BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sebagai alat pergerakan yang membantu manusia untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur dapat terjadi pada semua tingkat umur (Perry & Potter, 2005).

PENGARUH ANKLE PUMPING EXERCISE

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

BAB 1 PENDAHULUAN. penatalaksanaanpatah tulang, sebab seringkali penanganan patah tulang ini. kekerasan yang timbul secara mendadak (Syaiful, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Citra diri merupakan sebuah keadaan dalam pikiran tentang diri. Anda, kehilangan citra dirinya dan merasa buruk tentang diri mereka

IKRIMA RAHMASARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, dan

BAB I PENDAHULUAN. stroke masih tinggi. Menurut estimasi World Health Organisation (WHO), pada

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. (Queensland

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif), yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data World Health Organization (2010) setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang terlibat dalam. yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Berjalan merupakan sebuah aktifitas berpindah atau bergerak untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Sejumlah prilaku seperti mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan manusia. Banyak anak-anak dibawah umur yang

PRAKTIKUM 7 PERAWATAN PASIEN YANG MENGGUNAKAN TRAKSI DAN ELASTIS BANDAGE

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest.

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

BAB I PENDAHULUAN. berkecepatan tinggi seperti sekarang ini. Selain ltu insidensi trauma

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit tentunya

BAB 1 PENDAHULUAN. Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Brunner & Suddarth,

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. Of Motion ( ROM ) aktif pada Tn. K dengan post operasi fraktur di ruang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH POSISI LATERAL INKLIN 30 0 TERHADAP KEJADIAN DEKUBITUS PADA PASIEN STROKE DI BANGSAL ANGGREK I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

BAB I PENDAHULUAN. Maha Kuasa. Di dalam Al Qur'an Surat Ali Imran surat ke 3 ayat ke 185

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. W POST OP CRANIATOMY HARI KE- 2 DENGAN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUI KUSTATI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Bekerja sebagai tenaga kesehatan merupakan suatu profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. Brachial Plexus (pleksus brachialis) adalah pleksus saraf somatik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidaknyamanan yang berkepanjangan sampai dengan kematian. Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. insidensi tertinggi terjadi pada usia antara tahun. Fraktur ini terjadi lebih

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 DISTAL DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

fisiologis. Konsep mobilisasi mula-mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi

BAB I PENDAHULUAN. mengancam jiwa dan membutuhkan pertolongan dengan segera, serta dapat

Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 2 yaitu fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit. fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar.

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. dengan kondisi akut yang membutuhkan pertolongan segera (Ashour et al,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. femur (Mansjoer, 2000). Sedangkan menurut Sjamsuhidajat (2004) fraktur femur

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

PENGARUH LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF TERHADAP KEKUATAN OTOT PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR HUMERUS DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. intelektual serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. bisa didapatkan di rumah sakit. Hal ini menjadikan rumah sakit sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. UU R.I Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 62 tentang. peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. trauma atau aktifitas fisik dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada. dan terjadi fraktur radius 1/3 (Thomas, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. KATA PENGANTAR... v. ABSTRAK... vi. ABSTRCT... vii RINGKASAN...

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan 80% populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Trauma toraks merupakan trauma yang mengenai dinding toraks atau

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST ORIF FRAKTUR CRURIS 1/3 DISTAL SINISTRA DI RSUD SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di era globalisasi terus berkembang, khususnya

SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM)

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas ini berkepanjangan akan mengakibatkan luka. regangan dan gesekan (Potter dan Perry, 2005; Hidayat, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh adanya penyempitan arteri koroner, penurunan aliran darah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun terdapat

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik

BAB I. yang mencapai umur 60 tahun keatas 1. terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita 2.

Gerakan yang dapat dilakukan sepenuhnya dinamakan range of motion (ROM) Untuk mempertahankan ROM normal, setiap ruas harus digerakkan pada ruang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Terutama

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tulang merupakan bagian tubuh manusia yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia sebagai alat pergerakan yang membantu manusia untuk melakukan aktivitas sehari-harinya. Fungsi normal tulang sebagai alat gerak pasif akan terganggu apabila terjadi patah tulang (fraktur) yang merupakan salah satu masalah ortopedi yag sering terjadi (Mansjoer; Suprohaita; Wardhani; Setiowulan, 2008). Fraktur didefinisikan sebagai kondisi terputusnya kontinuitas tulang dan jaringan lunak disekitarnya (Smeltzer & Bare, 2002). Peningkatan kasus fraktur tidak terlepas dari tingginya angka kecelakaan akibat meningkatnya perkembangan teknologi di bidang transportasi. Kecelakaan merupakan masalah kesehatan yang sangat serius di dunia yang dapat menjadi penyebab tertinggi dari kasus fraktur. World Health Organization (WHO, 2007) mencatat terdapat lebih dari delapan juta orang meninggal diakibatkan insiden kecelakaan dan sekitar dua juta orang mengalami kecacatan fisik, tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi tinggi yaitu insiden fraktur ekstrimitas bawah sekitar 40% dari insiden kecelakaan yang terjadi. Hal ini didukung dengan pendapat Armis (2002) yang menyatakan insiden fraktur di United States of America (USA) diperkirakan menimpa satu orang pada 10.000 populasi setiap tahunnya. 1

2 Sebagian besar kasus fraktur diakibatkan oleh kecelakaan dimana fraktur itu sendiri dapat menimbulkan beberapa komplikasi. Data dari Riset Kesehatan Dasar (2007), di Indonesia terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena jatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma benda tajam ataupun tumpul. Dari 45.987 peristiwa kecelakaan yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8%), dari 20.829 kasus kecelakaan lalu lintas, yang mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%), dari 14.127 trauma benda tajam atau tumpul, yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7%). Sementara di Provinsi Bali, fraktur masih menjadi masalah kesehatan yang banyak terdapat di instansi kesehatan. Data registrasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinisi Bali (2011), didapatkan data fraktur sebanyak 3065 kasus (8,9%) dari seluruh penyakit yang dirawat di Rumah Sakit di Bali dimana kasus terbanyak terdapat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah yaitu sebanyak 1322 kasus (43,13%). Dari seluruh kasus fraktur, fraktur anggota gerak merupakan kejadian yang paling banyak terjadi yaitu sekitar 643 kasus (48,64%). Hal ini diperkuat dengan data Rekam Medis (RM) RSUP Sanglah (2012), didapatkan jumlah pasien fraktur sebanyak 974 kasus dari semua jenis fraktur, dimana kasus fraktur tertinggi yaitu fraktur anggota gerak sebanyak 448 kasus (45,99%) dari semua kasus fraktur lainnya. Salah satu fraktur anggota gerak yang memiliki presentase tinggi, yaitu fraktur femur sebanyak 239 kasus (24,54%) atau rata-rata sebanyak 20 kasus perbulan dengan kejadian terbesar adalah pada rentang usia 20-65 tahun yaitu sebanyak rata-rata 12 orang pada bulan Juli-Agstus 2013. Sebagian besar kasus fraktur yang masih menunggu jadwal operasi diimobilisasi menggunakan

3 traksi. Imobilisasi dapat menimbulkan dampak negatif diantaranya dekubitus dan penurunan masa otot (disue atrofi otot) (Suratum, 2008). Dari beberapa dampak imobilisasi, atrofi otot masih menjadi masalah yang kurang mendapat perhatian. Penurunan massa otot yang terjadi akibat otot yang tidak digunakan (disuse atrofi otot) terjadi akibat serabut-serabut otot yang tidak berkontraksi dalam waktu yang lama, sehingga perlahan-lahan akan mengecil (Guyton, 2008). Immobilisasi (bed rest) yang lama akan merangsang atrofi otot skeletal terutama ekstremitas bawah sehingga kekuatan otot akan mengalami penuruan sejumlah 1-1,5% perhari selama periode immobilisasi dan sampai 5,5% perhari jika immobilisasi karena pemasangan gips atau fraktur (Thorn et al, 2001). Otot memiliki karakteristik atrofi yang berbeda-beda sesuai dengan kelompok dan fungsinya. Balavy, et al (2009) mendapatkan adanya perbedaan kecepatan atrofi otot yang digunakan untuk menyangga tubuh saat berdiri dan berjalan (anti gravity musculature) selama bedrest lama, dengan manifestasi atrofi tercepat adalah pada otot plantar flexor (medial gastrocnemius dan soleus). Otot plantar flexor hampir terlibat dalam semua pergerakan kaki, mulai dari berjalan, berlari, menjaga keseimbangan dan kordinasi tubuh bagian atas dan bawah. Otot soleus dalam posisi tegak berfungsi untuk memompa darah vena kembali ke sirkulasi sentral. Dilihat dari fungsi otot plantar flexor, apabila otot tersebut mengalami penurunan massa akan berdampak terhadap penurunan fungsi otot plantar flexor yang penting dalam pergerakan tubuh manusia. Adapun beberapa kerugian dalam penurunan massa otot ini seperti memperlambat masa rehabilitasi dan mobilisasi pada pasien, penurunan fungsi sebagai penyangga tubuh, dan

4 kondisi imobilisasi dapat mengakibatkan kelemahan otot akibat berkurangnya aliran darah ke otot pasien (Anderson, et al, 2009). Sehingga perlu dilakukan tindakan pencegahan untuk menghindari penurunan massa otot tersebut. Semakin meningkatnya kasus fraktur femur mengakibatkan waktu tunggu operasi semakin lama yang akan berimplikasi terhadap besarnya disuse atrofi otot. Data RM RSUP Sanglah Denpasar (2013), menyatakan terdapat 2824 operasi selama tahun 2013 dan 216 kasus pada bulan Desember 2013 dengan operasi orthopaedi sebanyak 24 kasus dimana sebagian besar kasus fraktur dirawat di Ruang Angsoka dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang terdiri dari Ratna dan MS. Sementara data studi pendahuluan di Angsoka RSUP Sanglah dari bulan Juli-Agustus 2013 didapatkan rata-rata waktu tunggu operasi selama 10 hari sehingga mengakibatkan Length of Stay (LOS) pasien fraktur femur semakin lama. Data LOS pasien fraktur femur di ruang Angsoka RSUP Sanglah berkisar 6-43 hari dengan rata-rata 15 hari yang berarti penggunaan traksi selama 15 hari dengan mengimobilisasikan bagian fraktur selama 15 hari pula. Hal ini mengakibatkan otot yang tidak digunakan menjadi mengecil (disuse atrofi). Menurut Salmond & Pellino (2002), individu yang membatasi pergerakannya (imobilisasi) akan menyebabkan tidak stabilnya pergerakan sendi dan terjadinya atrofi otot dalam 4 6 hari. Risiko tinggi terjadinya disuse atrofi pada pasien fraktur femur dengan traksi tidak diimbangi dengan terapi latihan yang adekuat sedangkan pencegahan disuse atrofi ini sangat berdampak terhadap kembalinya fungsi otot pasien untuk beraktivitas dan penyangga tubuh melawan gravitasi. Data studi pendahuluan di

5 ruang Angsoka RSUP Sanglah, terapi latihan yang diberikan pada pasien fraktur femur dengan traksi yaitu pelatihan latihan Range of Motion (ROM) pasif, dimana pasien mengalami kesulitan mengikuti gerakan yang banyak dan susah dilakukan secara optimal pada pasien dengan traksi. Latihan ROM umumnya dikombinasikan dengan latihan ankle pumping selama satu kali dalam satu hari sementara menurut Scott (2011), ankle pumping exercises akan lebih optimal dilakukan selama 3-5 kali dalam satu hari untuk melancarkan aliran darah dan membantu kontraksi otot. Ankle pumping exercises merupakan latihan yang mudah untuk dilakukan oleh pasien yang mengalami imobilisasi dan efektif untuk mempertahankan massa otot dengan melancarkan sirkulasi darah dan membantu kontrkasi otot. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan membuktikan beberapa efek positif dari pemberian ankle pumping exercises, diantaranya penelitian dari Kwon, et al (2003) yang meneliti tentang pengaruh pemberian ankle pumping yang dikombinasikan dengan pernafasan dalam terhadap kecepatan aliran vena pada femur. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa ankle exercises dikombinasikan dengan pernafasan dalam memberikan pengaruh yang signifikan terhadap aliran darah distal yang mana aliran darah yang tidak adekuat menjadi salah satu penyebab atrofi otot itu sendiri. Disuse atrofi otot dapat dicegah dengan berbagai cara, khususnya dengan latihan isometrik seperti latihan ROM, BRIME ataupun ankle pumping secara teratur. Penelitian dari Artana (2013) tentang perbedaan keefektivan Brief Repetition Isometric Maximum Exercises (BRIME) satu set dan tiga set terhadap

6 pencegahan disuse atrofi otot. Dalam penelitian tersebut terdapat penurunan lingkar paha sebanyak 6-8 milimeter dalam waktu 10 hari sehingga apabila hal ini tetap tidak diperhatikan akan menimbulkan penurunan massa otot yang makin besar. Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti ingin melakukan penelitian untuk membuktikan pengaruh ankle pumping exercises dalam mencegah disuse atrofi otot plantar flexor pada pasien fraktur femur yang imobilisasi dengan judul Pengaruh Ankle Pumping Exercise terhadap Penurunan Disuse Atrofi Otot Plantar Flexor pada Pasien Fraktur Femur di RSUP Sanglah yang nantinya diharapkan dapat memberikan pasien alternatif latihan otot yang sederhana dan memberikan efek yang optimal dalam pencegahan atrofi. 1. 2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas yaitu Apakah ada pengaruh ankle pumping exercise terhadap penurunan disuse atrofi otot plantar flexor pada pasien fraktur femur dengan traksi di RSUP Sanglah?. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh ankle pumping exercise dalam mengurangi penurunan disuse atrofi otot plantar flexor pada pasien fraktur femur dengan traksi di RSUP Sanglah.

7 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Mengetahui nilai pretest lingkar betis pada kelompok perlakuan(ankle pumping exercise) dan kelompok kontrol pada pasien fraktur femur dengan skin traksi di RSUP Sanglah. b) Mengetahui nilai posttest lingkar betis pada kelompok perlakuan (ankle pumping exercise) dan kelompok kontrol pada pasien fraktur femur dengan skin traksi di RSUP Sanglah. c) Menganalisis perbedaan nilai pretest dan posttest lingkar betis pada kelompok perlakuan (ankle pumping exercise) pada pasien fraktur femur dengan skin traksi di RSUP Sanglah. d) Menganalisis perbedaan nilai pretest dan posttest lingkar betis pada kelompok kontrol pada pasien fraktur femur dengan skin traksi di RSUP Sanglah. e) Menganalisis pengaruh ankle pumping exercise terhadap penurunan disuse atrofi otot plantar flexor pada pasien fraktur femur dengan traksi di RSUP Sanglah. 1. 4 Manfaat 1.4.1 Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Ilmu Keperawatan Orthopaedi khusunya pada masalah muskuloskeletal pada pasien fraktur yang diindikasikan imobilisasi yang

8 dihubungkan dengan manfaat ankle pumping exercise sebagai latihan pencegah disuse atrofi otot. 1.4.2 Praktis a. Penelitian ini diharapkan memberi tambahan ilmu terhadap peran perawat dalam perawatan pasien dengan traksi khususnya untuk mencegah terjadinya penurunan disuse atrofi otot yang diakibatkan imobilisasi bagian fraktur yang dihubungkan dengan manfaat latihan ankle pumping. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu intervensi yang dapat diedukasikan pada pasien sebagai latihan mandiri dalam mencegah penurunan disuse atrofi otot. c. Penelitian ini diharapkan memberikan suatu masukan tentang latihan pergerakan yang dapat dilakukan pada pasien dengan imobilisasi (bedrest) yang mana berisiko mengalami penurunan massa otot. 1.4.3 Penelitian selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai dasar acuan dan sebagai data pendukung dalam melaksanakan penelitian selanjutnya khsusnya pada perawatan pasien imobilisasi yang berisiko mengalami penurunan massa otot.