logo lembaga 1.04.02 KAJIAN INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI MENDUKUNG SISTEM DAN MODEL PENGEMBANGAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES DI WILAYAH GERNAS KAKAO Prof. Dr. Ir. Azmi Dhalimi, SU Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian [ nama lembaga ] 2012
LATAR BELAKANG Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperan bagi perekonomian nasional, penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Produktivitas yang pernah dicapai 1.100 kg/ha/th menurun sampai 660 kg/ha/th atau 40%. Diprediksi kehilangan hasil sebesar 198.000 ton/tahun setara nilai Rp 3,94 triliun/tahun Peningkatan produktivitas dan mutu kakao dapat dilakukan melalui penerapan Good Agricultural Practices sebagai kumpulan prinsip-prinsip untuk memajukan usahatani tanaman kakao dan pasca-proses produksi, sehingga menghasilkan bahan makanan yang aman dan sehat, dengan mempertimbangkan keberlanjutan ekonomi, sosial dan lingkungan. Upaya memperbaiki kondisi tersebut selama ini dilakukan melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT), dan penerapan teknologi PSPsP (pemangkasan, sanitasi, panen sering dan pemupukan). Pemerintah mempercepat perbaikan kinerja produksi kakao dengan meluncurkan Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Kakao). Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 1
PERMASALAHAN Pertanyaan Penelitian yang menjadi pijakan perlunya kegiatan litbangyasa : Sejauh manakah teknologi yang dikembangkan di wilayah Gernas Kakao itu bisa menjadi teknologi spesifik lokasi. Jika ternyata teknologi yang diintroduksi dalam Gernas Kakao itu menjadi teknologi spesifik lokasi, pertanyaan berikutnya adalah sejauh mana penerapan teknologi spesifik lokasi di wilayah Gernas Kakao itu mendukung sistem dan model GAP? Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 2
METODOLOGI Ruang Lingkup Kegiatan : Kajian dilakukan di Provinsi Sulawesi Barat (Kabupaten Mamuju dan Majene). Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei dan Fokus Group Discussion (FGD) dengan dinas dan penyuluh perkebunan di kabupaten. Kemudian dilanjutkan dengan FGD yang diikuti oleh KCD, Penyuluh, Pedagang pengumpul, beberapa Ketua kelompok tani beserta dua orang anggotanya. Fokus Kegiatan : pada introduksi teknologi dalam program Gernas Kakao (peremajaan, rehabilitasi, dan intensifikasi) bersifat nasional dan berpeluang untuk diuji lebih lanjut menjadi paket teknologi pertanian wilayah, sehingga menjadi teknologi pertanian spesifik lokasi sekaligus mampu menjawab permasalahan yang dihadapi petani. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 3
Desain Penelitian : Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara, menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang dipersiapkan sebelumnya. Pengumpulan data difokuskan pada responden di wilayah Gernas Kakao, di Kabupaten Mamuju dan Majene dengan jumlah responden masing-masing adalah 40 orang, total responden 80 orang (n=80). Data sekunder dikumpulkan dari beberapa instansi terkait antara lain: kantor Dinas Perkebunan, Badan Penyuluhan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, dan Kantor Badan Pusat Statistik Provinsi Sulbar. Tahapan Perkembangan kegiatan dalam kurun waktu delapan bulan diuraikan dalam bentuk matrik kegiatan yang terdiri dari tujuh sub kegiatan. (1) Penyempurnaan proposal & seminar proposal; (2) Pembuatan Juklak dan kuesioner; (3) Survei lapangan dan pengumpulan data; (4) Pengolahan dan analisis data; (5) Penulisan draft laporan; (6) Seminar hasil, dan (7) Penulisan Laporan Akhir. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Produktivitas Litbang 2012 4
Perkembangan dan Hasil Kegiatan : Usahatani kakao di Kabupaten Mamuju dan Majene, Provinsi Sulawesi Barat dengan keragaman umur tanaman antara 10 22 tahun. Artinya, tidak ada penanaman kakao yang baru. Populasi tanaman per hektar antara 850 1000 pohon, terdiri atas tanaman produktif dan tidak produktif (rusak), dengan produktivitas rata-rata sekitar 450 kg per hektar biji kering. Penyebabnya antara lain umur tanaman mayoritas tua, diperparah oleh serangan hama. Sementara itu teknologi yang dilakukan petani sangat terbatas, mengandalkan pengetahuan dan keterampilan warisan leluhur. Masuknya Program Gernas Kakao, tahun 2009 2012 memperbaiki keragaan tanaman melalui peremajaan (13,64 %), rehabilitasi (57,84%) dan intensifikasi (28,52%). Gernas Kakao mengubah struktur umur tanaman dari tanaman tua tidak produktif menjadi tanaman muda produktif, dari varietas lokal menjadi unggul (Sul 1 dan Sul 2). Klon kakao unggul introduksi Gernas mencapai rata-rata 888.5 kg/ha dengan kisaran 250 2100 kg /ha, melebihi produtivitas klon kakao lokal yang rata-rata sekitar 450 kg/ha dengan kisaran 150 800 kg/ha. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Produktivitas Litbang 2012 5
Sebagain teknologi budidaya kakao telah biasa dilakukan petani sebelum masuk Program Gernas Kakao kecuali teknologi sambung samping dan sambung pucuk. Petani menerapkan teknologi yang berbasis kearifan lokal yang selanjutnya menjadi cikal bakal teknologi spesifik lokasi. Prinsip-prinsip GAP dalam usahatani kakao tercermin dalam penerapan teknologi berbasis kearifan lokal, cikal bakal teknologi spesifik lokasi. Meskipun pengertian GAP secara verbal tidak dipahami petani Agar prinsip-prinsip GAP dalam usahatani kakao ini dapat diadopsi petani kakao, maka penyebarluasan prinsip-prinsip GAP kepada petani tidak cukup melalui sosialisasi, dan advokasi saja. Pembuatan percontohan penerapan GAP akan lebih efektif untuk meningkatkan adopsi GAP. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Produktivitas Litbang 2012 6
SINERGI KOORDINASI Produk : Acuan STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PRAKTEK BUDIDAYA YANG BAIK (GAP = Good Agricultural Practices) PADA TANAMAN KAKAO Lingkup dan bentuk koordinasi yang dilakukan : Kerangka sinergi koordinasi kelembagaan-program dilaksanakan dengan kelembagaan terkait terutama dalam lingkup Badan Litbang Pertanian (Puslitbang Perkebunan, Balai Penelitian Tanaman Industri, BPTP) dengan lembaga riset daerah seperti Balitbangda dan Direktorat Jenderal Perkebunan sebagai implementator. Nama lembaga yang diajak koordinasi : Puslitbang Perkebunan, BPTP Sulawesi Barat, Dinas Perkebunan Sulawesi Barat. Strategi pelaksanaan koordinasi : inovasi teknologi untuk diterapkan dalam pengembangan GAP di wilayah Gernas Kakao di Propinsi Sulawesi Barat, Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 7
PEMANFAATAN HASIL KEGIATAN Kerangka dan strategi pemanfaatan hasil kegiatan : disampaikan dalam bentuk : (1) program desiminasi antara lain penerbitan hasil penelitian dalam Jurnal Pengkajian, Petunjuk Teknis, Demplot/Demfarm yang dapat dijadikan pegangan oleh petani dalam pelaksanaan budidaya kakao di masa depan, sehingga praktek pertanian kakaonya dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai dengan penerapan Good Agricultural Praktis, (2) replikasi di daerah marginal lainnya melalui kegiatan strategis Kementerian Pertanian dan kegiatan promosi teknologi (Puslit/Balit), serta kegiatan pengkajian dan diseminasi di BPTP. Dengan demikian, strategi pemanfaatan hasil litbangyasa dapat dilakukan melalui jalur koordinasi antara BBP2TP dengan BPTP, dan juga antara Badan Litbang Pertanian dengan UK/UPT dibawahnya. Wujud - bentuk pemanfaatan hasil kegiatan : 1. Keragaan Budidaya dan Sistem Usahatani Kakao di Wilayah Gernas Kakao, Sulawesi Barat. Rencana dimuat dalam Prosiding Seminar Nasional, BB Pengkajian 2. Pengembangan Teknologi Spesifik Lokasi Berbasis GAP Mendukung Gernas Kakao. Rencana diajukan dalam Jurnal Badan Litbang Pertanian Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 8
Data (jumlah dan demografi) pihak yang memanfaatkan hasil kegiatan : Perkembangan pemanfaatan hasil kegiatan sampai saat ini belum sepenuhnya terealisasi, karena baru tahap inisiasi awal. Namun demikian, dari hasil kunjungan dan diskusi langsung di lapangan dengan petani terlihat indikasi bahwa petani mulai menerapkan sebagian dari unsur-unsur teknologi yang tercakup dalam good agricultural practices. Signifikansi pemanfaatan yang dirasakan pihak penerima manfaat hasil : Petani di Kecamatan Sampaga dan Papalang, Kabupaten Mamuju dan di Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene sangat antusias untuk bisa menerapakan GAP karena akan meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani kakao mereka. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Produktivitas Litbang 2012 9
POTENSI PENGEMBANGAN KE DEPAN Rancangan Pengembangan ke depan : Implementasi GAP dalam budidaya dan usahatani kakao berpotensi meningkatkan produksi, produktivitas dan kualitas kakao yang dihasilkan. Potensi pengembangan untuk mencapai sasaran perlu diarahkan pada empat keterkaitan yang saling ketergantungan dan menguntungkan, yaitu: 1. Keterkaitan horizontal melalui penerapan pola tanam yang mampu menekan resiko kegagalan dan memperluas sumber pendapatan petani kakao; 2. Keterkaitan vertikal melalui penanganan hasil panen dan pasca panen yang tepat untuk menciptakan nilai tambah di tingkat petani; 3. Keterkaitan regional melalui pewilayahan komoditi sesuai dengan keunggulan kompetitif dan komparatif; dan 4. Keterkaitan institusional melalui pembentukan dan peningkatan peranan organisasi petani kakao serta pengembangan jejaringan kerjasama. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 10
Strategi Pengembangan ke depan : melalui sinergi koordinasi dengan kelembagaan terkait terutama dalam lingkup Badan Litbang Pertanian (Puslitbang Perkebunan, Balai Penelitian Tanaman Industri, BPTP), lembaga riset daerah seperti Balitbangda dan Direktorat Jenderal Perkebunan sebagai implementor. Tahapan Pengembangan ke depan : Pemanfaatan hasil kajian dapat disampaikan dalam bentuk : (1) program diseminasi antara lain penerbitan hasil penelitian dalam Jurnal Pengkajian, Petunjuk Teknis, Demplot/Demfarm yang dapat dijadikan pegangan oleh petani dalam pelaksanaan budidaya yang sesuai dengan penerapan Good Agricultural Praktices, (2) replikasi di daerah marginal lainnya melalui kegiatan strategis Kementerian Pertanian dan kegiatan promosi teknologi (Puslit/Balit), serta kegiatan pengkajian dan diseminasi di BPTP. Dengan demikian, strategi pemanfaatan hasil litbangyasa dapat dilakukan melalui jalur koordinasi antara antara Badan Litbang Pertanian dengan UK/UPT dibawahnya (BBP2TP dengan BPTP, Puslitbangbun dan Balitri) serta antara Badan Litbang Pertanian dengan Direktorat Jenderal Perkebunan. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Produktivitas Litbang 2012 11
FOTO KEGIATAN FOTO KEGIATAN Foto Koordinasi dengan pihak terkait Foto Pelaksanaan dan Hasil kegiatan Foto Pemanfaatan Hasil Kegiatan Sosialisasi Pelatihan Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 12
logo lembaga TERIMAKASIH [ NAMA TIM PENELITI ]