jawaban yang jujur dan sesuai dengan kenyataan dan kondisi kelas kami. Bangunan tempat kami belajar mungkin kurang layak untuk disebut sekolah.

dokumen-dokumen yang mirip
Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

Di Unduh dari : Bukupaket.com

Belajar Memahami Drama

AKU AKAN MATI HARI INI

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah. Rahasia Gudang Tua

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul.

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

Persahabatan Itu Berharga. Oleh : Harrys Pratama Teguh Sabtu, 24 Juli :36

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

2 Our Precious School

Cila Aulia. Altocumulus. Aulia Publishing

SAHABAT PERTAMA. Hari Senin pagi, Lisha masih mandi. Padahal seharusnya ia sudah berangkat sekolah.

[Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu. Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran. Cast : Kalian yang membaca~

NEGERI PRAYOGI. Sudah dua hari aku libur semester ganjil. Tidak sampai enam bulan lagi aku akan menempuh

Kejadian Sehari-hari

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

YESUS DITANGKAP DAN DIADILI

Pertama Kali Aku Mengenalnya

POLA ASUH MELALUI KOMUNIKASI EFEKTIF AUD. Zumrotus Sholichati PPL PLS UNY

Marwan. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 01 Juni :25

Part 1 : Aku Menghajar Nenek-Nenek Dengan Cangkul

Buku BI 1 (5 des).indd 1 10/12/2014 8:43:03

huh, akhirnya hanya mimpi, ucapnya sambil mengusap dada.

ANTARA DENDAM DAN CINTA. Oleh: Sri Rahmadani Siregar

S a t u DI PAKUAN EXPRESS

Awalnya aku biasa saja tak begitu menghiraukannya, karena aku menganggap, dia sedang melampiaskan

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Perjodohan... Hari ini adalah hari paling bersejarah dalam hidupku.

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Mata ini sulit terpejam dan pendar-pendar rasa sakit di hati tidak dapat hilang menusuk dan menancap keras.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

Kegiatan Sehari-hari

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya.

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

Penerbit PT Elex Media Komputindo

Oleh: Windra Yuniarsih

NOVEL FIKSI. Pulau Kristal. Ajaib PENULIS AGUSSALIM SULTAN

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7

Sudah, kalian jangan bertengkar. Zaky mencoba melerai. Eh Bagaimana kalau kita membuka jasa konsultasi. Sahut Riski.

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2. Pengenalan. Klimaks. Komplikasi. Penyelesaian

BABAK I DI KOTA INDAH NAN MULIA

Pekerjaan. Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri

Di Semenanjung Tahun. Saat semua berakhir, saat itu pula semua berawal. Yuni Amida

SATU. Plak Srek.. Srek

Aku sering kali bertanya, Mengapa?

semoga hujan turun tepat waktu

sebenarnya saya terlambat karena saya terlambat bangun, maafin saya Pak, saya sudah berbohong dan terlambat. Pak Guru memukul meja, sambil berkata,

ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna

My Love Just For You vol1

Tuyul Pak Dodi. AlIn 1 Galang The Scout

Negeri Peri Di Tengah Hutan

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

'hufft, aku cape selalu disakitin sama cowo yang aku sayang.' kata icha sambil menghela nafas. tanpa dia sadari air matanya menetes.

#### Selamat Mengerjakan ####

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

Dengan senyum aku menyapanya. Tapi dia tidak merespon dan tetap saja membaca sebuah novel. Sekali lagi aku mengulangi sapaanku.

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya.

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN. 1. TK Kusuma 1 merupakan TK PKK yang beralamat di Jalan Kapulogo, dusun

Merdeka di Negeri Impian

AYAH MENGAPA AKU BERBEDA?

Siapakah Yesus Kristus? (4/6)

Kriteria Penilaian Skrip CVC

membentak-bentak mereka apabila mereka tidak melakukan hal-hal yang Riani inginkan. Semua pelampiasan amarahnya kepada semua orang selalu dia tujukan

pernah terasa sama lagi setelah kau mengalami hal yang fantastis. Bagiku, pengalaman selama di Vazard adalah hal yang fantastis.

Sepotong Matahari dan Awan untuk Ibu* :ibuku

Peristiwa 75. Bab 7. Peristiwa

Perkembangan Emosi Pada Bayi

Pada suatu hari saat aku duduk di bangku sudut sekolah, tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang.

bab 1 bilangan aku dan keluargaku lingkunganku tema

"WHITY AND BLACKY" Written by.erlambang AJI ZAKARIA

BAB 1 AKU DAN PULAU PISANG

SINOPSIS. Universitas Darma Persada

Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku!

Si Fero yang Tinggi Hati

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1

FORMAT LAMPIRAN TINDAK TUTUR ILOKUSI GURU KELAS DUA SD 138/I JANGGA BARU DALAM KOMUNIKASI PEMBELAJARAN A. :... B. :... C. :... D. :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan dari ke empat kasus

Sinopsis dan Naskah Film Pendek. Polisi Cilik

Part 1. Kanuna Facebook on Jan 22,2012

Bodoh Sekali. Oleh: Ga Hyun

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

Mengajarkan Budi Pekerti

Janji Nenek/Grandmother s Promise. M. Arif Budiman

Kisah Tentangmu. Sebuah kumpulan kisah-kisah tentangmu.. Zhie & Dilla

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada

YANG TERHILANG Oleh: Yung Darius

Kanuna Facebook on September 07, 2011 Prolog

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

Terdengar suara ayam berkokok yang menandakan hari sudah mulai pagi, aku pun bangun untuk siap-siap berangkat sekolah. Nama ku Dinda aryani aku masih

Semahkota mawar yang mulai layu itu memberitahuku bagaimana pertama kali aku menyebut

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dusun Ngelo. Tengah dengan luas wilayah ha/m 2

wanita dengan seribu pesona yang ada disebelahku. Terkadang Rini berteriak dan memeluk erat lenganku. Lucu rasanya jika memikirkan setiap kali ia

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar?

AZAN PERTAMA DENDY. (Penulis : IDM)

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

REVIEW. Mulut heart-shaped-nya menjadi lebih pucat dari sebelumnya. Ia meringis ketika rasa sakit menghantam perut bawahnya: kram.

BAGIAN PERTAMA. Kumpulan Kisah-Kisah Hikmah

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.7 Nabi Ya qub AS. dan Nabi Yusuf AS.

Transkripsi:

BAGIAN I CERPEN

2

Buku Kosong Siapa yang tugasnya sudah selesai, kumpulkan di depan ya. Pak Guru akan nilai tugas kalian? ucapku pada murid-murid TK Tadika Satu. Saya sudah, Pak, kata si Abang sambil berdiri. Dia langsung lari di atas meja teman-temannya untuk menyerahkan hasil kerjanya. Abang! sergahku, kamu tahu meja itu untuk apa? Untuk apa, Pak? ia balik bertanya. Meja itu untuk menulis. Tapi, saya kan susah lewat, Pak, sanggah si Abang. Ia berusaha mengelak dengan memberikan argumentasinya. Kamu, kan, bisa bilang permisi dulu sama teman-temanmu, jadi teman-temanmu bisa memberimu jalan, nasihatku mencoba mengarahkan si Abang. Iya, Pak, jawab si Abang singkat, seolah tidak mau berurusan panjang denganku. Aku pun tidak memperpanjang masalah lagi. Kubiarkan dia balik lagi ke tempat duduknya. Sambil membuka buku tugasnya, terlintas tentang argumentasi si Abang. Setelah dipikir, memang masuk akal dan mengena. Jawaban si Abang, Susah lewat, Pak memang 3

jawaban yang jujur dan sesuai dengan kenyataan dan kondisi kelas kami. Bangunan tempat kami belajar mungkin kurang layak untuk disebut sekolah. Sejatinya, bangunan ini dulunya merupakan tiga rumah panggung yang dijadikan satu dengan membuang sekat kayu yang memisahkan ketiga rumah tersebut. Dulu bangunan ini untuk tempat tinggal pekerja. Satu ruangan digunakan untuk menyimpan barang-barang sekolah, buku-buku, satu meja, dan beberapa kursi. Anggap saja ruangan tadi adalah gudang yang berfungsi sebagai perpustakaan yang selebihnya menjadi ruang guru saat menerima tamu. Jadi, hanya dua ruangan efektif yang digunakan untuk delapan tingkat rombongan belajar (rombel). Satu ruangan untuk dua kelas belajar mengenal huruf dan angka, setingkat taman kanak-kanak. Ruangan satunya lagi dipergunakan oleh anak-anak darjah, setingkat sekolah dasar di Indonesia. Jumlah anak-anak yang belajar di TK ini bak supporter bola pada laga final. Berjejal. Sampai-sampai tidak ada ruang untuk menggerakkan jari kelingking. Anak-anak belajar lesehan dengan mengelilingi meja 240 cm 90 cm. Satu meja bisa digunakan oleh sepuluh anak. Yang tidak kebagian meja, mengerjakan tugasnya dengan beralaskan lantai kayu. Ruangan sempit, meja yang terbatas dari sisi kuantitas dan ukuran, ditambah berjubelnya anak-anak tentu menyulitkan untuk bergerak sehingga pilihan yang paling mudah dan cerdas adalah melewati meja belajar yang alasnya dari triplek tipis. Wajar saja jika si Abang berjalan di atas meja untuk memudahkannya menjangkau mejaku. Para orang tua di wilayah ini lumayan cerdas. Daripada anak-anak ditinggal bekerja di rumah 4

sendirian, lebih baik dititipkan di sekolah. Guru sama halnya dengan baby sitter, bedanya guru bisa dimintai pertanggungjawaban untuk semua hal yang berkenaan dengan anak-anak mereka. Setiap naik tingkat, jumlah murid akan berkurang. Itu sudah pasti. Lagi-lagi kecerdasan orang tua sangat berperan. Dengan bertambahnya usia, mereka memberdayakan anakanaknya di kebun sawit, membantu orang tua menambah pundi-pundi ringgit. *** Setelah si Abang menyerahkan buku tugasnya, anak-anak yang lain pun menyusul. Seperti biasanya, anak-anak mengerubungiku. Posisiku yang duduk di lantai seperti para murid membuat mereka bisa menyerbu dari segala penjuru arah, depan, belakang, dan samping. Saat aku fokus memeriksa hasil kerja mereka, anak-anak memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan kesenangannya, dari jalan-jalan, pergi ke jendela untuk melihat halaman, ngerjain teman-temannya yang belum selesai, main gendong-gendongan, dan bermain permainan-permainan sesuai dengan imajinasi dan kesenangan mereka. Sadar keadaan sudah tidak stabil aku berteriak, Tadika Satuuu, seperti gaya trainer yang mengucapkan halooo kemudian dijawab haiiii oleh para peserta. Siaaap, jawab anak-anak serempak. Tadika Satuuu, aku ulangi dengan lebih menguatkan suaraku. Siaaap, anak-anak menjawab lebih keras dan serempak. Kalau siap, kalian harus duduk dengan rapi. 5

Mujarab. Mereka semua kembali ke tempat masing-masing. Duduk rapi dan tidak terdengar lagi suara kecuali saling bisik mengingatkan temannya untuk diam. Aku pun melanjutkan memberikan nilai untuk hasil kerja mereka dengan memberikan tiga bintang untuk setiap anak yang sudah selesai. Namun, jurusku tadi hanya ampuh selama tiga menit dan paling lama lima menit. Menit berikutnya, mereka beraksi lagi. Aku ingatkan lagi, mereka diam lagi. Di saat aku sedang dikerumunin anak-anak, kulihat ada satu buku yang masih kosong. Sontak hal ini membuatku kaget dan berpikir. Bagaimana tidak? Seharusnya yang dikumpulkan adalah buku-buku yang tugasnya sudah dikerjakan, tetapi yang di tanganku adalah buku yang masih bersih, belum ada tulisan sehuruf, bahkan setitik pun. Ini punya siapa? tanyaku sambil mengangkat buku kosong tersebut. Punya saya, Pak, aku seorang anak sambil mengangkat tangan dan langsung menghampiriku. Ternyata si John. Kenapa bukunya kosong, Nak? tanyaku mencari tahu. Dia tidak menjawab. Kenapa kamu belum mengerjakan tugas? tanyaku lagi menegaskan. Tetap tidak ada respons apa-apa darinya kecuali diam dan pandangannya yang tertuju padaku. Buku kamu belum Bapak beri nilai. Kamu belum mengerjakan tugas. Kemudian aku kembalikan buku itu ke pemiliknya. 6

John pun mengambil buku itu dan aku langsung mengambil hasil kerja anak yang lainnya. Baru saja aku pegang dan melihat buku yang lain, aku kaget untuk kedua kalinya. Ada yang memukul kepalaku. Mungkin bukan kaget, tapi emosi. Ya, benar-benar marah. Siapa sih yang tidak sopan memukulku? Berani sekali dia memukul seorang guru. Kepalaku ini kehormatanku, gumamku dalam hati. Kurasa emosiku tidak lagi di dalam dada, tapi sudah berada di ujung rambut kepala. Emosiku sudah berada pada puncaknya. Tidak sopan, aku dilecehkan, hatiku berteriak. Ternyata yang memukul kepalaku adalah John. Setelah dia ambil bukunya, sebelum pergi ke tempat duduknya, ia memilih untuk memukulkan bukunya ke kepalaku. Aku tidak melihat dan tidak menyangka John akan melakukan hal itu. Aku kaget dan seketika amarahku terpancing. Aku langsung simpan buku anakanak yang lain dan aku kejar John. Bukan hal yang sulit untuk mengejar pelakunya. Hanya butuh dua langkah, ia sudah tertangkap. Aku pegang kedua tangannya. Aku hadapkan mukanya ke mukaku. Kamu harus balas dendam. Kamu tidak boleh dilecehkan. Kamu tidak boleh diperlakukan tidak sopan, asut emosiku di dalam dada. Aku pegang dan aku hadapkan dia ke mukaku. Aku ingin dia melihat mataku yang nanar. Aku ingin puas memelototinya. Aku ingin melampiaskan amarahku. Apakah aku puas? Tidak. Aku jadi bingung. Seketika aku melihat sesuatu di dalam mata John. Aku melihat ketakutan. Bukan hanya ketakutan John, aku kecil yang sedang ketakutan pun terpancar di sana. Aku ingat, saat aku kecil, aku tidak mau diintimidasi. Aku tidak 7

melihat siapa pun di depanku kecuali aku kecil. Emosiku menguap. Aku lepaskan peganganku di tangan John. John, kamu jangan mengulanginya lagi ya nanti. Itu tidak sopan. Itu tidak baik, kataku dengan nada pelan. Iya, Pak, jawabnya singkat. Senang. Ketakutan di wajahnya berubah menjadi keceriaan. *** Sepulang mengajar, sambil melepas capai setelah perjalanan satu kilometer menaiki bukit dengan diiringi hangatnya cahaya matahari yang mencubiti kulit kepalaku, di halaman rumah aku berinteraksi dengan kera-kera yang sedang bermain di pepohanan. Aku ceritakan kejadian antara aku dengan John tadi. Namun, kera-kera itu tidak ada yang menimpali. Mereka asyik bercanda dengan sesama mereka. Sampai salah satu dari kera kecil memukul kepala ibu atau bapaknya. Entah yang mana, yang jelas kera yang dipukul itu tampak lebih besar dan mengayomi yang lainnya. Apa reaksi kera yang dipukul itu? Ia mengejar kera kecil yang sudah meloncat ke pohon lain dengan gembira. Ia pun menolehku, seolah berkata, Dia masih kecil, itulah pemahamannya tentang cara bercanda dan menyampaikan perasaan terhadap orang yang disayanginya. Plak, aku pun tersindir. 8

Tidak Anak-anak, sebelum pulang, mari kita baca doa dulu bersama-sama, ajakku kepada anak-anak kelas Tadika Satu (TK). Terdengar suara teriakan, Hore. Semuanya berkemas. Terlihat mulut mereka komat-kamit. Terpancar keceriaan di wajah mereka. Jelas sekali ceria karena mereka akan pulang. Betapa bahagianya mereka saat pergi ke sekolah. Bagaimana tidak bahagia? Mereka bisa bermain-main dengan teman-temannya, bahkan saat belajar sekalipun. Namun, mendengar kata pulang atau libur, mereka tampak lebih bahagia lagi. Mungkin ada sesuatu di sekolah yang membuat mereka tertekan. Apakah itu? Mungkinkah kawan-kawannya? Mungkinkah gurunya? Entahlah. Di saat anak-anak sedang berdoa, aku minta mereka berhenti. Kusuruh seorang anak menghadapku. Namamu siapa? tanyaku kepada seorang anak yang diam saja, tidak membaca doa seperti anak-anak lain. Namaku John, Pak, jawab si anak. Oh iya, seharusnya aku tidak bertanya siapa nama anak itu. Seharusnya aku ingat siapa dia. Bukan karena dia sebelumnya memukul kepalaku dengan bukunya, 9

tetapi karena dia adalah muridku. Tidak taat. Pemalas, pikirku. Ingin sekali aku membentaknya. Namun, aku memilih bertanya. Kenapa kamu tidak ikut berdoa? tanyaku. Aku Kristen, Pak, jawabnya lugas. Aku diam. Ingin sekali aku tutup mukaku. Aku malu, sisanya merasa bersalah yang teramat besar. Aku khawatir telah menyinggungnya. Untung, aku tadi tidak membentaknya, tidak menghakiminya, ucapku dalam hati sambil menghela napas. Aku merasa senang. Pilihan bertanyaku tepat. Masih jelas kuingat, dulu aku sangat tidak senang ketika ada guru memarahiku tanpa mau tahu apa alasanku berbuat sesuatu. Aku sering jengkel saat aku tidak diberi kesempatan untuk menyatakan satu alasan saja atas perbuatanku. Ingin sekali aku mendapatkan hak berpendapat atas perbuatanku dulu, tapi aku sering tidak mendapatkannya. Interaksiku dengan John mengingatkanku sebuah cerita yang sering aku dengar saat belajar di sekolah dulu. Interaksi dengan John menyadarkanku, bahwa John muridku yang duduk di Tadika Satu dengan kejujurannya berani mengatakan Maaf, saya berbeda tanpa rasa takut, tanpa rasa minder, tanpa rasa malu. Aku ingin menjaga kepercayaan dirinya. Pendidikan bukanlah komoditi yang bisa dimonopoli oleh satu bangsa, suku, atau agama sekalipun. Aku dan John berbeda dalam suku dan agama. Aku harus selalu menjaga dan mengoptimalkan potensi positif John kecil. Hari ini, John kecil berani mengatakan tidak karena sesuatu yang diyakininya. Di saat yang sama, para intelektual dan para terdidik tergagap untuk menentukan 10