BAB IV ANALISIS FUNGSI KARAKTERISTIK KONFIGURASI SISTEM GARVER EKSISTING 5 BUS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB V APLIKASI PEMBENTUKAN KOALISI DAN ALOKASI BIAYA INVESTASI DAN OPERASI UNTUK PENINGKATAN KEANDALAN TITIK BEBAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( X Print) B 1

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan tenaga listrik dari tahun ke tahun terus meningkat. Saat ini,

Studi Keandalan Sistem Kelistrikan Hingga Level Beban Tegangan Menengah di PT.Pupuk Kalimantan Timur Nama : Prita Lukitasari NRP :

III. METODE PENELITIAN. Waktu pengerjaan tugas akhir ini dimulai pada bulan Januari 2015, tempat

Studi Keandalan Ketersediaan Daya Pembangkit Listrik pada Jaringan Daerah X

BAB II TEORI DASAR 2.1 Keandalan dan Gangguan Sistem Tenaga Listrik

Bab VI Analisis dan Studi Kasus

1. BAB I PENDAHULUAN

LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya)

ALOKASI BIAYA INVESTASI DAN OPERASI UNTUK PENINGKATAN KEANDALAN TITIK BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN TEORI PERMAINAN KOOPERATIF

LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya)

ANALISIS KEANDALAN KOMPOSIT PEMBANGKIT DAN TRANSMISI (KONTINGENSI N-2) SISTEM TENAGA LISTRIK

Analisis Keandalan Pembangkit Dengan Metoda Waktu dan Frekuensi di PT Djarum Kudus Krapyak C. Disusun Oleh : Nama : Yudha Haris NIM : L2F

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah kehidupan. Energi listrik merupakan energi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari sistem tenaga listrik adalah operasi sistem

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali di Indonesia. Menipisnya bahan bakar fosil sebagai sumber energi, sistem

BAB I PENDAHULUAN. bagi manusia untuk menjalankan aktivitasnya. Kebutuhan akan tenaga listrik

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penambahan unit pembangkit. (Zein dkk, 2008), (Subekti dkk, 2008) meneliti

Optimalisasi Penjadwalan Pembangkit Listrik di Sistem Sorong

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KEANDALAN KETERSEDIAAN DAYA PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PT PLN SISTEM SULSELBAR TAHUN

ANALISIS KEANDALAN SISTEM 150 KV DI WILAYAH JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan penyediaan energi listrik sebagai sarana penunjang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB I PENDAHULUAN. energi yang memproduksi minyak bumi dan produksi sampingan berupa gas alam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan penghematan disegala bidang. Selaras dengan laju

1 BAB I PENDAHULUAN. waktu. Semakin hari kebutuhan listrik akan semakin bertambah. Sistem tenaga listrik

Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali

OPTIMASI PENYALURAN DAYA PLTM SALIDO KE JARINGAN DISTRIBUSI PLN

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat, baik pada sektor rumah tangga, penerangan,

Kata kunci Kabel Laut; Aliran Daya; Susut Energi; Tingkat Keamanan Suplai. ISBN: Universitas Udayana

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia saat ini, dimana hampir semua aktivitas manusia berhubungan

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. untuk menunjang kehidupan manusia sekarang ini. Di era globalisasi sekarang ini

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan juga dapat berpengaruh pada peningkatan pertumbuhan

Dielektrika, ISSN Vol. 3, No. 2 : , Agustus 2016

PERBAIKAN KEANDALAN SISTEM MELALUI PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION

Studi Dampak Pemeliharaan Sistem Pembangkit Terhadap Keandalan Sistem Tenaga Listrik di PT. Petrokimia Gresik

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB III METODE PENELITIAN

KEANDALAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

Keandalan dan kualitas listrik

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -

BAB IV HASIL DAN ANALISA. IEEE 30 bus yang telah dimodifikasi. Sistem IEEE 30 bus ini terdiri 30 bus,

BAB I PENDAHULUAN. reasonable, karena kekurangan pasokan daya tentu paling tepat diatasi

PENGATURAN SLACK BUS DALAM MENGOPTIMALKAN ALIRAN DAYA PADA KASUS IEEE 30 BUS MENGGUNAKAN METODE NEWTON-RAPHSON PADA APLIKASI MATLAB 7.

BAB I PENDAHULUAN. adanya daya listrik, hampir semua peralatan kebutuhan sehari-hari membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. serta dalam pengembangan berbagai sektor ekonomi. Dalam kenyataan ekonomi

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung dimulai pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan

BAB IV ANALISIS DATA. 4.1 Single Line Sistem Jaringan Transmisi 150 kv GI Industri GI

BAB 4 STUDI EKONOMI 4. 1 Perkiraan Total Investasi

BAB I PENDAHULUAN. Semakin bertambahnya permintaan konsumen terhadap energi listrik dari

Penempatan Dan Penentuan Kapasitas Optimal Distributed Generator (DG) Menggunakan Artificial Bee Colony (ABC)

BAB III METODE PENELITIAN

PERENCANAAN SISTEM TENAGA LISTRIK. Oleh : Bambang Trisno, MSIE

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ketersediaan yang semakin menipis dan semakin mahal, membuat biaya

BAB I PENDAHULUAN. batasan, asumsi, dan sistematika penulisan laporan.

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

Analisis Keandalan Sistem Jaringan Distribusi PT. PLN (Persero) Banda Aceh Menggunakan Metode Section Technique

SIMULASI DAN ANALISIS ALIRAN DAYA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK ELECTRICAL TRANSIENT ANALYSER PROGRAM (ETAP) VERSI 4.

EVALUASI EXPECTED ENERGY NOT SUPPLIED (EENS) TERHADAP KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 20 kv KOTA PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibangkitkan oleh pembangkit harus dinaikkan dengan trafo step up. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya

STUDI PENGATURAN TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERHUBUNG DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG TR 5 GI TARUTUNG)

ANALISIS HUBUNG SINGKAT 3 FASA PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN ADANYA PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION (DG)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber energi yang beraneka ragam. Sumber

BAB I PENDAHULUAN. pendukung di dalamnya masih tetap diperlukan suplai listrik sendiri-sendiri.

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kontingensi Sistem Tenaga Listrik dengan Metode Bounding

BAB III METODE PENELITIAN

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa sub sistem, yaitu pembangkitan,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN UNIT PLTA IV & V TERHADAP POLA OPERASI WADUK KARANGKATES KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengalami over load, sehingga perlu membangun suatu saluran transmisi

PENGANTAR OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK.

ANALISA PENEMPATAN KAPASITOR BANK UNTUK PERHITUNGAN DROP VOLTAGE PADA FEEDER BATANG 02 TAHUN DENGAN SOFTWARE ETAP 7.0.0

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS FUNGSI KARAKTERISTIK KONFIGURASI SISTEM GARVER EKSISTING 5 4.1 Perencanaan Konfigurasi Sistem Berdasarkan Indeks Keandalan Pertimbangan yang sangat penting diperhatikan dalam perencanaan pembangunan suatu konfigurasi jaringan listrik adalah masalah ketersediaan kapasitas daya yang dibangkitkan untuk memenuhi kebutuhan pusat-pusat beban yang ada dan pengembangan suatu jaringan transmisi yang baik untuk menunjang penyaluran daya listrik dari pusat-pusat pembangkit ke pusat-pusat beban. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap keandalan sistem dan kepuasan konsumen terutama ketika terjadi kontingensi. Selain masalah-masalah di atas, masalah peminimalan modal yang harus diinvestasikan pun menjadi salah satu kriteria yang harus diperhatikan mengingat investasi dalam bidang ketenagalistrikan merupakan investasi yang mahal. Keandalan suatu sistem daya akan sangat ditentukan oleh tingkat ketahanan sistem tersebut terhadap gangguan yang mungkin terjadi. Gangguan yang terjadi ini mungkin saja berupa gangguan di bagian pembangkitan ataupun di bagian transmisi. Gangguan yang terjadi ini dapat kita katagorikan menjadi gangguan terpaksa ataupun gangguan terjadwal. Apabila dengan adanya gangguan-gangguan ini pusat-pusat beban masih dapat tersuplai dengan baik, maka hal ini menggambarkan bahwa keandalan pusat-pusat beban tersebut tinggi dan secara tidak langsung menggambarkan pula bahwa keandalan sistem pun tinggi. Peningkatan keandalan suatu sistem daya dapat dilakukan dengan penambahan kapasitas cadangan daya ataupun penambahan saluran transmisi. Hal ini akan sangat berguna terutama ketika gangguan di bagian pembangkitan dan transmisi terjadi. Semakin banyak cadangan daya dan saluran transmisi ditambahkan pada sistem maka semakin tinggi pula keandalan sistem tersebut.

Oleh karena itu, untuk memberikan nilai keandalan yang baik pada pusat-pusat beban pada suatu sistem maka diperlukan sejumlah investasi dalam hal penyediaan daya cadangan dan saluran tambahan. Rencana penambahan pembangkit sebagai cadangan daya ataupun penambahan saluran transmisi sebagai cadangan saluran penyuplai daya ke pusat beban haruslah diperhitungkan dengan baik terutama dalam hal penempatan dan kapasitas daya/jumlah saluran yang sesuai. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir besarnya jumlah investasi yang harus dikeluarkan. Selain masalah tingkat keandalan dan investasi, masalah operasional yang mungkin ditimbulkan sehubungan dengan besar tingkat keandalan pun perlu diperhitungkan. Hal ini dilakukan karena tingkat keandalan yang kurang baik, secara operasional akan memberatkan keuangan. Jadi, dalam konfigurasi tambahan sistem daya, perlu dipilih konfigurasi yang memiliki besar peningkatan nilai tingkat keandalan sistem yang tinggi dengan biaya investasi dan operasi yang rendah. Pada konfigurasi yang terpilih, biaya investasi penambahan komponen saluran ataupun pembangkit akan dijadikan fungsi karakteristik sistem eksisting Garver 5 bus. Besar biaya ini nantinya akan mempengaruhi seberapa besar payoff yang diperoleh sistem eksisting apabila sistem eksisting ini berkoalisi dengan pemain lain. Payoff yang diperoleh sistem eksisting nantinya dapat berupa pengurangan biaya investasi karena sebagian biaya investasi akan ditanggung oleh pemain lain. Pemain yang mungkin berkoalisi dengan sistem eksisting ini dapat berupa perusahaan pembangkitan (GENCO), perusahaan transmisi (TRANSCO), dan beban baru yang mungkin masuk ke dalam sistem. 4.2 Analisis Keandalan Sistem Garver 5 Bus Pada Tugas Akhir ini, analisis perubahan konfigurasi jaringan dalam rangka peningkatan nilai keandalan dilakukan pada sistem garver 5 bus [12]. Sistem Garver 5 Bus ini memiliki dua buah pusat pembangkit dengan lima buah pusat beban. Untuk penyederhanaan perhitungan, satu pusat pembangkit diasumsikan hanya terdiri dari satu unit pembangkit dan faktor beban (load factor)

diasumsikan sama dengan 1. Selain itu, untuk menganalisis nilai keandalan pusatpusat beban, kontingensi yang akan dievaluasi adalah kontingensi N-1. Pada sistem eksisting garver 5 bus, nilai keandalan pusat-pusat bebannya masih cukup rendah. Hal ini dikarenakan pada saat terjadi kontingensi N-1, pusatpusat beban tidak mendapatkan suplai daya yang cukup. Untuk mengatasi hal ini, maka tingkat keandalan pusat-pusat beban akan ditingkatkan dengan cara menambahkan pembangkit ataupun saluran transmisi yang baru. Pemilihan besarnya daya pembangkit tambahan dan tempat pemasangan saluran transmisi baru dilakukan dengan memperhatikan peningkatan nilai keandalan yang paling besar serta biaya investasi dan operasi (yang mungkin ditimbulkan sehubungan dengan besar tingkat keandalan) yang paling kecil. Gambar dan data sistem Garver 5 bus adalah sebagai berikut : Gambar 4.1 Sistem Garver Eksisting 5 Bus

Tabel 4.1 Data Sistem Garver Terminal Panjang R(pu) X(pu) Kapasitas (MW) 1-2 40 0.1 0.4 100 1-4 60 0.15 0.6 80 1-5 20 0.05 0.2 100 2-3 20 0.05 0.2 100 2-4 40 0.1 0.4 100 3-5 20 0.05 0.2 100 Dalam rangka penentuan perencanaan penambahan komponen pada sistem dan penentuan biaya investasi dan operasinya, maka dilakukan proses pemilihan konfigurasi sistem berdasarkan algoritma tertentu. Algoritma ini digunakan dalam upaya pemilihan konfigurasi sistem yang memiliki besar peningkatan nilai tingkat keandalan sistem (penurunan nilai daya tidak tersuplai / EENS) yang tinggi dengan biaya investasi dan operasi yang rendah. Algoritma pemilihan konfigurasi sistem tersebut diperlihatkan pada gambar 4.2 Pada sistem Garver 5 bus, saluran yang dapat ditambahkan adalah saluran dengan terminal awal dan akhir seperti yang ada pada jaringan eksisting, yaitu saluran antara bus 1-2, 1-4, 1-5, 2-3, 2-4, dan 3-5. Jumlah saluran yang mungkin ditambahkan ini akan mempengaruhi jumlah kemungkinan konfigurasi yang harus dievaluasi. Pembangkit yang direncanakan akan ditambahkan pada sistem diasumsikan ditempatkan pada bus 3. Pada kenyataannya, saluran yang mungkin ditambahkan bisa saja di luar daftar saluran yang ada dan pembangkit baru yang akan dipasang bisa saja ditempatkan di bus lain. Hal ini dilakukan untuk membatasi jumlah kemungkinan konfigurasi yang harus dianalisis. Selain itu, pada Tugas Akhir ini, jumlah komponen yang mungkin dimasukan dalam suatu konfigurasi dibatasi maksimal sebuah saluran dan sebuah pembangkit.

Start Input data jaringan eksisting dan input data pembangkit dan saluran yang mungkin ditambahkan Pembuatan konfigurasi jaringan dan pembangkit minimal (1 saluran + 1 pembangkit) Nilai EENS seluruh titik beban = 0 pada kontingensi N-1?atau membayar biaya EENS? TIDAK YA Hitung biaya investasi dan operasi keandalan Hitung perbandingan antara nilai tingkat keandalan sistem dengan biaya investasi dan operasi keandalan Didapat nilai perbandingan terkecil? TIDAK YA Tetapkan perubahan konfigurasi End Gambar 4.2 Algoritma Pemilihan Konfigurasi Sistem

4.3 Perubahan Konfigurasi Sistem Garver 5 Bus Dari data-data pada bagian 4.2, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pembuatan konfigurasi jaringan dan pembangkit yang mungkin ditambahkan dengan persyaratan nilai EENS seluruh titik beban sama dengan 0 atau apabila hal itu tidak tercapai, maka sistem diangap bersedia menanggung biaya EENS yang ada. Biaya EENS yang muncul pada suatu konfigurasi diasumsikan dapat diuangkan dengan nilai konversi 1 MWh sebesar 1 $. Hal yang perlu diketahui adalah bahwa semakin kecil nilai EENS, hal ini menunjukan bahwa keandalan titik beban semakin baik karena besarnya daya yang tidak tersuplai ke pusat beban semakin kecil pula. Nilai EENS seluruh pusat beban didapatkan dengan cara perhitungan indeks titik beban seperti dicontohkan pada Bab III. Analisis aliran daya pada kondisi normal dan kondisi kontingensi N-1 dilakukan dengan menggunakan software PowerWorld. Dari hasil simulasi pada software PowerWorld ini, didapatkan karakteristik keandalan konfigurasi-konfigurasi sistem seperti yang terlihat pada tabel 4.15. Untuk mendapatkan nilai EENS di setiap pusat beban, data keandalan komponen pembangkit dan saluran transmisi yang digunakan adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Data Karakteristik Pembangkit Data Karakteristik Pembangkit Nilai Keterangan Data Karakteristik Pembangkit di Bus 1 Failure Rate λ (f/year) : 1,1 Untuk Tipe Pembangkit Termal Generation Capacity (MW) 150 Daya Keluaran Pembangkit Repair Rate / Unit µ (r/year) : 73 120 jam / perbaikan Data Karakteristik Pembangkit di Bus 3 Failure Rate λ (f/year) : 1,1 Untuk Tipe Pembangkit Termal Generation Capacity (MW) 120 Daya Keluaran Pembangkit Repair Rate / Unit µ (r/year) : 73 120 jam / perbaikan Data Karakteristik Pembangkit Tambahan di Bus Failure Rate λ (f/year) : 1,1 Untuk Tipe Pembangkit Termal Generation Capacity (MW) x Tergantung Konfigurasi Sistem Repair Rate / Unit µ (r/year) : 73 120 jam / perbaikan

Tabel 4.3 Data Karakteristik Saluran Transmisi Data Karakteristik Saluran Transmisi Nilai Data Karakteristik Saluran Transmisi Line 2-3 (L1) Failure Rate λ (f/year) : 1 Length (miles) : 20 Failure Rate (f/year/mile) : 0,05 Expected Repair Duration (huors) : 10 Repair Rate / Unit µ (r/day) : 2,4 Repair Rate / Unit µ (r/year) : 876 Number of Lines : 1 Data Karakteristik Saluran Transmisi Line 2-4 (L2) Failure Rate λ (f/year) : 2 Length (miles) : 40 Failure Rate (f/year/mile) : 0,05 Expected Repair Duration (huors) : 10 Repair Rate / Unit µ (r/day) : 2,4 Repair Rate / Unit µ (r/year) : 876 Number of Lines : 1 Data Karakteristik Saluran Transmisi Line 1-4 (L3) Failure Rate λ (f/year) : 3 Length (miles) : 60 Failure Rate (f/year/mile) : 0,05 Expected Repair Duration (huors) : 10 Repair Rate / Unit µ (r/day) : 2,4 Repair Rate / Unit µ (r/year) : 876 Number of Lines : 1 Data Karakteristik Saluran Transmisi Line 1-2 (L4) Failure Rate λ (f/year) : 2 Length (miles) : 40 Failure Rate (f/year/mile) : 0,05 Expected Repair Duration (huors) : 10 Repair Rate / Unit µ (r/day) : 2,4 Repair Rate / Unit µ (r/year) : 876 Number of Lines : 1 Data Karakteristik Saluran Transmisi Line 3-5 (L5) Failure Rate λ (f/year) : 1 Length (miles) : 20 Failure Rate (f/year/mile) : 0,05 Expected Repair Duration (huors) : 10 Repair Rate / Unit µ (r/day) : 2,4 Repair Rate / Unit µ (r/year) : 876 Number of Lines : 1 Data Karakteristik Saluran Transmisi Line 1-5 (L6) Failure Rate λ (f/year) : 1 Length (miles) : 20 Failure Rate (f/year/mile) : 0,05 Expected Repair Duration (huors) : 10 Repair Rate / Unit µ (r/day) : 2,4 Repair Rate / Unit µ (r/year) : 876

Number of Lines : 1 Tabel 4.4 Availability dan Unavailability Komponen Komponen Availability Unavailability Pembangkit di Bus 1 0,9851552 0,014844804 Pembangkit di Bus 3 0,9851552 0,014844804 Pembangkit Tambahan di Bus 3 0,9851552 0,014844804 Saluran Line 2-3 (L1) 0,99885975 0,001140251 Saluran Line 2-4 (L2) 0,9977221 0,002277904 Saluran Line 1-4 (L3) 0,99658703 0,003412969 Saluran Line 1-2 (L4) 0,02439024 0,975609756 Saluran Line 3-5 (L5) 0,99885975 0,001140251 Saluran Line 1-5 (L6) 0,99885975 0,001140251 Tabel 4.5 Probabilitas State Permbangkit State Units Down Probability Departure Rate (occ/year) 1 0G1,0G3 0,97053076 2,2 2 1G1,0G3 0,014624436 74,1 3 0G1,1G3 0,014624436 74,1 Tabel 4.6 Probabilitas State Saluran Transmisi State Lines Out Probability Departure Rate (occ/year) 1 0 0,988662 10 2 1 0,001129 885 3 2 0,002257 884 4 3 0,003386 883 5 4 0,002257 884 6 5 0,001129 885 7 6 0,001129 885 Tabel 4.7 Data Beban Puncak Beban Nilai Peak Load 1 (MW) 20 Peak Load 2 (MW) 60 Peak Load 3 (MW) 10 Peak Load 4 (MW) 40 Peak Load 5 (MW) 60

Untuk mendapatkan nilai L Kj (kekurangan daya pada bus K untuk mengatasi overload saluran / berkurangnya suplai daya ketika terjadi kontigensi j atau tidak tersuplainya beban pada suatu bus K yang terisolasi karena terjadinya kontingensi j ), manajemen Load Shadding (ketika terjadi suatu kontingensi) dilakukan dengan cara menurunkan besar daya beban yang letaknya paling jauh dari pusat pembangkit. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pembagian daya bagi pusat-pusat beban pada saat terjadi kontingensi dan untuk meminimalkan rugi-rugi saluran sehingga diperoleh perkiraan nilai EENS sistem yang minimal. Selain itu, pada kasus Sistem Garver yang akan dianalisis pada Tugas Akhir ini diasumsikan besar rugi-rugi saluran untuk mengatasi kekurangan daya pada pusat beban ketika terjadi kontingensi dirata-ratakan sebesar 2 MW. Untuk melakukan perbandingan antara sistem Garver sebelum dan setelah keandalannya ditingkatkan, maka nilai EENS awal sistem eksisting Garver dicari terlebih dahulu. Dari data-data di atas, diperoleh nilai EENS titik-titik (pusat-pusat) beban pada sistem eksisting Garver 5 bus sebagai berikut :

Tabel 4.8 Nilai EENS pada Bus 1 Tabel 4.9 Nilai EENS pada Bus 2

Tabel 4.10 Nilai EENS pada Bus 3 Tabel 4.11 Nilai EENS pada Bus 4

Tabel 4.12 Nilai EENS pada Bus 5 Tabel 4.13 Nilai EENS Total Sistem Garver Eksisting 5 Bus EENS (MWh/tahun) 1 2786 2 1900 3 0 4 10639 5 1140 TOTAL 16465

Pada konfigurasi sistem eksisting Garver 5 Bus dapat dilihat bahwa nilai EENS keseluruhan pusat beban (pada kontingensi N-1) masih cukup tinggi yaitu sebesar 16465,48539 MWh. Jika nilai ini diuangkan dengan konversi 1 KWh = 1$, maka biaya yang harus ditanggung oleh keseluruhan sistem eksisting adalah sebesar : Biaya EENS Sistem Eksisting = (16465,48539) MWh (1000 KW/MW) 1$/KWh = 16.465.485,39 $ Jadi, untuk mengatasi EENS yang muncul (agar EENS berubah dari 16465,48539 MWh menjadi 0 MWh) pada sistem eksisting Garver 5 Bus, sistem tersebut harus menyediakan biaya kerugian EENS sebesar 16.465.485,39 $. Nilai perbandingan antara perubahan penurunan nilai EENS terhadap biaya yang harus dikeluarkan adalah : Perubahan Nilai EENS 16.465,48539 MWh = = 0.001 MWh/$ Biaya (16.465.485,39) $ Nilai di atas menggambarkan bahwa untuk menurunkan nilai EENS sebesar 0.001 MWh, sistem eksisting Garver 5 bus harus mengeluarkan uang sejumlah 1 $. Nilai perbandingan ini nantinya akan dibandingkan dengan nilai konfigurasi-konfigurasi lain setelah ditambahkan pembangkit atau saluran tambahan. Konfigurasi dengan nilai perbandingan yang paling besar menunjukan efisiensi keuangan yang paling besar pula. Oleh karena itu, konfigurasi ini akan dipilih sebagai konfigurasi terbaik. Biaya yang dikeluarkan oleh sistem untuk membuat konfigurasi terbaik ini (biaya investasi pembuatan pembangkit atau saluran tambahan) nantinya akan dijadikan nilai fungsi karakteristik sistem eksisting Garver 5 bus dalam proses pembentukan koalisi dengan GENCO, TRANSCO, dan beban baru. Data biaya investasi untuk setiap komponen pembangkit atau saluran transmisi yang mungkin ditambahkan ke dalam sistem adalah sebagai berikut :

Tabel 4.14 Data Biaya Investasi Komponen Pembangkit dan Saluran KOMPONEN NILAI KET BUNGA BANK 0,0285 ADB UMUR PERALATAN 20 THN BIAYA INVESTASI PEMBANGKIT BATU BARA PER KWH 1000 $ BIAYA INVESTASI PEMBANGKIT BATU BARA 1 MW 1000.000 $ BIAYA INVESTASI PEMBANGKIT DIESEL PER KWH 600 $ BIAYA INVESTASI PEMBANGKIT DIESEL 1 MW 600.000 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI PER KM 54046 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI PER MIL 86.978,77271 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 1 (LINE 1, 2-3) 1.739.575,454 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 2 (LINE 2, 2-4) 3.479.150,908 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 3 (LINE 3, 1-4) 5.218.726,363 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 4 (LINE 4, 1-2) 3.479.150,908 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 5 (LINE 5, 3-5) 1.739.575,454 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 6 (LINE 6, 1-5) 1.739.575,454 $ KETERANGAN BIAYA INVESTASI ANNUAL BIAYA INVESTASI PEMBANGKIT 1 MW 66.231,30552 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI PER KM 3.579,537138 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI PER MIL 5.760,717669 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 1 (LINE 1, 2-3) 115.214,3534 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 2 (LINE 2, 2-4) 230.428,7068 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 3 (LINE 3, 1-4) 345.643,0601 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 4 (LINE 4, 1-2) 230.428,7068 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 5 (LINE 5, 3-5) 115.214,3534 $ BIAYA INVESTASI SALURAN TRANSMISI 6 (LINE 6, 1-5) 115.214,3534 $ Nilai perbandingan perubahan penurunan nilai EENS terhadap biaya yang harus dikeluarkan oleh setiap konfigurasi (dengan tambahan pembangkit dan saluran baru) diperlihatkan pada tabel 4.15. Pada perhitungan nilai EENS tersebut, besar dari pembangkit tambahan yang ada pada setiap konfigurasi berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengan kapasitas jaringan transmisi pada setiap konfigurasi dan analisis kontingensi N-1 pada pusat-pusat beban yang ada. Contoh perhitungan besar daya pembangkit cadangan adalah sebagai berikut : Pada kasus konfigurasi eksisting dan generator 73 MW, generator 73 MW merupakan generator cadangan di bus 3 yang dipergunakan sistem

ketika terjadi kontingensi. Pada saat terjadi kontingensi keluarnya generator 150 MW di bus 1 maka suplai cadangan daya pada generator cadangan di bus 3 diaktifkan. Akan tetapi, ketika generator cadangan ini masuk ke sistem, ternyata terjadi overload di saluran 1 (antara bus 2 dan bus 3) sebesar 101 %. Selain itu, tegangan di bus 4 turun dari 0.95 p.u menjadi 0.88 pu (kurang dari 0.9 p.u) dan hal ini tidak diizinkan karena menggambarkan kualitas tegangan yang kurang baik. Untuk mengatasi hal ini, daya beban di bus 4 diturunkan sebesar 7 MW, sehingga daya yang masih bisa tersuplai ke bus 4 adalah 33 MW (kurang dari 40 MW yang merupakan daya beban puncak dari bus 4). Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa masalah bus 4 yang tegangannya menurun sebaiknya diatasi dengan penurunan daya beban di bus tersebut. Selain itu, bus 4 secara jarak merupakan bus yang paling jauh dari bus sumber pembangkitan, yaitu bus 3, sehingga pada saat kontingensi keluarnya pembangkit di bus 1 terjadi, untuk mengurangi rugi-rugi saluran agar mendapatkan nilai keluaran pembangkit cadangan yang paling kecil, maka bus yang paling jauh dari sumber pembangkitlah (bus 4) yang daya bebannya diturunkan. Setelah dilakukan pengurangan daya pada bus 4, terlihat bahwa daya yang disuplai oleh generator cadangan di bus 3 adalah sebesar 73 MW dan overload saluran ataupun under voltage sudah tidak ada lagi.. Dari hasil evaluasi ini maka dapat diasumsikan bahwa daya keluaran generator cadangan yang optimal yaitu sebesar 73 MW. Analisis kontingensi seperti di atas dilakukan pula pada konfigurasikonfigurasi perubahan sistem Garver yang lain.

Tabel 4.15 Analisis Konfigurasi Perubahan Sistem Garver Eksisting 5 Bus NILAI SATUAN TOTAL EENS MWh PERUBAHAN ( ) EENS MWh BIAYA INVESTASI $ BIAYA EENS $ TOTAL BIAYA $ EENS/TOTAL BIAYA MWh/$ KONFIGURASI EKSISTING DAN GENERATOR 73 MW DI 3 EENS (MWH) 1 0 2 0 3 0 4 1.122,996356 5 0 TOTAL EENS 1.122,996356 PERUBAHAN ( ) EENS 15.342,48903 BIAYA INVESTASI 4.834.885,303 BIAYA EENS 1.122.996,356 TOTAL BIAYA 5.957.881,659 EENS/TOTAL BIAYA 0,002763648 KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 1 BARU EENS (MWH) 1 2.783,289487 2 1.897,697377 3 0 4 10.627,10531 5 1.012,105628 TOTAL EENS 16.320,1978 PERUBAHAN ( ) EENS 145,287583 BIAYA INVESTASI 115.214,3534 BIAYA EENS 16.320.197,8 TOTAL BIAYA 16.435.412,16 EENS/TOTAL BIAYA 0,00100183 KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 2 BARU EENS (MWH) 1 2.780,119453 2 1.895,535991 3 0 4 10.615,00155 5 1.137,321594 TOTAL EENS 16.427,97859

PERUBAHAN ( ) EENS 37,506797 BIAYA INVESTASI 230.428,7068 BIAYA EENS 16.427.978,59 TOTAL BIAYA 16.658.407,29 EENS/TOTAL BIAYA 0,000988419 KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 3 BARU EENS (MWH) 1 2776,956632 2 1893,379522 3 0 4 10602,92532 5 1136,027713 TOTAL EENS 16.409,28919 PERUBAHAN ( ) EENS 56,196198 BIAYA INVESTASI 345.643,0601 BIAYA EENS 16.409.289,19 TOTAL BIAYA 16.754.932,25 EENS/TOTAL BIAYA 0,000982725 KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 4 BARU EENS (MWH) 1 2.780,119453 2 1.769,166925 3 0 4 10.615,00155 5 1.137,321594 TOTAL EENS 16.301,60952 PERUBAHAN ( ) EENS 163,875863 BIAYA INVESTASI 230.428,7068 BIAYA EENS 16.301.609,52 TOTAL BIAYA 16.532.038,23 EENS/TOTAL BIAYA 0,000995974 KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 5 BARU EENS (MWH) 1 2.783,289487 2 1.897,697377 3 0 4 10.627,10531 5 1.012,105268 TOTAL EENS 16.320,19744 PERUBAHAN ( ) EENS 145,287943 BIAYA INVESTASI 115.214,3534 BIAYA EENS 16.320.197,44

TOTAL BIAYA 16.435.411,8 EENS/TOTAL BIAYA 0,00100183 KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 6 BARU EENS (MWH) 1 2.783,289487 2 1.771,184219 3 0 4 10.627,10531 5 1.138,618426 TOTAL EENS 16.320,19744 PERUBAHAN ( ) EENS 145,287943 BIAYA INVESTASI 115.214,3534 BIAYA EENS 16.320.197,44 TOTAL BIAYA 16.435.411,8 EENS/TOTAL BIAYA 0,00100183 KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 77,8 MW DAN LINE 1 BARU EENS (MWH) 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 TOTAL EENS 0 PERUBAHAN ( ) EENS 16.465,48539 BIAYA INVESTASI 5.268.009,923 BIAYA EENS 0 TOTAL BIAYA 5.268.009,923 EENS/TOTAL BIAYA 0,003125561 KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 76 MW DAN LINE 2 BARU EENS (MWH) 1 0 2 0 3 0 4 746,9588519 5 0 TOTAL EENS 746,9588519 PERUBAHAN ( ) EENS 15.718,52653 BIAYA INVESTASI 5.264.007,926 BIAYA EENS 746.958,8519 TOTAL BIAYA 6.010.966,778 EENS/TOTAL BIAYA 0,002739241

KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 78,8 MW DAN LINE 3 BARU EENS (MWH) 1 0 2 0 3 0 4 497,4060463 5 0 TOTAL EENS 497,4060463 PERUBAHAN ( ) EENS 15.968,07934 BIAYA INVESTASI 5.564.669,935 BIAYA EENS 497.406,0463 TOTAL BIAYA 6.062.075,981 EENS/TOTAL BIAYA 0,002716146 KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 73 MW DAN LINE 4 BARU EENS (MWH) 1 0 2 0 3 0 4 1120,438278 5 0 TOTAL EENS 1.120,438278 PERUBAHAN ( ) EENS 15.345,04711 BIAYA INVESTASI 5.065.314,009 BIAYA EENS 1.120.438,278 TOTAL BIAYA 6.185.752,287 EENS/TOTAL BIAYA 0,00266184 KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 78,6 MW DAN LINE 5 BARU EENS (MWH) 1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 TOTAL EENS 0 PERUBAHAN ( ) EENS 16.465,48539 BIAYA INVESTASI 5.320.994,967 BIAYA EENS 0 TOTAL BIAYA 5.320.994,967 EENS/TOTAL BIAYA 0,003094437

KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 76,3 MW DAN LINE 6 BARU EENS (MWH) 1 0 2 0 3 0 4 747,8105724 5 0 TOTAL EENS 747,8105724 PERUBAHAN ( ) EENS 15.717,67481 BIAYA INVESTASI 5.168.662,964 BIAYA EENS 747.810,5724 TOTAL BIAYA 5.916.473,537 EENS/TOTAL BIAYA 0,00278299 Dari perhitungan nilai perbandingan antara perubahan penurunan nilai EENS terhadap biaya yang harus dikeluarkan sistem di atas, didapatkan data sebagai berikut : Tabel 4.16 Nilai EENS/TOTAL BIAYA Untuk Setiap Konfigurasi Konfigurasi EENS/TOTAL BIAYA SISTEM EKSISTING 0.001 KONFIGURASI EKSISTING DAN GENERATOR 73 MW DI 0,002763648 3 KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 1 BARU 0,00100183 KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 2 BARU 0,000988419 KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 3 BARU 0,000982725 KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 4 BARU 0,000995974 KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 5 BARU 0,00100183 KONFIGURASI EKSISTING DAN LINE 6 BARU 0,00100183 KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 77,8 MW DAN 0,003125561 LINE 1 BARU KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 76 MW DAN LINE 0,002739241 2 BARU KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 78,8 MW DAN 0,002716146 LINE 3 BARU KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 73 MW DAN LINE 0,00266184 4 BARU KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 78,6 MW DAN 0,003094437 LINE 5 BARU KONFIGURASI EKSISTING, GENERATOR 76,3 MW DAN 0,00278299 LINE 6 BARU

Dari tabel di atas, terlihat bahwa konfigurasi sistem yang memiliki nilai EENS/TOTAL BIAYA terbesar adalah konfigurasi antara sistem eksisting Garver ditambah dengan generator 77,8 MW dan saluran transmisi 1 (antara bus 2 dan bus 3). Oleh karena itu konfigurasi yang dipilih sebagai konfigurasi yang paling baik adalah konfigurasi ini. Besar biaya investasi dari konfigurasi yang terpilih ini nantinya akan dijadikan nilai fungsi karakteristik sistem eksisting Garver ketika sistem eksisting Garver ini berkoalisi dengan pemain lain (GENCO, TRANSCO, dan beban baru). Analisis mengenai koalisi ini lebih jauh dibahas pada Bab V.