BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gizi (nutrion) adalah berasal dari bahasa Arab yaitu ghidza, yang berarti

dokumen-dokumen yang mirip
PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat yaitu A,H,C,dan D. PMS A (Anxiety) ditandai dengan gejala

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terlihat sembab, sakit kepala, dan nyeri dibagian perut 1. dengan PMS (Premenstruation Syindrom). Bahkan survai tahun 1982 di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

TINJAUAN PUSTAKA Sindrom pra menstruasi Pengertian Etiologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa yang paling penting karena pada masa ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagainya) (KBBI, 2005). Pengalaman dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pre Menstrual Syndrome Pada Mahasiswa Tk II Semester III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Mataram

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya mengalami periode menstruasi atau haid. Menstruasi adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SINDROM PRAMENSTRUASI. Menurut Kaunitz (2008) sindrom pramenstruasi adalah kombinasi

BAB II LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN SINDROM PREMENSTRUASI PADA MAHASISWI TINGKAT II AKADEMI KEBIDANAN ESTU UTOMO BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB V PEMBAHASAN. menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keadaan normal lama menstruasi berkisar antara 3-7 hari dan rata-rata berulang

II. TINJAUAN PUSTAKA. memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Disamping. dan produktivitas kerja (Almatsier, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

KONSEP ILMU GIZI DAN PENGELOMPOKAN ZAT-ZAT GIZI. Fitriana Mustikaningrum S.Gz., M.Sc

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Memahami Tubuh Kita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Eko Winarti, SST.,M.Kes

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme, karena itu kebutuhan

Status Gizi. Keadaan Gizi TINDAK LANJUT HASIL PENDIDIKAN KESEHATAN. Malnutrisi. Kurang Energi Protein (KEP) 1/18/2010 OBSERVASI/PEMANTAUAN STATUS GIZI

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER TENTANG PENGETAHUAN IBU TENTANG PERSIAPAN MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI DUSUN V DESA SAMBIREJO KECAMATAN BINJAI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1 KUESIONER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DEFISIENSI ZAT GIZI SITI SULASTRI SST

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET. Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam Jafar

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN PERILAKU MENGATASI GEJALA PREMENSTRUASI SYNDROME (PMS) DI MAN MODEL KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Inilah 10 Gejala Serangan Jantung di Usia Muda

KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK. ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

7 Manfaat Daun Singkong

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. a. Definisi Premenstrual Syndrome

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Gizi 1.1 Pengertian Gizi (nutrion) adalah berasal dari bahasa Arab yaitu ghidza, yang berarti makanan dan pada bahasa sansekerta disebut geogos yang artinya sumbersumber makanan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan (Soekirman, 2000). Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan unsurunsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan kedalam tubuh (Sunita, 2006). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih (Sunita, 2006). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutrien dalam bentuk variabel tertentu (Nyoman dkk., 2002). 1.2. Fungsi Zat Gizi Zat gizi berfungsi sebagai penghasil energy bagi fungsi organ, gerakan dan kerja fisik, sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan, sebagai pelindung dan pengatur. 1.3. Pengelompokan Zat Gizi Zat-zat nutrient dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu makro nutrient (zat gizi makro) dan mikro nutrient (zat gizi mikro).

1.3.1. Makro Nutrien Zat gizi makro merupakan komponen terbesar dari susunan diet serta berfungsi menyuplai energy dan zat-zat gizi esensial yang berguna untuk keperluan pertumbuhan sel atau jaringan, fungsi pemeliharaan maupun aktivitas tubuh. Kelompok makro nutrient terdiri dari karbohidrat (hidrat arang), lemak, protein (zat putih telur), makro mineral dan air (ada yang tidak memasukan air dalam zat gizi). 1.3.2 Mikro Nutrien Dalam golongan zat gizi mikro ini, termasuk vitamin (baik yang larut dalam air maupun yang larut dalam lemak) dan sejumlah mineral yang hanya di butuhkan dalam kuantitas yang hanya sedikit. Vitamin yang larut dalam air yakni vitamin C dan B kompleks (meliputi vitamin B2 [riboflamin], niacin, vitamin B 6 [piridoksin], asam folat, biotin, asam pantotenat, dan vitamin B 12 [kobalamin]). Vitamin yang larut dalam lemak, vitamin A (retinol), vitamin D (kalsiferol), vitamin E (tokoferol), dan vitamin K (quinon).mikro mineral meliputi zat besi, yodium, fluor, zink, chromium, selenium, mangan, molipdenum dan kurfum. Kebanyakan diantaranya terikat pada enzim dan hormone serta berfungsi pada metabolisme (Erna, 2005). 1.4. Karakteristik Status Gizi Karakteristik status gizi ditentukan dengan adanya Body Mass Index (BMI) dan Ideal Body Weight (IBW).

1. 5. Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Pada Dewasa Dini Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan tersedianya bahan makanan (Supariasa, 2002). Faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah asupan makanan dan infeksi. Pengaruh tidak langsung dari status gizi yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, dan lingkungan kesehatan yang tepat termasuk akses terhadap pelayanan kesehatan (Riyadi, 2001). 1.6. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu : antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. 1.6.1. Antropometri 1). Pengertian Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penilaian antropometri yang penting dilakukan ialah penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan, lingkar lengan, dan lipatan kulit triseps. 2). Penggunaan Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketiakseimbangan ini dilihat pada pola pertumbuhan

fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Nyoman dkk., 2002). 1.6.2. Klinis 1). Pengertian Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Methode ini didasarkan atas perubahan- perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata dan rambut (Nyoman dkk., 2002). 2). Penggunaan Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sing) dan gejala (symptm) atau riwayat penyakit (Nyoman., dkk, 2002). 1.6.3. Biokimia 1). Pengertian Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jingan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urin, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh (Nyoman, dkk, 2002). Uji biokimia yang penting ialah pemeriksaan kadar hemoglobin, pemeriksaan apusan darah untuk malaria, pemeriksaan protein (Arisman, 2009).

2). Penggunaan Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebuh parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penetuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Nyoman., dkk., 2002). 1.6.4. Biofisik 1). Pengertian Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat. perubahan struktur dan jaringan. 2). Penggunaan Umumnya dapat dugunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap (Nyoman., dkk, 2002). 1.7. Pengukuran Status Gizi Dengan Indeks Masa Tubuh (IMT) Dalam penelitian ini peneliti menjelaskan pengukuran atropometri dimana salah satu alat pengukur yang peneliti gunakan adalah dengan menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau menggambarkan kadar adipositas dalam tubuh seseorang. IMT merupakan alternatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena murah serta metode skrining kategori berat badan (BB) yang mudah dilakukan (Nyoman., dkk, 2002).

Untuk menghitung nilai indeks masa tubuh (IMT) ini, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Berat Badan( kg) IMT = 2 Tinggi Badan ( m) 1.7.1. Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut: Tabel 1.7 : Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT KATEGORI Kurus Kekurangan BB tingkat berat < 17,0 Kekurangan BB tingkat ringan 17,0 18,5 Normal > 18,5 25,0 Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan > 25,0 27,0 Kelebihan BB tingkat berat > 27,0 Sumber : (Nyoman., dkk, 2002). 1.7.2. Kekurangan dan Kelebihan Indeks Massa Tubuh Indeks massa tubuh (IMT) merupakan salah satu indikator yang dapat dipercayai untuk mengukur lemak tubuh. Walaubagaimanapun, terdapat beberapa kekurangan dan kelebihan dalam mnggunakan IMT sebagai indikator pengukuran lemak tubuh.

Kekurangan indeks massa tubuh adalah: 1. Pada olahragawan: tidak akurat pada olahragawan (terutama atlet bina) yang cenderung berada pada kategori obesitas dalam IMT disebabkan mereka mempunyai massa otot yang berlebihan walaupun presentase lemak tubuh mereka dalam kadar yang rendah. Sedangkan dalam pengukuran berdasarkan berat badan dan tinggi badan, kenaikan nilai IMT adalah disebabkan oleh lemak tubuh. 2. Pada kelompok bangsa: tidak akurat pada kelompok bangsa tertentu karena harus dimodifikasi mengikut kelompok bangsa tertentu. Sebagai contoh IMT yang melebihi 23,0 adalah berada dalam kategori kelebihan berat badan dan IMT yang melebihi 27,5 berada dalam kategori obesitas ada kelompok bangsa seperti Cina, India, dan Melayu. Kelebihan indeks massa tubuh adalah: 1. Biaya yang diperlukan tidak mahal 2. Untuk mendapat nilai pengukuran, hanya diperlukan data berat badan dan tinggi badan seseorang. 3. Mudah dikerjakan dan hasil bacaan adalah sesuai nilai standar yang telah dinyatakan pada tabel IMT. 4. Sumber kesalahan biasanya berhubung dengan : Latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak ditera dan kesulitan pengukuran.

2. Pre-menstrual Syndrome 2.1. Pengertian Sindrome Pre-menstruasi (premenstrual syndrome) adalah sekelompok gejala fisik maupun tingkah laku yang timbul pada pertengahan siklus menstruasi, dan disusul dengan periode tanpa gejala (Mary, 2005). Sindrome pre-menstrual merupakan gangguan siklus yang umum terjadi pada wanita muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten dan biasanya terjadi secara reguler pada 7-14 hari sebelum datangnya menstruasi (Saryono, 2009). Syndrome Premenstruasi adalah gabungan dari gejala fisik dan psikologis yang biasanya terjadi mulai beberapa hari sampai satu minggu sebelum haid dan menghilang setelah haid datang (Mitayani, 2009). 2.2. Penyebab Pre-menstrual Syndrome Saryono (2009) menjelaskan penyebab premenstrual syndrome (PMS) belum jelas. Beberapa penyebab premenstrual Syndrome antara lain : 1). Faktor hormonal, yaitu ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron 2). Estrogen dominan (hormon estrogen yang berlebihan) 3). Respon pre-menstrual syndrome disebabkan cara estrogen dan progesteron (hormon menstruasi) berinteraksi dengan senyawa kimia otak (serotomi) 4). Gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita. 5). Hipoglikemia (kadar gula darah rendah yang abnormal/hypotyroid)

6). Berhubungan dengan hormon prostaglandin dan neurotransmitter di otak 7). Karena kurang asupan vitamin B, Kalsium dan Magnesium. 2.3. Faktor Peningkat Resiko Adapun faktor resiko peningkat Pre-menstrual Syndrome (PMS) yaitu (Saryono, 2009). 1). Wanita yang pernah melahirkan (Pre-menstrual Syndrome semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima). 2). Status perkawinan (wanita yang sudah menikah lebih banyak mengalami premenstrual syndrome dibandingkan yang belum). 3). Usia (Pre-menstrual Syndrome semakin sering dan mengganggu dengan bertambahnya usia, terutama antara usia 30-45 tahun). 4). Stres (faktor stres memperberat gangguan pre menstrual syndrome). 5). Diet (faktor kebiasaan makan seperti tinggi gula, garam, kopi, teh, coklat, minuman bersoda, produk susu, makanan olahan, memperberat gejala premenstrual syndrome). 6). Kekurangan zat-zat gizi seperti kurang vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat besi, seng, asam lemak linoleat. Kebiasaan merokok dan minum alkohol juga dapat memperberat gejala pre-menstrual syndrome (PMS). 7). Kegiatan fisik (kurang berolahraga dan aktivitas fisik menyebabkan semakin beratnya pre-menstrual syndrome).

2.4. Gejala-Gejala Pre-menstrual Syndrome Gejala-gejala atau perubahan-perubahan fisik dan mental yang sering dikeluhkan oleh para penderita Pre- menstrual Syndrome diantaranya yaitu: (Gilly, 2009). 2.4.1 Gejala Fisik 1). Kenaikan berat badan 2). Perasaan bengkak dan Pembengkakan (perut, jari, tungkai, pergelangan kaki, dan lain-lain) 3). Ketidaknyamanan buah dada (pembesaran, nyeri tekan, terasa berat, terasa kaku) 4). Sakit kepala dan serangan migrein 5). Pegal dan nyeri pada otot 6). Dismenore kongestif, yaitu sakit perut atau pinggang bagian bawah 7). Kram pada kandung kemih 8). Perubahan kulit, termasuk bisul, jerawat, bercak putih, dan pembengkakan-pembengkakan lain. 2.4.2 Gejala mental (Psikis) 1). Perubahan nafsu makan, nafsu makan meningkat (khususnya makanan yang manis, asin) atau menurun. 2). Mudah tersinggung/marah, mood berubah-ubah 3). Menangis tiba-tiba 4). Perubahan libido

5). Konsentrasi dan daya ingat menurun 6). Ketegangan dan cepat marah (emosonal) 7). Depresi, termasuk kurang percaya diri dan perasaan tidak berharga 8). Stres 2.5 Tipe Pre-menstrual syndrome (PMS) Berdasarkan Gejalanya Adapun tipe tipe Pre-menstrual Syndrome (PMS) berdasarkan gejalanya sebagai berikut : (Saryono, 2009). 2.5.1 Pre-menstrual syndrome (PMS) Tipe A Pre-menstrual syndrome (PMS) tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti : 1). Rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami defresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. 2) Ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron dimana hormon estrogen terlalu tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. 2.5.2 Pre-menstrual syndrome (PMS) tipe H (Hyperhydration) Pre-menstrual Syndrome (PMS) tipe H (hyperhydration) memiliki gejala seperti : 1) Edema (pembengkakan), perut kembung, nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum haid.

2) Gejala tife ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe Premenstrual Syndrome (PMS) lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. 2.5.3 Pre-menstrual Syndrome (PMS) tipe C (craving) PMS tipe C (craving) ditandai dengan : 1) Rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). 2) Pada umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala seperti pusing, jantung berdebar dan kelelahan. 2.5.4 Pre-menstrual syndrome (PMS) tipe D (Depression) PMS tipe D (depression) ditandai dengan gejala rasa defresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. 2.6. Cara Mengatasi Pre-menstrual syndrome (PMS) Cara mengatasi Pre-menstrual Syndrome (PMS) adalah kurangi makanan bergaram, seperti kentang goreng, kacang-kacangan, dan makanan berbumbu untuk mengurangi penahanan air berlebihan, kurangi makanan berupa tepung, gula, kafein, cokelat, tambahkan makanan yang mengandung kalsium dan vitamin

C dosis tinggi, seminggu sebelum menstruasi, makan makanan berserat dan perbanyak makan makanan atau suplemen yang mengandung zat besi agar terhindar dari anemia serta perbanyak minum air putih (Gilly, 2009). 2.7. Penatalaksanaan Secara Medis 1). Untuk mengatasi retensi natrium dan cairan, maka selama 7-10 hari sebelum haid penggunaan garam dibatasi dan biasanya diberikan pengobatan diuretika. 2). Pemberian hormon progesterone selama 8-10 hari sebelum haid untuk mengimbangi kelebihan relative dari estrogen. 3). Pemberian hormon testosterone dalam bentuk metiltestosteron sebagai tablet isap untuk mengurangi kelebihan hormon estrogen. 3. Hubungan Status Gizi Dengan Pre-menstrual Syndrome (PMS) Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses kehidupan dalam tubuh (Sunita, 2005). Terdapat beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya sindrom pre- menstruasi diantaranya berkaitan dengan karakteristik wanita itu sendiri. Menurut Oakley (1998), setiap individu mempunyai karakteristik biografi yang berbeda, karakteristik tersebut dapat mempengaruhi kondisi fisik, psikologis dan sosial seseorang. Karakteristik wanita usia reproduktif yang berhubungan dengan Pre-menstruasi Syndrome.

Masalah kesehatan pada wanita usia reproduktif berhubungan dengan Indikator kesehatan. Adapun masalah kesehatan memiliki ruang lingkup yang luas antara lain menyangkut perkembangan manusia yang harmonis dalam upaya meningkatkan kualitas hidup, salah satunya adalah kesehatan wanita usia reproduktif sangat menentukan tercapainya kualitas hidup yang baik pada keluarga dan masyarakat, sehingga merupakan aspek yang penting untuk diperhatikan. Dimana, di Indonesia, keberhasilan pembangunan bidang kesehatan salah satunya tercermin pada usia harapan hidup wanita. Gizi kurang atau terbatas selain akan mempengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan mempengaruhi terjadinya premenstrual syndrome, tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik. Tindakan yang dilakukan untuk menangani kasus Premenstrual Syndrome tersebut adalah menganjurkan perubahan diet, nutrisi yang cukup, rendah lemak, dengan mengurangi konsumsi lemak akan mengurangi pembengkakan payudara serta penghin penghindaran terhadap stress. Sedangkan konsumsi tinggi karbohirat dan rendah protein dapat memperbaiki gangguan perasaan yang tidak nyaman. Hal ini berhubungan dengan pembentukan serotonin di dalam otak (Gilly, 2009). Pada wanita usia dewasa dini perlu mempertahankan status gizi yang baik, dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat haid, terbukti pada saat haid tersebut terutama pada fase luteal akan terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Apabila hal ini diabaikan dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan Pre-menstrual Syndrome (PMS) selama siklus haid.

Pengertian Pengertian Fungsi zat Gizi Penyebab PMS Gizi Faktor yang mempengaruhi status gizi pada dewasa dini PMS Faktor peningkat resiko PMS Gejala gejala PMS Penilaian status gizi Tipe PMS berdasarkan gejala Yang perlu dipertimbangkan dalam memilih penilaian status gizi Cara mengatasi PMS Status Gizi PMS (Premenstrual syndrom Pengertian Penyebab PMS Faktor peningkat resiko PMS Gejala gejala PMS Tipe PMS berdasarkan gejala Cara mengatasi PMS PMS tipe A PMS tipe H PMS tipe C PMS tipe D Hubungan status gizi dengan kejadian PMS