PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL BERDASARKAN NILAI KERATAAN PERMUKAAN, NILAI LENDUTAN, DAN NILAI MODULUS ELASTISITAS PERKERASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Abstract. Abstrak. Kata-kata kunci: biaya pemeliharaan jalan, nilai kerataan permukaan, nilai lendutan, modulus elastisitas

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

EVALUASI FUNGSIONAL DAN STRUKTURAL PERKERASAN LENTUR PADA JALAN NASIONAL BANDUNG-PURWAKARTA DENGAN METODE AUSTROADS 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Penanganan Ruas Jalan Bulu Batas Kota Tuban Provinsi Jawa Timur Menggunakan Data FWD dan Data Mata Garuda

BIAYA PENANGANAN JALAN NASIONAL BERDASARKAN KONDISI KERUSAKAN JALAN DAN MODULUS EFEKTIF PERKERASAN PADA RUAS JALAN NASIONAL DI DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai batas antar negara, provinsi ataupun kabupaten. memperhatikan kenyamanan.(sukirman,1999)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pemeliharaan dan rehabilitasi. Saat ini, pemeliharaan dan rehabilitasi di Indonesia

PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI. Adapun rencana tahap penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasikan masalah yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab III Metodologi Penelitian

EVALUASI KEBUTUHAN LAHAN JALAN NASIONAL BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI PULAU LOMBOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

M. Yoga Mandala Putra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. air, material perkerasan, iklim dan kondisi tanah dasar. Oleh itu, evaluasi jalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Struktural Perkerasan Kaku Menggunakan Metoda AASHTO 1993 dan Metoda AUSTROADS 2011 Studi Kasus : Jalan Cakung-Cilincing

PENENTUAN JENIS PEMELIHARAAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA (STUDI KASUS: KECAMATAN JABUNG, KABUPATEN MALANG) Dian Agung 1 Saputro

Bab V Analisa Data. Analisis Kumulatif ESAL

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN JALAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

Jurnal Teknik Sipil ISSN

ANALISIS TEBAL LAPIS TAMBAHAN (OVERLAY) PADA PERKERASAN KAKU (RIGID PA VEMENT) DENGAN PROGRAM ELCON DAN METODE ASPHALT INSTITUTE TESIS

Tugas Akhir. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 teknik sipil. diajukan oleh :

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dosen, Diploma 4 Perancangan Jalan dan Jembatan, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Lhokseumawe, Buketrata,

EVALUASI KONDISI JALAN KABUPATEN SECARA VISUAL DENGAN KOMBINASI NILAI IRI DAN SDI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

ANALISIS TEBAL LAPIS TAMBAH DAN UMUR SISA PERKERASAN AKIBAT BEBAN BERLEBIH KENDARAAN (STUDI KASUS RUAS JALAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT)

ANALISIS KERUSAKAN STRUKTUR PERKERASAN DAN TANAH DASAR PADA RUAS JALAN SEMEN NGLUWAR KABUPATEN MAGELANG

KAJIAN PEMILIHAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BERDASARKAN KELAS JALAN, KONDISI FUNGSIONAL DAN KONDISI STRUKTURAL PERKERASAN JALAN

TINGKAT KERATAAN JALAN BERDASARKAN ALAT ROLLING STRAIGHT EDGE UNTUK MENGESTIMASI KONDISI PELAYANAN JALAN (PSI DAN RCI) ABSTRAK

1. PENDAHULUAN. Jalan memiliki syarat umum yaitu dari segi konstruksi harus kuat, awet dan kedap. Supardi 1)

KESIAPAN KONTRAKTOR TERHADAP KEBIJAKAN PRESERVASI JALAN NASIONAL DI SUMATERA SELATAN

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2008

Evaluasi Kondisi Struktural Perkerasan Lentur Menggunakan Metoda AASHTO 1993 Studi Kasus: Ruas Ciasem-Pamanukan (Pantura)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perbandingan Nilai Kondisi Permukaan Perkerasan Jalan Lentur Dengan Menggunakan Metode Asphalt Institute Dan Metode PCI

Jurnal Teknik Sipil ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 11 Pages pp

Perencanaan Tebal Lapis Tambah Perkerasan Lentur Menggunakan Metode Benkelman Beam Pada Ruas Jalan Kabupaten Dairi-Dolok Sanggul, Sumatera Utara

Kajian Pengaruh Temperatur dan Beban Survai Terhadap Modulus Elastisitas Lapisan Beraspal Perkerasan Lentur Jalan

KAJIAN PENGARUH TEMPERATUR DAN BEBAN SURVAI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS LAPISAN BERASPAL PERKERASAN LENTUR JALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab III Metodologi Penelitian

Dosen Program Studi Teknik Sipil D-3 Fakultas Teknik Universitas riau

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. laut, maupun udara perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau, menggali,

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TUGAS AKHIR - RC

BAB II KETIDAKRATAAN JALAN. belah, batu kali dan hasil samping peleburan baja. Sedangkan bahan ikat yang dipakai antara

EVALUASI KONDISI PERKERASAN LENTUR DAN PREDIKSI UMUR LAYAN JALINTIM PROVINSI SUMATERA SELATAN (Study Kasus: Ruas Batas Prov. Jambi Peninggalan)

PENILAIAN KONDISI PERKERASAN PADA JALAN S.M. AMIN KOTA PEKANBARU DENGAN PERBANDINGAN METODE BINA MARGA DAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI)

TATA CARA SURVAI KERATAAN PERMUKAAN PERKERASAN JALAN DENGAN ALAT UKUR KERATAAN NAASRA

EVALUASI STRUKTURAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE AASHTO 1993 DAN AUSTROADS 2011 (STUDI KASUS : JALINTIM, TEMPINO - BATAS SUMSEL)

Perbandingan Perencanaan Tebal Lapis Tambah Metode Bina Marga 1983 dan Bina Marga 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB IV METODE PENELITIAN

AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjamin kekuatan dan ketebalannya sehingga tidak akan mengalami distress yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

Dalam perencanaan lapis perkerasan suatu jalan sangat perlu diperhatikan, bahwa bukan cuma karakteristik

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 02/PRT/M/2007 T E N T A N G PETUNJUK TEKNIS PEMELIHARAAN JALAN TOL DAN JALAN PENGHUBUNG

Jalan Ir. Sutami No. 36A Surakarta Telp:

ANALISA PENYEBAB KERUSAKAN PADA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN ANTARA BECORA-KULUHUN DI KOTA DILI TIMOR-LESTE.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Gambar 1.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumbar Tahun (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat (2015)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Singkatan dari Advisory Circular, merupakan suatu standar dari federasi penerbangan Amerika (FAA) yang mengatur mengenai penerbangan.

SKRIPSI KAJIAN PENENTUAN SEGMEN JALAN BERDASARKAN Pd T B, AASHTO (1986), DAN THOMAS (2003)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 FERRY ANDRI, 2 EDUARDI PRAHARA

ANALISA KONDISI KEMANTAPAN JALAN NASIONAL PROVINSI RIAU TERHADAP VOLUME LALU LINTAS DAN ALOKASI ANGGARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERUSAKAN DAN PERBAIKAN PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN TOL CIPULARANG ABSTRAK

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. kerusakan ruas Jalan Pulau Indah, Kupang dari STA 0+00 STA 0+800, maka

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

melintang atau memanjang dan disebabkan oleh pergerakan plat beton dibawahnya) Kerusakan alur/bahu turun (lane / shoulder drop-off)...

PERENCANAAN TEBAL LAPIS TAMBAH (OVERLAY) METODE PD T B DAN METODE SDPJL PADA RUAS JALAN KLATEN-PRAMBANAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengumpulan Data Sekunder. Rekapitulasi Data. Pengolahan Data.

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Metode desain tebal lapis tambah (overlay) terkinimenggunakan. lendutan/defleksi ini menjadi lebih kecil dari lendutan ijin.

INVENTARISASI DATA KONDISI JALAN KE DALAM APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

TATA CARA PENGUKURAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Struktur Perkerasan Multi-Layer Menggunakan Program Komputer ELMOD Studi Kasus: Jalan Tol Jakarta - Cikampek

Analisis Struktur Perkerasan Lentur Menggunakan Program Everseries dan Metoda AASHTO 1993 Studi kasus: Jalan Tol Jakarta - Cikampek

Jurnal Teknik Sipil ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 11 Pages pp

EVALUASI MODEL PEMELIHARAAN PERKERASAN JALAN TOL SEMARANG-SOLO

Margareth Evelyn Bolla *)

urnal 1. Pendahuluan TEKNIK SIPIL Vol. 14 No. 3 September Djunaedi Kosasih 1) Abstrak

Muhammad Nauval Araka Aris, Gerson Simbolan, Bagus Hario Setiadji *), Supriyono *)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

PROGRAM PEMELIHARAAN JALAN NASIONAL BERDASARKAN NILAI KERATAAN PERMUKAAN, NILAI LENDUTAN, DAN NILAI MODULUS ELASTISITAS PERKERASAN David Rachmat Prabowo MSTT-DTSL, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Jln. Grafika 2, Kampus UGM, Yogyakarta, 55281 Tlp. (0274) 545675 davidrachmatprabowo@gmail.com Agus Taufik Mulyono MSTT-DTSL, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Jln. Grafika 2, Kampus UGM, Yogyakarta, 55281 Tlp. (0274) 545675 atm8002@yahoo.com Abstract Road can serve its users in accordance with the intended design life if a right road maintenance program is implemented. Preparation of road maintenance activities are necessary to asses the condition of the road pavement, which will be used as the basis for determining the type of maintenance needed. This study aimed to determine the road maintenance program based on the value of pavement roughness, the value of deflection, and the modulus of elasticity. The results showed that the determination of road conditions by combining the functional evaluation method, based on the value of International Roughness Index, and structural evaluation method, based on the value of deflection, is more appropriate and representing the actual conditions in the field. Keywords: pavement condition, road roughness, deflection, road maintenance Abstrak Jalan dapat melayani penggunanya sesuai dengan umur desain yang diharapkan jika program pemeliharaan jalan diterapkan dengan benar. Persiapan kegiatan pemeliharaan jalan diperlukan untuk mengetahui kondisi perkerasan, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan jenis perawatan yang dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan program dan pemeliharaan jalan, berdasarkan nilai kekesaran perkerasan, nilai lendutan, dan modulus elastisitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penentuan kondisi jalan berdasarkan kombinasi metode evaluasi fungsional, berdasarkan International Roughness Index, dan evaluasi struktural, berdasarkan nilai lendutan, lebih sesuai dan lebih mencerminkan kondisi di lapangan. Kata-kata kunci: kondisi perkerasan, kekasaran jalan, lendutan, pemeliharaan jalan PENDAHULUAN Pada dasarnya setiap struktur perkerasan jalan akan mengalami proses perusakan secara progresif sejak jalan pertama kali dibuka untuk lalulintas. Jalan akan mengalami penurunan kondisi yang disebabkan karena kerusakan. Oleh karena itu, untuk memperlambat laju penurunan kondisi dan mempertahankan kondisi jalan pada tingkat yang layak, perlu dilakukan pemeliharaan yang baik agar jalan tersebut dapat berfungsi sesuai dengan umur manfaat yang direncanakan. Jurnal HPJI Vol. 2 No. 1 Januari 2016: 63-70 63

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2011 tentang Pemeliharaan dan Penilikan Jalan, yang mengatur terkait kegiatan pemeliharaan, perawatan, pemeriksaan, dan preservasi jalan, menjelaskan bahwa objek yang menjadi target pemeliharaan adalah ruang milik jalan, yang di dalamnya terdapat badan jalan, bahu jalan, serta bangunan-bangunan pelengkap jalan. Sebuah ruas jalan dimasukkan dalam kategori penanganan tertentu berdasarkan atas kriteria kondisi yang diatur dalam peraturan tersebut. Kegiatan preservasi jalan nasional juga diatur dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Bina Marga 2015-2019. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Bina Marga 2015-2019 telah menetapkan kebijakan, strategi, dan program strategi dalam penyelenggaraan jalan. Program pemeliharaan jalan yang ditetapkan terdiri atas pemeliharaan rutin kondisi, pemeliharaan rutin preventif, rehabilitasi minor dan mayor, serta peningkatan struktur atau rekonstruksi. Lintas Selatan Pulau Kalimantan merupakan lintas utama jalan nasional di Pulau Kalimantan. Mayoritas proses perpindahan atau distribusi orang maupun barang (logistik) melewati lintas tersebut. Ruas jalan Bati-Bati Batas Kota Pelaihari yang berada di Provinsi Kalimantan Selatan merupakan salah satu bagian dari Lintas Selatan tersebut. Oleh karena itu, ruas jalan tersebut harus selalu dipelihara dengan tepat dan baik, sehingga selalu memiliki aksesibilitas dan kondisi perkerasan yang baik. Untuk mengatasi hal ini diperlukan suatu metode untuk menentukan kondisi jalan yang akurat, supaya dapat disusun program pemeliharaan jalan yang tepat dan optimal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis kondisi dan rekomendasi pemeliharaan berdasarkan metode evaluasi fungsional berdasarkan nilai kerataan atau IRI (International Roughness Index) yang dihasilkan dari survei roughness NAASRA dengan metode evaluasi struktural yang berdasarkan nilai lendutan (Deflection Bowl) dan nilai modulus elastisitas (analisis ELMOD versi 6) yang dihasilkan dari survei FWD (Falling Weight Deflectometer), serta berdasarkan kombinasi kedua metode evaluasi tersebut. EVALUASI FUNGSIONAL DAN STRUKTURAL Kondisi Fungsional Jalan Berdasarkan Nilai International Roughness Index Evaluasi fungsional berfungsi untuk mengetahui dampak yang langsung dirasakan oleh pengguna jalan. Parameter yang berhubungan dengan kondisi fungsional adalah kekasaran atau kerataan (roughness), alur (rut depth), dan kekesatan (skid resistance). IRI atau kerataan permukaan jalan dikembangkan oleh Bank Dunia pada tahun 1980-an dan digunakan untuk menggambarkan suatu profil memanjang suatu jalan serta digunakan sebagai standar kerataan permukaan jalan. Satuan yang biasa digunakan adalah meter per kilometer (m/km). Pengukuran IRI didasarkan pada perbandingan akumulasi pergerakan 64 Jurnal HPJI Vol. 2 No. 1 Januari 2016: 63-70

suspensi kendaraan standar (dalam mm atau inch) dengan jarak yang ditempuh oleh kendaraan selama pengukuran berlangsung (dalam m, km, atau mile). Untuk mengetahui tingkat kerataan permukaan jalan dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan berbagai metode yang telah direkomendasikan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga maupun AASHTO. Roughmeter NAASRA, merupakan alat pengukur kerataan permukaan jalan yang dibuat oleh NAASRA dan saat ini juga telah menjadi standar di Indonesia, sesuai SNI 03-3426-1994. Alat ini dipasangkan pada kendaraan jenis station wagon. Apabila tidak tersedia jenis kendaraan tersebut, dapat diganti dengan kendaraan Jeep 4 wheel drive atau pick up dengan penutup pada baknya. Kondisi Struktural Jalan Berdasarkan Nilai Lendutan dan Nilai Modulus Elastisitas Evaluasi struktural berfungsi untuk mengetahui kemampuan perkerasan untuk mendukung repetisi beban lalulintas kendaraan selama umur rencana. Falling Weight Deflectometer (FWD) merupakan suatu alat uji lapangan untuk perkerasan jalan yang telah lama digunakan di berbagai negara. Sekitar 30 tahun yang lalu alat ini diperkenalkan pertama kali di Perancis untuk mengevaluasi struktur perkerasan jalan. Selanjutnya, pada tahun 1981 Denmark menggunakan FWD untuk menilai daya dukung, umur manfaat, dan desain overlay pada jaringan jalan. Horak, dkk. (2006) melakukan perhitungan evaluasi kekuatan struktur perkerasan jalan dengan menggunakan metode pendekatan nilai lendutan yang dihasilkan dari survei uji lendutan menggunakan alat FWD. Metode pendekatan nilai lendutan yang digunakan oleh Horak ini dinamakan Deflection Bowl. Penentuan jenis kondisi tiap lapis perkerasan dikategorikan berdasarkan nilai lendutan yang dihasilkan dari survei uji lendutan menggunakan alat FWD. Nilai lendutan juga digunakan untuk menghitung nilai modulus elastisitas tiap lapis perkerasan. Nilai modulus elastisitas dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan jenis kondisi tiap lapis perkerasan. Nilai modulus elastisitas ini dihasilkan dari perhitungan balik atau backcalculation. Konsep perhitungan balik pertama kali diusulkan oleh Westergaard pada tahun 1925. Prinsip perhitungan ini menunjukkan bahwa modulus perkerasan jalan dapat dihitung dengan mempersamakan cekung lendutan teoritis dengan hasil survei. Besarnya lendutan perkerasan yang dihasilkan dapat dihitung dari data komposisi dan tebal lapisan perkerasan (modulus elastisitas dan rasio poisson), pengaruh lingkungan, dan konfigurasi beban roda. Perhitungan balik dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan teori lapisan elastis. Akan tetapi, proses ini tidak praktis dan memakan waktu yang sangat lama. Oleh karena itu, banyak peneliti mengembangkan beberapa program komputer untuk melakukan proses perhitungan balik, yang di antaranya adalah ELMOD (Dynatest), dan BAKFAA (Federal Aviation Administration). Program Pemeliharaan Jalan Nasional (David Rachmat Prabowo dan Agus Taufik Mulyono) 65

METODOLOGI PENELITIAN Lokasi penelitian berada pada ruas jalan Bati-Bati Batas Kota Pelaihari, mulai dari km 33+500 sampai dengan km 62+900, yang berada di Provinsi Kalimantan Selatan. Data umum ruas jalan Bati-Bati Batas Kota Pelaihari adalah sebagai berikut: 1) Status jalan : Jalan Nasional 2) Nomor link : 005 3) Tipe perkerasan : Perkerasan lentur 4) Panjang jalan : 29,548 km 5) Jalur lalulintas : 6,00-7,00 m 6) Lebar badan jalan : 12,00 m Gambar 1 Bagan Alir Penelitian Data yang dibutuhkan untuk mendukung analisis pada penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari hasil pengujian pada tahun 2013 oleh Satuan Kerja Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional Provinsi Kalimantan Selatan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Data yang diperlukan terdiri atas data umum dan data gambar potongan melintang ruas jalan, data hasil pengukuran kekasaran atau kerataan (nilai IRI) dari survei IIRMS menggunakan alat Roughmeter NAASRA, data hasil pengukuran nilai lendutan dari survei uji lendutan menggunakan alat FWD, dan data tebal perkerasan eksisting dari hasil uji core drill atau test pit. 66 Jurnal HPJI Vol. 2 No. 1 Januari 2016: 63-70

Penelitian ini dibagi dalam 4 tahap, yakni tahap persiapan, tahap pengumpulan data sekunder, tahap analisis, dan tahap penarikan kesimpulan. Tahap Persiapan terdiri atas pengumpulan informasi awal lokasi penelitian, studi literatur, dan perumusan metodologi. Tahap kedua, yaitu penajaman alur pikir yang akan digunakan di dalam penelitian ini, supaya hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Tahap analisis terdiri atas analisis jenis kondisi dan rekomendasi pemeliharaan berdasarkan nilai IRI, analisis jenis kondisi dan rekomendasi pemeliharaan berdasarkan nilai lendutan metode Deflection Bowl, analisis jenis kondisi dan rekomendasi pemeliharaan berdasarkan nilai modulus elastisitas hasil software ELMOD versi 6, dan analisis jenis kondisi dan rekomendasi pemeliharaan gabungan. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Nilai IRI menunjukkan bahwa 97,28% ruas jalan Bati-Bati Batas Kota Pelaihari dalam keadaan baik dan hanya memerlukan pemeliharaan preventif, serta 2,72% dalam keadaan sedang dan memerlukan rehabilitasi minor. Berdasarkan nilai lendutan Deflection Bowl, 66,42% ruas jalan Bati-Bati Batas Kota Pelaihari dalam keadaan baik dan hanya memerlukan pemeliharaan preventif dan 10,45% dalam keadaan rusak ringan dan memerlukan rehabilitasi mayor. Hanya 23,13% dalam keadaan rusak berat dan memerlukan rekonstruksi. Berdasarkan nilai modulus elastisitas dari ELMOD versi 6, terdapat 34,33% ruas jalan Bati-Bati Batas Kota Pelaihari dalam keadaan baik dan hanya memerlukan pemeliharaan preventif. Terdapat 28,36% ruas jalan dalam keadaan sedang dan memerlukan rehabilitasi minor, 27,61% dalam keadaan rusak ringan serta memerlukan rehabilitasi mayor, serta 9,70% dalam keadaan rusak berat dan memerlukan rekonstruksi. Analisis Berdasarkan Kombinasi Nilai IRI dengan Nilai Lendutan Langkah pada tahapan ini adalah dengan menggabungkan jenis kondisi berdasarkan nilai IRI dan jenis kondisi berdasarkan nilai lendutan metode Deflection Bowl. Kemudian ditentukan jenis kondisi baru berdasarkan penggabungan kedua kondisi tersebut. Selanjutnya ditentukan rekomendasi pemeliharaan berdasarkan jenis kondisi gabungan tersebut. Hasil analisis jenis kondisi dan rekomendasi pemeliharaan berdasarkan kombinasi nilai IRI dengan nilai lendutan Deflection Bowl menunjukkan bahwa 65,99% ruas jalan Bati-Bati Batas Kota Pelaihari dalam keadaan baik dan hanya memerlukan pemeliharaan preventif, 2,04% dalam keadaan sedang dan memerlukan rehabilitasi minor, 10,88% dalam keadaan rusak ringan dan memerlukan rehabilitasi mayor, serta 21,09% dalam keadaan rusak berat dan memerlukan rekonstruksi. Program Pemeliharaan Jalan Nasional (David Rachmat Prabowo dan Agus Taufik Mulyono) 67

Analisis Berdasarkan Kombinasi Nilai IRI dengan Nilai Modulus Elastisitas ELMOD Versi 6 Langkah pada tahapan ini adalah dengan menggabungkan jenis kondisi berdasarkan nilai IRI dan jenis kondisi berdasarkan nilai modulus elastisitas ELMOD versi 6, dan ditentukan penentuan jenis kondisi baru berdasarkan penggabungan kedua kondisi tersebut. Kemudian ditentukan rekomendasi pemeliharaan berdasarkan jenis kondisi gabungan tersebut. Hasil analisis jenis kondisi dan rekomendasi pemeliharaan berdasarkan kombinasi nilai IRI dengan nilai modulus elastisitas menunjukkan bahwa 39,46% ruas jalan Bati- Bati Batas Kota Pelaihari dalam keadaan baik dan hanya memerlukan pemeliharaan preventif, 27,21% dalam keadaan sedang dan memerlukan rehabilitasi minor, 25,17% dalam keadaan rusak ringan dan memerlukan rehabilitasi mayor, serta 8,16% dalam keadaan rusak berat dan memerlukan rekonstruksi. Perbandingan Evaluasi Fungsional dan Evaluasi Struktural Tabel 1 menunjukkan rekapitulasi jenis kondisi dan rekomendasi pemeliharaan hasil masing-masing analisis. Gambar 2 menjelaskan perbandingan hasil normalisasi data antara nilai IRI, nilai lendutan (D 0 ), dan nilai modulus elastisitas lapis permukaan. Gambar 3 menjelaskan perbandingan hasil normalisasi data antara nilai IRI, nilai lendutan (D 0 ), dan nilai modulus elastisitas lapis pondasi atas. Sedangkan Gambar 4 menjelaskan perbandingan hasil normalisasi data antara nilai IRI, nilai lendutan (D 0 ), dan nilai modulus elastisitas lapis tanah dasar. Kondisi Tabel 1 Rekapitulasi Jenis Kondisi dan Rekomendasi Pemeliharaan Hasil Analisis Nilai Kerataan (IRI) Nilai Lendutan (Deflection Bowl) Metode Evaluasi Nilai Modulus Elastisitas (ELMOD versi 6) Kombinasi IRI dengan Lendutan (Deflection Bowl) Kombinasi IRI dengan Modulus Elastititas (ELMOD versi 6) Rekomendasi Pemeliharaan Baik 97,28% 66,42% 34,33% 65,99% 39,46% Pemel. Preventif Sedang 2,72% - 28,36% 2,04% 27,21% Rehabilitasi Minor Rusak Rehabilitasi - 10,45% 27,61% 10,88% 25,17% Ringan Mayor Rusak Berat - 23,13% 9,7% 21,09% 8,16% Rekonstruksi Terlihat pada Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4 bahwa nilai IRI, nilai lendutan, dan nilai modulus elastisitas tidak saling terkait. Hal ini menunjukkan bahwa suatu lokasi ruas jalan yang mempunyai nilai IRI dengan kategori baik belum tentu mempunyai nilai lendutan dan nilai modulus elastisitas yang juga baik, begitu juga sebaliknya. Oleh sebab itu, untuk mengevaluasi suatu kondisi ruas jalan diperlukan adanya kombinasi metode evaluasi fungsional dan metode evaluasi struktural yang bersifat saling melengkapi agar diperoleh penentuan jenis kondisi lapis perkerasan jalan yang tepat dan akurat. 68 Jurnal HPJI Vol. 2 No. 1 Januari 2016: 63-70

Gambar 2 Normalisasi Data Nilai IRI, Nilai Lendutan (D 0 ), dan Nilai Modulus Elastisitas Lapis Permukaan Gambar 3 Normalisasi Data Nilai IRI, Nilai Lendutan (D 0 ), dan Nilai Modulus Elastisitas Lapis Pondasi Atas Gambar 4 Normalisasi Data Nilai IRI, Nilai Lendutan (D 0 ), dan Nilai Modulus Elastisitas Lapis Tanah Dasar Program Pemeliharaan Jalan Nasional (David Rachmat Prabowo dan Agus Taufik Mulyono) 69

KESIMPULAN DAN SARAN Terdapat perbedaan antara hasil analisis tiap metode. Metode kombinasi nilai IRI dengan nilai lendutan metode Deflection Bowl lebih tepat digunakan karena mewakili kondisi fungsional dan struktural perkerasan. Sedangkan metode kombinasi nilai IRI dengan nilai modulus elastisitas software ELMOD versi 6 kurang tepat digunakan, karena nilai modulus elastisitas hasil analisis software ELMOD versi 6 sangat bergantung pada data ketebalan tiap lapisan dan data material yang digunakan. Apabila data ketebalan tiap lapisan dan data material yang digunakan pada tiap lapisan tidak diketahui dengan benar, nilai modulus elastisitas hasil perhitungan balik tidak akurat dan tidak representatif terhadap kondisi sebenarnya. Penentuan jenis kondisi dan pemilihan program pemeliharaan jalan nasional yang hanya berdasarkan nilai kerataan permukaan (IRI) kurang tepat dan kurang akurat. Karena itu, sebaiknya penentuan jenis kondisi dan pemilihan program pemeliharaan jalan nasional ditinjau dari kombinasi beberapa survei, seperti kombinasi survei lendutan menggunakan alat FWD, yang mencerminkan kondisi struktural, dengan survei visual atau permukaan (IRI, Survei Kondisi Jalan, Pavement Condition Index) yang mencerminkan kondisi fungsional jalan, sehingga akan diperoleh data kondisi perkerasan jalan yang akurat dan representatif, yang nantinya akan digunakan untuk menentukan program pemeliharaan jalan yang tepat dan optimal. DAFTAR PUSTAKA Badan Standardisasi Nasional. 1994. Tata Cara Survei Kerataan Permukaan Perkerasan Jalan dengan Alat Ukur Kerataan NAASRA. SNI 03-3426-1994. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Marga. 2015. Rencana Strategis Bina Marga 2015-2019. Jakarta. Horak, E. dan Emery, S. 2006. Falling Weight Deflectometer Bowl Parameters as Analysis Tool for Pavement Structural Evaluations. The 22nd ARRB Conference. Canberra. Kementerian Pekerjaan Umum. 2011. Peraturan Menteri Nomor 13 /PRT/M/2011, tentang Tata Cara Pemeliharaan dan Penilikan Jalan. Jakarta. Kementerian Pekerjaan Umum. 2011. Peraturan Menteri Nomor 19 /PRT/M/2011 tentangpersyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan. Jakarta. Mulyono, A.T. 2015. Penyusunan Usulan Rekomendasi Teknis Pengembangan Teknologi Bahan dan Peralatan Preservasi Jalan Nasional. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 70 Jurnal HPJI Vol. 2 No. 1 Januari 2016: 63-70