KRIDA PENDIDIKAN MASYARAKAT. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015

Kebijakan Program Pendataan Dapodik PAUD dan Dikmas

PROGRAM DAN ANGGARAN SUBDIT PROGRAM DAN EVALUASI TAHUN 2012

SAMBUTAN DIRJEN PAUDNI

Disampaikan pada kegiatan Bimbingan Teknis Kelembagaan untuk Pemantapan Akreditasi PKBM Semarang, Tanggal 4 Maret 2016

Capaian Keaksaraan, Gender, dan Pengembangan Budaya Baca

Peningkatan Mutu Keaksaraan Diintegrasikan dengan Literasi Kewirausahaan, Peningkatan Budaya Baca dan Peningkatan Kapasitas Tutor Bindikmas PAUDNI

Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan Masyarakat melalui Rumah Pintar

D I R E K TO R AT J E N D E R A L P E N D I D I K A N A N A K U S I A D I N I D A N P E N D I D I K A N M A S YA R A K AT, K E M D I K B U D R I

Perencanaan Pelaksanaan Akreditasi PAUD dan PNF Tahun 2018

KEBIJAKAN AKREDITASI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL TAHUN 2018

PEMBINAAN ORGANISASI MITRA DIKMAS. Oleh Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat DITJEN PAUDNI-KEMDIKBUD RI 2015

CAPAIAN PROGRAM, TARGET PROGRAM DAN ARAH KEBIJAKAN

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas Terkait Akreditasi PAUD dan PNF

Strategi Kebijakan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Tahun 2016

Landasan Pelaksanaan Akreditasi (1)

KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD DAN PNF TAHUN 2018 BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN NONFORMAL

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas dalam Penguatan dan Pemanfaatan Hasil Akreditasi

KEBIJAKAN DITJEN PAUD DAN DIKMAS DALAM PENGEMBANGAN MUTU SATUAN PENDIDIKAN PAUD DAN DIKMAS

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

Lampiran 3 PERNYATAAN PENERIMAAN DANA BANTUAN INSENTIF BAGI PENGELOLA PKBM DAN PENGELOLA TBM TAHUN 2012

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

PROGRAM KEAKSARAAN DAN BUDAYA BACA 2016

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Pelatihan Sistem Informasi Manajemen Akreditasi dalam rangka sosialisasi aplikasi SISPENA PAUD dan PNF Tahun 2018

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

bbbbbbbbbbbbbbb Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen PAUDNI Tahun 2012

STA NDA R LAYA NA N DA N PROG RA M TA HUN 2012

PUSAT PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL REGIONAL I JAYAGIRI BANDUNG

Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Grafik Kata Pengantar Ringkasan Eksekutif

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

C UN MURNI Tahun

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

Penataan Kelembagaan PKBM

PEMANFAATAN DATA DAPODIK UNTUK PEMBINAAN SATUAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Disabilitas. Website:

DRAF APK-APM PENDIDIKAN TAHUN 2017

Besarnya Penduduk yang Tidak Bekerja Sama-sekali: Hasil Survey Terkini

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

Profil Keaksaraan: Hasil Sensus Penduduk 2010

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

KEBIJAKAN TENTANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

WORKSHOP KOMPILASI DATA SATUAN PENDIDIKAN DAN PROSES PEMBELAJARAN. Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

Hasil Pembahasan Pra-Musrenbangnas dalam Penyusunan RKP 2014

Disampaikan pada kegiatan Temu Koordinasi Penyelenggaraan Program Pendidikan Masyarakat, Bandung, Tanggal 29 April 2015

4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Tahun Akademik 2011/2012

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

Pemanfaatan Hasil Ujian Nasional MTs untuk Perbaikan Akses dan Mutu Pendidikan

INDONESIA Percentage below / above median

DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH

2017, No Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. Mengingat : 1. Un

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

Analisis Deskriptif Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren Tahun Akademik

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PAUDNI 2012 DAN RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM PAUDNI TAHUN 2013

PENDATAAN RUMAH TANGGA MISKIN DI WILAYAH PESISIR/NELAYAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

ARAH DAN KEBIJAKAN DITJEN PAUDNI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL 2013

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

KEBIJAKAN PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2012

PROGRAM PEMBINAAN PTK KURSUS DAN PELATIHAN Dr. Kastum, M.Pd. (Kasubdit PTK Kursus dan Pelatihan)

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

Fungsi dan Lingkup Jalur PNFI

ORIENTASI RAKORNAS BAP PAUD DAN PNF TAHUN 2017

B. SUMBER PENDANAAN (10) PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN (PPSDMK) (Juta Rupiah) Prakiraan Kebutuhan

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung

Hasil Sidang Komisi I: KEBIJAKAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT

KESEHATAN ANAK. Website:

HASIL CAPAIAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

Pasal 13 ayat (1) Jalur Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non-formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 5 : Pulau Sulawesi dan Papua)

KEBIJAKAN, PROGRAM DAN KEGIATAN KELEMBAGAAN PKBM

PENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP

Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) Tahun Evaluasi Kinerja Kemdikbud Tahun dan Penuntasan Implementasi Kurikulum 2013

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN TEMU KOORDINASI PENYELENGGARA PROGRAM PENDIDIKAN MASYARAKAT

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3

INDEKS KEBAHAGIAAN KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017

Latar Belakang ULT. Pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dinamakan unit layanan terpadu (ULT).

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

Oleh: Ida Kintamani. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jakarta, November 2015

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG

PROFIL PAUD DAN NONFORMAL (Buku 3 : Pulau Sumatera dan Maluku)

Transkripsi:

KRIDA PENDIDIKAN MASYARAKAT Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

KEBIJAKAN DAN PROGRAM PAUDNI TAHUN 2015 1 2 3 RPJMN 2015-2019 Bidang PAUDNI Kondisi dan Tantangan PAUDNI Kebijakan dan Program 2 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

1. RPJMN 2015-2019 Bidang PAUDNI Program, Sasaran Program, Indikator Kinerja Program, dan Anggaran NO INDIKATOR TAHUN 2015 TAHUN 2016 TARGET TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 PROGRAM: PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL Sasaran Program: Terciptanya keluasan dan kemerataan akses PAUD dan pendidikan orang dewasa bermutu, berkesetaraan jender, dan berwawasan pendidikan pembangunan berkelanjutan di semua provinsi, kabupaten, dan kota A. INDIKATOR KINERJA PROGRAM 1 % Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD usia 3-6 tahun 70.1 72.1 74.3 76.4 78.7 2 Jumlah Lembaga PAUD Terkreditasi 34,801 36,051 37,851 40,126 42,926 3 Jumlah angkatan kerja muda memiliki pengetahuan dan sikap 602,111 670,111 772,111 908,111 1,061,111 kecakapan kerja dan kecakapan berwirausaha 4 Jumlah Lembaga Kursus dan Pelatihan Terakreditasi 1,121 2,621 4,121 5,871 7,871 5 % Angka Melek Aksaran penduduk usia dewasa usia 15-59 tahun 96.6% 96.8% 97.1% 97.3% 97.5% 6 Jumlah Lembaga PKBM Terakreditasi 223 495 795 1,108 1,445 7 Jumlah Remaja dan Orang Dewasa yang belum lulus pendidikan 6,151 54,604 150,746 325,737 556,501 menengah memperoleh Kualifikasi Setara Pendidikan Dasar dan Menengah 8 % PTK PAUD dan POD Berkualifikasi S1/D4 31.0 34.2 41.5 48.9 52.4 9 % PTK PAUD dan POD Memperoleh Peningkatan Kompetensi 34.8 46.1 61.0 80.7 87.1 10 % PTK PAUD dan POD Memperoleh Penghargaan dan 43.9 60.0 67.8 76.3 82.5 Perlindungan 11 Jumlah Model/Program PAUD dan POD yang Dibakukan dan 164 250 336 422 508 Diterapkan 12 Jumlah lembaga/satuan pendidikan menyelenggarakan 39,724 52,628 64,224 75,820 87,417 pendidikan keayahbundaan 3 13 Jumlah orang dewasa mengikuti pendidikan keayahbundaan 255,500 970,900 1,890,700 3,014,900 4,343,500

2. Kondisi dan Tantangan PAUDNI 1. Target capaian APK PAUD tahun 2015 adalah 70,1 %, pada tahun 2014 sudah tercapai 66,81 %. Masih ada sekitar 6,5 juta anak usia 3-6 tahun yang belum terlayani PAUD apapun. 2. Tingkat ketuntasan nasional untuk program satu desa satu PAUD sudah mencapai 68,04% (2014) sehingga masih terdapat 31.96% (23.332) desa yang belum memiliki PAUD), namun demikian dari 188.647 lembaga PAUD yang ada, masih sangat perlu ditingkatkan kualitasnya. 3. Tingkat keaksaraan penduduk dewasa (15-59 Tahun) sudah mencapai 96,14%, namun demikian kualitas keaksaraannya masih sangat perlu ditingkatkan. Persentase tuna aksara yang tinggi tercatat di Papua dan NTT, mereka tinggal di desa-desa dan 2/3 adalah perempuan marjinal. 4. Masih rendahnya kompetensi dan kualifikasi angkatan kerja orang dewasa. Dari 110,8 juta penduduk yang bekerja, 74,34% diantaranya hanya berpendidikan SMP/MTs kebawah, dari 7,3 Juta pencari kerja, 3,52 juta orang atau 48,39% diantaranya belum menamatkan pendidikan SMA/Sederajat. Untuk itu mereka perlu mendapatkan program kesetaraan (program paket A, B, dan C). Sisanya perlu mendapatkan pendidikan kursus dan pelatihan. 4

2. Kondisi dan Tantangan Paudni lanjutan.. 5. Kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan PAUD masih belum memenuhi standar, diperlukan peningkatan kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan PAUD. Dari 276.576 PTK PAUD formal (TK) yang ada, baru 69.366 orang atau 25,92% yang berkualifikasi S1/D4, sedangkan untuk PTK PAUD Nonformal (KB, TPA, dan SPS) dari 85.690 orang yang ada, telah berkualifikasi S1/D4 baru 10.889 orang 12,71%. 6. Perlunya peningkatan kompetensi dan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di bidang Kursus dan Pelatihan, dan PTK Dikmas. 7. Sejalan dengan makin meningkatnya partisipasi masyarakat dalam melaksanakan program PAUDNI, maka diperlukan dukungan dan penguatan peran pemerintah untuk menjamin efektifitas program PAUDNI. 8. Masih terbatasnya peran keluarga dalam mendukung pendidikan anak, khususnya terkait dengan pendidikan karakter dan peningkatan prestasi anak. Untuk itu perlu pemberdayaan peran keluarga untuk berpartsipasi aktif dalam peningkatan akses dan mutu pendidikan. 9. Untuk mendukung pelaksanaan program PAUDNI perlu didukung oleh pendataan dan sistem monitoring program yang handal. 10. Perlunya peningkatan mutu dan efektifitas pengembangan model/program. 5

3. Kebijakan dan Program 1. Meningkatkan akses dan kualitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang merata di seluruh provinsi, kabupaten dan kota 2. Meningkatkan akses dan kualitas Pendidikan Kecakapan Hidup (kecakapan kerja dan kecakapan berwirausaha) 3. Meningkatkan akses dan kualitas Pembelajaran Orang Dewasa dan Belajar Sepanjang Hayat Untuk Semua (pendidikan keaksaraan dan penyetaraan pendidikan dasar dan menengah) 4. Meningkatkan ketersediaan dan mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAUDNI 5. Meningkatkan akses Pendidikan Keayahbundaan dalam rangka meningkatkan wawasan, pemahaman orang tua tentang kiat mendidik anak sejak janin hingga dewasa 6. Meningkatkan kualitas pelaksanaan fungsi Manajemen dan Dukungan Tugas Teknis Lainnya 6

3. Kebijakan dan Program 7. Meningkatkan ketersediaan Model/Program Pembelajaran yang bermutu, relevan dan berdaya Saing. 8. Mengintegrasikan Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (ESD) dan pendidikan sebagai warga masyarakat global pada seluruh pembelajaraan PAUDNI yang berkesetaraan gender 9. Meningkatkan efektifitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan Sistem Administrasi Direktorat Jenderal. 10.Memperkuat sinergi antara Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah, antara masyarakat dan Pemerintah serta memperkuat peran pelaku PAUDNI melalui pemberdayaan mitra. 11.Meningkatkan pemanfaatan Teknologi Informasi (TI) dalam mendukung pelaksanaan program PAUDNI. 7

KEBIJAKAN DAN PROGRAM DIREKTORAT PENDIDIKAN MASYARAKAT 1 Data dan Informasi Umum 2 Pembinaan Jenis Program tahun 2015 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 8

DATA DAN INFORMASI UMUM {

DATA UMUM TERKAIT DENGAN PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT Data Penduduk : 237.641.326 jiwa (BPS, 2014) Data Penduduk Miskin : 27.727.780 jiwa (TNP2K, 2014) Data Penduduk Buta Aksara: 6.165.406 jiwa (3,86%) (PDSP, 2013) Data Anak usia sekolah tidak sekolah : 4.406.858 Jiwa (TNP2K, 2014) Data Anak usia sekolah tidak sekolah : 4.4 Juta anak (TNP2K 2014) Data pengangguran : 7.150.000 (TNP2K, 2014)

Perbandingan Persentase Buta Aksara terhadap Persentase Kemiskinan Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 11

JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MENURUT PULAU ANGKATAN KERJA DAN PENGANGGUR TERBUKA LOKASI KEMISKINAN DI DESA SAMA DENGAN LOKASI BANYAKNYA BUTA AKSARA

PETA JUMLAH TUNA AKSARA, PKBM, TBM, RUMAH PINTAR, BPKB dan SKB BERDASARKAN KORIDOR EKONOMI 1 Koridor Sumatera JUMLAH TUNA AKSARA: 875.980 orang PKBM: 1539 unit TBM: 894 unit RUMPIN: 48 unit BPKB: 7 unit SKB: 115 unit JUMLAH TUNA AKSARA: 394.542 orang PKBM: 583 unit TBM: 439 unit RUMPIN: 28 unit BPKB: 4 unit SKB : 42 unit Koridor Kalimantan 2 Koridor Jawa JUMLAH TUNA AKSARA: 3.941.883 orang PKBM: 2718 unit TBM: 3025 unit RUMPIN: 206 unit BPKB: 3 unit SKB: 99 unit 3 4 JUMLAH TUNA AKSARA: 746.476 orang PKBM: 1039 unit TBM: 832 unit RUMPIN: 34 unit BPKB: 6 unit SKB: 81 unit Koridor Sulawesi 5 Koridor Bali NTB-NTT JUMLAH TUNA AKSARA: 875.537 orang PKBM: 486 unit TBM: 560 unit RUMPIN: 14 unit BPKB: 3 unit SKB: 29 unit 6 Koridor Papua - Maluku JUMLAH TUNA AKSARA: 712.924 orang PKBM: 189 unit TBM: 211 unit RUMPIN: 30 unit BPKB: 3 unit SKB: 29 unit Sumber: BPS & Direktori Bindikmas, 2013

PENDIDIKAN NONFORMAL PASAL 26 UU NO 20 TAHUN 2003 (3) Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik (4) Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim serta satuan pendidikan sejenis.

PERLUASAN DAN PENGUATAN JARINGAN KERJA (DOMESTIK DAN INTERNASIONAL) PENATAAN DAN PEMBINAAN SATUAN PNF (BINAAN DITBINDIKMAS) SESUAI DENGAN REGULASI DAN TUNTUTAN ZAMAN 5 6 1 KEBIJAKAN DITBINDIKMAS TH 2015 PENGUATAN SDM DAN TATA KELOLA INTERNAL DIREKTORAT 4 MENINGKATKAN MUTU LAYANANPROGRAM PENDIDIKAN MASYARAKAT (Input-Proses-Ouput- Outcomes) 2 3 PENGUATAN SISTEM KERJA BERBASIS TEHNOLOGI INFORMASI PRIORITAS PERCEPATAN PENUNTASAN BUTA AKSARA DI PAPUA, DAERAH TERPADAT TUNA AKSARA DAN 3T

AREA TUGAS PEMBINAAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT 1. PROGRAM 1.a. Keaksaraan 1.b. Kesetaraan 1.c. PKH Perempuan 1.d. PUG 1.e. TPPPO 1.f. Peningkatan minat baca 2. SATUAN PENDIDIKAN 2.a. PKBM 2.b. SKB (Masih UPTD) 2.c. Rumah Pintar 2.d. Kelompok Belajar 2.e. Satuan Pendidikan Sejenis

GAMBARAN PROGRAM DAN SATUAN PENDIDIKAN JENIS PROGRAM DIKMAS : Kelompok yang di dasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan di satuan pendidikan Memiliki izin penyelenggaraan Melaksanakan SKL, KL, KD, Kurikulum dari dit teknis terkait Memenuhi standar nasional pendidikan Siap diakreditasi BAN PNF Administrasi pengelolaan secara tertib, dan terintegrasi SATUAN PENDIDIKAN ( BINDIKMAS ) : kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan jalur formal, nonformal dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan Memiliki izin pendirian dan nomor induk lembaga Memenuhi standar minimal nasional Siap diakreditasi Ban PNF Siap dinilai kinerjanya Siap menerima kosekuensi Tidak boleh ada program asal jalan dan asal ada, tapi harus jelas komponen standar program Tidak boleh ada satuan pendidikan asal berdiri, tapi harus jelas komponen standar satuan pend

PEMBINAAN JENIS PROGRAM TH 2015 {

1.a. PEMBINAAN PROGRAM PENDIDIKAN KEAKSARAAN 6,000 target renstra 2010-2014 target renstra revisi 2012-2014 realisasi Terdapat permasalahan tentang data keaksaraan : 1. Usia sasaran versi unesco > 15 tahun, versi indonesia 15<5 tahun 2. Data di BPS masih sekitar 8 juta, dikmas 6 juta (15<59 tahu 3. Apabila dihitung dengan data >15 tahun sekitar 14 juta jiw 5,000 5,000 5,020 4,800 4,600 4,000 4,430 4,230 4,210 4,400 4,030 4,200 3,830 3,000 018%, 273.782 2010 2011 2012 2013 2014 Sisa buta aksara sebanyak 3,86% atau 6.7 juta orang

GRAND DESAIN PROGRAM KEAKSARAAN (PERUBAHAN) Warga belajar - Usia 15-59 th - Tidak dapat baca tulis hitung Belajar keaksaraan dasar : - Belajar baca tulis hitung - Pendekatan isi pembelajaran (fungsional) disesuaikan dengan kondisi, masalah dan kebutuhan warga Evaluasi : Kemampuan baca tulis hitung SUKMA certifikat Multi Keaksaraan KUM : Keaksaraan usaha Mandiri peran dlm masyarak at Usaha mandiri = Setara paket A kelas 1-3 1. Permendikbud tentang standar program keaksaraan dasar dalam rangka pemberantasan buta aksara (sudah OK. Permendikbud no 86/2014) PERMENDIIBUD NO 86/2014 TENTANG SKL KEAKSARAAN DAPAT DIUNDUH DI www.dindikmas.kemdikbud.go.id Placement test 2. Permendikbud tentang program tindak lanjut program keaksaraan dasar Awal Th 2015 sudah harus selesai (draft sudah selesai) Paket A setara kls 4 Paket B setara Paket c setara 3. Permendikbud tentang program kesetaraan (paket A, B dan C) (akhir th 2015 sdh harus selesai)

APAPUN METODENYA, PENDEKATANNYA DAN BAHAN AJARNYA YANG PENTING MECAPAI TUJUAN YAKNI MENGUASAI STANDAR KOMPETENSI KEAKSARAAN DASAR Peserta didik buta aksara METODE DRILL METODE PENUGASAN METODE suku kata METODE SAS METODE IQRA SKL Keaksaraan dasar (permendikbud no 86/2014): dapat membaca dan menulis bahasa indonesia minimal 3 kalimat sederhana Dapat mendeskripsikan lingkungan, jatidiri dan gambar Dapat melakukan operasi perhitungan (+-x minimal 3 digit Dapat mengoprasikan uang dalam kehidupan sehari-hari Dapat melakukan operasi perhitungan jarak, isi, waktu dan berat Pendekatan; Budaya, Fungsional, Keterampilan dll Unduh di www.bindikmas.kemdikbud.go.id Dengan terbitnya permendikbud no 86 tahun 2014 tentang SKL keaksaraan dasar, maka ukuran orang dikatakan melek aksara harus sesuai SKL. Ujian keaksaraan harus dilakukan oleh team yang dibentuk oleh dinas pendidikan setempat (bukan

5 masalah (kelemahan) program keaksaraan Tidak Memiliki Data warga masyarakat buta aksara By Name by Adress Banyak kelompok belajar keaksaraan yang tidak jelas warga belajarnya (bukan warga buta aksara) Banyak terjadi warga belajar tidak selesai mengikuti belajar tetapi dihitung sudah bebas buta aksara (dapat sukma) Banyak warga belajar yg sudah melek aksara kembali buta aksara (karena tidak ada program tindak lanjut) Banyak tutor, pengelola, penilik, kasi, kabid, kadis yang tidak tahu kriteria warga melek aksara sehingga tidak jelas keberhasilan pembelajaran

6. KEBIJAKAN PENTING KEAKSARAAN Berupaya mengumpulkan data by name by adress (sudah disiapkan data online) Pelatihan tutor (TOT) keaksaraan berbasis SKL Keaksaraan dasar Pelatihan tim penilai keaksaraan dasar Penerbitan Permendikbud untuk SKL KUM Distribusi dana keaksaraan dasar ke kantor buta aksara Distribusi KUM bagi tindak lanjut keaksaraan dasar th 2014 Pembentuk Kelompok belajar di desa-desa sebagai penyelenggara keaksaraan dasar

Sebaran Angka Tuna Aksara usia 15-59 tahun per Provinsi Tahun 2013 Aceh 2,25 Kepri 1,61 Sumut 1,76 Riau 1,41 Sumbar 1,9 Bangka Belitung 2,56 Lampung 2,08 Kalteng 3,44 Kalsel 0,65 Banten 1,97 Papua Barat 4,92 Sulbar 7,96 Sultra 4,6 Sulsel 7,37 Jawa Tengah 4,54 Jawa Barat DI Yogyakarta 2,11 2,1 Maluku Utara 1,97 Sulteng 3,52 Sumsel 1,89 DKI Jakarta 0,73 Sulut 0,62 1,15 Kalbar 5,76 Jambi 2,54 Bengkulu 2,46 Gorontalo 3,04 Kaltim Maluku 1,63 Papua 30,93 Jawa Timur 5,92 Nusa Tenggara Timur 7,21 Bali 5,33 Nusa Tenggara Barat 10,92 Angka Tuna Aksara usia 15-59 tahun 2013 secara nasional sebesar 3,86% atau 6.165.406 jiwa (turun 0,35% dari tahun lalu). Dilihat dari sebaran di masing-masing provinsi masih terdapat 2 provinsi memiliki angka tuna aksara di atas 10%, yaitu NTB (10,92%) dan Papua (30,93%). Kondisi ini sama dengan tahun lalu, meskipun dilihat dari angka tuna aksaranya telah mengalami penurunan dimana sebelumnya NTB (11,92%) dan Papua (35,83%). Di sisi lain terdapat 6 provinsi memiliki nilai 5,0% - 9,9%, yaitu Bali (5,33%), Kalimantan Barat (5,76%), Jawa Timur (5,92,%), NTT (7,21%), Sulawesi Selatan (7,37%), dan Sulawesi Barat (7,96%), dimana angka ini telah mengalami penurunan jika dibandingkan tahun lalu. Sedangkan 25 provinsi lainnya telah memiliki angka tuna aksara di bawah 5,0%. Jumlah ini lebih banyak dari tahun lalu, dimana sebelumnya Sulawesi Tenggara dan Papua Barat masih memiliki angka tuna aksara di atas 5,0%. Jika dilihat dari perbedaan gender, tampak bahwa perempuan memiliki angka tuna aksara lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki, meskipun jumlah populasi penduduk perempuan Indonesia yang lebih sedikit daripada laki-laki. Akan tetapi pada provinsi Gorontalo angka tuna aksara laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan.

Grafik Jumlah Penduduk Buta Aksara Usia 15-59 Tahun Menurut Provinsi, Tahun 2013 GRAFIK BERDASARKAN JUMLAH BUTA AKSARA 25

Grafik Jumlah Penduduk Buta Aksara Usia 15-59 Tahun Menurut Provinsi & Jenis Kelamin, Tahun 2013 GRAFIK BERDASARKAN JENIS KELAMIN JUMLAH BUTA AKSARA 26

Grafik Kabupaten/Kota Terpadat Buta Aksara Usia 15-59 Tahun, Tahun 2013 27

Jumlah Sasaran dan Anggaran Penuntasan Penduduk Buta Aksara Tahun 2015 melalui Program Keaksaraan Dasar Rp 18,900,000,000 Rp 7,560,000,000 Rp 6,300,000,000 Rp 5,580,000,000 Rp 3,600,000,000 Rp 2,340,000,000 Catatan: Unit cost per orang Rp 360.000 Rp 1,620,000,000 Rp 900,000,000

1.b. PEMBINAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN Pada Tanggal 4 Pebruari 2015, PROGRAM KESETARAAN DISERAHKAN KE DITDIKMAS : a. Paket A setara b. Paket B setara c. Paket C setara

DATA WARGA BELAJAR KESETARAAN PER PEBRUARI 2015 (YG DIBEAYAI APBN 2015) Tambahan dana dari Dikdasmen sebesar Rp 216.201.577.000 Tetapi bansos untuk 19.240 orang warga paket B (pusat) tidak ada dananya Paket C setara : Warga belajar : 25.200 orang Dana yg disediakan : Rp 39.988.910.000 Paket B setara : Warga belajar Pusat : 19.240 orang Rp 47.212.775.000 (pusat) tetapi bansosnya hanya untuk 1.200 orang (sasaran khusus) a Rp 2.000.000/warga Warga belajar daerah : 115.022, orang /Rp Paket A setara : 117.454.630.000,- Warga belajar : 3.140 orang Dana yg disediakan : Rp 11.545.262.000 Aneh : setiap tahun yang mendaftar UN sebanyak 600.000 orang tetapi yang hadir sekitar 280.000 orang

Permasalahan program kesetaraan Tidak ada perbedaan tentang orientasi belajar anak usia sekolah dan orang dewasa, berdampak pada proses dan hasil belajar Th 2015 Ujian Nasional tidak menentukan kelulusan, siapa yg akan menentukan kelulusan kesetaraan Data warga belajar kesetaraan tidak dimiliki oleh dinas dan direktorat(by name by adress) Kualitas pembelajaran di setiap satuan pendidikan masih lemah

Kebijakan penting program kesetaraan Harus selesai pendataan warga belajar by name by adress pada mei 2015, dan calon warga belajar th 2015-2016 harus masuk per juli 2015 untuk diberi NIS (nomor induk siswa) Pola pembelajaran diupayakan sistem kredit per buku paket (tidak ada raport) Model pembelajaran (model kesetaraan) bagi orang dewasa direncanakan th 2015 sudah selesai Peningkatan mutu I-P-O bagi satuan pendidikan penyelenggaraan kesetaraan Seleksi kelayakan satuan pendidikan penyelenggaran program kesetaraan terutama paket B dan C Penerapan Sangsi berat bagi satuan pendidikan yang melakukan kecurangan pelaksanaan kesetaraan

1.c. PEMBINAAN PROGRAM PENDIDIKAN KEORANG TUAAN DENGAN BERDIRINYA DIREKTORAT PENDIDIKAN KEORANG TUAAN MAKA PROGRAM PARENTING EDUCATION DI DIKMAS DIPINDAHKAN KE DIREKTORAT PENDIDIKAN KEORANG TUAAN

ANATOMI PROGRAM PENDIDIKAN KEORANGTUAAN ORANG TUA SEBAGAI BAGIAN DARI MASYARAKAT DAN WAJIB BERPERAN DALAM MASYARAKAT ORANG TUA SEBAGAI PRIBADI YANG LAYAK MENJADI TELADAN DALAM KELUARGA Menjadi orang tua yang : Dapat diteladani oleh anggota keluarga Dapat membina keutuhan dan keharmonisan keluarga Dapat mengasuh dan mendidik anak sejak kandungan sampai perguruan tinggi (karakter dan prestasi) Dapat berperan dalam kegiatan di masyarakat ORANG TUA MAMPU MENGELOLA RUMAH TANGGA DAN MENGASUH DAN MENDIDIK ANAK DALAM BUDAYA PRESTASI

1.d. PEMBINAAN PROGRAM PKH PEREMPUAN PKH PEREMPUAN DIARAHKAN KEPADA PARA WANITA : KORBAN PERDAGANGAN ORANG USIA PRODUKTIF TIDAK MEMILIKI KETERAMPILAN DAN MENGANGGUR WANITA USIA MUDA DARI KELUARGA MISKIN

Proses Pembelajaran PKH Perempuan Prioritas Warga belajar Kelompok perempuan marginal: keluarga miskin, pengangguran, pendidikan rendah, korban perdagangan orang, KDRT, dll Kelayakan lembaga penyelenggara, kompetensi PTK, kelayakan sarpras, kesiapan proses pembelajaran, sistem evaluasi Proses belajar (keterampilan usaha/ bekerja/ mandiri dilakukan di SKB, PKBM, LKP terpilih Ujian keterampila n (oleh LSK/LSP/DU /DI dll) Memiliki keterampilan kerja di dunia usaha/industri Merintis usaha sebagai mata pencaharian

1.d. PENGARUSUTAMAAN GENDER DAN TPPPO ARAH PUG ADALAH MENGUPAYAKAN PILOT PROJECT SEKOLAH RESPONSIF GENDER DAN PENDIDIKAN KELUARGA BERWAWASAN GENDER ARAH TPPPO ADALAH MEMPERKUAT TIM PENCEGAHAN TPPPO TK NASIONAL DAN PROPINSI DAN MENDUKUNG SOSIALISASI DAERAH-DAERAH RAWAN TPPPO

KESEMPATAN MEMPEROLEH PENDIDIKAN + PERLAKUKAN DI KELUARGA Hasil pendidikan responsif gender Adil / setara Gender Tujuan akhir Globalisasi MEA kodrat LAKI-LAKI PEREMPUAN sosial Berpandangan L=P Diperlakukan sama (L=P) Kesempatan sama (L=P) Diberi fasilitas yg relatif sama tetapi ada perbedaan (L tdk sama P) Materi bel tidak bias gender Budaya yang tidak merendahkan, merugikan DIHARGAI PERBEDAANNYA Ciri bawaan secara fisik dan psikis Hasil belajar laki-laki dan perempuan memiliki keunggulan masingmasing Terdapat pembagian kerja/peran lakilaki dan perempuan sesuai dengan harkat dan martabatnya dalam hal: 1. akses (peluang) 2. partisipasi 3. kontrol - keputusan atas diri sendiri 4. mengambil manfaat Pembangunan dan daya saing bangsa Ekonomi, sosial, budaya, hukum, politik, pertahanan dan keamanan

PENGERTIAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN RESPONSIF GENDER Pembangunan pendidikan responsif gender adalah pembangunan di bidang pendidikan yang memberikan kemanfaatan bagi laki-laki dan perempuan, dengan memperhatikan perbedaan kebutuhan mereka, baik karena perbedaan biologis maupun perbedaan sebagai hasil konstruksi sosial budaya. 5

Pendidikan bernuansa gender Keluarga Responsif gender Mindset, pendidikan, ekonomi, perlakukan, komunikasi, sarna rumah tangga, iklim keluarga dan hubungan Satuan pendidikan responsif gender: Pendidik, kepala satuan pendidikan, peserta didik, sarana prasarana, bahan ajar, proses pembelajaran, evaluasi pembelajaran, peran masyarakat (8 standar +) Fasilitasi dari pokja PUG Pendidikan responsif gender akan berhasil manakala setiap satuan pendidikan menerapkan pendidikan responsif gender dan didukung oleh keluarga yang responsif gender. Telah disusun indikator sekolah responsif gender

Kebijakan penting dalam PUG dan TPPPO Arah PUG tidak pada penguatan pokja tetapi sudah implementasi ke satuan pendidikan dan keluarga responsif gender Menyiapkan tim nara sumber di setiap daerah Mengembangan berbagai bahan ajar Kerjasama dengan daerah untuk mengembangkan sekolah responsif gender TPPPO diarahkan pada penguatan tim pencegahan perdagangan orang tingkat daerah dan memberikan dukungan pelaksanaan sosialisasi di daerah

Terima Kasih 42 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia