PENYERAPAN LAPANGAN KERJA LULUSAN JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FIS UNNES ANGKATAN Abstract

dokumen-dokumen yang mirip
ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

PENEMPATAN TENAGA KERJA

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TENGAH

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

EVALUASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN (Indikator Makro)

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

REKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL JULI 2017

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

BAB IV GAMBARAN UMUM

BOKS PERKEMBANGAN KINERJA BPR MERGER DI JAWA TENGAH

PEDOMAN PENYUSUNAN JAWABAN TERMOHON TERHADAP PERMOHONAN PEMOHON (PERSEORANGAN CALON ANGGOTA DPD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

BAB III METODE PENELITIAN

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 116 TAHUN 2016 TENTANG

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

GUBERNUR JAWA TENGAH

DAFTAR NOMINASI SEKOLAH PENYELENGGARA UN CBT TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

GUBERNUR JAWA TENGAH,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

REKAP JUMLAH KELAS GELOMBANG 5 ( 2 s/d 6 JULI 2014 ) PELATIHAN KURIKULUM 2013 BAGI GURU SASARAN

RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PROGRAM, KEGIATAN DAN ANGGARAN APBN TA Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Surakarta, Oktober 2015

INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : ; e-issn :

TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN KENDAL. 0 Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) Kabupaten Kendal

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

1. REKAP DATA REALISASI APBD DAN (PDRB) PROVINSI JAWA TENGAH. TAHUN 2011 (dalam jutaan rupiah)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

GUBERNURJAWATENGAH. PERATURANGUBERNUR JAWA TENGAH NOM0R '2 TAJroJii 2e15 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PELATIHAN OPERATOR SEKOLAH DAPODIK KABUPATEN GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

PROPINSI KOTAMADYA/KABUPATEN TARIF KABUPATEN/KOTAMADYA HARGA REGULER. DKI JAKARTA Kota Jakarta Barat Jakarta Barat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

Sosialisasi Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/94 Tahun 2017 tanggal 20 Nop 2017 tentang Upah Minimum Pada 35 Kabupaten/Kota Tahun 2018 di

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beras merupakan komoditi yang penting bagi Indonesia. Hal ini

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

Transkripsi:

PENYERAPAN LAPANGAN KERJA LULUSAN JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FIS UNNES ANGKATAN 2001-2003 Moh.Solehatul Mustofa Jurusan Sosiologi dan Antropologi FIS Unnes Abstract The absorption of graduates in opportunities of employment that match with their discipline is one indicator of the education institution success. Seeking the absorption of Sociology and Anthropology Study Program graduates in opportunities of employment is much needed. Most of the Sociology and Anthropology Study Program graduates are become teacher, both in state or private school. Beside become Sociology and Anthropology Study Program graduates seek the information through asking friend, internet media, mass media, and trial and error method. Key words: Absorption, graduates, job opportunity PENDAHULUAN Pendidikan di samping dimaksudkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan juga harus memiliki kaitan erat dengan masalah lapangan pekerjaan. Dengan demikian selain penyelenggaraan pendidikan perlu terus mengupayakan peningkatan kualitas pembelajaran terhadap raw input (peserta didik), perlu mengetahui out put dan out peserta didik. Salah satu upaya untuk mengenali out put dan out came peserta pendidikan adalah melalui penelitian lulusan. Lulusan merupakan out put dari proses penyelenggaraan pendidikan. Pengkajian terhadap out put terutama untuk mengetahui kecakapan lulusan dalam bidang keilmuannya. Selain itu pengkajian lulusan juga perlu diketahui dari aspek atau keterserapannya di pasar kerja yang terkait. Keterserapan lulusan di lapangan kerja yang sesuai bidang ilmu menjadi salah satu indikator dari keberhasilan suatu institusi pendidikan. Untuk itu pengetahuan tentang keberadaan lulusan, akses mereka terhadap lapangan kerja yang tersedia, masa tunggu untuk mendapatkan lapangan kerja sangat diperlukan bagi penyelenggara program pendidikan. Informasi tentang keberadaan dan perkembangan lulusan dalam mengakses lapangan kerja dapat menjadi masukan untuk menentukan kebijakan selanjutnya dari lembaga tersebut guna memperbaiki segala kelemahan-kelemahannya. Selain itu dapat berguna menjadi bahan pertimbangan untuk peningkatan mutu pendidikan dan mutu lulusan. Berdasarkan pemahaman tersebut maka disusun suatu usulan penelitian treasure study atau penelusuran lulusan. Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: bagaimana keterserapan lulusan prodi 124 Forum Ilmu Sosial, Vol. 35 No. 2 Desember 2008

pendidikan Sosiologi dan Antropiligi Jurusan sosiologi dan Antropologi FIS UNNES pada lapangan kerja yang tersedia? Lapangan kerja apa saja yang menyerap lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Jurusan Sosiologi dan ntropologi FIS UNNES? Bagaimana upaya lulusan dalam mengakses lapangan kerja? Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan data tentang keterserapan lulusan pada lapangan kerja yang tersedia, lapangan kerja yang menyerap lapangan kerja, upaya yang dilakukan lulusan dalam mengakses lapangan kerja. Manfaat enelitian ini adalah: Sebagai masukan bagi Jurusan Sosiologi dan Antropologi untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan lulusan dalam mengakses lapangan kerja, Sebagai bahan pertimbangan bagi Jurusan Sosiologi dan Antropologi dalam menentukan kebijakan peningkatan perkuliahan dan mutu lulusan Untuk mengkaji leterserapan lulusan pada lapangan kerja terdapat beberapa tulisan yang dapat digunakan untuk pijakan. Pertama, tulisan Drost SJ (1990) yang membahas tentang untuk apa perguruan tinggi didirikan. Dikatakan bahwa ide dasar pendirian perguruan tinggi adalah untuk menciptakan manusia-manusia intelektual yang manusiawi, yang sanggup berpikir dan bekerja untuk masyarakat dan negaranya. Kedua, tulisan Widiastono (1990:23) yang menjelaskan bahwa harapan masyarakat kepada perguruan tinggi begitu besar. Ribuan lulusan SLTA setiap tahun memasuki perguruan tinggi dengan harapan kelak setelah selesai mengikuti pendidikan di perguruan tinggi masa depannya akan cerah. Ketiga, tulisan Adi (1990:60-62) yang menjelaskan tentang sarjana dan pasar tenaga kerja. Dalam penjelasnnya itu dikemukakan bahwa dalam perkembangannya Indonesia makin memasuki pasar bebas. Hal itu berarti pasar yang semula lebih didominsi pemerintah makin bergeser ke peran swasta. Oleh karena swasta semakin penting menyediakan lapangan kerja. Permintaan pasar kerja diduga akan lebih banyak dari dunia industri. Oleh karena itu pendirian prodi dan jurusan keilmuan harus lebih memikirkan alternatif lapangan lerjamya. Meskipun demikian ia mengatakan bahwa sarjana tetap menjadi pilihan utama pasar kerja. Keempat, tulisan Imron (1990:52-64) yang menjelaskan tentang dialektika pendidikan bahwa di negara berkembang pendidikan tinggi merupakan sarana mencapai kemajuan bangsa. Pendidikan yang dilakukan dengan baik dapat menjadi alat pengusir kebodohan dan kemiskinn. METODE PENELITIAN Subyek penelitian adalah semua lulusan program Studi Pendidikan Sosiologo dan Antropologi, Jurusan Sosiologi dan Antropologi FIS Unnes terdiri atas lulusan tahun 2005, 2006 dan 2007. Untuk keperluan penelitian tidak semua subyek penelitian yang diwawancarai tetap dari lulusan tersebut diambil sejumlah di antaranya menjadi informan melalui teknik cuplikan dari tiap angkatan. Sumber data penelitian ini adalah lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi. Sumber data lain adalah dokumen data Forum Ilmu Sosial, Vol. 35 No. 2 Desember 2008 125

lulusan Jurusan Sosiologi dan Antropologi FIS Unnes dan sumber kepustakaan lainnya. Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terbuka dan tertutup. Alat yang digunakan adalah pedoman wawancara dan angket. Data yang telah masuk dianalisis dengan metode deskriptif kuantitatif menggunakan statistik sederhana yaitu prosentase dan deskriptif kualitatif dengan langkahlangkah reduksi data, display data dan verivikasi/penarikan simpulan. Setelah data dikumpulkan lalu dipilih yang benar-benar memiliki hubungan dengan pokok masalah, selanjutnya di ambil kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Lulusan Lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan antropologi tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 berjumlah 181 orang. Jumlah tersebut berasal dari angkatan 2001/2002, 2002/2003, dan 2003/2004. Jumlah lulusan dari wisuda bulan November 2005 adalah 15 orang, lulusan dari wisuda bulan April 2006 berjumlah 25 orang, lulusan dari wisuda bulan November 2006 berjumlah 39 orang, lulusan dari wisuda bulan April 2007 berjumlah 35 orang. Dilihat dari asal daerah lulusan yang ada menunjukkan dari yang terbanyak adalah daerah Banjarnegara 19 orang, Kota Semarang 14 orang, Kabupaten/ Kota Pekalongan 14 orang, Kudus 12 orang, Demak 11 orang, Tegal 10 orang, Purbalingga 9 orang, Jepara 8 orang, Brebes 8 orang, Kabupaten Semarang 6 orang, Kabupaten Grobogan 6 orang, Kabupaten Kendal 5 orang, Kabupaten Batang 5 orang, Kabupaten Magelang 5 orang, Kabupaten Banyumas, 4 orang, Boyolali 4 orang, Rembang 4 orang, Blora 3 orang, Wonosobo 3 orang, Temanggung 2 orang, Cilacap 2 orang, Pemalang 2 orang, dan Bekasi 2 orang. Daerah lainnya yang lulusannya 1 orang adalah Salatiga, Ciamis, Lembang, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Cirebon, Kebumen, Kediri, Probolinggo, Purworejo, Sumbawa, Klaten dan jakarta Timur. Keadaan saat ini menunjukkan bahwa lulusan prodi pendidikan sosiologi dan antropologi relatif masih sedikit jika dibandingkan dengan lulusan dari prodi pendidikan dari ilmu-ilmu sosial lainnya. Hal itu karena prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi dibuka di LPTK belum lama 8 tahun yang lalu maka saat ini baru terdapat lulusan dari prodi tersebut 3 angkatan. Dengan demikian tergambar bahwa lapangan kerja bagi lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi sangat luas. Lembaga pendidikan masih banyak yang akan membutuhkan lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi. Dengan demikian yang diperkirakan adalah lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi akan mudah terserap oleh lapangan kerja yang tersedia. Lembaga Pendidikan SLTA dan SLTP di Jawa Tengah Berdasarkan data lapangan diketahui bahwa lulusan Jurusan Sosiologi dan Antropologi FIS Unnes terbesar berasal dari daerah-daerah di Jawa Tengah. Sebagian kecil saja lulusan yang berasal dari daerah di luar Jawa Tengah. Oleh sebab itu perlu diketahui 126 Forum Ilmu Sosial, Vol. 35 No. 2 Desember 2008

Tabel 1. Jumlah SLTA dan SLTP di Jawa Tengah No Kabupaten/Kota Jumlah SLTA Jmlh SLTP Jumlah Total 1 Kab Cilacap 91 172 263 2 Kab Banyumas 89 134 223 3 Kab Purbalingga 36 58 94 4 Kab Banjarnegara 24 64 88 5 Kab Kebumen 79 104 183 6 Kab Purworejo 62-62 7 Kab Wonosobo 30 70 100 8 Kab Magelang 61 116 177 9 Kab Boyolali 65 86 151 10 Klaten 84 110 194 11 Kab Sukoharjo 50 60 110 12 Kab Wonogiri 55 112 167 13 Kab Karanganyar 42 76 118 14 Kab Kab Sragen 64 83 147 15 Kab Grobogan 47 97 144 16 Kab Blora 46 79 125 17 Kab Rembang 26 47 73 18 Kab Pati 44 74 118 19 Kab Kudus 29 44 73 20 Kab Jepara 31 66 97 21 Kab Demak 34 55 89 22 Kab Semarang 52 86 138 23 Kab Temanggung 25 67 92 24 Kab Kendal 28 79 107 25 Kab Batang 22 56 78 26 Kab Pekalongan 28 62 90 27 Kab Pemalang 13 91 104 28 Kab Tegal 39 76 115 29 Kab Brebes 70 103 173 30 Kota Magelang 31 20 51 31 Kota Surakarta 82 71 153 32 Kota Salatiga 28 22 50 33 Kota semarang 149 162 311 34 Kota Pekalongan 20 28 48 35 Kota Tegal 26 29 55 Jumlah 1702 2659 4361 Sumber:. bagaimana keadaan pendidikan SLTA dan SLTP di Jawa Tengah yang merupakan tempat tujuan utama lulusan mengajukan lamaran kerja. Untuk gambaran diketahui keadaan jumlah lembaga pendidikan SLTA dan SLTP di kabupaten/ kota di Jawa Tengah jumlahnya mencapai 1702 SLTA dan 2659 SLTP. Jika SLTA memerlukan 2 orang guru sosiologi dan SLTP 1 orang saja maka diperlukan guru sosiologi sekitar 3.404 orang ditambah 2659 orang sama dengan 6.063 orang. Secara lebih rinci gambaran keadaan jumlah lembaga pendidikan SLTA di Jawa Tengah dapat dilihat pada tabel berikut: Guru sosiologi dan antropologi di Forum Ilmu Sosial, Vol. 35 No. 2 Desember 2008 127

SLTA dan IPS di SLTP saat ini memang telah ada, di SLTA guru mata pelajaran sosiologi dan antropologi diampu oleh guru yang memiliki latar belakang pendidikan yang bidang keilmuannya tidak relevan. Secara bertahap pada saat pergantian guru dengan sendirinya akan diutamakan dari lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi karena lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Program Studi S-1 yang memiliki kewenangan mengajar mata pelajaran sosiologi dan antropologi di SMA/MA, di samping dapat mengajar mata pelajaran IPS di SMK dan SMP. Jika di Jawa Tengah saja kebutuhan guru mata pelajaran sosiologi dan antropologi cukup besar apalagi untuk tingkat nasional di seluruh Indonesia. Guru mata pelajaran sosiologi dan antropologi yang bidang keilmuannya sejenis masih kurang. Hal itu disebabkan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi masih relatif baru dan tidak setiap PTN menyelenggarakan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi. Beberapa perguruan tinggi yang memiliki Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi antara lain UNS (Solo, Jateng), Unnes (Semarang, Jateng), UNY (DIY), UNJ (DKI Jakarta), UNLAM (Banjarmasin, Kalimantan Selatan), UNP (Padang, Sumatera Barat), dan UNM (Medan, Sumatera Utara). Dengan demikian tidak setiap PTN/ PTS memiliki prodi tersebut. Dengan demikian kebutuhan lapangan sesungguhnya masih merupakan peluang yang besar bagi lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi di masa yang akan datang. Keterserapan Lulusan Prodi Sos-Ant Pada Lapangan Kerja yang Tersedia Keterserapan lulusan Prodi Pendidikan pada lapangan kerja yang tersedia mencapai 100 %. Hal itu dilihat dari jumlah lulusan angkatan 2001/2002 sebanyak 58 orang telah mendapatkan pekerjaan semuanya. Angkatan 2002/2003 terdiri atas Kelas A dan Kelas B. Jumlah lulusan Kelas A 41 orang yang telah bekerja 31 orang, belum bekerja 8 orang, melanjutkan ke S-2 ada 2 orang. Angkatan 2002/2003 dari Kelas B yang telah bekerja 25 orang yang belum bekerja 10 orang. Dengan demikian dari angkatan 2002/2003 yang telah bekerja 56 orang dan yang belum bekerja 18 orang. Angkatan 2003/2004 terdiri atas kelas A dan Kelas B. Lulusan dari Kelas A berjumlah 36 orang, yang telah bekerja 18 dan belum bekerja 18 orang. Lulusan dari Kelas B berjumlah 31 orang yang bekerja 22 orang yang belum bekerja 9 orang. Berdasarkan perbandingan data di atas diketahui pada tahun pertama lulus, sebagian lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan antropologi telah terserap lapangan kerja seperti tergambarkan dari jumlah lulusan dari angkatan 2003/2004 yang pada umumnya diwisuda tahun 2007/2008. Pada tahun kedua masa tunggu terlihat terdapat kenaikan angka keterserapan lulusan pada lapangan kerja. Hal tersebut tergambar dari jumlah lulusan angkatan 2002/2003 yang sebagian besar telah mengikuti wisuda pada tahun 2006/207. Pada tahun ketiga masa tunggu juga terjadi kenaikan angka keterserapan lapangan kerja bagi lulusan. Angka prosentase yang lulus dari angkatan 2001/2002 yang sebagian besar wisuda tahun 2005/2006 telah mendapatkan 128 Forum Ilmu Sosial, Vol. 35 No. 2 Desember 2008

pekerjaan semuanya. Meskipun demikian diakui hampir semua lulusan responden merasakan pada mulanya mereka mengalami kesulitan dalam upaya mendapatkan pekerjaan baik sebagai guru di SMA/MA, SMK, SMP/MTs maupun non guru. Sekalipun mereka kesulitan pada awalnya sangat mungkin hanya bersifat sementara. Terbukti pada masa berikutnya ketika sejumlah pemerintah kabupaten/kota dan lembaga pendidikan swasta memerlukan guru sosiologi dan antropologi yang baru kecenderungannya mulai merekrut dari lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi sehingga banyak yang mulai mendapatkan lapangan kerja. Lapangan Kerja yang Menyerap Lulusan Lapangan kerja yang paling banyak menyerap lulusan adalah guru. Bidang pekerjaan lain memang ada tetapi jumlahnya relatif sedikit. Hal itu dilihat dari jumlah lulusan angkatan 2001/2002 sebanyak 58 orang 49 orang menjadi guru, 2 orang menjadi dosen dan non guru (wiraswasta) 7 orang. Prosentase keterserapan lulusan 2005/2006 pada lapangan kerja yang tersedia dengan demikian 100% dengan rincian guru/dosen 88 %, dan non guru/dosen 12,%. Angkatan 2002/2003 terdiri atas Kelas A dan Kelas B. Jumlah lulusan Kelas A berjumlah 41 orang yang telah bekerja 31 orang, sebagai guru 23 orang, tentor Primagama 1 orang, dosen swasta 1 orang dan perusahaan swasta 6 orang. Prosentase keterserapan pada lapangan kerja yang tersedia pada Kelas A dengan demikian yang telah bekerja 75 % guru 59 % dan non guru/dosen 16 %. Angkatan 2002/2003 dari Kelas B yang telah bekerja 25 orang, 23 orang menjadi guru dan 1 orang di Lembaga Bimbingan Belajar 1 orang di Partai Politik. Prosentase keterserapan pada lapangan kerja yang tersedia pada Kelas B dengan demikian yang telah bekerja 81 % guru 78 % dan non guru 3 %. Angkatan 2003/2004 terdiri atas kelas A dan Kelas B. Lulusan dari Kelas A berjumlah 36 orang, yang telah bekerja 19, di antaranya 16 orang menjadi guru dan 2 orang di staf administrasi dan 1 orang di perusahaan swasta. Prosentase keterserapan pada lapangan kerja yang tersedia pada Kelas A dengan demikian yang telah bekerja 53 % guru 45 % dan non guru 8 %. Lulusan dari Kelas B berjumlah 31 orang yang bekerja 22 orang, di antaranya Tabel 2. Lulusan dan Keterserapannya Pada Lapangan Kerja No Lulusan dari Angkatan Jumlah Lulusan Bekerja Guru/Dosen/ Tentor Non Guru 1 2001/2002 58 orang 58 (100%) 51 ( 88 %) 7 (12,%). 2 2002/2003 Kelas A 41 31 (75%) 25 (59) 6 (16%) Kelas B 31 25 (81 %) 24 (78 %) 1 (3 %) 3 2003/2004 Kelas A 36 19 (53 %) 16 (45 %) 3 (8%) Kelas B 31 22 (71 %) 18 (58 %) 4 (13%) Forum Ilmu Sosial, Vol. 35 No. 2 Desember 2008 129

bekerja sebagai guru 18 orang, perusahaan 2 orang, di Rumah Sakit 1 orang dan Bank Swasta 1 orang. Prosentase keterserapan pada lapangan kerja yang tersedia pada Kelas B dengan demikian yang telah bekerja 71 % yang bekerja, guru 58 % dan non guru 13 %. Lapangan kerja yang paling diharapkan oleh lulusan pada umumnya menjadi guru mata pelajaran sosiologi dan antropologi. Namun untuk sementara belum mendapatkan pekerjaan tersebut, lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi juga memasuki lapangan kerja di luar keguruan. Bekerja di luar menjadi guru mata pelajaran sosiologi dan antropologi pada umumnya bukan pilihan menarik bagi mereka, karena itu bersifat untuk sementara waktu. Hal itu karena selain tidak cukup layak imbalan gajinya, juga karena tidak dihargai sebagai tenaga profesi di bidangnya karena tidak ada kaitan dengan profesi inti sebagai guru tersebut. Untuk itu lulusan prodi pendidikan sosiologi-antropologi tetap berusaha bekerja sebagai guru karena sesuai dengan profesinya, walaupun harus menunggu. Upaya Lulusan Dalam Mengakses Lapangan Kerja Informasi untuk mendapatkan lapangan kerja biasanya diperoleh dari media atau dari teman-teman. Lulusan Sosiologi dan Antropologi FIS Unnes pada umumnya mencari tahu informasi dari kenalan, temanteman, melalui media massa, ataupun internet. Sebagian lagi dilakukan oleh lulusan dengan cara coba-coba mengadu nasib. Setelah beberapa kali mengirimkan lamaran biasanya baru ada yang merespon. Sebagian besar yang merespon adalah dari sekolah-sekolah swasta, dan sebagian lagi dari sekolah-sekolah negeri. Sekolah-sekolah yang menerima lulusan juga bervariasi jenjangnya dari pendidikan SD sampai dengan Perguruan Tinggi. Setelah diterima menjadi guru di sekolah, ada yang menjadi guru sosiologi, antropologi, ada pula yang mengajar pelajaran bukan sosiologi-antropologi karena mata pelajaran tersebut telah dipegang oleh guru terdahulu, walaupun yang bersangkutan tidak memiliki latarbelakang pembelajaran sosiologi-antropologi. Dalam upaya mengakses lapangan kerja lulusan cenderung lebih banyak ke daerah asal masing-masing. Secara budaya, karena masyarakat Jawa kurang memiliki kebudayaan merantau ke daerah lain. Mereka sering terkendala oleh kekurang beranian merantau ke daerah-daerah lain di luar Jawa dan hambatan kurang ada dukungan dari orang tua mereka. K e b a n y a k a n l u l u s a n k u r a n g mempersiapkan diri untuk mengakses lapangan kerja dengan membuat perencanaan jangka panjang mulai dari ketika masih duduk di bangku kuliah. Pada umumnya mereka mulai memikirkan lapangan kerja setelah lulus. Dengan demikian upaya dalam mengakses lapangan kerja mereka menjadi tergesa-gesa dan hasilnya sering kurang maksimal. Daerah-daerah di Indonesia tidak semuanya memiliki Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi. Di daerah-daerah tersebut kebutuhan guru dimungkinkan lebih terbuka dibandingkan dengan daerah-daerah yang terdapat perguruan tinggi telah memiliki Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi. SIMPULAN 130 Forum Ilmu Sosial, Vol. 35 No. 2 Desember 2008

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Keterserapan lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropiligi Jurusan sosiologi dan Antropologi FIS UNNES pada lapangan kerja termasuk memerlukan waktu yang singkat dari tahun pertama hingga tahun ketiga telah terserap dengan prosentase yang tinggi. 2) Lapangan kerja yang menyerap lulusan Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi FIS Unnes sebagian besar telah sesuai yaitu lapangan kerja guru mata pelajaran sosiologi dan antropologi atau IPS. 3) Upaya lulusan dalam mengakses lapangan kerja dengan cara mencari informasi melalui teman dan kenalan, media internet, media massa cetak, dan metode belum didasarkan pada perencanaan dan konseptual yang jelas dan baru dilakukan setelah lulus kuliah. Saran yang diusulkan dari penelitian ini adalah: 1) Lulusan dalam mengakses lapangan kerja perlu persiapan sejak di bangku kuliah. Selama masa kuliah diperlukan upaya mengembangkan keterampilan mengakses informasi melalui internet, media massa cetak, dan mengembangkan jaringan dengan sekolahsekolah, 2) Prodi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi perlu membekali keterampilan mengakses lapangan kerja bagi mahasiswa di lingkungannya agar kelak jika lulus sudah lebih siap dalam memasuki lapangan kerja yang tersedia atau menciptakan sendiri lapangan kerja. 3) Pemerintah dan Penyelenggara Lembaga Pendidkan sebaiknya meningkatkan pengaturan pengajaran agar guru-guru dalam mengajar mata pelajaran sesuai dengan bidang keilmuannya. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat mendukung profesionalisme Forum Ilmu Sosial, Vol. 35 No. 2 Desember 2008 131