MENINGKATKAN KOMPETENSI SOSIAL MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DALAM PENGEMBANGAN ASPEK MOTORIK DAN KOGNITIF ANAK TK PILANGSARI I GESI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha SMARATUNGGA Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

Disampaikan oleh Kusmarwanti, M. Pd. (dari berbagai sumber)

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salina Mayo Safitri, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

Tabel 1. 1 Target Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia Tahun ,7 Juta (61,8%) 5,85 Juta (19,37%) 12,85 Juta (42,43%)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Pendidikan bagi anak usia dini bukan sekedar meningkatkan

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap tahap perkembangan yang. dilalui oleh anak usia dini (Saputra, 2005: 11)

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan berperan untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

PENGARUH SOCIAL SKILL TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pada aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

ESENSI BERMAIN BAGI ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

KEMITRAAN SEKOLAH. Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro

2014 PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KERJASAMA DAN KEMAMPUAN FISIK PADA SISWA SEKOLAH DASAR

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-temannya. Jalinan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak terjadi mulai aspek sosial, emosional, dan intelektual. Salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosi negatif. Pentingya individu mengelola emosi dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. ( diakses 2 Maret 2015) ( diakses 2 Maret 2015)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi telah berkembang sangat cepat hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia sekolah dasar merupakan masa akhir kanak-kanak yang. berkisar antara enam tahun sampai dua belas tahun, dimana anak mulai

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbeda beda. Masing

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini kecerdasan emosi telah diakui sebagai salah satu aspek yang

PERSPEKTI Tentang PAUD DAN PENDIDIKAN DASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain merupakan naluri alamiah yang telah


I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN KELOMPOK TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK PADA KELOMPOK B TK TUNAS MEKAR PALANGKA RAYA

I. PENDAHULUAN. nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup

PENGEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN. Program PLPG PAUD UAD 2017


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, menurut Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi sosial yang diakselerasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan

SKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu lembaga pendidikan

MENINGKATKAN KERJASAMA ANAK MELALUI PEMAINAN TRADISIONAL GOBAK SODOR DI KELOMPOK B TK PERTIWI 3 KALIMATI, JUWANGI, BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DARI KARDUS BEKAS DI TK GESI I, SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia anak identik dengan dunia bermain, maka kehidupan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penerapan Metode Bermain Balok untuk Meningkatkan Kreatifitas Anak di PAUD Negeri Pembina Palu Utara

IDEN WILDENSYAH BERMAIN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang

JURNAL PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dibidang pendidikan. dalam satu program kegiatan belajar dalam rangka kegiatan belajar dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala perubahan yang terjadi pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia Taman Kanak-kanak (TK) secara psikologis berada pada rentang usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI PERMAINAN BENTUK-BENTUK GEOMETRI PADA KELOMPOK A TK MELATI BAWANG, BATANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Transkripsi:

MENINGKATKAN KOMPETENSI SOSIAL MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL Murfiah Dewi Wulandari,S.Psi.,M.Psi. PGSD FKIP Universitas Muhamadiyah Surakarta Murfiah.Wulandari@ums.ac.id ABSTRAK Kompetensi sosial merupakan ketrampilan hidup yang membantu anak berkembang menjadi mandiri, cakap dan kompeten. Kompetensi sosial dapat membantu individu di dalam : memutuskan suatu pilihan atau kesepatan yang dihadapi, membentuk ataupun memelihara hubungan yang sehat, mengurangi atau menghindar dari stress dan dapat mengatasi pada saat mengalami tekanan, menjadi individu yang efektif, dapat memberi kontribusi pada lingkungan sosial. Lingkungan sekolah selain mengembangkan ketrampilan akademik juga ketrampilan sosial. Guru maupun orang tua bertugas mengembangkan perilaku sosial pada anak. Keberhasilan guru dalam membantu anak mengembangkan kompetensi sosialnya tergantung pada kemampuan mereka untuk : mengembangkan budaya kompetensi sosial, memasukkan program dengan kondisi yang spesifik untuk mengembangkan ketrampilan sosial pada anak, serta menyesuaikan tingkat dan intensitas instruksi sesuai dengan hambatan anak dalam mengembangkan ketrampilan sosial. Permainan tradisional gobak sodor dapat dijadikan sebagai program untuk mengembangkan ketrampilan sosial anak. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang terkandung dalam permainan gobak sodor. Nilai-nilai yang terkandung dalam permainan gobak sodor antara lain : kejujuran, kerjasama, pengaturan strategi, kepemimpinan, kelincahan, sportifitas, demokrasi, kekompakan, kegembiraan, perjuangan, sosial skill, dan spiritual. Selain itu permainan tradisional merupakan sarana untuk mengenalkan anak-anak pada nilai budaya dan norma-norma sosial yang diperlukan untuk mengadakan hubungan atau kontak sosial dan memainkan peran sesuai dengan kedudukan sosial dalam masyarakat, sebagai wahana tumbuh kembang anak yang mempunyai fungsi meningkatkan kemampuan fisik, moral, mental dan pikiran karena perpaduan antara olah raga, olah seni, dan olah pikiran I. Pendahuluan Era Millenium identik dengan era teknologi, dari alat komunikasi, alat rumah tangga sampai pada alat peraga pembelajaran yang berbasis IT. Teknologi 1

juga masuk ke permainan anak-anak, seperti games di i pad, laptop, PS, dan sebagainya. Hal ini tentu akan membawa dampak positif maupun negatif. Dampak positif anak akan mengenal kemajuan teknologi sesuai perkembangan jaman. Dampak negatif pada perkembangan motorik dan sosial anak akan mengalami gangguan. Fenomena sekarang ini banyak anak yang tidak mengenal permainan tradisional karena tergeser dengan permainan modern yang berbasis teknologi. Anak tidak tahu apa itu permainan gobak sodhor, bendhek, dakon, jamuran, dan lain-lain. Padahal permainan tradisional dapat mengembangkan perkembangan motorik, perkembangan sosial, dan penanaman karakter yang baik bagi anak. Permainan tradisional banyak dilakukan oleh lebih dari dua orang sehingga pasti akan ada komunikasi antara dua orang. Selain itu, dalam permainan tradisional terkandung nilai-nilai tanggung jawab, disiplin, kerja sama. Hal ini meningkatkan kompetensi sosial anak. Selain itu permainan tradisional keberadaannya berangsur-angsur mengalami kepunahan. Ada di antaranya yang benar-benar sudah tidak dikenal lagi oleh masyarakat pendukungnya. Ada pula yang masih tetap bertahan karena jauh dari jangkauan pengaruh permainan baru yang mengandalkan konsep-konsep baru yang lebih canggih. Padahal, setiap permainan rakyat tradisioal sebenarnya mengandung nilai-nilai yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan anakanak. Dalam perkembangan anak, dunia anak adalah dunia yang selalu lekat dengan permainan dan keceriaan. Saat ini anak-anak mulai kehilangan ruang yang dapat mereka jadikan tempat bermain dengan leluasa dan aman, terlebih bagi anak - anak yang tinggal di perkotaan. Permainan mereka-pun cenderung mengarah kepada permainan modern, yang semuanya serba elektronik, sehingga perlahan - lahan permainan tradisional anak-anak yang sempat dikenal generasi orang tua mereka menjadi asing dan tidak lagi mereka kenal. II. Meningkatkan Kompetensi Sosial Melalui Permainan Tradisional 2

Kompetensi sosial merupakan kemampuan yang dibutuhkan anak untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya. Kompetensi sosial mengacu pada ketrampilan sosial, emosional, kognitif serta ketrampilan berperilaku yang membuat anak akan berhasil dalam melakukan adaptasi sosial dan penyesuaian diri. Anak-anak membutuhkan interaksi dengan teman-teman sebaya. Menurut Hartup(dalam Yunita, 2006) hubungan dengan teman sebaya mempunyai kontribusi yang besar terhadap perkembangan sosial dan kognitif anak serta dapat merupakan prediktor terbaik bagi kemampuan beradaptasi pada saat dewasa. Kemampuan anak untuk menjalin hubungan yang baik dengan teman sebaya tergantung pada ketrampilan sosial yang baik. Lingkungan sekolah selain mengembangkan ketrampilan akademik juga ketrampilan sosial. Guru maupun orang tua bertugas mengembangkan perilaku sosial pada anak. Keberhasilan guru dalam membantu anak mengembangkan kompetensi sosialnya tergantung pada kemampuan mereka untuk : mengembangkan budaya kompetensi sosial, memasukkan program dengan kondisi yang spesifik untuk mengembangkan ketrampilan sosial pada anak, serta menyesuaikan tingkat dan intensitas instruksi sesuai dengan hambatan anak dalam mengembangkan ketrampilan sosial (Jansen dalam Yunita, 2006). Permainan tradisional gobak sodor dapat dijadikan sebagai program untuk mengembangkan ketrampilan sosial anak. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang terkandung dalam permainan gobak sodor. Dari hasil penelitian Siagawati (2007), nilai-nilai yang terkandung dalam permainan gobak sodor antara lain : kejujuran, kerjasama, pengaturan strategi, kepemimpinan, kelincahan, sportifitas, demokrasi, kekompakan, kegembiraan, perjuangan, sosial skill, dan spiritual. Selain itu menurut Dharmamulya bahwa permainan tradisional merupakan sarana untuk mengenalkan anak-anak pada nilai budaya dan norma-norma sosial yang diperlukan untuk mengadakan hubungan atau kontak sosial dan memainkan peran sesuai dengan kedudukan sosial dalam masyarakat, serta Budi Santosa dan Arikunto yang menyatakan bahwa permainan tradisional merupakan wahana 3

tumbuh kembang anak yang mempunyai fungsi meningkatkan kemampuan fisik, moral, mental dan pikiran karena perpaduan antara olah raga, olah seni, dan olah pikiran (Pristati, 2007). Mengembangkan kompetensi sosial bagi anak sangat diperlukan. Hal ini sebagai langkah awal bagi anak untuk keberhasilan dalam melakukan interaksi dengan orang lain maupun lingkungannya. Dengan memanfaatkan nilai yang terkandung dalam permainan tradisional gobak sodor selain mengembangkan kompetensi sosial anak juga melestarikan budaya Indonesia. Permainan anak tradisional dapat dijadikan sebagai model untuk peningkatan kompetensi sosial anak usia sekolah dasar. Permainan tradisional anak mampu mengasah aspek-aspek kompetensi sosial yang meliputi kemampuan dalam mengambil keputusan, pengendalian diri, empati, dan kerja sama. Banyak orang tua menyarankan jika permainan tradisional diberikan pada saat pelajaran olah raga, ketrampilan atau ekstrakurikuler. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Siagawati(2007) mengenai nilainilai yang terkandung dalam permainan tradisional gobak sodor. Dari penelitian tersebut ditemukan nilai-nilai yang terkandung dalam gobak sodor yaitu : kejujuran, kerja sama, pengaturan strategi, kepemimpinan, kelincahan, sportifitas, demokrasi, kekompakan, kegembiraan, perjuangan, sosial skill, spiritual. Selain itu dalam penelitian ini menyatakan bahwa gobak sodor memiliki potensi untuk tetap dipergunakan sebagai metode penanaman nilai, dapat diperkenalkan melalui kegiatan olah raga maupun acara formal kenegaraan. Kompetensi sosial merupakan ketrampilan hidup yang membantu anak berkembang menjadi mandiri, cakap dan kompeten. Kompetensi sosial dapat membantu individu di dalam : memutuskan suatu pilihan atau kesepatan yang dihadapi, membentuk ataupun memelihara hubungan yang sehat, mengurangi atau menghindar dari stress dan dapat mengatasi pada saat mengalami tekanan, menjadi individu yang efektif, dapat memberi kontribusi pada lingkungan sosial (Yunita,2005). Kompetensi sosial pada anak tergantung pada sejumlah faktor dan termasuk didalamnya ketrampilan sosial. Ketrampilan sosial merupakan 4

kemampuan anak dalam menggunakan beraneka ragam perilaku sosial yang sesuai untuk diberikan pada situasi interpersonal dan dapat diterima orang lain. Sikap egosentris dan impulsive adalah perilaku sosial negative, perilaku ini merupakan refleksi dari ketrampilan sosial anak. Perilaku ini perlu diarahkan agar tidak menghambat perkembangan empati. Perilaku sosial positif adalah emotional intelligence merupakan kemampuan anak untuk mengerti emosi orang lain dan peka terhadap tanda-tanda sosial. Yunita(2005) menyimpulkan untuk mengembangkan kompetensi sosial anak terdapat lima aspek, yaitu : konsep diri, tanggung jawab, ekepresi emosi, interaksi social, dan kemampuan pemecahan masalah. Menurut Hurlock(1980) orang tua merupakan sumber utama dari perkembangan social dan emosional pada anak. Namun dengan bertambahnya usia anak maka teman sebaya akan lebih berperan. Anak yang mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan teman sebaya akan mengalami hambatan perkembangan kompetensi social. Anak yang ditolak atau dihindari temannya akan mengakibatkan anak misalnya, tidak menyukai sekolah, harga diri yang rendah, menarik diri serta sulit menjalin hubungan dengan orang lain. Papalia(2002) menyatakan bahwa proses sosialisasi berawal dari rumah, namun sekolah juga dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan kompetensi sosialnya. Ia akan belajar memahami harapan, kebutuhan, maupun tuntutan dari orang lain. Model perilaku hubungan orang tua dan anak merupakan dasar bagi perkembangan social anak. Banyak cara digunakan orang tua untuk mendorong ketrampilan social pada anak, seperti : memberi kesempatan bermain dengan teman-temannya, ikut bermain bersama anak, berbicara dengan anak tentang hubungan social, latihan memecahkan masalah. Selain orang tua, guru juga menjadi sumber perkembangan social pada anak. Guru melatih anak untuk mengembangkan ketrampilan social. Strategi di kelas yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kompetensi social anak, antara lain : mengutamakan kerja sama, menggunakan teknik bermain drama, bermain permainan tradisional. 5

Indikator keberhasilan terbentuknya kompetensi social pada anak adalah sebagai berikut : a. Profil tingkah laku dan atribut psikologis Profil ini berisi sejumlah tingkah laku dan atribut psikologis yang menunjukkan kompetensi social anak, seperti : empati, keadilan, saling memberi dan menerima, saling berbagi dan lain-lain. b. Menjadi focus perhatian visual dari teman sebayanya Perhatian visual ini terdiri dari dua kategori, yaitu A Look dan A glance. Kategori pertama didefinisikan sebagai mengarahkan kepala dan atau mata terhadap anak lain selama dua detik atau lebih. Kategori kedua mengarahkan kepala dan atau mata terhadap anak lain selama kurang dari dua detik. c. Penerimaan teman sebaya Penerimaan teman sebaya merupakan indicator utama dari kompetensi social. Anak-anak disukai teman sebayanya cenderung ramah dan suka berbicara, mereka mampu untuk mengikuti dan mengatur aktivitas kelompok dan mampu mengenali serta mengelola ekspresi emosi. Sedangkan untuk anak-anak yang hanya sedikit dipilih teman sebayanya cenderung menampilkan ketrampilan social yang lebih rendah dalam kegiatan bermain kelompok (Yunita,2005). III. Kesimpulan Kompetensi sosial anak dapat dikembangkan berdasarkan lima aspek, yaitu : konsep diri, tanggung jawab, ekspresi emosi, interaksi social, dan kemampuan pemecahan masalah. Aspek-aspek ini dapat ditemukan dalam permainan tradisional, seperti permainan gobak shodor didalamnya anak dapat berinteraksi sosial(kerjasa tim), mengekspresikan emosi(marah, sedih, dan gembira), tanggung jawab(memegang teguh peraturan yang sudah dibuat bersama), konsep diri(tahu mana yang baik dan tidak baik, jika melakukan kecurangan maka akan dijauhi teman-temannya), kemampuan pemecahan 6

masalah(situasi dan kondisi saat main mendorong anak dapat mengambil keputusan). Daftar Pustaka Forum PAUD & Dindikbud Jateng. 2004. Materi Pelatihan Intensif Tenaga Pendidik Kelompok Bermain. Hurlock, E.B. 1980. Perkembangan Anak Jilid 1(Edisi Enam). Penerbit Erlangga. Iswinarti, dkk. 2008. Aspek Psikologis dari Permainan Anak Tradisional. Radar Malang. 26 Oktober 2008. Papalia,D.E. 2002. A Child World : Infancy through Adollesence 9th. America : McGrawHill Pristati,W.D. 2007. Efektifitas Permainan Tradisional untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosi. Jurnal ilmiah Psikologi, 2007. Siagawati,M. 2007. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Gobag Sodor. Skripsi.Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sudono, A. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan untuk Anak Usia Dini.Penerbit Grasindo Yunita,R.M. 2005. Program Pengembangan Kompetensi Sosial pada Masa Kanak-Kanak Awal. Tugas Akhir. Jakarta : Pasca Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. 7