PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN. Oleh: Wagiran, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN TEORITIK DAN EMPIRIK PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN. Pertemuan 1 Ana, S.Pd. M.Pd, dkk

PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA Oleh Prof. Dr. Ir. H. Bachtiar Hasan, MSIE. Jalur-jalur Diklat Kejuruan yang Permeabel dan Fleksibel

Efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti ia akan bekerja

8/5/2011. Paradigma Pendidikan. Paradigma pendidikan mekanikreduksionisme,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan.

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan

Indonesia KURIKULUM SMK. Sekolah Menengah Kejuruan. Dadang Hidayat M LOGO

Personal Philosophy Pages

BAB I PENDAHULUAN. semangat reformasi pendidikan, diawali dengan munculnya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. mendukung masa depan. Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik guna memasuki dunia kerja, serta mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Syahriandi Akbari Siregar, 2015

MAKALAH STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA. Oleh: Sriyono

KURIKULUM SMK EDISI 2004

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Oleh : MEGA ANDRIATI A

PERANAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI INSTITUSI PASANGAN PADA PENDIDIKAN SISTEM GANDA. Oleh: Yooke Tjuparmah S. Komaruddin BANDUNG, 2005

Review Artikel : JVTE Volume 15, Number 1, Fall Judul :

BAB I PENDAHULUAN. produksi dari laboring menjadi manufacturing dalam arti tenaga kerja manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya

PENYEBAB SMK MENJADI SECOND CHOICE DAN LANGKAH- LANGKAH MENINGKATKAN DAYA SAING SEKOLAH KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilham Fahmi, 2014

PENDIDIKAN KEJURUAN Oleh: RASTO

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

PENDIDIKAN TECHNOPRENEURSHIP BERBASIS PADA KOMPETENSI GLOBAL DAN KEARIFAN LOKAL Sub Tema I: Pendidikan Technopreuneurship. Oleh : Bambang Sugestiyadi

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki kerjasama ekonomi negara-negara Asia Tenggara melalui kawasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN VOKASI UJUNG TOMBAK UPAYA MEMAJUKAN EKONOMI BANGSA Kelompok 1: Putu Sudira, Hartoyo, Arif Hermawan, Agustinus HB, Istanto WJ

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KESIAPAN SDM HORTIKULTURA MENYAMBUT ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN ROEDHY POERWANTO DEWAN PEMBINA PERHORTI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

Kontribusi kadin dalam menyiapkan tenaga kerja kompeten

KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER (UNBK) SMK

PEMBAHARUAN PENYELENGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN UNTUK PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Terdapat hubungan yang erat signifikan antara kinerja guru dengan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keberhasilan pembangunan Indonesia di segala bidang sangat

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

Tugas Perorangan 2: Putu Sudira NIM:

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pendidikan merupakan salah satu sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

Kurikulum Berbasis TIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

BAB 1 PENDAHULUAN. menggambarkan adanya peluang kerja tenaga terampil di bidang jasa

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24).

)= sayalari ocurrere= menjadilari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan pendidikan kejuruan adalah untuk menyiapkan tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu pembekalan dan kualitas bagi setiap individu

Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah A. Rahmat Dimyati, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional.

DAFTAR ISI...i. LANDASAN Landasan Filosofis Landasan Ekonomis Landasan Yuridis Tujuan...6

PENTINGNYA PERAN SERTA ORANG TUA DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA IMPLEMENTASI KTSP DALAM PEMBELAJARAN

PENGEMBANGAN KOTA VOKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit

PELUANG DAN TANTANGAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DALAM ERA OTONOMI DAERAH DAN PENERAPAN MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU BERBASIS SEKOLAH

RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SMK DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA. Ricky Gunawan Jurusan Teknik Mesin FPTK UPI

dan kedalaman tersebut dimaksudkan sebagai bekal memasuki dunia kerja.

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari kompetensi guru sebagai pendidik. Sesuai dengan Undang-undang

KURIKULUM PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN DALAM ERA UU GURU DAN DOSEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses belajar mengajar yang dilakukan dengan

PENDIDIKAN VOKASI SEBAGAI PONDASI BANGSA MENGHADAPI GLOBALISASI. Oleh: Kuntang Winangun, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan fisik dalam kehidupan sosial; 3. Standar minimal pengetahuan dan keterampilan khusus dasar;

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Visi Pendidikan Menengah Kejuruan sebagai lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN Oleh: Wagiran, wagiran@uny.ac.id Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

DAMPAK PERENCANAAN LEMBAGA YANG TIDAK MELAKUKAN PERENCANAAN SAMA DENGAN MERENCANAKAN KEGAGALAN Rue & Byars (2000 : 140) planning has a positive impact on the quality of work produced.

SOCIAL DEMAND PENDEKATAN PERENCANAAN PENDIDIKAN MANPOWER PLANING HUMAN INVESTMENT

PARADIGMA PEMBANGUNAN DI KOREA T HC E Gambar 1. Paradigma Pembangunan SDM di Korea T : Level of science & technology E : State of work ethic HC : Human Capital Human Capital = F (T.E)

Ahli PENDIDIKAN Teknisi Teknisi MASYARAKAT Teknisi DUNIA KERJA Juru Teknik Juru Teknik Pembantu Tenaga Kasar

FUNGSI PENDIDIKAN 1. Public service 2. Produsen tenaga kerja 3. Human invesment, -- leading sector

PENDIDIKAN YG TERKAIT DENGAN PEKERJAAN Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pendidikan vokasi : merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara program sarjana. Pendidikan Profesional: merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Ketiga jenis pendidikan tersebut tujuannya sama yaitu mempersiapkan peserta didik untuk bekerja pada bidang tertentu.

Peningkatan Mutu Tenaga Kerja Jalur Pendidikan: jalur yang paling efektif untuk meningkatkan mutu tenaga kerja, khusunya yang berkaitan dengan pembentukan dan pengembangan kepribadian, bakat, sikap mental, pengetahuan dan kecerdasan termasuk kreatifitas dan daya analisis Jalur latihan kerja: latihan kerja menekankan pada ketrampilan yang sering disebut profesionalisme. Lebih bersifat fleksibel dibanding pendidikan formal Jalur pengalaman kerja: terkait dengan kebutuhan spesifik perusahaan atau dunia kerja

VOCATIONAL EDUCATION The term vocational education, technical education, occupational education are used interchangeably. These terms may have different connotations for some readers. However, all three erms refer to education for work Vocational education might be defined as specialized education that prepares the leaner for entrance into a particular occupation or family occupation or to upgrade employed workers (Wenrich and Galloway, 1988: 11)

A large university with its many professional school-medicine, dentistry, law, engineering, sosial work, public health, and education-could appropriately be call a vocational school. Series terms, then, is used to denote specialized education aimed at preparation for employment - vocational education, technical education, and professional education. ( Wenrich and Galloway 1988 )

ARTI DAN TUJUAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN Pendidikan kejuruan, pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu, Pendidikan Kejuruan, pendidikakn pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melakukan pekerjaan tertentu. Pendidikan kejuruan, diarahkan untuk mempelajari bidang khusus, agar para lulusan memiliki keahlian tertentu seperti: bisnis, fabrikasi, pertanian, listrik, perhotelan, otomotif, telekomunikasi, bangunan (Snedden, 1917:8) Pendidikan kejuruan, diselenggarakan bagi para siswa yang merencanakan pengembangan kariernya pada bidang keahlian tertentu untuk dapat bekerja secara produktif. (Wenrich and Wenrich,1974:3)

Adalah bagian dari system pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang bidang pekerjaan lain (Rupert Evans, 1978) Adalah program pendidikan yang secara langsung dikaitkan dengan penyiapan seseorang untuk suatu pekerjaan tertentu atau untuk mempersiapkan tambahan karir seseorang (United States Congress, 1976) PP No 29 Tahun 1990: Pendidikan Menengah Kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk pelaksanakan jenis pekerjaan tertentu.

PENDIDIKAN KEJURUAN ADALAH PENDIDIKAN YANG MEMPERSIAPKAN PESERTA DIDIKNYA UNTUK MEMASUKI DUNIA KERJA SELALU LEKAT DENGAN DUNIA KERJA

FUNGSI PENDIDIKAN KEJURUAN Sosialisasi (ekonomi, solidaritas, religi, seni, jasa dsb) Kontrol sosial (sesuai nilai/norma: kerjasama, keteraturan, kebersihan, disiplin, kejujuran,.. Seleksi dan alokasi (menempatkan lulusan sesuai pasar kerja Demand Driven Asimilasi dan konservasi budaya Promosi perubahan dan perbaikan

PEND. KEJURUAN BERFUNGSI SEBAGAI AKULTURASI (PENYESUAIAN DIRI) DAN ENKULTURASI (PEMBAWA PERUBAHAN) ADAPTIF DAN ANTISIPATIF

TUJUAN PENDIDIKAN KEJURUAN Pend. Kejuruan bertujuan: Memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga kerja, Meningkatkan pilihan pendidikan bagi setiap individu Mendorong motivasi untuk belajar terus (Rupert Evans, 1978) Pendidikan Menengah Kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap professional (PP No. 29 Tahun 1990)

Tujuan pendidikan Kejuruan: Mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih dan atau meluaskan pendidikan dasar, Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam hubungan timbal balik dgn lingkungan sosial, budaya dan sekitar, Meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan pengembangan ilmu teknologi dan kesenian, Menyiapkan siswa memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap professional (Kep. Mendikbud No. 0490/U/1990).

MANFAAT PENDIDIKAN KEJURUAN BAGI SISWA: Peningkatan kualitas diri Peningkatan Penghasilan Penyiapan bekal lebih lanjut Penyiapan agar lebih berguna di masyarakat Penyesuaian terhadap lingkungan BAGI INDUSTRI Memperoleh tenaga kerja berkualitas tinggi Meringankan biaya usaha Membantu memajukan usaha BAGI MASYARAKAT Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Meningkatkan produktivitas Nasional Mengurangi pengangguran

KARAKTERISTIK PENDIDIKAN KEJURUAN Diarahkan untuk mempersiapkan peserta didiknya memasuki lapangan kerja demand driven Fokus pada penguasaan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja Penilaian yang sesungguhnya harus lewat hands-on atau performa dalam dunia kerja Hubungan erat dengan dunia kerja merupakan kunci sukses penye;lenggaraan pendidikan

Pend. Kejuruan yang baik adalah yang responsive dan antisipatif kemajuan teknologi Penekanan pada learning by doing dan handson experience Memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktek Memerlukan biaya investasi dan ioperasional yang lebih besar daripada pendidikan umum

PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN KEJURUAN (Teori Prosser) 1. Sekolah kejuruan akan efektif jika siswa diajar dengan materi, alat, mesin dan tugas-tugas yg sama atau tiruan dimana siswa akan bekerja (praktikum lapangan) 2. Sekolah kejuruan akan efektif hanya jika siswanya diperke nalkan dng situasi nyata: untuk berfikir, berperasaan, berperilaku seperti halnya pekerja, di industri, dimana siswa akan bekerja setelah lulus (pengalaman nyata) 3. Sekolah kejuruan akan efektif jika siswa dilatih langsung untuk berfikir dan berlatih secara teratur (keteraturan budaya kerja) 4. Untuk setiap jenis pekerjaan, individu harus memiliki kemampuan minimum agar mereka bisa mempertahankan diri untuk bekerja dalam posisi tersebut (kemampuan dasar)

5. Pendidikan kejuruan akan efektif jika membantu individu untuk mencapai cita-cita, kemampuan, dan keinginannya pada tingkat yang lebih tinggi (relevansi). 6. Pendidikan kejuruan untuk suatu jenis keahlian, posisi, dan keterampilan akan efektif hanya diberikan kepada siswa yang merasa memerlukan, menginginkan dan mendapat kan keuntungan dari padanya (tujuan, motivasi, harapan). 7. Pendidikan kejuruan akan efektif apabila pengalaman latihan yang dilakukan akan membentuk kebiasaan bekerja dan berfikir secara teratur, dan betul-betul diperlukan untuk meningkatkan prestasi kerja (etos kerja) 8. Pendidikan kejuruan akan efektif jika diajar oleh guru dan instruktur yg telah memiliki pengalaman dan berhasil di dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam pelaksanaan pekerjaan. (guru berpengalaman nyata)

9. Pendidikan kejuruan harus memahami posisinya dalam masyarakat, dan situasi pasar, melatih siswa untuk dapat memenuhi tuntutan pasar tenaga kerja dan dengan menciptakan kondisi kerja yang lebih baik.(pemahaman lingkungan, trend perubahan masarakat, iptek) 10. Menumbuhkan kebiasaan kerja yang efektif kepada siswa hanya akan terjadi apabila training yang diberikan berupa pekerjaan nyata, dan bukan merupakan latihan semata. 11. Materi training yang khusus pada jenis pekerjaan tertentu hendaknya merupakan pengalaman tuntas pada pekerjaan tersebut. (pengembangan materi, job analisis) 12. Untuk setiap jenis pekerjaan mempunyai ciri khusus, sehingga memerlukan materi diklat khusus pula.

13. Pendidikan kejuruan akan menghasilkan pelayanan yang efisien apabila penyelenggaraan training diberikan kepada sekelompok siswa yang memerlukan (motivasi) dan memperoleh keberhasilan dari program tersebut. 14. Pendidikan kejuruan akan efisien dan efektif apabila metode pembelajaran memperhatikan karakteristik siswa. 15. Administrasi pendidikan kejuruan akan efisien apabila dilaksanakan dengan fleksibel, dinamis, dan terstandar. 16. Walaupun setiap usaha perlu dilaksanakan sehemat mungkin, pembiayaan pendidikan yang kurang dari batas minumum tidak bisa dilaksanakan secara efektif. Dan jika pemberlajaran tidak bisa menjangkau dengan biaya minimum, sebaiknya pendidikan kejuruan tidak dilaksanakan (Prosser dan Allen, 1925).

ASUMSI PENDIDIKAN KEJURUAN PK dapat mengembangkan tenaga kerja yang marketable dgn mengembangkan kemampuannya untuk melakukan ketrampilan yang memberikan manfaat sebagai alat produksi PK adalah suatu cara untuk menguasai ketrampilan dasar yang essensial untuk dapat berkomopetisi di pasar kerja Tidak ada dualisme antara pendidika kejuruan dan pendidikan umum PK adalah pendidikan ekonomi sebab diturunkan dari kebutuhan pasar

PK adalah pendidikan untuk melayani tujuan system ekonomi PK di SMK disiapkan untuk mempersiapkan tenaga kerja pemula PK seharusnya diarahkan terhadap kebutuhan tenaga kerja di masyarakat dan lingkungannya PK seharusnya dievaluasi berdasarkan efisiensi ekonomi.

LANDASAN PENDIDIKAN KEJURUAN LANDASAN HUKUM UU No. 20 Tahun 2003 tentang SPN PP N0. 29 Tahun 1990 Propenas LANDASAN FILOSOFI (Eksistensialisme dan Esensialisme) LANDASAN KEILMUAN (Ekonomi, psikologi, sosiologi) LANDASAN EKONOMI (efisiensi dan investasi) LANDASAN PSIKOLOGI ( bagaimana cara mengajarkan apa ) LANDASAN SOSIOLOGI (Keharmonisan antar komponen masyarakat) LINK AND MATCH (Berdasar ketiga landasan keilmuan di atas)

MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN VOKASI Model Sekolah/Kampus Model Sistem Ganda Model Magang School Based Enterprise atau Model Unit Produksi Model lain (apprenticeship program, cooperative education, internship program, clinical experience, work experience.

Prinsip 1 Akrab dengan industri Yag mendirikan adalah industri... Biaya... Daya saing bangsa...sesuai konteks daerah???? Pembelajaran berdiferensi... Kemampuan dasar... Karakteristik siswa...

KONSEP: Suply Driven School-based Program Tidak ada Recognition Prior Learning Dead End Guru tidak Berpengalaman di Industri Pendidikan merupakan Tanggungjawab Depdiknas Masih Berorientasi Penyiapan Sector Formal Pembiayaan Bergantung pada Pemerintah Pusat

PROGRAM Berfokus pada mata pelajaran bukan pada kompetensi Kurang memberi dasar yang kuat dan bekal fleksibilitas Muatan program tidak mencakup kemampuan menghadapi masa depan (termasuk kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, menggunakan informasi) Jumlah jam pelajaran tdk membiasakan siswa bekerja di industri

Knowledge Skills Attitude

OPERASIONAL Praktek dasar tidak diajarkan secara mendasar Siswa dibiarkan bekerja dengan cara yang salah Membiarkan siswa bekerja asal jadi Tidak mengikuti prinsip belajar tuntas (mastery learning) Siswa bekerja tanpa bimbingan dan pengawasan guru Siswa bekerja mengabaikan prinsip keselamatan kerja Siswa praktek dengan cara yang tidak bertanggungjawab Siswa bekerja praktek tanpa disertai lembar kerja Guru hanya ada saat mengajar Guru mengajar dengan menulis di papan tulis (ditulis siswa) SMK kurang memiliki 2wawasan ekonomi Kurang peduli dalam pembentukan etos kerja

TANTANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN Kesenjangan yurisdiksi (kurangnya integrasi antara kebijakan domestic dengan tuntutan internasional) Pengembangan konsep dan instrument yang diperlukan untuk mengatasi masalah tindakan kolektif (internalisasi eksternalitas) Kesenjangan partisipasi dalam pendidikan secara domestic dan internasional Tuntutan desentralisasi dan otonomi daerah membutuhkan penyesuaian secara mendasar tentang struktur, kultur dan figure.

PERKEMBANGAN INTERNASIONAL(PENDIDIKAN KEJURUAAN) STANDAR ASEAN (Rintisannya telah dimulai namun kita lamban) STANDATR APEC (Inisiasi berasal dari Negara maju) STANDAR WTO (Rintisan dari Negara maju GERAKAN UNESCO (PENDIDIKAN UNTUK ABAD 21) LEARNINGT TO KNOW LEARNING TO DO LEARNING TO LIVE TOGETHER LEARNING TO BE LEARNING THROUGHOUT LIFE STANDAR MASYARAKAT EROPA INDIVIDUAL COUNTRY MOVEMENT GERMANY (DUAL SYSTEM) AUSTRALIA (COMPETENCY AND WORK-BASED) USA (TECH-PREP & COMPETENCY BASED)

MASA LALU Sistem Suply driven atas kebutuhan sosial di masyarakat Sistem berbasis sekolah dengan pemberian ijasah bagi yang lulus Sistem berbasis sekolah melalui alur yang kaku MASA DEPAN Demand driven yang dipicu pasar kerja Sistem pendidikan dan pelatihan yang memberi kompetensi sesuai standar nasional yang Sistem pendidikan dan pelatihan yang lentur dengan prinsip multy entry multi exit

MASA LALU Tidak mengakui kemampuan yang diperoleh sebelumnya Sistem berbasis sekolah dengan orientasi program studi Pendidikan dan pelatihan berfokus pada sektor formal MASA DEPAN Sistem yang secara tegas mengakui kompetensi dimanapun dan bagaimanapun caranya diperoleh Sistem pendidikan pelatihan yang mengacu pada profesi dan ketram[pilan kejuruan Pendidikan dan pelatihan untuk sector formal dan in formal

MASA LALU Pemisahan antara pendidikan dan pelatihan Sistem pengelolaan yang terpusat Lembaga/organisasi yang sepenuhnya dibiayai dan dioperasikan oleh pemerintah MASA DEPAN Mengintegrasikan secara terpadui antara pendidikan dan pelatihan yang bersifat kognitif dan berdasarkan ilmu pengetahuan Sistem pengelolaan terdesentralisasi Lembaga/organisasi yang mampu melakukan swakelola dan swadana dengan subsidi pemerintah pusat

BEBERAPA KEBIJAKAN TERKAIT PENDIDIKAN KEJURUAN Pendidikan Sistem Ganda (Dual System Education) Multi Entry-Multi Exit Link and Mach (Keterkaitan dan Kesepadanan) Broad-based Education (Pendidikan Berbasis Luas) Kurikulum Berbasis Kompetensi (Competency-based Education) Sertifikasi Kompetensi Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) Peran serta Masyarakat (Komite Sekolah) dalam Pendidikan Optimalisasi Unit Produksi, Business Centre, Teaching Factory Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Permendiknas No 22, 23, 24 Tahun 2006 Kurikulum 2013 Sertifikasi Guru, Pendidikan Profesi Guru Standar Minimal Pendidkan (Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Standar Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Uji Kinerja Guru (UKG)