komoditas Perkebunan yang dicapai pada periode Desember 2013 sebesar 838.644 Ha, yang terdiri dari perkebunan rakyat sebesar 680.111 Ha (81,09%), Perkebunan Besar swasta (PBS) sebesar 142.237 Ha (16,96%) dan PTPN sebesar 16.296 Ha (1,94%). Dengan demikian maka sasaran untuk mencapai Luas Areal Tanaman Perkebunan sebesar 740.000 Ha, mencapai 113,33% Dari total areal tersebut, terjadi penurunan sebesar 0,29% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu dari 841.136 Ha menjadi 838.644 Ha. yang didominasi oleh penurunan areal perkebunan rakyat. Pada areal perkebunan rakyat yang merupakan kontribusi terbesar dari luas areal 10 komoditi Unggulan, berturut-turut sebagai berikut : 1. Komoditi Kakao yakni seluas 250.658 Ha (29,89%), 2. Komoditi Kelapa seluas 93.963 Ha (11,20%), 3. Komoditi Kopi seluas 73.073 Ha (8,71%), 4. Komoditi Jambu Mete seluas 59.636 Ha (7,11%), 5. Komoditi Cengkeh seluas 49.186 Ha (5,86%), 6. Komditi Lada seluas 13.832 Ha (1,65%), 7. Komoditi Kelapa Sawit seluas 27.411 Ha (3,27%), 8. Komoditi Kapas seluas 1.956 Ha (0,23%), 9. Komoditi Panili seluas 2.999 Ha (0,35%), 10. Komoditi Tebu seluas 2.658 Ha (0,31%). Sedangkan 23 komoditas Perkebunan Rakyat lainnya hanya dengan luas areal 93.862 Ha (11,19%). Pada areal Perkebunan Besar Swasta (PBS) yang seluas 142.237 Ha, diusahakan 7 komoditas antara lain : Kelapa 1.613 Ha, Kopi 1.869 Ha, Kakao 7.926 Ha, Jambu Mete

1.404 Ha, Kelapa Sawit 239.594 Ha, Karet 9.858 Ha dan Teh 129 Ha. Sedangkan pada areal Perkebunan Negara (PTPN) yang seluas 11.887 Ha yang hanya diusahakan 1 komoditas tebu. Perkembangan luas areal Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebunan Negara (PTPN), 5 tahun terkhir sebagaimana pada tabel berikut. Tabel 7. Perkembangan luas areal perkebunan rakyat, Perkebunan besar swasta dan Perkebunan Negara 5 (Lima) tahun terakhir (2009-2013) No. LUAS AREAL ( HA ) PERKEBUNAN 2009 2010 2011 2012 2013 1. Perkebunan Rakyat (PR) 2. Perkebunan Besar Swasta (PBS) 3. Perkebunan Negara (PTPN) 670.798 679.804 690.429 681.352 680.111 20.128 20.128 15.208 142.930 142.237 17.380 17.380 17.801 16.854 16.296 708.307 717.312 723.438 841.136 838.644 J u m l a h *angka sementara posisi November 2013 Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa luas areal 5 tahun terakhir memperlihatkan pertumbuhan rata-rata sebesar 3,73%, dimana kenaikan pada tahun 2009 ke 2010 sebasar 1,27%, kenaikan dari tahun 2010 ke 2011 sebesar 0,85% namun pada tahun 2012 ke 2013 terjadi penurunan sebesar 0,29% yang disebabkan adanya penurunan areal baik pada perkebunan rakyat, PBS maupun PTPN. Pada Perkebunan Rakyat memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan luas areal dari tahun 2009 ke 2010 sebesar 1,34%, dan 2010 ke 2011 sebesar 1,56%, pada tahun 2011 ke 2012 terjadi penurunan areal seluas 1,31% (9.077 ha) dan pada tahun 2012 ke 2013 kembali terjadi penurunan sebesar 0,18% (1.241 ha). pada Perkebunan Besar Swasta (PBS) mempelihatkan bahwa luas areal dari dari tahun 2009 ke 2010 tidak terjadi perubahan (0%), dari 2010 ke 2011 terjadi penurunan sebesar 24,44% (4.920 Ha), dari tahun 2011 ke 2012 terjadi kenaikan sebesar 839,83% (127.722 Ha) dan pada tahun 2012 ke 2013 terjadi penurunan sebesar 0,48% (693 ha). Kenaikan yang signifikan pada tahun 2011 ke tahun 2012 disebabkan karena bertambahnya perkebunan besar swasta (PBS) kelapa sawit di Kabupaten Luwu Utara.

Pada Perkebunan Negara (PTPN) memperlihatkan bahwa luas areal dari tahun 2009 ke tahun 2010 tidak terjadi perubahan 0%, dari tahun 2010 ke 2011 terjadi kenaikan sebesar 2,42% dan dari tahun 2011 ke 2012 terjadi penurunan sebesar 5,32% (947 ha) sedangkan pada tahun 2012 ke 2013 terjadi penurunan sebesar 3,31% (558 ha). Adapun usaha-usaha yang dilakukan dalam menunjang potensi luas areal perkebunan yang merupakan outcome kegiatan 2013 antara lain : 1. Bertambahnya luas areal Kakao sambung pucuk 852 Ha melalui kegiatan Penyediaan bibit Kakao Sambung pucuk sebanyak 852.000 pohon, yang dialokasikan pada 20 kabupaten/kota yaitu : Luwu Utara 45 ha, Luwu Timur 90 ha, Luwu 45 ha, Toraja Utara 50 ha, Toraja 50 ha, Enrekang 25 ha, Sidrap 60 ha, Pinrang 75 ha, Barru 25 ha, Pangkep 5 ha, Maros 5 ha, Gowa 30 Ha, Bantaeng 40 ha, Jeneponto 30 ha, Bulukumba 70 ha, Bone 25 ha, Soppeng 100 ha, Wajo 40 ha, Selayar 5 ha. 2. Penyedian bibit antara lain : cengkeh sebanyak 97.000 pohon (350 Ha) yang dialokasikan di Kab. Enrekang, Tator, Toraja Utara, Sinjai, Bantaeng, Bulukumba, Wajo dan luwu. cengkeh 350 Ha (Palopo 18 Ha, Toraja 18 Ha, Toraja Utara 18 Ha, Pinrang 36 Ha, Sidrap 36 Ha, Wajo 18 Ha, Soppeng 36 Ha, Sinjai 18 Ha, Bulukumba 18 Ha, Bantaeng 27 Ha, Jeneponto 36 Ha, Gowa 36 Ha, Maros 16 Ha, Barru 18 Ha), karet 42 Ha (Bulukumba 42 Ha), pala 400 Ha (Luwu 32 Ha, Pinrang 40 Ha, Wajo 40 Ha, Soppeng 60 Ha, Sinjai 40 Ha, Bulukumba 40 Ha, Bantaeng 40 Ha, Selayar 40 Ha, Gowa 40 Ha, Barru 28 Ha), kopi arabika 61 Ha (Toraja Utara 9 Ha, Toraja 9 Ha, Enrekang 5 Ha, Pinrang 6 Ha, Sidrap 6 Ha, Soppeng 4 Ha, Bantaeng 6 Ha, Jeneponto 6 Ha, Gowa 5 Ha, Barru 5 Ha), kelapa sawit 2 Ha (Luwu Timur 1 Ha, Luwu Utara 0,33 Ha, Wajo 0,33 Ha, Soppeng 0,33 Ha), kelapa dalam 407 Ha (Bantaeng 61 Ha, Selayar 81 Ha, Jeneponto 61 Ha, Takalar 41 Ha, Gowa 41 Ha, Pangkep 81 Ha, Pare-pare 41 Ha), jambu mete 109 Ha (Jeneponto 37 Ha, Takalar 36 Ha, Maros 18 Ha, Barru 18 Ha).

3. Perluasan areal tanaman melalui dana APBN khususnya Dirjen Perkebunan dan Dirjen PSP antara lain : Pembangunan sumber bahan tanaman 2 ha, bongkar ratoon/rawat ratoon Bone 350 Ha, 250 Ha, Takalar 300 Ha, penanaman kapas di kabupaten Bone 940 Ha, Bantaeng 450 Ha, Bulukumba 1.000 Ha, Soppeng 440 Ha, Wajo 300 Ha, perluasan tanaman jambu mete 200 ha, Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian, pengembangan optimasi lahan Pada kabupaten Tana toraja 260 Ha, Toraja Utara 220 Ha, Jeneponto 40 Ha, Pangkep 40 Ha. Perluasan areal di kab. Maros Kakao 50 Ha, Bantaeng Kopi 50 Ha, Enrekang Kopi 50 Ha, Gowa Kakao 100 Ha, Luwu Pala 50 Ha, Tator Kopi 50 Ha, Toraja Utara kopi 50 Ha dan Takalar Tebu 100 Ha. D. Sasaran Penyerapan Tenaga Kerja mencapai 1.049.800 KK Penyerapan tenaga kerja yang dicapai pada periode Desember 2013 sebanyak 953.446 KK. Dengan demikian maka sasaran Penyerapan Tenaga Kerja sebesar 1.049.800 KK, mencapai 90,82%. Terjadi penurunan sebesar 30.134 KK (3,06%) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu dari 983.580 menjadi 953.446 KK, yang disebabkan oleh beberapa komoditi mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja antara lain: Petani Kelapa Dalam, Kelapa Hibrida Kakao, Jambu Mete, Kapas, Nilam, Jarak, Kemiri, Kapuk, Panili, Sagu, Pinang, kayu manis, Jahe, Kunyit, Sereh Wangi, Kencur, Temulawak, Lempunyang. Sedangkan penyerapan tenaga kerja yang terjadi kenaikan adalah penyerapan tenaga kerja pada komoditi Lada yaitu sebesar 384 KK, dimana pada periode desember 2013 sebanyak 11.564 KK dan pada periode yang sama tahun lalu hanya sebanyak 8.579 KK. Demikian pula untuk penyerapan tenaga kerja pada komoditi unggulan lainnya. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja lima tahun terakhir (2009-2013) sebagaimana pada tabel berikut. Tabel 8. Perkembangan penyerapan tenaga kerja 5 (lima) tahun terakhir (2009-2013).

NO U R A I A N 2009 2010 T A H U N 2011 2012 2013 1. Penyerapan Tenaga Kerja ( KK ) Pada tabel di atas memperlihatkan bahwa Penyerapan Tenaga Kerja dalam empat tahun terakhir mengalami pertumbuhan rata rata sebesar 0,86%, dimana pada tahun 2009 ke 2010 mengalami kenaikan sebesar 0,66%, tahun 2010 ke 2011 mengalami kenaikan sebesar 0,85% dan pada tahun 2011 ke 2012 mengalami penurunan sebesar 3,47%. Namun pada tahun kelima terjadi penurunan sebesar 30.134 KK (3,06%), yang didominasi oleh penurunan tenaga kerja yang bukan komoditi unggulan. Adapun usaha-usaha yang dilakukan dalam menunjang potensi penyerapan tenaga kerja yang merupakan output kegiatan 2013 adalah: a. Pengadaan Bibit kakao sambung Pucuk sebanyak 852.000 pohon pada kegiatan Pembinaan Petani Terhadap Kakao Lestari. b. Pengembangan Pembibitan komoditi unggulan Perkebunan (Cengkeh, Karet, Pala, Kopi Arabika, Kelapa sawit, Kelapa dan Jambu Mete). c. Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian, pengembangan optimasi lahan Pada kabupaten Tana toraja 260 Ha, Toraja Utara 220 Ha, Jeneponto 40 Ha, Pangkep 40 Ha melalui dana APBN (dirjen PSP). d. Perluasan areal komoditi Jambu Mete di Kabupaten Pangkep melalui dana APBN (dirjen Perkebunan). e. Penanaman kapas di kabupaten Bone 940 Ha, Bantaeng 450 Ha, Bulukumba 1.000 Ha, Soppeng 440 Ha, Wajo 300 Ha. 1.003.745 1.010.367 1.018.993 983.580 953.446 E. Sasaran Pendapatan Petani Berbasis Kakao sebesar Rp. 50.000.000/Ha Pendapatan petani berbasis Kakao yang dicapai pada periode Desember 2013 sebesar Rp.10.670.044/Ha. Dengan demikian maka sasaran Pendapatan Petani Berbasis Kakao sebesar Rp. 50.000.000/Ha, hanya mencapai 21,34%. Terjadi penurunan sebesar Rp. 3.404.651/Ha (24,19%) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu dari Rp. 14.074.695/Ha menjadi Rp 10.670.044/Ha.

Perkembangan Pendapatan Petani enam tahun terakhir (2009-2013) sebagaimana pada tabel berikut. Tabel 9. Perkembangan pendapatan petani berbasis kakao 5 (lima) tahun terakhir (2009-2013). NO U R A I A N T A H U N 2009 2010 2011 2012 2013 1. Pendapatan Petani Berbasis 13.672.449 15.609.563 21.668.840 14.074.695 10.670.044 Kakao (Rp/ Ha) *angka sementara posisi November 2013 Pada tabel di atas memperlihatkan pendapatan petani berbasis kakao dalam tiga tahun pertama mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 26,50%, namun pada dua tahun terakhir dimana pada tahun 2009 ke 2010, kenaikan sebesar 14,17%, tahun 2010 ke 2011 kenaikan sebesar 38,82%, tahun 2011 ke 2012 penurunan sebesar 35,05% dan tahun 2012 ke 2013 terjadi penurunan sebesar 24,19%. Kenaikan pendapatan yang siknifikan pada tahun 2009 dipengaruhi oleh peningkatan produksi dan kenaikan harga rata-rata kakao petani dari Rp. 16.181/kg menjadi Rp. 23.979/kg. Demikian pula pada tahun 2009 ke 2010, kenaikan harga dari Rp.23.979/kg menjadi Rp.26.500/kg. Selanjutnya pada tahun 2010 ke 2011, kenaikan pendapatan dipengaruhi oleh peningkatan produksi kakao walaupun harga rata-rata kakao tidak mengalami peningkatan harga. Pada tahun 2011 ke 2012, terjadi penurunan pendapatan sebesar Rp.7.592.165/Ha (35,04%), selanjutnya pada tahun 2012 ke 2013 terjadi penurunan pendapatan sebesar 3.404.651/Ha (24,19%) yang diakibatkan oleh penurunan produksi dan harga yang turut menurun. Adapun usaha-usaha yang dilakukan dalam menunjang peningkatan pendapatan petani berbasis Kakao yang merupakan outcome kegiatan tahun 2013 antara lain : a. Bertambahnya pengetahuan dan pemahaman petani tentang SNI dan jaminan mutu pada komoditi kakao dan kopi di Kabupaten Soppeng dengan jumlah petani 75 orang dan Kabupaten Enrekang 75 orang petani melalui kegiatan pembinaan peningkatan mutu dan pengembangan pengolahan hasil perkebunan mengalami penurunan rata-rata 29,62%.