BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memaknai materi dalam kehidupannya sehari-hari. Kemampuan intelektual siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan proses yang dapat ditandai dengan perubahan perilaku

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. interaksi aktif dilakukan pembelajaran dengan lingkungan, yang menghasilkan

Menurut aliran behavioristik dalam Wina (2009: 114) belajar adalah pembentukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media Diskusi. Aktivitas belajar menggunakan media gambar merupakan kegiatan, kesibukan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

JURNAL SAINTIFIK VOL.2 NO.2, JULI Kata kunci: Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Tim Kuis, Eksperimen

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata pelajaran yang membosankan. Tidak heran jika sampai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belum diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Peran serta pendidikan mempunyai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

materi yang ada dalam suatu pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam Kamus

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI GAYA MAGNET MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS V SD NEGERI 3 KRAJAN JATINOM KLATEN TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RENCANA TINDAKAN. dilakukan sendiri ataupun dengan melibatkan orang lain. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Kegiatan yang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Metode Pembelajaran Metode berasal dari bahasa latin Methodos yang berarti jalan yang harus dilalui. Menurut Sudjana (2002: 260) Metode adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pelajaran, oleh karena itu peranan Metode pengajaran sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar. Sejalan dengan pendapat Sudjana, menurut Moedjiono dan Dimyati (1992:45) Metode adalah cara untuk melakukan sesuatu cara untuk mencapai suatu tujuan. Sejalan pendapat Sudjana, Slameto (2003:15), Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilakukan dalam mengajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1980), Metode mengandung arti cara yang teratur dan terpikir untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengeahuan), cara kerja Konsisten untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, Metode dapat diartikan sebagai suatu cara atau jalan menyajikan atau melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan. 2.1.2 Pengertian Pembelajaran Aktif (Actife Learning) Banyak istilah yang digunakan untuk menggambarkan belajar atau mengajar, belajar aktif tidak mudah didefinisikan secara sederhana. Beberapa kutipan definisi ini menawarkan beberapa gambaran apa yang dipikirkan orang mengenai belajar aktif. Menurut Wardani(2010: 8), Pembelajaran Aktif terjadi saat siswa aktif terlibat, peduli dan bertanggung jawab terhadap belajar siswa itu sendiri. Siswa didorong untuk berfikir, menganalisa, mengajukan pendapat, menerapkan pengetahuan dan ketrampilan siswa. Bukan hanya siswa sekedar

menjadi pendengar pasif terhadap apa yang disampaikan guru. Sejalan dengan pendapat wardani (2010:8) di atas, menurut Glasgow dalam Permatasari (2011:16), memberikan pengertiannya tentang Pembelajaran aktif yaitu bahwa: Pembelajaran Aktif berusaha sungguh-sungguh untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar pada belajarnya sendiri. Mereka mengambil peran yang lebih dinamis dalam menentukan bagaimana dan apa yang mereka akan ketahui, apa yang seharusnya mereka bisa lakukan, dan bagaimana mereka akan melakukannya. Peran mereka berkembang lebih jauh ke pengelolaan pendidikan diri, dan memotivasi diri menjadi kekuatan lebih besar di belakang belajar. Pembelajaran aktif (Active Learning), dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Pembelajaran aktif (Actife Learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa atau anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Pembelajaran Aktif (Active Learning) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Memberikan strategi dengan pembelajaran aktif (Active learning) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran Konvensional. Pembelajaran aktif merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi-strategi pembelajaran yang komprehensif. Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat siswa aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berfikir tentang materi pelajaran. Juga terdapat teknik-teknik memimpin belajar bagi seluruh kelas, bagi kelompok kecil, merangsang diskusi dan debat, mempraktekkan ketrampilan-ketrampilan, mendorong adanya pertanyaan-pertanyaan, bahkan membuat siswa dapat saling mengajar satu sama lain.

Pembelajaran secara pasif, siswa mengalami proses tanpa rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa daya tarik pada hasil. Ketika belajar secara aktif, siswa mencari sesuatu. Siswa ingin menjawab pertanyaan, memperlukan informasi untuk menyelesaikan masalah, atau menyelidiki suatu pekerjaan. Metode pembelajaran aktif (Actife Learning) didalam proses belajar mengajar yaitu setiap Materi Pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Zaini (2010:15) berpendapat bahwa Pembelajaran Aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Kegiatan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Menurut Silberman dalam Komarudin Hidayat (2002:3), menggambarkan saat belajar aktif, para siswa melakukan banyak kegiatan. Mereka menggunakan otak untuk mempelajari ide-ide, memecahkan permasalahan, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan keterlibatan secara pribadi untuk mempelajari sesuatu dengan baik, harus mendengar, melihat, menjawab pertanyaan, dan mendiskusikannya dengan orang lain. Semua itu diperlukan oleh siswa untuk melakukan kegiatan, menggambarkannya sendiri, mencontohkan, mencoba ketrampilan, dan melaksanakan tugas sesuai dengan pengetahuan yang telah mereka miliki. Berdasarkan pendapat para Ahli diatas dapat ditarik beberapa perbedaan antara pendekatan Pembelajaran Aktif (Actife learning) dan pendekatan pembelajaran Konvensional, yaitu:

Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Konvensional dan Pembelajaran Aktif PEMBELAJARAN KONVENSIONAL Berpusat pada guru. Penekanan pada menerima pengetahuan Kurang menyenangkan PEMBELAJARAN AKTIF Berpusat pada anak didik Penekanan pada menemukan Sangat menyenangkan Kurang memberdayakan semua Menggunakan metode pembelajaran yang monoton Kurang banyak media yang digunakan Membemberdayakan semua Menggunakan banyak metode pembelajaran yang variatif Menggunakan banyak media Tidak perlu disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada. Disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada. Perbandingan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk menerapkan strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning) dalam Kelas. Berdasarkan beberapa pendapat Ahli, dapat diartikan bahwa Metode Pembelajaran Aktif adalah suatu metode pembelajaran yang memberi ruang gerak kepada siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar yang mana siswa tidak hanya sekedar mendengarkan informasi yang disampaikan oleh guru, akan tetapi siswa akan melakukan eksplorasi dan tindakan kreatif dan anak mengalaminya sendiri seperti: menemukan, melihat, mencoba, bertanya, dan memecahkan masalah sendiri. 2.1.3 Pengertian Tipe Quiz Team Tipe Quiz Team merupakan Metode pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Mel Silberman, yang mana dalam Tipe Quiz Team ini siswa dibagi menjadi tiga tim. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, dan tim yang lain menggunakan waktunya untuk memeriksa catatan. Menurut Silberman dalam Komarudin

Hidayat (2002: 163), Tipe Quiz Team ini dapat meningkatkan kemampuan tanggung jawab peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan. Pembelajaran dengan Tipe Quiz Team ini, diawali dengan guru menerangkan materi setelah selesai menerangkan materi lalu siswa dibagi kedalam tiga kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami mata pelajaran tersebut. Setelah selesai materi maka diadakan suatu pertandingan akademis. Adanya pertandingan akademis ini maka akan tercipta kompetisi antar kelompok, siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan semangat yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan. Salah satu cara untuk membangkitkan siswa belajar aktif pada Mata Pelajaran IPA yaitu dengan penggunaan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team. Dalvi (2006:53), menyatakan bahwa Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team dapat menghidupkan suasana dan mengaktifkan siswa untuk bertanya ataupun menjawab. Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team ini diawali dengan menerangkan materi pelajaran, lalu siswa dibagi kedalam kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut melalui lembaran kerja. Mereka mendiskusikan materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami materi tersebut. Setelah selesai materinya maka diadakan suatu pertandingan akademis, sehingga siswa semangat untuk belajar. Apabila dalam proses pembelajaran menggunakan Metode pembelajaran yang tepat maka proses belajar yang dilaksanakan dapat memperbaiki hasil belajar siswa. Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team yang dikemukakan oleh Dalvi (2006:68) bahwa: Merupakan salah satu tipe pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar. Berdasarkan pendapat Ahli tentang pengertian Tipe Quis Team, dapat diartikan Quis Team adalah cara yang digunakan guru dalam pembelajaran dengan prosedur siswa dibentuk dalam kelompok dengan masing-masing

anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama atas keberhasilan kelompoknya dalam memahami materi dan menjawab soal. Dalam Tipe Quiz Team ini, diawali dengan guru menerangkan materi, lalu siswa dibagi kedalam tiga kelompok besar. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban untuk memahami Mata Pelajaran tersebut. Setelah selesai materi maka diadakan suatu pertandingan akademis. Adanya pertandingan akademis ini maka akan tercipta kompetisi antar kelompok, para siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan semangat yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan dan hasil belajar siswa akan meningkat. 2.1.4 Prosedur Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team Silberman dalam Komarudin Hidayat (2002: 163) mengungkapkan prosedur pembelajaran dengan menggunakan Tipe Quiz Team adalah sebagai berikut: 1. Pilihlah topik yang dapat disajikan dalam tiga segmen. 2. Bagilah peserta didik menjadi tiga tim, yaitu tim A, B, dan C. 3. Jelaskan bentuk sesinya dan mulailah untuk menjelaskan topik materi yang akan digunakan untuk pertandingan akademis. Batasi dalam menjelaskan materi sampai 10 menit atau kurang. 4. Minta tim A untuk menyiapkan kuis yang berjawaban singkat. Kuis ini tidak memakan waktu lebih dari lima menit untuk persiapan. Tim B dan C memanfaatkan waktu untuk meninjau catatan mereka. 5. Tim A menguji anggota Tim B. Jika Tim B tidak bisa menjawab, Tim C diberi kesempatan untuk menjawabnya. 6. Tim A melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya kepada anggota Tim C. Jika Tim C tidak bisa menjawab, Tim B diberi kesempatan untuk menjawabnya. Dan ulangi prosesnya. 7. Ketika kuisnya selesai, lanjutkan segmen kedua dari pelajaran dan mintalah tim B sebagai pemandu kuis. 8. Setelah tim B menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan segmen ketiga dari pelajaran dan tunjuklah tim C sebagai pemandu kuis.

2.1.5 Pengertian Hasil Belajar Menurut Sudjana (2000:5) hasil belajar merupakan penguasaan (bahan pengajaran) yang ditimbulkan oleh pemahaman atau pengertian. Belajar akan meningkatkan pengetahuan, perubahan sikap yang sesuai dengan tujuan belajar dan bertambahnya ketrampilan individu. Perubahan sebagai hasil dari proses dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan pengetahuan, pemahaman, kecakapan serta perubahan aspek-aspek pada individu yang belajar. Hasil belajar adalah perubahan sikap atau tingkah laku setelah anak melalui proses belajar Winkel (2004). Hasil belajar menurut pandangan Hamalik (2009) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku orang tersebut. Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai individu atau siswa setelah siswa tersebut mengalami atau melakukan suatu proses aktivitas belajar dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar atau prestasi belajar itu merupakan kecakapan aktual (actual Ability) yang diperoleh siswa, kecakapan potensial (potencial ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki individu untuk mencapai prestasi. Menurut Darsono (2000:110) hasil belajar siswa merupakan perubahanperubahan yang berhubungan dengan pengetahuan/kognitif, keterampilan/ psikomotor, dan nilai sikap/afektif sebagai akibat inetraksi aktif dengan lingkungan. Pendapat dari Darsono tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar dilihat dari tingkah laku siswa dari aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif setelah siswa memperoleh pengalaman belajar. Menurut Nurkancana (1990:11), mendefinisikan hasil belajar adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu. Salim (2000:190) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes. Berdasarkan beberapa pendapat Ahli tentang pengertian hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar dalam penelitian ini adalah kemampuan dalam ranah kognitif, keterampilan sikap yang diperoleh siswa

setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan yang didapat untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 2.1.6 Pengukuran Peningkatan Hasil Belajar Hasil belajar dibagi menjadi tiga macam menurut Sudjana (2000:22) yaitu: (a). Keterampilan dan kebiasaan; (b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Untuk mengetahui hasil belajar yang diperoleh siswa, diperlukan suatu evaluasi setelah selesai mengajarkan satu pokok bahasan atau sub pokok bahasan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Alat yang digunakan untuk melihat hasil belajar siswa dapat menggunakan beberapa cara, yaitu tes lisan, tes tertulis, dan tugas-tugas. Anas (2011:12), pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur sesuatu. Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Dengan kata lain Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan dimana seorang siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Contoh dari 100 butir soal yang diajukan dalam tes, Dedy menjawab dengan betul 80 butir soal. Dari contoh tersebut dapat dipahami bahwa pengukuran itu bersifat kuantitatif. Teknik mengukur hasil belajar ada dua yaitu: Teknik Nontes; Instrumen nontes berupa (1) portofolio, (2) lembar observasi, dan 3) wawancara. Non tes diantaranya berupa tugas-tugas yang dilakukan di luar jam pembelajaran dapat berupa tugas rumah (PR) dan tugas-tugas lain seperti membuat, menulis, melaporkan, menganalisis sesuatu yang membutuhkan waktu yang relatif lama, baik secara individual maupun kelompok. Portofolio; Portofolio adalah kumpulan pekerjaan siswa. Penilaian portofolio pada dasarnya adalah penilaian terhadap karya-karya siswa dalam pembelajaran, semua tugas penulisan yang dikerjakan siswa dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu semester dikumpulkan,

kemudian dilakukan penilaian. Lembar observasi; Lembar observasi ini ditujukan kepada guru dan siswa, untuk menilai kegiatan belajar mengajar, apakah sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Teknik Wawancara; Teknik wawancara ini diperlukan guru untuk mengungkapkan atau mengejar lebih lanjut tentang hal-hal yang dirasa guru kurang jelas informasinya. Teknik wawancara digunakan sebagai alat untuk menelusuri kesukaran yang dialami siswa tanpa ada maksud untuk menilai. Teknik Tes adalah suatu cara atau sarana untuk mengukur hasil belajar. Teknik tes menyangkut data-data kuantitatif, berupa angka atau skor yang melambangkan tingkat kemampuan siswa yang dites. Jenis tagihan yang berupa tes antara lain berupa pertanyaan lisan di kelas, kuis, ulangan harian, tes formatif/ujian blok, tes sumatif/ujian semester, tugas individual, dan tugas kelompok yang dikerjakan di luar jam pembelajaran. Pertanyaan lisan di kelas dan ulangan harian dapat berwujud pertanyaanpertanyaan yang menjadi bagian proses pembelajaran, baik yang ditujukan kepada individu maupun kelompok, atau ulangan/latihan setelah berakhirnya suatu materi pembelajaran tertentu dalam waktu yang relatif pendek. Bentuk tes atau soal dapat dibedakan ke dalam tiga bentuk, yaitu (1) tes objektif, (2) tes non objektif (esai), dan (3) tes perbuatan. Tes bentuk objektif mengacu pada pengertian bahwa jawaban Siswa diperiksa oleh siapa pun dan kapan pun akan menghasilkan skor yang kurang lebih sama karena tes objektif hanya memiliki satu alternatif jawaban yang betul. Jenis tes objektif yang banyak dipergunakan orang adalah tes jawaban benar-salah (true-false), pilihan ganda (multiple choise), isian (completion), dan penjodohan (matching). Tes uraian atau tes esei. Tes ini lebih kompleks daripada tes objektif. Tes ini menuntut kemampuan berpikir dan bernalar. Namun, tes ini memiliki kelemahan, yaitu sulit untuk membuat kunci jawaban yang pasti karena jawabannya berbedabeda satu sama lain dalam cara mengungkapkan pendapatnya, lebih subjektif. Tes berupa perbuatan yaitu untuk mengetahui kemampuan siswa mempergunakan atau menampilkan aktivitas dalam pembelajaran. Penelitian ini akan digunakan teknik tes, yaitu tes objektif dengan soal pilihan ganda yang akan diberikan diakhir

pembelajaran dan teknik nontes berupa lembar observasi aktifitas guru dan aktifitas siswa. 2.1.7 Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Menurut Syaiful Bahri (2002:141) faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar ada empat yaitu: 1) Faktor lingkungan meliputi : faktor lingkungan alami dan faktor lingkungan sosial budaya. 2) Faktor Instrumental meliputi : kurikulum, program, sarana, fasilitas dan Guru. 3) Faktor kondisi psikologis Meliputi: minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif. 4) Kondisi fisiologis meliputi : keadaan jasmani dari siswa (mata, hidung, telinga, dan tubuh) yang dapat bekerja dengan baik. Menurut Slameto (2003:56-72) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu : 1) Faktor Intern Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari siswa yang sedang belajar. Faktor dari dalam ini meliputi kondisi fisiologis dan kondisi psikologi. Kondisi fisiologis adalah keadaan jasmani dari seseorang yang sedang belajar, keadaan jasmani dapat dikatakan sebagai latar belakang aktifitas belajar. Sedangkan kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif. 2) Faktor Ekstern Faktor ekstern yaitu faktor-faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor sekolah, yang mencakup model, metode mengajar, kurikulum, relasi guru, siswa, sarana, dan sebagainya. Model pembelajaran adalah pola interaksi antara siswa,

guru, dan materi pembelajaran yang mencakup strategi, pendekatan, metode, teknik pembelajaran. 2.1.8 Pengertian IPA Menurut Srini.M.Iskandar (1997:2) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dalam bahasa Inggris dikenal sebagai natural science atau disebut science. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi IPA secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Menurut Webster dalam Srini.M.Iskandar ( 1997:2), IPA adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya. Sedangkan menurut Purnell dalam Srini.M.Iskandar (1997:2), mengartikan IPA adalah pengetahuan manusia yang luas didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen secara sistematis, serta dijelaskan dengan batuan-bantuan, hukumhukum, prinsip-prisip, teori-teori, dan hipotesa. Siswa dituntut aktif dalam segala aktifitas belajar mengajar dalam mata pelajaran IPA. Menurut Suyoso (1998), IPA berasal dari kata Sain yang berarti alam. Sain merupakan ilmu pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh secara teratur, sistematis, berobyek, bermetode dan berlaku secara universal. Berdasarkan beberapa pendapat Ahli tentang pengertian IPA, dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan satu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis hasil kegiatan manusia tentang alam sekitar yang terwujud melalui suatu rangkaian kerja ilmiah, nilai dan sikap ilmiah pada siswa untuk mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. 2.1.9 Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI menurut Permendiknas No.22 Tahun 2006 meliputi aspek-aspek berikut: 1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya 2.1.10 Tujuan Mata Pelajaran IPA Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar Siswa memiliki kemampuan sebagai berikut. 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya 2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan 5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan 7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs

2.2 Kajian-Kajian Penelitian Yang Relevan Eva Nurhayati (2007), dalam penelitiannya Pengaruh Penggunaan Metode Belajar Aktif Tipe Quiz Team Terhadap Minat Belajar dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Ak SMK Negeri 3 Jepara Tahun 2006/2007. Dari hasil analisis data awal kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang relatif sama, tidak ada perbedaan kemampuan awal dari kedua kelompok. Untuk minat belajar kedua kelompok mempunyai varian yang sama. Hasil uji ketuntasan belajar kelompok eksperimen (83.18) hasil belajarnya lebih dari 70% atau telah mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan untuk kelompok kontrol hasil belajar (79.60) telah mencapai ketuntasan belajar. Minat belajar siswa setelah pembelajaran antara Kelas eksperimen dan Kelas kontrol terdapat perbedaan, minat belajar kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol. Nita Septiningsih (2009), dalam penelitiannya yang berjudul Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Melalui Metode pembelajaran tipe Team Quiz Dan Metode pembelajaran aktif tipe Learning Start With A Question ( LSQ ) Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa (Pada Kelas VIII Semester II MTs Negeri Surakarta II TA 2009/ 2010). Dari hasil analisis data dapat disimpulkan (1) Terdapat pengaruh Metode pembelajaran terhadap prestasi belajar Siswa, ini berarti bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan tipe Team Quiz lebih baik daripada pembelajaran matematika dengan tipe LSQ, (2) Terdapat pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi belajar siswa, ini berarti bahwa semakin tinggi aktifitas belajar siswa, maka semakin baik prestasi yang dicapai dan sebaliknya semakin rendah aktifitas belajar siswa, maka semakin rendah pula prestasi belajarnya, (3) Tidak terdapat interaksi antara Metode pembelajaran dan aktifitas belajar terhadap prestasi belajar siswa. Ini berarti, jika dilihat pada masing-masing tingkat aktifitas (tinggi, sedang, dan rendah), Metode pembelajaran aktif tipe Team Quiz memiliki prestasi yang lebih baik daripada Metode pembelajaran aktif tipe LSQ. Pada sisi lain, jika dilihat dari penggunaan Metode pembelajaran,

pada siswa yang mempunyai aktivitas lebih tinggi memiliki prestasi yang lebih baik. Ayu Permatasari (2011), dalam penelitiaannya berjudul Pengaruh Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Kesimpulan dari penelitian ini dapat terlihat hasil F hitung levene test sebesar 1,749 dengan probabilitas 0,191 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa kedua populasi memiliki variance sama atau dengan kata lain kedua kelas homogeny. Dengan demikian analisis uji beda t-tes harus menggunakan asumsi egual varience assumed. Nilai t adalah 8,102 dengan probabilitas signifikasi 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk pembelajaran dengan menggunakan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team dengan pembelajaran Konvensional. Perbedaan rata-ratanya berkisar antara 17,43560 sampai 28.87690 dengan perbedaan rata-rata 23,15625. Hal ini berarti Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team berpengaruh terhadap hasil belajar di SDN 1 Karanggeneng Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora. Berdasarkan penelitian-penelitian yang relevan, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team terhadap hasil belajar IPA Siswa Kelas IVa SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga. Mata pelajaran yang digunakan adalah IPA dengan materi perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit. Penelitian akan dilakukan dengan populasi berbeda yaitu pada Siswa Kelas IVa SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga. Penelitian ini dilakukan dengan sampel Siswa kelas IVa di SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga.

2.3 Kerangka Berfikir Hasil belajar yang dicapai siswa merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari diri (faktor internal) maupun dari luar (eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sangat penting dalam artian untuk membantu siswa dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Menurut Sudjana (2000: 15), salah satu upaya pembaharuan dibidang pendidikan adalah pembaharuan strategi atau meningkatkan relevansi Metode mengajar. Strategi mengajar dianggap relevan jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan melalui pembelajaran. Strategi mengajar merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan materi pelajaran dengan memusatkan perhatian pada situasi belajar untuk mencapai tujuan. Strategi mengajar yang baik adalah strategi yang menuntut keaktifan siswa dalam berfikir dan bertindak secara berdikari dan kreatif dalam mengembangkan materi yang sudah dikuasai. Penelitian ini akan mengulas salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu Metode pembelajaran. Akan diteliti ada tidaknya pengaruh Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPA. Tipe Quiz Team merupakan metode pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Mel Silberman, yang mana dalam Tipe Quiz Team ini siswa dibagi menjadi tiga tim. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, dan tim yang lain menggunakan waktunya untuk memeriksa catatan. Menurut Mel Silberman dalam Komarudin Hidayat (1996:3), menggambarkan saat belajar aktif, para siswa melakukan banyak kegiatan. Mereka mengunakan otak untuk mempelajari ide-ide, memecahkan permasalahan, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan keterlibatan secara pribadi untuk mempelajari sesuatu dengan baik, harus mendengar, melihat, menjawab pertanyaan, dan mendiskusikannya dengan orang lain. Penggunaan Metode ini bermaksud agar anak terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team ini adalah suatu

cara memberikan kesempatan kepada siswa secara perorangan atau kelompok untuk berlatih dalam pertandingan akademis untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team, siswa sepenuhnya terlibat, antara lain untuk menyusun pertanyaan, menyusun jawaban soal yang akan digunakan bahan pertanyaan untuk tim lain. Metode (X) Hasil Belajar (Y) 2.1 Gambar Kerangka Berfikir 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan, maka dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu: Ho : tidak ada pengaruh penggunaan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team terhadap hasil belajar IPA. Ha : ada pengaruh penggunaan Metode Pembelajaran Aktif Tipe Quiz Team terhadap hasil belajar IPA.