SISTEM WARIS ADAT PARENTAL Sekar Ayuningtiyas 135010100111085 (03) Denna Ayu P W 135010100111097 (04) Elizhabert Corolia 135010118113006 (15) SOEPOMO Hukum adat waris, membuat peraturanperaturan yang mengatur proses menerusan serta mengoperkan barang-barang harta benda dan barang-barang yang tidak berwujud benda (immateriele goederen) dari suatu angkatan manusia (generatie) kepada turunannya. Contoh daerah adat: Bali, Padang, Batak, dan lain-lain 1 2 PARENTAL Perhitungan sistem Parental Sistem waris adat parentalyaitu sama berhaknya antara anak laki-laki dan anak perempuan untuk menerima harta warisan dari pewaris (orang tuanya). Contoh daerah yang menganut system Parental: Jawa-Madura, Kalimantan, Aceh, Riau, Sumatera Selatan, Sumatera Timur, Tnganan Pagringsingan (Bali), Ternate, Lombok maka anak laki-laki dan perempuan mendapat bagian yang sama haknya atas harta waris. Maksud dari sama haknya, bukan berarti jenis atau jumlah harta waris dibagi rata diantara semua waris, karena harta itu tidak merupakan kesatuan yang dengan begitu saja dapat dinilai dengan uang. Cara pembagian bergantung pada keadaan dan harta warisnya; segala sesuatu diusahakan pelaksanaanya dalam suasana rukun damai, dengan musyawarah berlandas asas sama rata sama rasa. 3 4
Bagian mutlak ahli waris (LP) Tidak ada. Jika pembagian di Jawa, umumnya berdasar asas sigar semangka (bagian sama besar). Subjek pewarisan Baik ayah atau ibu dapat menjadi pewaris bagi anak kandungnya, baik yang laki-laki maupun perempuan Objek pewarisan harta asal/bawaan, harta bersama 5 Sistem kewarisan adat Sistem Individual, KOLEKTIF MAYORAT INDIVIDUAL banyak berlaku dikalangan masyarakat yang sistem kekerabatannya parental, yaitusistem pewarisan dimana setiap waris mendapatkan pembagian untuk dapat menguasai dan atau memiliki harta warisan menurut bagiannya masing-masing. Sebagaimana di masyarakat Jawa, Sulawesi, Aceh, Lombok, Batak. 6 Pewaris Apabila menganut sistem parental, maka kedudukan ayah maupun ibu tidak dibedakan dalam sistem pewarisan. Jadi, keturunan pewaris dapat mewaris dari ayah maupun ibu. 7 Kedudukan ahli waris Anak kandung; ahli waris utama dan pemilik harta kekayaan. Kedudukan anak kandung sebagai waris dipengaruhi oleh perkawinanyang dilakukan oleh orang tuanya. anak sah yang berarti berhak mewaris, baik laki-laki atau perempuan; anak tak sah berarti ia hanya mempunyai hubungan keperdataan dengan ibu kandungnya dan warga kerabat ibunya, dapat mewaris dari ibunya atau kerabat ibunya 8
Anak tiri;dapat menjadi ahli waris dari bapak tiri dan ibu tiri dengan jalan pengangkatan atau pengakuan oleh orang tua tiri tersebut Anak angkat; hak anak angkat di wilayah Jawa selebihnya, terutama di Jawa Tengah: mereka ngangsu sumur loro = menimba dari dua sumur, disamping mendapat warisan dari orang tua angkat, juga masih tetap mewaris dari orang tua kandung Janda dan atau duda; menurut hukum adat di Jawa, janda atau duda mula-mula bukanlah ahli waris dari suami atau istrinya yang meninggal. 9 10 Para waris lainnya HARTA WARISAN Menurut hukum adat Jawa, para waris dikelompokkan dalam tata urutan: a. Keturunan pewaris b. Orang tua pewaris c. Saudara-saudara pewaris atau keturunannya d. Orang tua dari orang tua pewaris atau keturunannya Dalam pengelompokkan tersebut belum termasuk janda, duda dan anak angkat sebagai waris, meskipun sebenarnya mereka menjadi ahli waris juga. Harta Asal harta asal adalah semua harta kekayaan yang dikuasai dan dimiliki pewaris sejak mula pertama, baik berupa harta peninggalan ataupun harta bawaan (Jawa, gawan) yang dibawa masuk ke dalam perkawinan dan kemungkinan bertambah selama perkawinan sampai akhir hayatnya. Harta Bersama semua penghasilan suami-isteri selama masa perkawinan selainharta asal dan/atau harta pemberian yang mengikuti harta asal adalah harta pencarian bersama mereka. 11 12
PROSES PEWARISAN PEMBAGIAN HARTA WARIS DAN HILANGNYA HAK MEWARIS Proses pemberian harta kepada ahli waris khususnya kepada anak, telah dimulai sebelum orang tua atau pewarismasihhidup. Jadi, pembagian waris dapat dilakukan sebelum pewaris wafat. Hal ini berbeda dengan proses pewarisan menurut BW yang peristiwa kematian pewaris merupakan unsur utama. Besarnya bagian anak sah berhak mewaris harta asal dan harta bersama, tidak dibedakan besar bagian yang diterima antara anak lakilaki maupun perempuan Besarnya bagian saudara atau kerabat lainnya tidak ada yang mengatur bagian waris secara pasti, karena dalam sistem parental, harta waris diatur dan dikelola oleh keluarga yang bersangkutan. 13 14 HIBAH WASIAT Besarnya bagian janda atau duda Apabila dikaruniai keturunan, maka mereka berhak mengurus dan mengatur, menikmati serta membagikan harta warisan kepada para waris yang bersangkutan Harta yang didapat dari seseorang yang wafat karena sebelum wafatnya sudah ada pesan(contoh pada daerah Aceh). Biasanya hibah wasiat itu tidak boleh melebihi dari 1/3 dari semua harta yang ada yang merupakan harta warisan. berhak memperoleh bagian dari harta peninggalan suami atau istrinya bersama-sama dengan ahli waris lainnya, atau mempertahankan keutuhan harta tersebut untuk keperluan hidupnya. 15 16
Bagi keluarga yang mengikuti ajaran islam maka hibah wasiat itu harus diucapkan dihadapan saksi-saksi dan harus ada kesediaan (kabul) dari si penerima hibah. Baik hukum adat maupun hukum islam ucapan hibah wasiat masih dapat ditarikkembaliolehsipengucapselamaiamasihhidup. Di Aceh orang tua biasa menghibahkan rumah dan pekarangan untuk anak perempuan sebelum pewaris itu wafat atau dengan berwasiat. 17 PERADILAN WARISAN Musyawarah Keluarga Semua anggota keluarga pewaris berkumpul di tempat pewaris untuk menyelesaikan sengketa harta warisan. Tidak ada penggugat dan tergugat yang langsung mengemukakan persoalan, tetapi majelis yang bermusyawarah terlebih dahulu mendengarkan pendapat anggota keluarga lainnya. Musyawarah Adat Terdapat peran soko-guru yang berperan dalam memelihara dan membina kerukunan hidup kekeluargaan. Contoh di Aceh Pengadilan/litigasi Banyak hakim kekurangan pengetahuan mengenai hukum waris adat yang berbeda-beda di berbagai tempat, setempat dalam saat mendesak, maka dari itu biasanya para hakim mendengarkan keterangan saksi ahli yang dapat diambil dari para cendekiwawan adat setempat atau sarja hukum adat 18 KASUS SISTEM PARENTAL A menggugat B,C,D,E,F Hartapewaris(alm. ayah) Rp. 11. 800.000. 000 : 6 = 1. 966.666. 666 / dibulatkan menjadi 1. 950. 000. 000 (Bagian yang seharusnya didapatkan masing-masing) Namun A, hanya mendapat harta 1.300. 000. 000, sehingga kurang Rp 650. 000. 000 B, C, D, F pada waktu pewaris hidup pernah diberikan ruko/rumah, sedangkan A dane belumpernah. Maka, A menggugatagar RumahdiJalanX (senilai 400 juta) diberikan kepada A untuk dibagi bersama Tergugat V dengan alasan tidak akan dijual dan merupakan Tanah Keprabon. Namun, pada saat ini Tergugat V tidak diketahui keberadaannya (hilang). Sehingga dalam permohonannya, A meminta agar dirinya ditetapkan sebagai wali dari Tergugat V agar harta waris dapat segera dibagi. Gugatan ini ditolak, karena tanah tersebut merupakan Tanah Keprabon 19 Tanah Keprabon Dalam masyarakat Jawa, Tanah Keprabon merupakan tanah/rumah peninggalan/warisan orang tua, yang dianggap sakral oleh masyarakat adat setempat. Dalam kepercayaan masyarakatnya, tanah tersebut tidak boleh dijual karena apabila dijual dapat menimbulkan kemiskinan bagi keluarganya, anakanaknya akan terpecah belah, dan atau anak-anaknya akan ada yang terlantar Maka Tanah Keprabon biasanya dimiliki bersama dan dimanfaatkan untuk menampung anak-anak yang kehidupan ekonominya susah dan belum mempunyai tempat tinggal, dengan timbal balik mereka harus menjaga rumah tersebut 20
Kesimpulan, tanah yang digugat untuk dimiliki merupakan Tanah Keprabon, yang seharusnya dapat dimanfaatkan bersama dan tidak dimiliki untuk kepentingan pribadi. Dan lagi, Tergugat V hilang dan tidak dapat digantikan posisinya oleh saudara( dalam kasus ini A) karena yang berhak menggantikan yaitu ahli waris dari Tergugat V (keturunan dan atau pendamping hidup) Hibah dalam Waris Adat dan BW Jika dalam waris adat, hibah dapat diberikan pada saat pewaris masih hidup. Jadi dimungkinkan hibah tersebut merupakan harta warisan, sehingga dapat mempengaruhi jumlah harta waris yang ada. Hibah dapat ditarik kembali pada saat pewaris masih hidup, namun hal ini jarang dilakukan. Apabila dalam BW, pemberian hibah dibuat dalam bentuk akta notaris. Dan tidak dapat dicabut kembali secara sepihak. Batas bagian pemberian hibah maksimal 1/3 dari harta kekayaan. 21 22 PERTANYAAN DewanggaKurniawan(10) / (135010100111154) Nyoman Kurniadi(07) / (135010107111063) Apakah dalam sistem pewarisan adat terdapat sanksi apabila aturan adatnya tidak diterapkan? Bagaimana apabila pewaris tersebut tidak memiliki keluarga atau keturunan? Para waris lainnya: a. Keturunan pewaris b. Orang tua pewaris c. Saudara-saudara pewaris atau keturunannya d. Orang tua dari orang tua pewaris atau keturunannya (Raad van Justitie Batavia 20 Januari 1939(T. 150-232)) Sepanjang aturan adat dalam hal pewarisan yang tidak diterapkan tersebut tidak menimbulkan sengketa atau kerugian terhadap pihak lain yang bersangkutan, maka sanksi tidak diperlukan. Namun apabila ada pihak yang merasa dirugikan, maka sengketa tersebut dapat diselesaikan secara kekeluargaan/mediasi terlebih dahulu. Apabila tidak menemukan jalan keluar, maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan gugatan ke PA (apabila Islam) dan ke PN (apabila non-islam), mengenai sanksi yang diberikan tergantung pada putusan pengadilan Apabila tidak ada keluarga sama sekali, berdasarkan beberapa putusan pengadilan, harta tersebut dapat di wakafkan kepada desa, yayasan, atau orang tidak mampu. 23 24
Edwin Setyadi Kusuma (08) / (135010107111071) Manakah hukum adat yang digunakan apabila perkawinannya berbeda adat, untuk pembagian warisnya, apakah berdasarkan adat perkawinannya atau secara kekeluargaan? Dimas CandraEka (2) / (135010100111036) DalamBW terdapatahliwarisyang tidakberhakmewaris. Bagaimana jika di sistem adat parental, apakah ada yang tidak berhak mewaris? Apabila keluarganya beragama Islam, maka diutamakan menggunakan hukum Islam. Apabila kedua adat dilangsungkan secara bersamaan pada saat perkawinan maka dilihat siapa pewaris yang meninggal terlebih dahulu. Apabila suami/ayah yang meninggal, maka pembagian harta waris sesuai hukum adat ayah. Apabila istri/ibu yang meninggal, maka pembagian harta waris sesuai hukum adat ibu dan atau perkawinannya. Dan apabila keduanya meninggal, maka ahli waris menyelesaikan secara kekeluargaan dengan memilih dan menyepakati salah satu hukum adat dari masing-masing pewaris. 25 Faktor tidak dapat hak mewaris dikarenakan perbuatannya bertentangan dengan hukum adat(perbuatan salah). Antara lain, 1. Membunuh atau berusaha menghilangkan nyawa pewaris atau anggota keluarga pewaris 2. Melakukan penganiayaan atau berbuat merugikan kehidupan pewaris 3. Melakukan perbuatan tidak baik, menjatuhkan nama baik pewaris atau nama kerabat pewaris karena perbuatan tercela 4. Murtad dari agama atau berpindah agama dan kepercayaan - Perbuatan salah yang dimaksud dapat dibatalkan jika si pewaris atau anggota waris lainnya dapat memaafkan dengan nyata dalam perkataan atau perbuatan, sebelum atau ketika pembagian waris. 26 Fransiska Louisa Mbula(05)/ (135010100111050) Apabila ada anggota keluarga yang pindah agama lain, apakah dalam pewarisan di Jawa, anggota keluarga tersebut tetap mendapat warisan? Hariz Muhammad (06) / (135010101111182) Apabila dalam keluarga tersebut memeluk agama Islam, akan tetapi keluarga tersebutmenganutsistemparental. AnakperempuandalamhukumIslam seharusnyamendapatkanbagianyang lebihkecildaribagiananaklelaki, bagaimana apabila anak perempuan tersebut meminta bagiannya menurut sistem parental agar mendapat bagian yang sama? Jika dia pindah agama (murtad) maka ia tergolong dalam perbuatan salah yang memungkinkan hilangnya hak mewaris. Tetapi jika perbuatan salah tersebut dapat dibatalkan apabila si pewaris dan anggota waris lainnya mengampuni dengan nyata dalam perkataan atau perbuatan, sebelum atau ketika dilakukan pembagian warisan. Apabila keluarga tersebut beragama Islam, maka sepatutnya yang menjadi dasar hukum utama adalah Hukum Islam sesuai dengan UU No. 3/2006 tentang Perubahan UU No. 7/1989 tentang Peradilan Agama, para pihak sebelum berperkara sudah tidak dapat memilih hukum yang digunakan untuk pembagian waris, maka dapat disimpulkan berlaku Hukum Islam. 27 28
Ibu afifah Apakahadasistemtertentuyang melindungihak-hakorangtuayang mewariskanseluruhhartanyakepadaanak-anakmerekaketikamasihhidup? Apakah hibah tersebut telah berpindah pada waktu diberikan pewaris saat hidup, ataukah sampai dibalik nama? - Menurut sepengetahuan kelompok kami, belum ada. Akan tetapi, mengenai perlindungan mengenai hak orang tua yang telah menghibahkan seluruh harta kepada keturunanya, kembali lagi kepada masing-masing keturunannya untuk diselesaikan secara kekeluargaan. Dalam konsep waris adat, apabila tanah tersebut belum dibalik nama, maka orang tua yang merasa dirugikan dapat menarik kembali harta yang dihibahkan. Apabila harta tersebut terlanjur dibalik nama, saran kami pada saat akan dilakukan balik nama ketika pewaris masih hidup, sebaiknya dilakukan perjanjian tertulis antara pewaris yang masih hidup dengan penerima hibah mengenai hal-hal yang dapat menjamin hak-hak pewaris selagi masih hidup. DAFTAR PUSTAKA UU No. 3/2006 tentang Perubahan UU No. 7/1989 tentang Peradilan Agama Putusan Nomor 3085 K/Pdt/2014 Hadikusuma, Hilman. Hukum Waris Adat, PT Citra Aditya Bakti,1990, Bandung Sudiyat, Iman. Hukum Waris Adat,, 1983, Jakarta Gouwgioksiong: Hukum Antar Golongan. - Dan hibah tersebut telah berpindah, apabila telah dibalik nama menjadi atas nama penerima hibah. 29 30