Zulfikar Nyoria Anggraeni Mersa. (Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda) Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Arrens, Alvin and James K. Loebbecke Auditing an Integral Approach. Englewood Cliffs: Prentice Hall, Inc.

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Diajukan Untuk Memenuhi Sebahagian Syarat- Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang besar sekaligus memberikan tantangan yang semakin. mengancam eksistensi profesi akuntan indonesia.

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI DAN AKUNTAN PENDIDIK BINUS UNIVERSITY MENGENAI ATURAN ETIKA DALAM KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA 2010

BAB I PENDAHULUAN. dengan berlakunya kesepakatan Internasional mengenai pasar bebas. Profesi

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN DAN SILABUS MATA KULIAH AUDITING I JURUSAN AKUNTANSI STIE SEBELAS APRIL SUMEDANG

ABSTRAK. Kata kunci: mahasiswa akuntansi, mahasiswi akuntansi, profesi akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI.

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan sejalan dengan berkembangnya berbagai badan usaha atau

PERBANAS INSTITUTE JAKARTA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetensi dan globalisasi, setiap profesi dituntut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bisnis. Pada umumnya, tujuan semua usaha bisnis adalah berusaha untuk

ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI ANTARA MAHASISWA DENGAN PENDIDIK TERHADAP ETIKA BISNIS 1. Dekeng Setyo Budiarto

BAB I PENDAHULUAN. Setiap awal dan pertengahan tahun halaman-halaman surat kabar sering

BAB V PENUTUP. audit persediaan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Yuwono H & Rekan di

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

PERSEPSI AKUNTAN, MAHASISWA AKUNTANSI DAN KARYAWAN BAGIAN AKUNTANSI TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. jasa pemeriksa laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam. Masalah yang sering terjadi ternyata tidak sedikit auditor yang

BAB I PENDAHULUAN. posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dikelolanya. Berbagai cara digunakan manajemen perusahaan, tidak hanya dengan

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini akuntan dituntut untuk profesional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin banyaknya kebutuhan akan jasa profesional akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan profesionalismenya. Profesionalisme suatu profesi mensyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi makin meluas dan peran teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai asersi tentang kegiatan-kegitan dan kejadian-kejadian ekonomi

Accounting Analysis Journal

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WTO), General Agreement on Tarrifs and Trade (GATT), dan General Agreement on Trade in Services (GATS) tidak hanya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu profesi adalah suatu keharusan agar profesi tersebut mampu

BAB I PENDAHULUAN. akan jasa profesional akuntan publik. Kasus-kasus manipulasi yang telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. diasumsikan bahwa seseorang yang profesional memiliki kepintaran, profesionalismenya dalam melaksanakan tugasnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor merupakan profesi yang mendapat kepercayaan dari publik untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang. berkepentingan (Boynton et al.,2001) dalam (Junaidi, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. bekerja dengan baik dalam melakukan audit. Salah satu yang merupakan pekerjaan

LAMPIRAN. Uji Perbedaan. Group Statistics. Independent Samples Test

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Inspektorat daerah merupakan salah satu unit yang melakukan audit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi membawa liberalisasi di segala bidang, termasuk liberalisasi ekonomi

BAB II. Tinjauan Pustaka. sebagai tanggapan (penerimaan langsunga dari sesuatu) atau merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. responden yang terdiri atas lima Kantor Akuntan Publik dan 4 Universitas Negeri dan

KATA PENGANTAR. penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik serta saran yang membangun

ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, ETIKA AUDITOR, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA AUDITOR DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat bertahan dalam proses seleksi alam ini. non keuangan, bagi para stockholder (pemegang saham) dan stakeholder

ANALISIS PERSEPSI DOSEN AKUNTANSI DAN MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA (SURVEY DI PERGURUAN TINGGI WILAYAH SURAKARTA)

BAB V PENUTUP. bukti adanya expectation gap mengenai kegunaan laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi dasar atau aturan bagi seseorang dalam menjalankan profesinya. Etika

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dalam setiap sektor, salah satunya dalam hal pelaporan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Namun bagaimana masyarakat dapat

: Kesediaan Menjadi Responden Penelitian

BAB I. melanggar dimensi moral dan etika bisnis itu sendiri, termasuk profesi. Masalah etika menjadi perhatian yang sangat penting bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sendiri terdapat banyak kantor akuntan publik yang memberikan jasa audit pada

Adelia Lukyta Arumsari 1 I Ketut Budiartha 2 ABSTRAK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan dari hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, keberadaan dan peran profesi auditor mengalami

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KARIR MENJADI AKUNTAN PUBLIK PADA MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. tempat berlangsungnya proses pembentukan karakter seseorang melalui

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui

BAB I PENDAHULUAN. menyimpang jauh dari aktivitas moral, bahkan ada anggapan bahwa dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan akuntan. (Arens dan Loebbecke, 1996:4). keputusan. Para pemakai laporan keuangan selalu memeriksa dan mencari

BAB I PENDAHULUAN. keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah k ti e g n e m r a d e k es na k u b M, O ZC LI

PENGARUH KUALITAS AUDITOR, INDEPENDENSI DAN OPINI AUDITOR TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN

SILABUS. Sumber Bahan : A. Textbook: Jusup, A. Haryono (2001). Auditing (Pengauditan). Buku Satu.Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.

BAB V PENUTUP. akuntansi terhadap terhadap kode etik profesi akuntan publik sebagaimana

BAB 1 PENDAHULUAN. dua kelompok; jasa assurance dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa

BAB IV HASIL PENELITIAN

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

Boyke Raja Hizkia Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetisi dalam dunia kerja, setiap

JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET)

BAB I PENDAHULUAN. informasi mengenai prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak lain diluar

Transkripsi:

http://www.karyailmiah.polnes.ac.id PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP INTEGRITAS, OBJEKTIVITAS, DAN INDEPENDENSI AKUNTAN SEBELUM DAN SESUDAH MENEMPUH MATA KULIAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI Zulfikar Nyoria Anggraeni Mersa (Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda) Abstrak ZULFIKAR & NYORIA ANGGARAENI : Penelitian ini menganalisis persepsi mahasiswa akuntansi terhadap etika profesi akuntan yaitu integritas, objektivitas, dan independensi sebelum dan sesudah menempuh mata kuliah etika bisnis dan profesi. Penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dengan menggunakan jugment sampling dalam pengambilan data, sampel penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Akuntansi Semester 4 dan Semester 6. Mahasiswa semester 4 sudah menempuh Mata Kuliah Auditing 1 dan Auditing 2 tetapi belum menempuh Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi, sedangkan mahasiswa semester 6 sudah menempuh Mata Kuliah Auditing 1, Auditing 2 dan Etika Bisnis dan Profesi. Metode analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan uji beda lavene test. Hasil penelitian menunjukkan nilai t sebesar -0,942 (sebelum) dan -0,950 (sesudah) dengan signifikansi 0,05, terdapat perbedaan persepsi mahasiswa semester 4 dan mahasiswa semester 6 berkaitan dengan Integritas Akuntan (X1). Berkaitan dengan Objektivitas Akuntan (X2) di peroleh nilai t sebesar 0,300 (sebelum) dan 0,302 (sesudah) dengan signifikansi 0,05, artinya tidak terdapat perbedaan antara mahasiswa semester 4 dengan mahasiswa semester 6. Sedangkan persepsi mahasiswa terhadap Independensi Akuntan (X3) diperoleh nilai t sebesar 3,595 (sebelum) dan 3,609 (sesudah) dengan signifikansi 0,05, artinya tidak terdapat perbedaan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa penambahan kurikulum Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi di Jurusan Akuntansi telah mampu meningkatkan pemahaman mahasiswa berkaitan dengan Objektivitas Akuntan dan Independensi Akuntan. Kata kunci: Persepsi, Integritas, Objektivitas, Independensi, Etika Bisnis dan Profesi PENDAHULUAN Profesi akuntan adalah salah satu profesi yang ikut berkecimpung dalam perputaran roda ekonomi, karena akuntan memberikan jasanya kepada masyarakat luas melalui jasa audit. Jasa audit ini telah dikenal luas oleh masyarakat terutama masyarakat bisnis. Adapun tujuan umum atas laporan keuangan oleh auditor independen (akuntan) adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Laporan keuangan merupakan tanggungjawab manajemen. Tanggung jawab JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 2181 Riset / 2080

auditor adalah menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Manajemen bertanggung jawab dalam menerapkan kebijakan akuntansi yang sehat dan untuk membangun dan memelihara struktur ringkas, dan melaporkan data keuangan yang sejalan dengan asersi manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan (Standar Profesional Akuntan Publik : 1994). Dari deskripsi di atas jelaslah bagaimana peran dan tanggung jawab akuntan, tetapi dalam praktiknya tidak sedikit terjadi kecurangankecurangan yang telah dilakukan akuntan. Kecurangan-kecurangan yang seringkali terjadi adalah pemberian opini yang asal-asalan saja tanpa melakukan prosedur audit yang harus dilakukan sebagaimana mestinya. Hal ini sering dilakukan oleh akuntan yang berorientasi pada uang semata. Sehingga dalam melaksanakan tugasnya si-akuntan selalu berusaha untuk memuaskan si-klien. Akuntan yang seperti ini sering disebut sebagai akuntan tukang jahit, karena siap membuatkan pesanan dari langganannya dalam hal ini adalah si klien. Sehingga lunturlah nilai-nilai etis yang harus dijunjung tinggi oleh sang akuntan. Akibatnya menjadi tanda tanya besar bagi seluruh masyarakat apakah akuntan kita memiliki integritas, objektivitas, dan objektivitas yang baik? Dalam menjalankan profesinya, seorang akuntan diatur oleh suatu kode etik akuntan, yaitu norma perilaku hubungan antara akuntan dengan para klien, antara akuntan dengan sejawatnya, dan antara profesi dengan masyarakat. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sejak tahun 1973 telah mengesahkan kode Etik Akuntan Indonesia yang telah mengalami revisi pada tahun 1986, dan terakhir pada tahun 1994. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia mengamanatkan: Setiap anggota harus mempertahankan objektivitas, ia akan bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya. Kode etik adalah merupakan salah satu hal yang selalu dipertanyakan dalam profesi apapun tidak terkecuali profesi akuntan. Sampai saat ini masih banyak diskursus seputar kode etik akuntan dalam dunia praktek sehari-hari. Untuk itu diperlukan suatu pembahasan yang lebih mendalam mengenai kode etik itu sendiri. Untuk itu, peneliti mencoba untuk mengangkat salah satu sisi nilai yang terdapat dalam kode etik akuntan. Argumentasi lain yang diajukan untuk mendukung perlunya penelitian ini adalah sudah saatnya para profesional menyiapkan generasi penerus berkualitas dengan berlandaskan etika yang kuat. Hal tersebut didasari akan keinginan pasar jasa akuntan yang mulai mempertimbangkan etika sebagai salah satu faktor penentu untuk akuntan yang akan ditugaskan. Pemikiran lain adalah untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat umum akan jasa akuntan. Berdasarkan hal di atas, faktor lain yang mendasari penelitian ini adalah sebagai pengungkapan dari pendidikan akuntansi. Kurikulum Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi di ajarkan pada mahasiswa akuntansi dalam dua tahun terakhir. Evaluasi terhadap pembelajaran Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi dalam bentuk penelitian belum pernah dilakukan, sedangkan mahasiswa akuntansi merupakan calon-calon akuntan di masa mendatang dan juga yang mengetahui dunia akuntansi itu sendiri meskipun masih dalam tataran teoritis. Namun hal ini tidak boleh dianggap masalah kecil. Karena alangkah lebih baiknya kalau perbaikan yang akan di lakukan dimulai dari hal-hal yang kecil terlebih dahulu. Untuk itulah Peneliti merasa perlu mengungkapkan salah satu sisi dari dunia akuntansi yaitu sisi akademisinya dalam hal ini adalah mahasiswa akuntansi. Tujuan Penelitian ini untuk mendiskiripsikan persepsi mahasiswa akuntansi terhadap integritas, objektivitas, dan independensi akuntan sebelum dan sesudah menempuh mata kuliah etika bisnis dan profesi dengan kondisi khusus persepsi mahasiswa akuntansi Politeknik Negeri Samarinda. METODE PENELITIAN Responden dan Sampling Penelitian ini dilakukan di Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Samarinda dengan responden mahasiswa. Kelompok tersebut diambil sebagai responden sesuai dengan masalah yang ingin diteliti. Peneliti menggunakan judgment sampling, yaitu mengambil sampel dengan cara keputusan dengan memperhatikan kriteria tertentu (Umar, 2003). Kelompok sampel yang ditentukan adalah Mahasiswa Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda. Jumlah sampel yang diambil berjumlah 160 mahasiswa. Persyaratan yang ditentukan bagi mahasiswa adalah sebagai berikut : a. Mahasiswa Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda. b. Telah menempuh MK Pemeriksaan Akuntansi I (Auditing 1) dan Pemeriksaan Akuntansi II (Auditing 2) tetapi belum menempuh Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi. c. Telah menempuh MK Pemeriksaan Akuntansi I (auditing 1), Pemeriksaan Akuntansi II (Auditing II) dan Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengambil populasi seluruh mahasiswa semester 4 dan semester 6 kelas pagi Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda. Riset / 2081 JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 2181

http://www.karyailmiah.polnes.ac.id Hasil diskripsi data ditunjukkan pada tabel 6.1 sebagai berikut : Tabel 1. Nilai Rata-Rata Persepsi Mahasiswa Semester 4 (Sebelum) dan Semester 6 (Sesudah) KATEGORI N Mean Std. Deviation Std. Error Mean X1 Sebelum 78 1.5662.39213.04440 Sesudah 82 1.6391.56765.06269 X2 Sebelum 78 1.8576.41570.04707 Sesudah 82 1.8346.54020.05966 X3 Sebelum 78 2.0676.43996.04982 Sesudah 82 1.7957.51164.05650 Sumber : Data di Olah Sampel semester 4 berjumlah 78 orang dan semester 6 berjumlah 82 orang. Data di atas menunjukkan nilai rata-rata pertanyaan berkaitan dengan Integritas Akuntan (X1) mahasiswa Kuliah Etika Bisnis dan Profesi adalah 1, 57. Sedangkan mahasiswa semester 6 yang sudah menempuh Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi adalah 1,64. Pertanyaan yang berkaitan dengan Objektivitas Akuntan (X2), mahasiswa semester 4 dan semester 6 menunjukkan nilai rata-rata yang relatif sama. Mahasiswa semester 4 nilai rata-rata 1,86 sedangkan mahasiswa semester 6 menunjukkan rata-rata 1,83. Pertanyaan yang berkaitan dengan Independensi Akuntan (X3), mahasiswa semester 4 menunjukkan nilai rata-rata 2,07. Sedangkan mahasiswa semester 6 menunjukkan nilai rata-rata 1,80. Secara abolut dari hasil deskripsi data di atas menunjukkan terdapat perbedaan persepsi mahasiswa semester 4 yang belum menempuh Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi dengan mahasiswa semester 6 yang sudah menempuh Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi berkaitan dengan integritas, objektivitas dan indenpendensi akuntan. Namun untuk melihat apakah perbedaan tersebut nyata secara statistik maka harus di lihat output tabel Uji Sampel Independen tabel 2 di bawah ini : Levene Test... F Signific ance t Tabel 2 Uji Sampel Independen Df Sig(2- tailed)... t-test for Equality... Mean Difference Std. Error Diff... 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper X1 Equal 4.087.045 -.942 158.348 -.0730.07750 -.22607.08009 Not Equal -.950 144.421.344 -.0730.07682 -.22482.07884 X2 Equal 3.055.082.300 158.765.0229.07648 -.12812.17398 Not Equal.302 151.484.763.0229.07599 -.12720.17306 X3 Equal.679.411 3.595 158.000.2718.07561.12250.42117 Not Equal 3.609 156.436.000.2718.07533.12305.42062 Sumber : Data diolah Integritas Akuntan Hasil uji sampel independen menunjukkan : 1. Hasil pengujian homogenitas varians dari kedua kelompok sampel yaitu mahasiswa kuliah Etika Bisnis dan Profesi diperoleh nilai F sebesar 4,087 dengan signifikansi sebesar 0,045. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 2181 Riset / 2082

0,05 menunjukkan bahwa varians kedua sampel tersebut adalah tidak homogen. 2. Selanjutnya maka akan digunakan hasil pengujian dengan equal variance not assumed (tidak homogen) yaitu diperoleh nilai t sebesar -0,942 (sebelum) dan -0,950 (sesudah) dengan signifikansi 0,05. Dengan nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 maka terdapat perbedaan persepsi mahasiswa dengan Integritas Akuntan (X1). Objektivitas Akuntan Hasil uji sampel independen menunjukkan : 1. Hasil pengujian homogenitas varians dari kedua kelompok sampel yaitu mahasiswa kuliah Etika Bisnis dan Profesi diperoleh nilai F sebesar 3,055 dengan signifikansi sebesar 0,082. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa varians kedua sampel tersebut adalah homogen. 2. Hasil pengujian dengan equal variance not assumed (tidak homogen) yaitu diperoleh nilai t sebesar 0,300 (sebelum) dan 0,302 (sesudah) dengan signifikansi 0,05. Dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 maka persepsi mahasiswa semester 4 yang belum menempuh Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi dan mahasiswa semester 6 yang sudah menempuh Mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi tidak terdapat perbedaan berkaitan dengan Objektivitas Akuntan (X2). Independensi Akuntan Hasil uji sampel independen menunjukkan : 1. Hasil pengujian homogenitas varians dari kedua kelompok sampel yaitu mahasiswa kuliah Etika Bisnis dan Profesi diperoleh nilai F sebesar 0,679 dengan signifikansi sebesar 0,411. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa varians kedua sampel tersebut adalah homogen. 2. Hasil pengujian dengan equal variance not assumed (tidak homogen) yaitu diperoleh nilai t sebesar 3,595 (sebelum) dan 3,609 (sesudah) dengan signifikansi 0,05. Dengan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 maka persepsi mahasiswa semester 4 yang belum menempuh Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi dan mahasiswa semester 6 yang sudah menempuh Mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi tidak terdapat perbedaan berkaitan dengan Independensi Akuntan (X3). PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa semester 4 yang belum menempuh Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi memiliki persepsi yang berbeda dengan mahasiswa semester 6 yang telah menempuh Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi berkaitan dengan Integritas Akuntan (X1). Sedangkan untuk Objektivitas Akuntan (X2) dan Independensi Akuntan (X3) tidak terdapat perbedaan. Pemahaman mahasiswa yang sebelum menempuh Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi dan yang sudah menempuh Mata Kuliah Etika Bisnis berkaitan dengan Objektivitas Akuntan (X2) dan Independensi Akuntan (X3) meningkat jika di lihat dari nilai t test for equality, masing-masing pada nilai 0,300 (sebelum) dan 0,302 (sesudah), serta 3,595 (sebelum) dan 3,609 (sesudah). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan kurikulum Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi di Jurusan Akuntansi telah mampu meningkatkan pemahaman mahasiswa berkaitan dengan Objektivitas Akuntan dan independensi Akuntan. Output perguruan tinggi adalah lulusan yang menjadi input bagi industri dalam penyediaan tenaga kerja. Mahasiswa sebagai calon-calon akuntan yang bekerja sebagai akuntan intern, akuntan publik maupun akuntan pemerintah haruslah di beri pembekalan yang cukup di perguruan tinggi berkaitan dengan etika profesi akuntan terutama berkaitan dengan integritas, objektivitas, dan independensi akuntan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa muatan kurikulum Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi sangatlah penting untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap etika profesi akuntan terutama berkaitan dengan integritas, objektivitas dan independensi akuntan. Wyatt (2004) dalam Intani dan Suhendra (2009) menjelaskan bahwa akuntan pendidik seharusnya memberikan perhatian yang lebih besar dalam pendidikan akuntansi atas dua hal, yaitu apresiasi terhadap profesi akuntan dan apresiasi mengenai dilema etika (ethical dilemmas). Hal ini dapat dituangkan dalam bentuk mata ajaran, metode pengajaran sampai ke penyusunan kurikulum yang berlandaskan nilai-nilai etika dan moral. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nurita dan Wed Radianto (2008), meneliti tentang perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi terhadap etika penyusunan laporan keuangan, antara mahasiswa yang sudah mengambil mata kuliah pendidikan etika atau mahasiswa tingkat akhir dengan mahasiswa yang belum mengambil mata kuliah pendidikan etika atau mahasiswa tingkat Riset / 2083 JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 2181

http://www.karyailmiah.polnes.ac.id awal. Terdapat perbedaan persepsi yang signifikan mengenai laporan keuangan antara mahasiswa yang sudah mengambil mata kuliah pendidikan etika dengan mahasiswa yang belum mengambil pendidikan etika. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Setyawan (2010) yang menemukan perbedaan persepsi antara mahasiswa PPAk (Pendidikan Profesi Akuntansi) dengan auditor KAP (Kantor Akuntan Publik). Etika profesi akuntan dipersepsikan dengan baik oleh mahasiswa akuntansi semester 4 (sebelum) dan mahasiswa semester 6 (sesudah), harapan mahasiswa dengan etika profesi akuntan harusnya menjadi masukan bagi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk dapat menerapkan etika profesi lebih baik lagi, tidak dengan alasan demi keberlangsungan hidup KAP (Kantor Akuntan Publik), khususnya untuk mendapatkan klien, penerapan etika profesi akuntan menjadi tidak optimal. Etika profesi akuntan jangan hanya menjadi kelengkapan profesi, jangan hanya menjadi simbol, tetapi harus menjadi pandangan hidup profesi akuntan dalam menjalankan aktivitasnya. Sehingga diharapkan akan ada perbaikan ke arah positif bagi kinerja profesi akuntan di masa-masa mendatang. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian adalah : 1. Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa dengan Integritas Akuntan (X1). 2. Tidak terdapat perbedaan persepsi mahasiswa dengan Objektivitas Akuntan (X2). 3. Tidak terdapat perbedaan persepsi mahasiswa dengan Independensi Akuntan (X3). 4. Penambahan kurikulum Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi di Jurusan Akuntansi telah mampu meningkatkan pemahaman mahasiswa berkaitan dengan Objektivitas Akuntan dan independensi Akuntan. SARAN Implikasi penting dari hasil penelitian dan menjadi saran bagi Jurusan Akuntansi berikut : 1. Penambahan kurikulum Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi sejak tahun 2007 di Jurusan Akuntansi telah mampu meningkatkan pemahaman mahasiswa berkaitan dengan Objektivitas Akuntan dan independensi Akuntan. Jurusan Akuntansi haruslah mempertahankan kurikulum Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi sebagai mata kuliah wajib yang harus di ajarkan kepada mahasiswa. 2. Evaluasi dan pengembangan materi harus selalu dilakukan oleh pengajar Mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi. Pemberian contoh kasus pelanggaran terhadap Etika Profesi Akuntan harus banyak diberikan pada mahasiswa, ini bertujuan memudahkan pemahaman mahasiswa terhadap Etika Profesi Akuntan. 3. Metode Pembelajaran Mata Kuliah Etika Bisnis dan Profesi haruslah selalu dikembangkan oleh Pengajar, ini bertujuan untuk mendapatkan metode pembelajaran yang efektif di kelas. Hal ini penting dilakukan karena pemaknaan terhadap etika berkaitan dengan pemaknaan benar dan salah, tidak hanya upaya untuk mencerdaskan intelektual tetapi yang lebih penting lagi adalah mencerdaskan kemampuan spiritual mahasiswa. DAFTAR PUSTAKA Arens, A.A. & J.K. Loebbecke, 1997, Auditing: An Integrated Approach, Seven Edition, New Jersey: Prentice-Hall Inc. Arens, A.A. & J.K. Loebbecke, 2003, Auditing dan Pelayanan Verifikasi, Edisi IX, Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Boynton, W.C., R.N. Johnson, & W.G. Kell, 2002, Modern Auditing, New York, John Wiley & Sons. Desriani, Rahmi, 1993, Persepsi Akuntan terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia, Tesis. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Pojman, louis P. 1990, Ethics Discovering Right and Wrong, California: Wad Worth Publishing Company. Mulyadi, 2002, Auditing, Edisi 6, Jakarta: Salemba Empat. Nurita dan Radianto, 2008, Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Penyusunan Laporan Keuangan, The 2nd National Conference UKWMS Surabaya. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga, Jakarta: Penerbit Balai Pustaka. Ruchjat Kosasih, 2000, Akuntan Publik Tidak Independen Bila Terlalu Lama Menjadi Auditor Suatu Entitas?, Juni, Media Akuntansi, pp. 47 48. Rustiana dan Dian Indri, 1999, Persepsi Kode Etik Akuntan Indonesia: Komparasi Novice Accountant, Akuntan Pendidik, dan Akuntan. JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 2181 Riset / 2084

publik, Simposium Nasional Akuntansi II IAIKAPd September. Sihwahjoeni dan M. Gudono, 2000, Persepsi Akuntan Terhadap Kode Etik Akuntan. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 3, No. 2 Juli: 168-184. Steven, 1993, A Compration of Ethical Evaluations of Business Scholl Faculty and Students: A Pilot Umar, Husein, 2003, Metode Riset Akuntansi Terapan, Ghalia Indonesia. Ward, Suzanne Pinac, D.R. Ward, dan A.B. Deck, 1993, Certified Public Accountants; Ethical Perception Skill and attitudes on Ethics Education, Journal of Business Ethics 12, 600-610. Wulandari dan Sularso, 2002, Persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia Studi Kasus di Surakarta, Jurnal Perspektif FE UNS Vol.7, No.2 Des: 17-89. Riset / 2085 JURNAL EKSIS Vol.8 No.1, Mar 2012: 2001 2181