BAB I PENDAHULUAN. bagi mereka yang akan menjalaninya. Pada saat seseorang menjalani masa

dokumen-dokumen yang mirip
BABI PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan salah satu aktivitas manus1a yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan tersendiri, karena bisa memperoleh uang dan fasilitas-fasilitas yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Bekerja merupakan salah satu usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Nining Sriningsih, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2013 tentang perubahan keempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bekerja merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PEMENSIUNAN. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu rangkaian sistem yang terdiri dari beberapa

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Tunjangan Kinerja. Pemberian. Tata Cara.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seseorang perlu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

BAB I PENDAHULUAN. bekerja, semuanya adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Instansi Sipil, Perusahaan Swasta, atau di Dinas Pemerintahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hasil yang dituju. Salah satu cara untuk memenuhi semua itu adalah dengan cara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Liqa Yasifa, 2013

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA ANGGOTA TNI AU DI LANUD ISWAHJUDI MADIUN.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. gambaran menakutkan (Mangkuprawira, 2011). Hal itu biasanya muncul pada

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. apabila ditunjang oleh sumber daya manusia yang berkualitas. serta biaya baru dalam merekrut karyawan baru.

2016, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta memiliki

BAB 1 : PENDAHULUAN (1, 2)

PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA Bulaksumur, Yogyakarta Telp. (0274) , , Fax.

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 57

BAB II LANDASAN TEORI

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisiologis ini. Jika satu kebutuhan dasar sudah terpenuhi, maka kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. sekitarnya. Dari usia dini hingga menginjak usia dewasa, manusia membutuhkan

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomo

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF DAN BERPIKIR POSITIF DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI

terbatasnya/tertutupnya mereka untuk menduduki jabatan struktural yang jumlahnya sangat terbatas menurut pangkat, golongan dan lain-lain. Dengan gaya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan kata lain masa dewasa adalah masa di mana seseorang semestinya sudah

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahu

BAB I PENDAHULUAN. pegawai swasta berdasarkan undang undang republik indonesia nomor

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 45/Permentan/OT.140/4/2014

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja (job performance) dari

2 Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan N

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (bps.go.id, 14 Oktober 2015). Berdasarkan data jumlah

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA CIREBON NOMOR 47 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, T

MODUL KEPEGAWAIAN. Jakarta, 18 Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

PSIKOLOGI INDUSTRI ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. manusia secara profesional, di harapkan pegawai bekerja secara produktif.

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 57

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kualitas dari sebuah organisasi harus benar-benar diperhatikan. Hal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. berbagai stresor dan ancaman ketika perusahaan tersebut dinyatakan pailit. Para

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 63 Tahun : 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masing masing dengan tujuan mencapai kelangsungan hidup organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan nilai dan kebanggaan tersendiri. Individu dapat berprestasi ataupun

Pemberhentian PNS. Pemberhentian terdiri atas : 1. Pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil dan. 2. pemberhentian dari jabatan negeri.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

BAB I A. Latar Belakang Masalah dewasa muda Tugas tugas pergembangannya Wanita Kebutuhan intimacy workaholic

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nisa Fadilah, 2014 Peran Pelatih Pada Pelatihan Pra Purnabakti dalam Kemampuan Berwirausaha

BAB II LANDASAN TEORI

BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PEGAWAI BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN KEMENTERIAN PERTANIAN-2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah peletak dasar pelaksana sistem

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PERMEN-KP/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. siswa sebagai calon pemimpin bangsa dan intelektual muda. Komunikasi juga

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN... NOMOR 01 TAHUN 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

BAB I PENDAHULUAN. individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang,

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA SANDI NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. organisasi perusahaan. Sumber daya manusia merupakan asset utama bagi

2017, No Peraturan Presiden Nomor 130 Tahun 2017 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (

SURAT EDARAN Nomor: 468/B/SE/2017

vii Tinjauan Mata Kuliah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam organisasi tersebut memiliki sumber daya manusia yang menunjukkan komitmen yang

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 57

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki masa pensiun dapat merupakan problem psikologis yang sulit bagi mereka yang akan menjalaninya. Pada saat seseorang menjalani masa pensiun diperlukan penyesuaian kembali terhadap beberapa perubahan yang terjadi, bukan saja penyesuaian dalam hal finansial, lebih dalam lagi meliputi penyesuaian terhadap perubahan pekerjaan seperti meninggalkan status dalam masyarakat, kedudukan yang sebelumnya ia banggakan, fasilitas-fasilitas yang dimilikinya, serta terhadap perubahan kondisi fisik, peran, kehidupan keluarga, dan minat. Seperti yang dikatakan Schwartz (Hurlock, 1991), pensiun dapat merupakan akhir suatu pola hidup atau masa transisi ke pola hidup baru. Pensiun selalu menyangkut perubahan peran, nilai, dan perubahan pola hidup individu secara menyeluruh. Bagi mereka yang belum siap menghadapi pensiun dan belum siap untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang akan terjadi, dapat menganggap bahwa masa ini merupakan suatu periode penuh kepahitan dan kegetiran, karena mereka terpaksa harus kehilangan hal-hal yang pernah menjadi miliknya. Mereka kehilangan posisi yang dibanggakan, yang memberi suatu status sosial di masyarakat. Terlebih bagi seseorang yang sebelumnya menduduki posisi

2 penting dalam pemerintahan maupun dalam suatu perusahaan, keadaan ini akan sangat dirasakan. Problem-problem psikologis seperti tersebut di atas dapat pula dialami oleh seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada saat ia menghadapi pensiun. Kendati pensiun merupakan suatu masa yang pasti tiba dan sudah diketahui sejak seseorang diangkat sebagai PNS, pandangan-pandangan, gambaran-gambaran, dan antisipasi terhadap apa dan bagaimana masa pensiun akan semakin dirasakan pada saat seorang PNS memasuki masa persiapan pensiun (MPP), karena pensiun sudah di ambang pintu dan tidak terelakkan lagi. Kemungkinan kehilangan hal-hal yang dibanggakan dan menyenangkan dapat dirasakan sebagai sesuatu yang mengancam, lebih-lebih karena ia harus menyesuaikan diri dengan cara hidup baru yang belum diketahuinya. Menghadapi masa pensiun ini akan memunculkan sikap positif atau negatif, tergantung dari individu masing-masing. Sikap merupakan suatu organisasi yang relatif menetap dari proses-proses motivasi, emosi, persepsi, dan kognisi yang tertuju pada beberapa aspek tertentu di dunia (Krech, Kruchfield, Ballachey, 1962). Sikap seseorang terhadap pensiun, akan mendasari, mengarahkan, dan mempengaruhi perilakunya dalam menghadapi pensiun (Fishbein, 1975). Seseorang yang memiliki sikap positif, akan memandang pensiun sebagai suatu situasi yang tidak mengancam atau membahayakan dirinya. Sedangkan seseorang yang memiliki sikap negatif akan memandang pensiun sebagai sesuatu yang mengancam dan membahayakan dirinya.

3 Ditinjau dari pandangan Erikson (1989), individu yang berada pada usia MPP perkembangan psikologisnya berada pada tahap ke tujuh siklus hidup manusia yaitu tahap generativity vs stagnation. Di tahap ini individu diharapkan mampu mengembangkan produktivitasnya, tidak hanya sebatas pada menghasilkan keturunan dan produktif dalam karya, tetapi juga produktif dalam pengembangan minat, perhatian untuk mendidik anak dan pengembangan generasi muda. Melalui pengembangan produktivitasnya, ia akan dapat merasakan hidup yang bermanfaat dan mengisinya dengan penuh kegairahan, bermakna dan tidak membosankan, serta akan tetap dapat membina hubungan antar pribadi dengan keluarga dan lingkungannya. Hal terpenting di`sini adalah bahwa individu tersebut, dalam hal ini`seorang PNS, merasa puas dengan hidupnya karena ia merasa telah mengisi hidupnya dengan sesuatu yang bermakna. Seorang PNS yang pada saat memasuki masa pensiun tidak mampu mengembangkan produktivitasnya, berada pada tahap stagnation, akan mengeluh, menyesali hidupnya, senantiasa cemas, kehilangan kepercayaan diri, putus asa, tidak menemukan arti hidup, menginginkan kesempatan masa mudanya terulang kembali, tidak mampu mengembangkan segi spiritualnya, dan merasa takut akan kematian. Berdasarkan wawancara terhadap 12 orang PNS yang sedang mengalami MPP, penyesuaian paling besar pada saat menghadapi masa pensiun adalah masalah finansial, pada saat pendapatan menurun secara drastis. Hal ini sejalan dengan pendapat Ward (Turner dan Helms, 1987) bahwa banyak orang tua menjadi miskin untuk pertama kali dalam kehidupannya pada saat memasuki

4 masa pensiun. Bagi banyak orang yang pensiun, jaminan uang pensiun merupakan sumber utama pendapatan mereka untuk dapat hidup secara layak. Saat seseorang memasuki masa pensiun, ia juga kehilangan kontak sosial dan hubungan kerja yang biasa dilakukan. Pensiunan perlu menyesuaikan pada kenyataan bahwa hubungan dengan teman-teman kelompok kerjanya sekarang telah berakhir dan ia perlu membangun hubungan persahabatan baru. Mereka yang melakukan penyesuaian dengan baik biasanya dengan cepat mengembangkan minat-minat baru. Batas usia seseorang memasuki masa pensiun sangat bervariasi, dipengaruhi oleh peraturan yang berlaku di tempat kerja, jabatan yang dipegang atau keahlian yang dimilikinya. Menurut Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1979 (Nainggolan, 1986), batas usia pensiun bagi PNS yang memegang jabatan struktural adalah 56 tahun. Tapi bagi PNS yang memiliki jabatan fungsional, termasuk guru, Dokter, atau widyaiswara, masa pensiunnya adalah usia 65 tahun. Bila ditinjau dari tahap perkembangan karir menurut Super (Winkel, 1991), sebenarnya seorang PNS yang memasuki MPP pada usia 55 tahun, masih berada pada tahap pembinaan karir, dimana yang bersangkutan sedang melakukan penyesuaian dan penghayatan terhadap karir yang telah dicapai. Tetapi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1979 ditetapkan untuk pensiun pada usia 56 tahun, sehingga ia dipaksa untuk memasuki tahap kemunduran karir. Berdasarkan uraian di atas, tampak jelas bahwa pada saat memasuki pensiun, individu dituntut mampu melakukan penyesuaian terhadap perubahan psikologis, finansial, dan sosial (Turner dan Helms, 1987). Cara seseorang

5 memandang dan menerima masa pensiun tidak saja akan berpengaruh terhadap yang akan menjalani pensiun, tetapi juga akan berpengaruh pada pola kehidupan keluarganya, yaitu hubungan dengan pasangan, anak, cucu, dan hubungan seksual dengan partnernya / pasangan hidupnya (Hurlock, 1991). Berbagai perubahan dan penyesuaian yang khas sifatnya akan dihadapi seseorang saat memasuki masa pensiun. Keadaan ini menuntut pengertian dan perlakuan tersendiri dari orang lain maupun dirinya sendiri. Maka dari itu, perlu diberikan perhatian terhadap penduduk usia lanjut sebagai warga negara yang memiliki pengalaman luas serta kearifan dan pengetahuan yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan. Walaupun seseorang telah memasuki masa pensiun diharapkan dapat tetap berperan dalam pembangunan dengan menempatkan dirinya sebagai sesepuh dan panutan, khususnya dalam pembinaan generasi muda dan pembangunan masyarakat/lingkungan. Hal ini sejalan dengan pandangan Erikson (1989), dengan mengembangkan produktivitasnya, individu saat memasuki masa pensiun akan tetap dapat membina hubungan antar pribadi dengan keluarga dan lingkungannya. Pada masa pensiun nanti, ia memiliki waktu untuk membina generasi muda dengan menurunkan pengalaman dan pengetahuannya. Oleh karena itu pemahaman secara komprehensif terhadap permasalahan pensiun merupakan hal yang esensial dalam usaha pembinaan terhadap kesiapan para calon pensiunan, khususnya yang telah memasuki masa persiapan pensiun. Memahami masa pensiun menjadi sangat penting bagi keluarga, pimpinan kantor, dan siapa saja yang merasa berkepentingan dan menaruh perhatian terhadap permasalahan

6 pensiun. Studi dan kajian mengenai masa pensiun diperlukan untuk memahami masalah pensiun secara objektif. Selambat-lambatnya satu tahun tiga bulan sebelum mencapai batas usia pensiun, seorang PNS memasuki MPP. Pada saat ini seorang PNS diberhentikan dengan hormat karena mencapai usia pensiun dan dibebastugaskan dari jabatannya untuk paling lama satu tahun dengan tetap mendapat penghasilan secara penuh kecuali tunjangan jabatan. MPP bertujuan agar PNS selama satu tahun dapat mempersiapkan diri untuk memasuki masa pensiun. Saat MPP seseorang diharapkan mampu mengembangkan produktivitasnya dan mengisi hidup dengan hal-hal yang bermakna, antara lain melalui pengembangan minatnya dalam mendidik anakanak, menurunkan pengalaman dan pengetahuannya bagi keluarga dan lingkungan, serta menjadi panutan generasi muda. Selain itu, PNS yang dalam masa pensiun diharapkan dapat membuka diri terhadap lingkungan melalui keterlibatan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, atau mengembangkan hobi yang selama ini tidak sempat ditekuni karena tidak adanya waktu untuk kegiatan tersebut, atau lebih mengembangkan kehidupan spiritualnya. Setiap tahunnya Pemerintah Daerah Kota Bandung mengumpulkan dana dari setiap kedinasan untuk pelaksanaan MPP bagi PNS di Kota Bandung. Pelaksanaan MPP yang selama ini berlangsung adalah 100 jam, dengan setiap pertemuannya adalah 45 menit. Waktu ini telah berkurang 20 jam dari tahun sebelumnya. Penyebabnya karena dana yang dikumpulkan dinas tidak tentu setiap tahunnya, dan selama ini semakin menurun. MPP ini dilakukan dengan metode

7 ceramah dan kunjungan ke tempat-tempat wirausaha. Materi yag diberikan adalah manajemen secara umum dan pengenalan bidang-bidang kewirausahaan, seperti bidang perikanan dan hortikultura. Akan tetapi pada kenyataannya masih ada para PNS yang telah memasuki MPP, tidak mengajukan surat permohonan berhenti, sebaliknya mereka tetap aktif bekerja, ingin menunda masa pensiun, bahkan sampai tiba saat pensiun pun mereka tetap datang setiap hari ke kantor seperti pada saat masih aktif bekerja. Alasan yang dikemukakan ialah tidak ingin kehilangan uang tunjangan bila berhenti bekerja. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap enam orang PNS yang telah memasuki MPP, ditemukan bahwa mereka menganggap pensiun sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, merugikan, mengancam dan yang akan menimbulkan problem bagi dirinya baik dalam segi psikologis, finansial, maupun dalam hubungan dengan keluarga dan masyarakat. Namun enam orang lagi mengatakan bahwa masa pensiun merupakan masa yang mereka nantikan, mereka merasa sudah saatnya mereka lebih banyak bersantai dan menikmati hidup karena kondisi fisik yang sudah semakin menurun, mereka juga merasa akan memiliki waktu lebih banyak untuk mengembangkan minat yang sempat tertunda, ataupun sekadar merencanakan liburan istimewa dengan keluarga. Berdasarkan hasil dari Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan pada tanggal 28 Juni 2006, diketahui bahwa ternyata MPP tidak banyak dimanfaatkan oleh para PNS. Alasan yang dikemukakan para peserta MPP adalah mereka kurang mendapat dukungan dari atasan untuk mengikuti program yang disediakan. Selain itu, tidak ada kebijakan yang jelas dari pusat mengenai waktu

8 pelaksanaan MPP, serta pemilihan topik pelatihan tidak didasarkan pada identifikasi kebutuhan pelatihan para PNS sehingga program pelatihan yang disusun tidak menarik bagi peserta. Dari FGD tersebut diperoleh usulan topik dari peserta adalah sebagai berikut; topik mengenai Wira usaha dipilih oleh sebanyak 83.3% responden, adaptasi terhadap perubahan dipilih oleh 50% responden, dan sisanya sebanyak 33% mengusulkan topik mengenai Stress Management. Berdasarkan evaluasi terhadap modul MPP tersebut, dapat dikatakan bahwa modul MPP Pemerintah Daerah Kota Bandung masih memiliki kekurangan-kekurangan. Temuan-temuan dari FGD yang telah dilakukan sejalan dengan pendapat dari Gomez, Balkin, dan Cardy (1998); Ciriello dan Freeman (1991); serta Stones (1998), yang mengemukakan bahwa program pelatihan yang dibutuhkan oleh orang yang menghadapi pensiun mencakup Stress Management, adaptasi terhadap perubahan, serta konseling pribadi dan karir. Topik-topik ini muncul karena kebanyakan PNS yang menghadapi pensiun mengalami stress ketika menghadapi perubahan. Mereka membutuhkan cara yang dapat membantu memecahkan masalahnya, baik yang berkaitan dengan keluarga maupun masa depan karirnya. Sementara itu, Gomez, Balkin, & Cardy (1998) menambahkan bahwa berdasarkan pengalamannya, sebanyak 20% dari orang yang pensiun beralih profesi menjadi wira usahawan. Berdasarkan pemikiran di atas, peneliti tertarik melakukan studi mengenai masa pensiun. Tetapi karena permasalahan pensiun sangat luas dan kompleks, kajian dibatasi pada aspek yang berkaitan dengan evaluasi modul yang telah ada

9 serta merancang modul baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan signifikansi untuk dapat mengubah sikap terhadap masa pensiun pada PNS di Kota Bandung. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini ingin diketahui apakah modifikasi modul yang dibuat berdasarkan hasil evaluasi modul terdahulu signifikan terhadap perubahan sikap menghadapi pensiun pada pegawai Negeri Sipil di Kota Bandung? 1.3 Maksud, Tujuan dan Kegunaan Penelitan Maksud penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi terhadap modul masa persiapan pensiun pada PNS di Kota Bandung dan mengajukan modul yang kiranya lebih sesuai. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mempersiapkan suatu program treatment bagi PNS di Kota Bandung yang menghadapi pensiun. Penelitian ini memiliki kegunaan dari segi praktis, yaitu memberikan informasi bagi para PNS yang sedang menghadapi masa pensiun sehingga dapat menjadi masukan dan membantu mereka mengatasi masalahnya serta dapat hidup mandiri. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan bagi lingkungan keluarga, agar lebih dapat memahami dan mengetahui bentuk dukungan apa yang sebaiknya diberikan kepada orang tua yang memasuki masa pensiun. Bagi bagian kepegawaian, penelitian ini dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam usaha pembinaan karyawan yang memasuki masa pensiun.

10 1.4 Metodologi Penelitian ini mencoba mengevaluasi modul MPP membuat modul baru, serta melihat signifikansinya terhadap perubahan sikap menghadapi masa pensiun pada PNS di Kota Bandung. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Evaluasi Diajukan PNS yang Signifikansi Modul Modul MPP terhadap Lama Baru perubahan sikap