Berita Teknologi Bahan & Barang Teknik ISSN : Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Departemen Perindustrian RI No. 22/2008 Hal.

dokumen-dokumen yang mirip
TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal

BAB II LANDASAN TEORI

KEGIATAN BELAJAR : Membuat Program di Mesin Bubut CNC

BAB I. Pengenalan Perangkat Lunak CAD/CAM dan Mastercam versi 9

MODUL CNC MILLING DENGAN SWANSOFT CNC SIMULATOR

Bab 1. Pendahuluan. menggunakan bantuan aplikasi CAD (Computer-Aided Design) untuk. menggunakan komputer ini disebut sebagai mesin Computer based

Materi 4. Menulis Program di Mesin Bubut CNC (membuka, menulis, dan mengedit program CNC)

PEMROGRAMAN CNC. Program adalah sejumlah perintah dalam bentuk kode yang dipakai untuk mengendalikan mesin.

PERBEDAAN WAKTU PENGERJAAN PADA PEMOGRAMAN INCREMENTALDAN ABSOLUTE PADA MESIN CNC MILLING TU 3A. Aep Surahto 1)

Dasar Pemrograman Mesin Bubut CNC Type GSK 928 TE

PERANCANGAN MESIN PENEKUK PLAT MINI. Dalmasius Ganjar Subagio*)

TE Pengantar Pemrograman Mesin NC

MODUL MESIN CNC-3. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY

Materi 4. Menulis Program CNC di Mesin Frais CNC (membuka, menulis, dan mengedit program CNC)

MODUL PRAKTIKUM PROSES DAN SISTEM PRODUKSI. CNC- Computer Numerical Control Oleh : Arief Darmawan

LEMBAR PENGESAHAN. Disetujui Dan Diterima Oleh. R. Ariosuko Dh., Ir Ir. Ruli Nutranta. M.Eng

Materi 3 Seting Benda Kerja, Pahat, dan Zero Offset Mesin Bubut CNC Tujuan :

BAHASA, METODE DAN STRUKTUR PROGRAM CNC (Aplikasi untuk Mesin Bubut CNC)

TUTORIAL DESAIN DRILL BERTINGKAT MENGGUNAKAN SOFTWARE MASTERCAM X5 & SWANSOFT CNC SIMULATOR

MODUL PRAKTIKUM CNC II MASTERCAM LATHE MILLING

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISA. Tempat Melakukan Pengujian : Peralatan Yang Dibutuhkan :

Materi 3. Seting Alat potong, Benda Kerja, dan Zero Offset pada Mesin Frais CNC

Mesin Milling CNC 8.1. Proses Pemotongan pada Mesin Milling

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

Prinsip Kerja dan Pengoperasian

Materi 1. Mengenal Bagian-bagian Utama Mesin Bubut CNC, Panel Kontrol Sinumerik 802 S/C base line, dan tata nama sumbu koordinat

PENGUJIAN KEBULATAN HASIL PEMBUBUTAN POROS ALUMINIUM PADA LATHE MACHINE TYPE LZ 350 MENGGUNAKAN ALAT UKUR ROUNDNESS TESTER MACHINE

MATERI KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BAB lll PROSES PEMBUATAN BOSS FRONT FOOT REST. Pada bab ini penulis menjelaskan tentang langkah kerja pembuatan benda

Pendahuluan. Keyword : Semi automated manufacture, Make to order, CNC, Fixed Layout

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Memprogram Mesin CNC (Dasar)

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK SISTEM OPERASI MESIN MILLING CNC TRAINER

Secara garis besar mesin Milling CNC dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

MATERI PPM APLIKASI FUNGSI G02 DAN G03 MESIN BUBUT CNC Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SETTING TITIK-TITIK REFERENSI PADA MESIN CNC ET-242 (Titik Nol Benda, dan Titik Nol Pahat)

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

Materi 2. Menghidupkan Mesin Bubut CNC dengan Sistem Kontrol Sinumerik 802 S/C base line

OPTIMASI JALAN PAHAT PROSES PEMESINAN CNC LATHE DAN ANALISA BIAYA PRODUKSI PEMBUATAN DEAD CENTER BERBANTUKAN CAD/CAM

Disusun Oleh : BAIYIN SHOLIKHI DIPLOMA III TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA JUNI 2012

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

DRIL I LIN I G N SEMESTER 2

BAB III ANALISIS. Gambar 3.1 Process Sheet & NCOD.

BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI SISTEM

BAB 12 MEMAHAMI MESIN CNC DASAR

Gambar I. 1 Mesin Bubut

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal. 1-8 ISSN , e-issn

MATA PELAJARAN : TEKNIK PEMESINAN JENJANG PENDIDIKAN : SMK

MODUL PROSES PEMESINAN I SEKSI MESIN BUBUT. Oleh : Purgiyanto

MATERI PPM PRINSIP PEMBUATAN PROGRAM CNC (Metode, Struktur, dan Eksekusi Program)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

MESIN BOR. Gambar Chamfer

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

Modul Teknik Pemesinan Frais CNC

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

MODUL 3 PRAKTEK PEMBUATAN PROGRAM UNTUK MESIN FRAIS CNC TU-3A

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

Modul Teknik Pemesinan Bubut CNC

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

BAB I PENDAHULUAN. kalangan pendidikan tinggi untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam

BAB II DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA

MODUL CNC-2. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY. KEGIATAN BELAJAR : Menghidupkan Mesin Bubut CNC

Analisa Pengaruh Gerak Makan Dan Putaran Spindel Terhadap Keausan Pahat Pada Proses Bubut Konvensional

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

Materi 4. Menulis Program di Mesin Bubut CNC (membuka, menulis, dan mengedit program CNC)

TI-3222: Otomasi Sistem Produksi

BAB II LANDASAN TEORI

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Pengelasan.

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING)

MATERI PPM PEMROGRAMAN MESIN CNC INTERPOLASI MELINGKAR (FUNGSI G02)

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

Gambar 2.1 Sumbu-sumbu pada mesin NC [9]

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

Pembuatan benda kerja poros beralur dan ulir dengan Mastercam Lathe 9

c. besar c. besar Figure 1

PERENCANAAN PROSES CAD PRODUK BERKEPALA BAUT UNTUK APLIKASI CAM DENGAN MENERAPKAN METODE TO CORNER

Pengaruh Jenis Pahat, Kecepatan Spindel dan Kedalaman Pemakanan terhadap Tingkat Kekasaran Permukaan Baja S45C

MODUL I PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI

BAB 2 LANDASAN TEORI

CREATED BY: Fajri Ramadhan,Wanda Saputra dan Syahrul Rahmad

Transkripsi:

METODE PEMBUATAN PROGRAM CNC (CNC Machine) Dalmasius Ganjar Subagio*) INTISARI METODE PEMBUATAN PROGRAM CNC. Telah dilaksanakan kajian penggunaan tentang kinerja mesin CNC yang biasa digunakan untuk proses kerja pemesinan (Manufacturing). Kajian ini dilakukan dengan cara mempelajari sistem integrasi hubungan antara konstruksi mesin dengan sistem kontrol. Sehingga dapat diperoleh informasi mengenai pola kerja mesin tersebut sebagai acuan dalam pembuatan program untuk sebuah proses pemesinan. Kata Kunci : Mesin CNC, Pembuatan Program CNC ABSTRACT THE METHOD OF CNC PROGRAME MAKING.The application of CNC Lathe Machine in a manufacture process has been discussed in this paper. The paper was done through the study of its integrate relation system between machine construction with control systems, The information was then obtained in the form of pattern of machine performance as reference for making the program in manufacturing process. Keyword : CNC Machine, CNC Programe Making

*) Peneliti Muda Bidang Rekayasa P2 Telimek-LIPI PENDAHULUAN Proses pemesinan merupakan proses pembentukan logam dengan menggunakan alat potong yang biasa disebut pahat potong. Secara teknis proses pemotongan telah dilakukan oleh Wilkinson sejak tahun 1775 yang digunakan untuk membuat komponen mesin uapnya James watt. Pada saat itu konsep ketelitian dan ketepatan sudah mulai diterapkan mengingat komponen ini memerlukan ketelitian tinggi. Sesuai dengan perkembangan teknologi maka penelitian tentang pemesinan terus dikembangkan. Usaha-usaha untuk meningkatkan efisiensi pemesinan dilakukan dengan menggunakan mesin CNC. Dewasa ini perkembangan teknologi industri pemesinan di Indonesia sudah semakin meningkat, hal ini dapat dibuktikan dengan semakin modernnya peralatan yang digunakan untuk mengerjakan suatu produk, seperti mesin CNC (Computer Numerical Control) yaitu mesin yang telah dilengkapi dengan komputer untuk mempermudah proses kerja mesin. Oleh sebab itu dalam buku ini juga akan dibahas sistem produksi dengan menggunakan teknologi CNC. Industri pemesinan memegang peranan penting dalam pembangunan nasional terutama untuk menghasilkan komponen teknik yang dibutuhkan oleh industri lain. Sementara itu sistem produksi industri pemesinan modern membutuhkan tenaga kerja yang profesional dalam melakukan proses produksi. Tenaga ahli dan teknisi di Indonesia sudah saatnya dipupuk mulai sekarang untuk mendapatkan pengetahuan tentang perkembangan teknologi pemesinan modern. Hal ini menjadi tanggung jawab kita semua dalam turut menciptakan sumber daya manusia yang siap menghadapi permasalahan tersebut serta turut serta membantu pemerintah dalam penyebarluasan teknologi untuk mencerdaskan bangsa. (1)

SKEMA PEMROGRAMAN CNC DRAWING PROGRAMMING INPUT DATA SETTING MESIN PROCESS PRODUCT MESIN BUBUT CNC (CNC LATHE) Salah satu proses pemesinan dengan menggunakan kontrol CNC adalah proses pemesinan dengan menggunakan mesin bubut (CNC Lathe) dan mesin frais (CNC Milling) dilengkapi dengan monitor untuk membuat program. (2)

Gambar 2. mesin bubut CNC (Lathe CNC). Mesin bubut CNC memiliki sumbu yang sama dengan mesin bubut konvensional, yaitu sumbu X dan sumbu Z seperti dapat dilihat pada gambar 3. X Z Gambar 3. Sumbu mesin Bubut CNC (Lathe) PROSES BUBUT Proses pemesinan yang dilakukan pada mesin bubut berbeda dengan proses yang dilakukan pada mesin freis, dimana pada proses bubut benda kerja dipegang oleh pencekam (Cuck) yang dipasang pada ujung poros utama (spindle) sehingga benda kerja ikut berputar dengan poros utama mesin, sedangkan pahat dipegang oleh dudukan pahat (Tool post) dan pahat hanya bergarak kearah sumbu X dan sumbu Z sesuai. Proses yang

dilakukan oleh mesin freis yaitu benda kerja di cekam pada meja mesin dan bergerak kearah sumbu X dan sumbu Y sedangkan pahat dipasang pada poros utama (spindle) yang dapat bergerak kearah sumbu Z. Hasil potong yang dilakukan oleh mesin bubut akan lebih halus, hal ini dikarenakan proses pemotongan pahat bergerak tetap atau konstan sehingga tidak terjadi hambatan terhadap pahat potong. Gambar 4 merupakan contoh proses yang dilakukan oleh mesin bubut CNC. (3) Gambar 4. Proses Pemotongan Pada Mesin Bubut (3) PENGENALAN PROGRAM CNC Mesin CNC baik mesin bubut maupun mesin freis selalu dilengkapi oleh sebuah kontrol pengendali sekaligus untuk membuat sebuah program yang dapat langsung dilihat pada layar monitornya.

Fungsi kode G (G code Function) Pemrograman CNC adalah gabungan dari beberapa kode G dan kode M yang digabungkan untuk membuat serangkaian proses kerja mesin, sehingga untuk mengoperasikan mesin CNC dibutuhkan keahlian khusus dalam membuat program. Kode G dan kode M dapat mudah dipelajari namun untuk dapat membuat serangkaian proses kerja pemesinan membutuhkan pengalaman dilapangan. Proses pemesinan CNC akan lebih mudah apabila kita menguasai bentuk bentuk lintasan pahat yang diperintahkan melalui kode-kode G atau yang biasa disebut dengan interpolasi. Menggunakan fasilitas sub-sub program yang merupakan anak dari program utama, sehingga pada saat program utama di proses maka sub program secara otomatis mengikutinya dengan cara di panggil dari program utama. Disamping itu pula ada yang namanya kompensasi panjang dan radius pahat, hal ini digunakan agar tidak terlalu sering mengganti pahat atau untuk pengulangan proses dan juga bagaimana mengeset pahat terhadap benda kerja sebagai referensi kerja proses pemesinan. Dibawah ini merupakan kumpulan kode G dan kode M yang sering digunakan dalam pembuatan program. Sekalipun masih banyak kode-kode yang belum dimasukan ke dalam tabel ini, namun dengan memahami apa yang ada di tabel tersebut sudah dapat membuat sebuah program yang biasa digunakan oleh seorang programmer di industri pemesinan. (5)

Tabel 1. Kode G dan Kode M (5) Secara Umum

NO KODE KETERANGAN 1 G00 Pindah posisi axis dengan kecepatan penuh 2 G01 Pindah posisi axis secara linear ( feed rate) 3 G02 Pindah posisi axis berputar searah jarum jam 4 G03 Pindah posisi axis berputar berlawanan arah jarum jam 5 G04 Waktu tunda (dwell) 6 G17 Pindah posisi axis X-Y dipakai pada G02 dan G03 7 G18 Pindah posisi axis Y-Z dipakai pada G02 dan G03 8 G19 Pindah posisi axis X-Z dipakai pada G02 dan G03 9 G28 Mengembalikan keposisi otomatis 10 G32 Membuat ulir pada mesin bubut 11 G40 Pembatalan kompensasai diameter pahat 12 G41 Kompensasai diameter pahat kiri 13 G42 Kompensasai diameter pahat kanan 14 G43 Kompensasi panjang arah Positif 15 G44 Kompensasi panjang arah Negatif 16 G49 Pembatalan kompensasi panjang pahat 17 G54 Sistim koordinat 1 18 G55 Sistim koordinat 2 19 G56 Sistim koordinat 3 20 G57 Sistim koordinat 4 21 G58 Sistim koordinat 5 22 G59 Sistim koordinat 6 23 G80 Membatalkan fixed cycle 24 G81 Fixed cycle untuk pengeboran (Drilling) 25 G83 Fixed cycle untuk Counter bore dengan waktu tunda 26 G84 Fixed cycle untuk pengetapan (tapping) 27 G85 Fixed cycle untuk Reamer 28 G86 Fixed cycle untuk Boring 29 G90 Program absolute 30 G91 Program incremental 31 G92 Koordinat referensi Benda kerja 32 G98 Pengembalian pahat pada Z awal 33 G99 Pengembalian pahat pada jarak yg ditentukan ( R ) 34 M02 program selesai 35 M03 Spindle berputar searah jarum jam 36 M04 Spindle berputar berlawanan arah jarum jam 37 M05 Spindle stop 38 M06 Pergantian tool 39 M08 Pompa pendingin aktif (coolant on) 40 M09 Pompa pendingin mati (coolant off) 41 M30 Akhir program dan mengembalikan posisi tool terakhir 42 M98 Masuk ke sub program 43 M99 Keluar ke sub program

KOORDINAT PADA MESIN CNC Dalam pemrograman CNC ada dua nilai koordinat yang biasa digunakan dalam membuat sebuah program yaitu koordinat absolute G90 dan koordinat incremental G91. Keduanya dapat digunakan untuk membuat program tergantung dari tingkat kesulitan atau kemudahan proses. Agar lebih jelasnya pada bagian ini di bahas kapan menggunakan koordinat absolute dan kapan menggunakan koordinat incremental. Koordinat absolut digunakan apabila proses pemesinan dengan referensi kerja tetap atau titik nolnya tidak berpindah tempat, sedangkan yang dimaksud dengan koordinat incremental yaitu apabila titik referensi berpindah-pindah. Agar lebih mudah perhatikan gambar 5. Y 200 End point : (absolute 50,200) dan (incremental -100,100) 100 Star point : (absolute 150.100) dan 40 (incremental 0,0) 0 50 150 250 X Gambar 5. Koordinat Absolute dan Incremental (5) Gambar di atas dapat dibedakan antara absolute dengan incremental melalui bentuk koordinat seperti di bawah ini. Koordinat absolute (G90) adalah koordinat yang titik nolnya tetap sehingga jika dibuat dalam bentuk program akan ditulis sebagai berikut : G90 X 150. Y 100.

G90 X 50. Y 200. Sedangkan untuk koordinat incrementalnya (G91) adalah koordinat yang titik nolnya berpindah tempat sehingga jika dibuat dalam bentuk program akan ditulis sebagai berikut : G91 X 0. Y 0. G91 X -100. Y 100. Fungsi Interpolasi (Interpolation Function) Pada bagian ini akan di bahas mengenai fungsi gerakan dari kode G yang sering digunakan dalam proses pemesinan. Pahat dapat bergerak lurus (G00, G01) ataupun melingkar G02, G03) tergantung dari kode yang kita masukan. Titik koordinat dapat menggunakan koordinat absolute atau incremental tergantung tingkat kesulitan dari sebuah proses. Agar lebih mudah dapat dilihat dalam bentuk proses kerja seperti di bawah ini. Fungsi G00 Kode G00 berfungsi untuk memposisikan pahat terhadap benda kerja. Gerakan ini bisa dilakukan dengan menggunakan perintah koordinat absolute G90 atau incremental G91, G00 dapat bergerak dengan cepat atau dapat di atur oleh handle Ravid traverse yaitu pengatur langkah kecepatan gerak pahat. Besaran lintasan dari ravid traverse dibuat dalam bentuk persentase antara 25%, 50%, dan 100% dari langkah semestinya tergantung mesin. Lintasan G00 dapat dilihat pada gambar pada 6. Y 180 Penulisan programnya adalah G00 X 150. Y100. 100 End point 40 Star point

0 50 150 250 X Gambar 6. lintasan G00 (5) Fungsi G01 Kode G01 berfungsi untuk melakukan proses pemotongan benda kerja. Gerakan ini bisa juga dilakukan dengan menggunakan perintah koordinat absolute G90 atau incremental G91, Gerakan G01 harus diikuti dengan kecepatan langkah proses pemotongan. Kecepatan langkah pemotongan/kecepatan makan dari pahat biasanya dilambangkan dengan huruf F atau Feeding. Proses Lintasan G01 dapat dilihat pada gambar 7, Misal F dimasukan nilai 100 mm/mnt. Y 180 Penulisan programnya adalah G01 X 150. Y100. F 100. 100 End point 40 Star point 0 50 150 250 X Gambar 7. lintasan G01 (5) Pada dasarnya gerakan dari G00 dan G01 adalah gerak lintasan dari pahat adalah lurus, baik sumbu X, sumbu Y atau sumbu Z. Perbedaan dari keduannya adalah jika kita menggunakan G01 maka dalam pembuatan programnya harus di tambahkan unsur

kecepatan langkah pemotongan/kecepatan makan pahat (F) sedangkan G00 tidak menggunakan (F). agar mudah diingat perhatikan cara penulisan program di bawah ini : G00 X 150. Y100. G01 X 150. Y100. F 100. Fungsi G02 dan G03 Kode G02 dan G03 berfungsi untuk melakukan proses pemotongan benda kerja dengan bentuk melingkar. Gerakan ini bisa juga dilakukan dengan menggunakan perintah koordinat absolute G90 atau incremental G91, Lintasan G02 adalah lintasan pahat bergerak searah jarum jam (CW) dan G03 lintasan pahat bergerak kebalikan arah jarum jam (CCW). Proses kerja dari kode ini harus diikuti dengan besar kecepatan langkah proses pemotongan (F) dan juga nilai radius lintasan (R). Cara Setting Pada Mesin Bubut Sistem koordinat pada mesin bubut CNC dapat menggunakan kode G50 X..., Z... Cara setting untuk mendapatkan nilai dari X dan Z dapat dilihat pada gambar dibawah ini. X Zero Point Z

Setting Pahat Terhadap Benda Kerja Sumbu X (6) untuk mendapatkan nilai X ukur diameter hasil pembubutan misalkan setelah diukur didapat diameter 50 mm, kemudian lihat pada monitor nilai pergeseran X mesin misalkan 300 mm maka nilai pengukuran ditambahkan dengan nilai yang terlihat dimonitor. X = 50 + 300 = 350 X Zero Point Z Setting Pahat terhadap Benda Kerja Sumbu Z (6) untuk mendapatkan nilai Z setelah melakukan pemakanan arah sumbu Z lihat pada monitor nilai pergeseran Z mesin misalkan 350 mm kemudian ditambahkan dengan nilai Z yang akan dikerjakan misalkan 100 mm maka nilai yang akan dikerjakan ditambahkan dengan nilai yang terlihat dimonitor Z = 100 + 350 = 450 Setelah didapatkan nilai X dan Z dimasukan dalam program G50 X 350 Z 450 PEMROGRAMAN

Pemrograman pada mesin bubut CNC dapat dibedakan menjadi 5 kelompok proses kerja pemesinan, hal ini dikarenakan proses yang lainnya merupakan pengembangan dari proses yang ada. Contoh dari proses tersebut antara lain : Contoh Proses Pengeboran (Drilling) Drilling adalah sebuah proses untuk membuat lubang pada sumbu benda kerja yang dikerjakan oleh mesin bubut. Alat yang digunakan adalah mata bor atau drill. Contoh Proses Pembuatan Alur (Groving) Mata pahat grove Contoh Proses Pembuatan Ulir (Threading)

Mata pahat Ulir Contoh Proses Merampas Permukaan (Facing)

Contoh Proses Pembentukan Model (Contouring) Tabel 2. Cutting Speed (m/mnt) Material Rough - Cutting Finish - Cutting S45C 100-150 150-180 FC20 100-120 120-150 Al 500-1000 1000 - Bs 300-350 300-400 Tabel 3. Feedrate (mm/rev) 0.25 0.35 0.15 0.2 0.05 0.1 Program Utama Dan Sub Program

Dalam pemrograman CNC ada dua bentuk program yaitu program utama (Main Program) dan sub program (Sub Program). Sub program adalah program yang di panggil dari program utama untuk melakukan proses kerjanya. Pembuatan program dengan menggunakan fasilitas sub program akan sangat efektif, hal ini dikarenakan program dapat dipersingkat. Contoh : Main Program Sub Program Sub Program O0001 M98P..0002 M30 O0002 M98P..0003 M99 O0003 M99 Keterangan 0001 adalah nomor program biasanya diawali hurup O ( O0001) M98 adalah kode untuk menggil sub program P adalah fasilitas untuk pengulangan proses sub program (berapa kali proses kerja dari sub program) misal : M98 P50002 artinya manggil sub program sebanyak 5 kali M02 adalah akhir program M99 adalah akhir dari sub program M30 adalah akhir program dan kembali ke awal program. Contoh Program Rampas Permukaan

N10 G50 X 350 Z 450 ( diisi hasil setting pada benda kerja) N20 G00 X 42 Z 65 N30 M03 S 318 N40 M08 N50 G71 U1 R1 N60 G71 P070 Q140 U0.5 W0.5 F0.3 N70 G01 X0 F0.1 N80 G01 W-5 N90 X20 N100 W-25 N110 G02 X30 W-5 R5 N120 G01 X40 N130 W-30 N140 X42 N150 G70 P070 Q140 N160 M05 N170 G28 U0 W0 N180 M30

Tabel 4. Fungsi Kode G, M, U dan W NO KODE KETERANGAN 1 G70 Perintah untuk Finishing 2 G71 Perintah kerja pembubutan diameter 3 G72 Perintah untuk Faching 4 G73 Perintah kerja untuk benda yang telah berbentuk 5 U dan W X dan Z dalam bentuk incremental 6 P adalah perintah awal program pengulangan proses pembubutan 7 Q adalah perintah akhir pengulangan program proses pembubutan 8 F adalah Feedrate 9 R Radius pahat 10 M03 Perintah Spindle untuk berputar 11 M05 Perintah Spindle untuk berhenti 12 M30 Akhir program 13 G28 Kembali ke posisi awal atau titik nol mesin KESIMPULAN Dengan menguasai pemrograman CNC akan sangat membantu dunia industri dalam penyerapan tenaga kerja, hal ini disebabkan sangat sedikit sekali operator yang mampu dalam membuat program secara manual. Menggunakan mesin CNC hasil produk yang didapat akan lebih cepat dan lebih presisi, disamping itu juga hasil akan seragam. DAFTAR PUSTAKA 1. Rochim, T., 1993. Proses Pemesinan, Higher Education Development support project, Jurusan Teknik Mesin FTI-ITB Bandung. 2. Operation Manual edition 11 Okuma, Japan 3. Tungaloy, T., 1989-1990. milling & drilling, Japan 4. Bhattacharya, I., 1969. Design of Cutting tools, Use of metal cutting theory, ASTME, Dearborn, Michigan. 5. Operation Manual series 15-MA/MF/150-MA, Fanuc, Japan 6. Operation Manual series LH-35 OKUMA, Japan