OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM

dokumen-dokumen yang mirip
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

ISSN OUTLOOK KAPAS 2015 OUTLOOK KAPAS

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING SAPI

ISSN OUTLOOK JERUK 2016 OUTLOOK JERUK. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN PERKEBUNAN

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN TELUR

OUTLOOK KOMODITI TOMAT

OUTLOOK TELUR Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

ISSN OUTLOOK CABAI 2016 OUTLOOK CABAI

OUTLOOK KOMODITI JAHE

ISSN OUTLOOK BAWANG MERAH 2015 OUTLOOK BAWANG MERAH. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT

OUTLOOK Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2016

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA

Bab 4 P E T E R N A K A N

OUTLOOK KOMODITI CENGKEH

ISSN OUTLOOK NENAS 2015 OUTLOOK NENAS

OUTLOOK KELAPA SAWIT Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2016

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

OUTLOOK KOMODITI KAKAO

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Ubi Kayu

OUTLOOK KOMODITI TEBU

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OUTLOOK KOMODITI PISANG

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Jalar

Tinjauan Pasar Daging dan Telur Ayam. Informasi Utama :

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

ISSN OUTLOOK NENAS 2016 OUTLOOK NENAS

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

PRAKIRAAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN PRODUK PANGAN TERNAK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

ISSN OUTLOOK KOPI 2016 OUTLOOK KOPI

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ISSN OUTLOOK ANGGREK

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi Kayu

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

OUTLOOK KAKAO. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Kacang Tanah

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semakin kompleksnya kebutuhan suatu negara, hampir tidak satupun negara

I. PENDAHULUAN. dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

Perkiraan Ketersediaan Dan Kebutuhan Pangan Strategis Periode Hbkn Puasa Dan Idul Fithri 2017 (Mei-Juni)

KINERJA USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI SULAWESI SELATAN. Armiati dan Yusmasari

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

PENDAHULUAN. anemia (kekurangan zat besi), terutama terjadi pada anak-anak. Hal ini

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Daging Sapi di Sulawesi Selatan

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

OUTLOOK KOMODITI MANGGA

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS"

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

OUTLOOK KOMODITI TEMBAKAU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

I. PENDAHULUAN. Dalam pembangunan nasional Indonesia, sub sektor peternakan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mempunyai peranan dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja.

MASALAH DAN PROSPEK AGRIBISNIS PERUNGGASAN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN BAHAN PANGAN ASAL UNGGAS DI INDONESIA

Transkripsi:

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN DAGING AYAM ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 78 halaman Penasehat : Dr.Ir. Suwandi, M.Si Penyunting : DR.Ir.Lely Nuryati, MSi Ir. Noviati, MSi Ir. Budi Waryanto, MSi Ir. Roch Widaningsih, MSi Naskah : Dra. Hanny P. Muliany, MM Design dan Layout : Victor Saulus B. Diterbitkan oleh : Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «KATA PENGANTAR Penerbitan Outlook Komoditas Pertanian merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan secara reguler oleh Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian sejak tahun 1995. Outlook Komoditas Pertanian terdiri dari empat subsektor, yaitu: (1) Tanaman Pangan; (2) Hortikultura; (3) Perkebunan dan (4) Peternakan. Pada tahun 2010 dan 2011 Outlook Komoditas Peternakan diterbitkan per komoditas yaitu: (1) Outlook Komoditas Daging Sapi; (2) Outlook Komoditas Daging Ayam; (3) Outlook Komoditas Telur dan (4) Outlook Komoditas Susu. Outlook Komoditas Daging ayam tahun 2015 ini menyajikan keragaan data series masing-masing indikator secara nasional dan internasional selama 5-30 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi penawaran dan permintaan domestik daging ayam dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019. Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi indikator yang mempengaruhi penawaran dan permintaan daging ayam secara lebih lengkap dan menyeluruh. Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Kritik dan saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya. Jakarta, Desember 2015 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Dr. Ir. Suwandi, M Si NIP. 19670323 199203 1 003 v

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 vi

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv RINGKASAN EKSEKUTIF... xvii BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan dan Sasaran... 2 1.3. Ruang Lingkup... 2 BAB II. METODOLOGI... 3 2.1. Sumber Data dan Informasi... 3 2.2. Metode Analisis... 3 2.2.1. Analisis Deskriptif... 3 2.2.2. Analisis Model Penawaran... 3 2.2.3. Analisis Model Permintaan... 4 2.2.4. Kelayakan Model... 4 2.2.5. Program Pengolahan Data... 5 BAB III. KERAGAAN NASIONAL... 7 3.1. Populasi dan Produksi Daging Ayam Ras Pedaging... 8 3.1.1. Populasi Ayam Ras Pedaging... 8 vii

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 3.1.2. Produksi Ayam Ras Pedaging... 10 3.2. Populasi dan Produksi Daging Ayam Petelur... 12 3.2.1. Populasi Ayam Ras Petelur... 12 3.2.2. Produksi Ayam Ras Petelur... 14 3.3. Populasi dan Produksi Daging Ayam Buras... 15 3.3.1. Populasi Ayam Buras... 15 3.3.2. Produksi Ayam Buras... 17 3.4. Sentra Populasi... 18 3.4.1. Sentra Populasi Ayam Ras Pedaging... 18 3.4.2. Sentra Populasi Ayam Buras... 19 3.5. Sentra Produksi... 21 3.5.1. Sentra Produksi Daging Ayam Ras Pedaging... 21 3.5.2. Sentra Produksi Daging Ayam Buras... 22 3.6. Konsumsi Daging Ayam di Indonesia... 23 3.7. Perkembangan Harga Daging Ayam di Indonesia 25 3.8. Perkembangan Ekspor dan Impor Daging Ayam di Indonesia... 27 BAB IV. KERAGAAN DUNIA DAN ASEAN... 31 4.1. Perkembangan Produksi... 31 4.2. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam... 34 4.3. Perkembangan Ekspor dan Impor... 38 4.4. Negara Eksportir dan Importir... 41 BAB V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN... 49 5.1. Proyeksi Penawaran, 2016-2019... 49 5.1.1. Ayam Ras Pedaging... 40 viii

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «5.1.2. DagingAyam Ras Petelur... 51 5.1.3. Ayam Buras... 51 5.1.4. Total Daging Ayam... 53 5.2. Proyeksi Permintaan... 54 5.3. Proyeksi Surplus/Defisit Tahun 2016-2019... 57 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan... 60 6.2. Saran... 61 DAFTAR PUSTAKA... 62 LAMPIRAN... 63 ix

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 x

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Dunia, Tahun 2011-2015... 31 Tabel 4.2. Perkembangan Produksi Daging Ayam Dunia di sepuluh Negara Sentra Produksi, Tahun 2011-2015... 33 Tabel 4.3. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Dunia di sepuluh Negara Sentra Konsumsi, Tahun 2011-2015... 35 Tabel 4.4. Neraca Produksi dan Konsumsi Daging Ayam di sepuluh Negara Terbesar Dunia, Tahun 2015... 36 Tabel 4.5. Neraca Produksi dan Konsumsi Daging Ayam di di ASEAN, Tahun 2015... 37 Tabel 4.6. Perkembangan Ekspor dan Impor Daging Ayam di Dunia, Tahun 2011-2015... 39 Tabel 4.7. Perkembangan Ekspor dan Impor Daging Ayam ASEAN, Tahun 2011-2015... 40 Tabel 4.8. Sepuluh Negara Eksportir Daging Ayam Terbesar di Dunia, Tahun 2015... 42 Tabel 4.9. Negara Eksportir Daging Ayam di ASEAN, Tahun 2015... 43 Tabel 4.10. Sepuluh Negara Importir Daging Ayam di Dunia, Tahun 2015... 45 Tabel 4.11. Negara Importir Daging Ayam di ASEAN, Tahun 2015... 47 Tabel 5.1. Hasil Analisis Fungsi Produksi Daging Ayam Ras... 50 xi

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 Tabel 5.2. Proyeksi Produksi Daging Ayam di Indonesia, Tahun 2016-2019... 51 Tabel 5.3. Hasil Analisis Fungsi Produksi Daging Ayam Ras Petelur... 51 Tabel 5.4. Proyeksi Produksi Daging Ayam Ras Petelur di Indonesia, Tahun 2016-2019... 48 Tabel 5.5. Hasil Proyeksi Produksi Daging Ayam Buras Tahun 2016 2019... 53 Tabel 5.6. Total Penawaran Daging Ayam... 54 Tabel 5.7. Hasil Analisis Fungsi Permintaan Daging Ayam Ras 54 Tabel 5.8. Proyeksi Konsumsi Daging Ayam Ras dan Buras Per Kapita Tahun 2015-2019... 55 Tabel 5.9. Proyeksi Permintaan Daging Ayam Nasional, Tahun 2016-2019... 57 Tabel 5.10. Proyeksi Surplus - Defisit Daging Ayam, Tahun 2016-2016... 58 xii

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1. Perkembangan Populasi Ayam Ras Pedaging di Indonesia, Tahun 1984 2015... 9 Gambar 3.2 Produksi Daging Ayam Ras di Indonesia, Tahun 1984-2015... 11 Gambar 3.3 Populasi Ayam Ras Petelur di Indonesia, Tahun 1998-2015... 12 Gambar 3.4 Produksi Daging Ayam Ras Petelur di Indonesia, Tahun 1998 2015... 14 Gambar 3.5. Perkembangan Ppopulasi Ayam Buras di Indonesia, Tahun 1984-2015... 15 Gambar 3.6. Perkembangan Produksi Daging Ayam Buras di Indonesia, Tahun 1984-2015... 18 Gambar 3.7. Sentra Populasi Ayam Ras Pedaging di Indonesia, Tahun 2011 2015... 19 Gambar 3.8. Sentra Populasi Ayam Buras di Indonesia, Tahun 2011 2015... 20 Gambar 3.9. Sentra Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Indonesia, Tahun 2011 2015... 22 Gambar 3.10. Sentra Produksi Daging Ayam Buras di Indonesia, Tahun 2011 2015... 23 Gambar 3.11. Perkembangan Konsumsi per Kapita Daging Ayam Ras dan Ayam Buras di Indonesia, Tahun 2011-2015... 25 xiii

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 Gambar 3.12. Perkembangan Harga Daging Ayam Ras dan Ayam Buras Tingkat Konsumen di Indonesia, Tahun 2011 2015... 26 Gambar 3.13. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Daging Ayam, Tahun 2011 2015... 28 Gambar 3.14. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Daging Ayam, Tahun 2011 2015... 29 Gambar 4.1. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Dunia, Tahun 2011-2015... 32 Gambar 4.2. Kontribusi Produksi Daging Ayam Dunia di Sepuluh Negara Sentra, Tahun 2011 2015... 33 Gambar 4.3. Negara Sentra Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Dunia, Tahun 2015... 36 Gambar 4.4. Negara Sentra Produksi dan Konsumsi Daging Ayam di ASEAN Tahun 2015... 37 Gambar 4.5. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Daging Ayam Dunia, Tahun 2011-2015... 39 Gambar 4.6. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Daging Ayam ASEAN, Tahun 2011-2015... 40 Gambar 4.7. Sepuluh Negara Eksportir Daging Ayam Terbesar di Dunia Tahun 2015... 42 Gambar 4.8. Kontribusi Ekspor Daging Ayam di ASEAN Terhadap Dunia Tahun 2015... 44 Gambar 4.9. Sepuluh Negara Importir Daging Ayam Terbesar di Dunia Tahun 2015... 46 Gambar 4.10. Kontribusi Ekspor Daging Ayam di ASEAN terhadap Dunia Tahun 2015... 47 xiv

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Perkembangan Populasi Ayam Ras Pedaging di Jawa dan Luar Jawa, Tahun 1984 2015... 65 Lampiran 2. Perkembangan Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Jawa dan Luar Jawa, Tahun 1984 2014... 66 Lampiran 3. Perkembangan Populasi Ayam Ras Petelur di Jawa dan Luar Jawa, Tahun 1984 2015... 67 Lampiran 4. Perkembangan Produksi Daging Ayam Ras Petelur di Jawa dan Luar Jawa, Tahun 1998 2015... 68 Lampiran 5. Perkembangan Populasi Ayam Buras di Jawa dan Luar Jawa, Tahun 1984 2015... 69 Lampiran 6. Perkembangan Produksi Daging Ayam Buras di Indonesia, Tahun 1984 2015... 70 Lampiran 7. Sentra Populasi Ayam Ras Pedaging di Indonesia, Tahun 2011-2015... 71 Lampiran 8. Sentra Populasi Ayam Buras di Indonesia, Tahun 2010-2014... 71 Lampiran 9. Sentra Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Indonesia, Tahun 2011-2015... 72 Lampiran 10. Sentra Produksi Daging Ayam Buras di Indonesia Tahun 2011-2015... 72 Lampiran 11. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Ras dan Ayam Buras di Indonesia, 1981-2015... 73 xv

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 Lampiran 12. Perkembangan Harga Konsumen Daging Ayam, 1983-2015... 74 Lampiran 13. Perkembangan Neraca Impor Daging Ayam di Indonesia, Tahun 1996-2013... 75 Lampiran 14. Perkembangan Produksi Daging Ayam di ASEAN terhadap Dunia, Tahun 2011-2015... 76 Lampiran 15. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam ASEAN terhadap Dunia, Tahun 2011-2015... 76 xvi

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «RINGKASAN EKSEKUTIF Populasi ayam ras ( pedaging dan petelur ) tahun 2015 di Indonesia, diperkirakan 1,65 Milyar ekor (angka sementara) meningkat 3,71% atau meningkat 59,04 juta ekor dibandingkan tahun 2014.Sementara perkiraan populasi ayam buras tahun 2015 ( angka sementara) diperkirakan sebesar 285,02 ribu ekor, meningkat sebanyak 9,90 ribu ekor (3,60%) dibandingkan tahun 2014. Populasi ayam ras dan buras relative besar terdapat di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Produksi ayam ras tahun 2015 diperkirakan sebesar 1,63 juta ton, meningkat sebanyak 82,72 juta ton (5,36%) dibandingkan tahun 2014. Sementara perkiraan produksi ayam buras tahun 2015 diperkirakan meningkat 5,49% atau naik sebesar 16,34 ribu ton. Adapun perkiraan kenaikan produksi daging ayam ras pedaging yang relatif besar terdapat di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.Sedangkan kenaikan produksi daging ayam buras yang relatif besar terdapat di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat. Prediksi permintaan daging ayam untuk konsumsi rumah tangga pada tahun 2015 diperkirakan sebesar 4,50 kg/kapita/tahun. Pada tahun 2016-2019, proyeksi permintaan daging ayam untuk konsumsi cenderung meningkat rata-rata 1,56% per tahun atau sebesar 4,69 kg/kap/tahun, sehingga total kebutuhan daging ayam untuk konsumsi langsung pada tahun 2016 diramalkan sebesar 1,19 juta ton dan tahun 2017 sebesar 1,24 juta ton, tahun 2018 sebesar 1,27 juta ton dan tahun 2019 mencapai 1,30 juta ton. Sementara, hasil proyeksi surplus dan defisit akan meningkat rata-rata per tahun sebesar 37,40 ribu ton. xvii

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 xvii i

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha peternakan ayam sudah banyak berkembang di Indonesia. Perkembangan usaha ternak ayam khususnya ayam pedaging/broiler di tunjang oleh peningkatan jumlah penduduk Indonesia serta pendapatan per kapita yang semakin meningkat pula. Peningkatan sumber daya manusia tidak mungkin tercapai tanpa gizi yang cukup, untuk mencerdaskan dan meningkatkan prestasi sumber daya manusia di Indonesia,tentu akan bergantung pada pemenuhan gizi yang baik pula,terutama dari protein hewani seperti daging, susu dan telur. Daging ayam merupakan salah satu sumber bahan pangan hewani yang mengandung gizi cukup tinggi berupa protein dan energi. Permintaan terhadap pangan hewani ini, cenderung terus menerus meningkat selain meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat pendapatan, juga adanya perkembangan sektor lain yang menunjang usaha peternakan ayam ras pedaging, misalnya pembukaan restoran baru, rumah makan dan pasar swalayan yang semakin meningkat, semakin tinggi-nya kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi, meningkatnya kebutuhan masyarakat pada saat-saat tertentu seperti pesta ulang tahun, pesta perkawinan, adanya kecenderungan harga jual yang tinggi pada saat-saat tertentu seperti bulan puasa, hari raya Idul Fitri, Natal dan lain-lain (Tobing, 2002). Daging ayam lebih banyak dikonsumsi dibandingkan dengan daging sapi karena harga daging ayam lebih terjangkau dibandingkan daging sapi, khususnya daging ayam ras. Indonesia mulai tahun 2010 sudah swasembada daging ayam, dengan kata lain kebutuhan daging ayam dapat dicukupi dari produksi dalam negeri. Neraca produksi dan konsumsi menunjukkan nilai positif, artinya produksi dalam negeri masih mencukupi untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri. Atas dasar fakta tersebut maka diperlukan analisis outlook yang bermanfaat untuk menyediakan informasi bagi pengambil kebijakan di masa yang akan datang. 1

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 Hasil dari analisis outlook komoditas peternakan, selain digunakan sebagai bahan rujukan bagi para pimpinan Kementerian Pertanian dalam mengambil kebijakan, analisis ini juga penting dalam menyediakan informasi bagi para stakeholder yang terkait dengan kegiatan agribisnis subsektor peternakan. 1.2. Tujuan dan Sasaran 1.2.1. Tujuan : Melakukan analisis peramalan komoditas peternakan khususnya daging ayam dengan menggunakan metode statistik yang mencakup indikator populasi, produksi, konsumsi, ekspor-impor dan harga. 1.2.2. Sasaran : Tersedianya informasi peramalan indikator produksi, konsumsi dan neraca produksi daging ayam periode 2016 dan 2019. 1.3. Ruang Lingkup Ruang lingkup outlook peternakan ini difokuskan pada analisis keragaan dan peramalan pada produk daging ayam. Variabel yang dianalisis populasi, produksi, harga, konsumsi, ekspor impor, serta kondisi keragaan data ASEAN dan dunia yang meliputi negara sentra produksi daging ayam. 2

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «BAB II. METODOLOGI 2.1. Sumber Data dan Informasi Outlook Komoditas daging ayam tahun 2015 disusun berdasarkan data dan informasi yang diperoleh baik dari data primer maupun data sekunder yang bersumber dari instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan United States Departement og Agriculture (USDA). 2.2. Metode Analisis 2.2.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mengeksplorasi data series mencakup variabel populasi, produksi, konsumsi, harga dan ekspor impor. 2.2.2. Analisis Model Penawaran Analisis model penawaran daging ayam dilakukan berdasarkan analisis fungsi produksi. Model analisis yang digunakan adalah model Regresi Berganda (Multivariate Regression). Secara teoritis bentuk umum dari model ini adalah: Y b0 b1 X 1 b2 X 2... bn X b 0 n j 1 b j X j dimana: Y = peubah respons/tak bebas X n = peubah penjelas/bebas n = 1, 2, b 0 = nilai konstanta n 3

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 b n = koefisien arah regresi atau parameter model regresi untuk peubah x n = sisaan Produksi pada periode ke-t merupakan fungsi dari produksi pada periode sebelumnya, harga di tingkat produsen, harga komoditas pesaingnya di tingkat konsumen dan pengaruh inflasi. Dengan memperhatikan ketersediaan data, analisis penawaran dilakukan berdasarkan data produksi dalam periode tahunan. Untuk peubahpeubah bebas yang tidak tersedia datanya dalam periode waktu yang bersesuaian maka dilakukan proyeksi terlebih dahulu dengan menggunakan model analisis trend (Trend Analysis) atau model pemulusan eksponensial berganda (Double Exponential Smoothing). 2.2.3. Analisis Model Permintaan Analisis model permintaan daging ayam merupakan analisis permintaan langsung masyarakat terhadap daging ayam yang dikonsumsi oleh rumah tangga konsumen. Oleh karena adanya keterbatasan data, maka analisis permintaan dilakukan dengan menggunakan model pemulusan eksponensial berganda (Double Exponential Smoothing) pada data konsumsi per kapita tahunan. 2.2.4. Kelayakan Model Ketepatan sebuah model regresi dapat dilihat dari Uji-F, Uji-t, dan koefisien determinasi (R 2 ). Koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya keragaman dari peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubahpeubah tak bebas (X). Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan persamaan: R 2 SS Regresi SSTotal 4

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «dimana: SS Regresi = jumlah kuadrat regresi SS Total = jumlah kuadrat total 2.2.5. Program Pengolahan Data Penyusunan analisis data sekunder dengan menggunakan program komputer yang dirancang untuk melakukan pengolahan peramalan dengan menggunakan Minitab 16. Data berupa deret waktu /Time Series dan peramalan /Forecasting untuk membuat perkiraan 4 (empat ) tahun ke depan yaitu tahun 2016 sampai dengan 2019. Bentuk Time series yang digunakan dalam penyusunan peramalan berupa plots, exponential smoothing dan trend analisis. 5

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 6

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «BAB III. KERAGAAN NASIONAL Pangan berasal dari ternak atau protein hewani sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia bahkan kecerdasan bagi anak usia dini hingga remaja. Manusia usia lanjut (manula) juga membutuhkan pangan asal ternak terutama daging, susu dan telur sebagai sumber kalsium. Permintaan produk peternakan cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan masyarakat, perbaikan tingkat pendidikan serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi. Komoditas unggas khususnya ayam mempunyai prospek pasar yang sangat baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas berupa daging dan telur yang disukai oleh masyarakat Indonesia. Harga relatif terjangkau dengan akses yang mudah diperoleh karena sudah merupakan produk pangan yang tersedia di pasar. Komoditas ini merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional, sehingga prospek yang cukup baik ini harus dimanfaatkan untuk memberdayakan peternak di pedesaan melalui pemanfaatan sumberdaya secara lebih optimal. Industri perunggasan di Indonesia berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi perunggasan global yang mengarah kepada sasaran mencapai tingkat efisiensi usaha yang optimal, sehingga mampu bersaing dengan produk-produk unggas dari luar negeri. Pengusahaan dengan sistem plasma ternyata sangat diminati oleh peternak kecil, karena peternak memiliki resiko yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan usaha mandiri, mengingat sebagian komponen produksi berupa DOC, pakan, obat dan vaksin dipasok oleh pihak perusahaan induk, peternak berperan sebagai pemelihara dengan kesepakatan kontrak harga tertentu. Daging merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, serta merupakan komoditas ekonomi yang mempunyai nilai sangat strategis. Kebutuhan daging di Indonesia dapat dipenuhi salah satunya dari daging unggas (broiler, layer 7

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 afkir, pejantan, ayam kampung dan itik). Konsumsi daging ayam pada tahun 2014 mencapai 4,48 kg/kap/th (total kosumsi ayam ras pedaging, ayam ras petelur afkir dan pejantan serta ayam buras). Pembangunan industri perunggasan menghadapi tantangan global yang mencakup kesiapan daya saing produk perunggasan, utamanya bila dikaitkan dengan lemahnya kinerja penyediaan bahan baku pakan, yang merupakan 60-70% dari biaya produksi dan sebagian besar masih sangat tergantung dari impor. Upaya meningkatkan daya saing produk perunggasan harus dilakukan secara simultan dengan mewujudkan harmonisasi kebijakan yang bersifat lintas kementerian. Hal ini dilakukan dengan tetap memperhatikan faktor internal seperti menerapkan efisiensi usaha, meningkatkan kualitas produk, menjamin kontinuitas suplai dan sesuai dengan permintaan pasar. 3.1. Populasi dan Produksi Daging Ayam Ras Pedaging 3.1.1. Populasi Ayam Ras Pedaging Populasi ayam ras pedaging (broiler) dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini meningkat dengan pesat. Menurut data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2015 (angka sementara), populasi ayam ras pedaging di Indonesia saat ini mencapai 1.498 juta ekor, meningkat sekitar 27,13% dari populasi lima tahun silam 1.178 juta ekor. Peningkatan ini seiring dengan perkembangan teknologi terutama di sektor budidaya (on farm) yang semakin modern, sehingga proses produksi menjadi lebih cepat dan efisien. Peningkatan populasi ayam ras pedaging dari tahun ke tahun pada kurun waktu 2011 sampai dengan 2015, mengalami peningkatan dengan ratarata pertumbuhan sebesar 8,83 % per tahun atau dengan kata lain setiap tahun rata-rata populasi ayam ras pedaging sebesar 1.342 juta ekor (Tabel 3.1. dan Lampiran 1). Pada periode tersebut, pertumbuhan yang rendah terjadi tahun 2012 sebesar 5,64% dan berdasarkan data Angka Sementara 8

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «2015 sebesar 3,76%. Awal dari periode 5 tahun (2011) terjadi peningkatan yang cukup tinggi sebesar 19,37%, dimana pada tahun sebelumnya mengalami penurunan sebesar 3,85%. Keadaan yang mempengaruhi fluktuatif populasi ayam ras pedaging, diperkirakan salah satu penyebabnya imbas penerapan Undang-Undang (UU) Nomor 41 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, hal ini mengakibatkan terdesaknya peternakan rakyat karena industri besar membuka usaha budidaya dan memasarkan produk dan menguasai mata rantai budidaya, mulai bibit, obat, pemotongan, hingga produk akhir. Budidaya yang dilakukan industri besar membuat biaya produksi ayam lebih rendah karena sistem produksi terintegrasi dari hulu hingga hilir, akibatnya harga jual ayam pun turun dan kondisi itu membuat peternak rakyat kurang bergairah. (Juta Ekor) 1200,00 900,00 600,00 300,00 0,00 2015*) 2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995 1994 1993 1992 1991 1990 1989 1988 1987 1986 1985 1984 Jawa-Ras L.uar Jawa -Ras Gambar 3.1. Populasi Ayam Ras Pedaging di Indonesia, Tahun 1984 2015*) Secara agregat selama lima tahun terakhir pertumbuhan populasi ayam ras pedaging di Jawa meningkat dan peningkatannya relatif lebih tinggi dibandingkan Luar Jawa, rata-rata pertumbuhan populasi di Pulau Jawa sebesar 9,70% di atas laju pertumbuhan di Luar Pulau Jawa sebesar 7,63%. Pertumbuhan populasi ayam ras di Jawa tertinggi pada periode 2011-2015, tepatnya pada tahun 2011 peningkatan sebesar 28,75% dibanding tahun 9

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 sebelumnya. Pada periode yang sama tidak terjadi penurunan laju pertumbuhan sama sekali di Pulau Jawa, namun penurunan terjadi di Luar Pulau Jawa di tahun 2011 sebesar 0,08%. Secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Tabel 3.1. Pada tahun 2015 angka sementara populasi ayam ras pedaging di Pulau Jawa sebanyak 1,039 milyar ekor, meningkat 3,71% dari tahun sebelumnya sebesar 1,00 milyar ekor. Populasi di Pulau Jawa tahun 2015 mempunyai peranan sebesar 69,35% terhadap populasi nasional, sementara dalam kurun waktu 5 tahun pangsa populasi ayam ras sebesar 71,25%. Perkembangan populasi ayam ras pedaging di Luar Jawa selama periode 2011-2015 meningkat ratarata 7,36% dengan rataan populasi sebesar 386 juta ekor (Lampiran 1), tertinggi pada tahun 2014 sebesar 20,94% atau sebesar 76,54 juta ekor. Diperkirakan populasi di Luar Pulau Jawa tahun 2015 berkontribusi sebesar 30,65% terhadap populasi nasional, sementara dalam kurun waktu 5 tahun rata-rata pangsa populasi ayam ras nasional sebesar 29,85%. Tabel 3.1. Rata-rata dan Pertumbuhan Populasi dan Produksi Daging Ayam Ras Sumber : Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan diolah Pusdatin 3.1.2. Produksi Ayam Ras Pedaging Perkembangan produksi daging ayam ras pedaging di Indonesia periode 2011-2015 fluktuatif dan cenderung meningkat dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 6,05% per tahun, dengan kata lain setiap tahun rata-rata 10

1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015*) Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «produksi daging sebesar 1,48 juta ton. Peningkatan produksi diatas 10% terjadi pada tahun 2011, sebesar 10,18% sedangkan terendah tahun 2014 peningkatannya hanya 3,10%. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan Lampiran 2. Perkembangan produksi daging ayam ras pedaging di Indonesia merupakan sumbangan terbesar dari Jawa pada periode yang sama (2011 2015) sebesar 73% atau sebesar 1.081,57 ribu ton dari produksi nasional 1.481,55 ribu ton, walaupun secara rata-rata produksi di Jawa mengalami penurunan produksi 6,51% per tahun dengan rata-rata produksi per tahun mencapai 1.081,57 ribu ton. Pertumbuhan produksi di Luar Jawa lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan nasional (6,05%) dan tumbuh sebesar 7,36% per tahun (Tabel 3.1 dan Lampiran 2). Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2012 sebesar 19,45%, juga diwarnai penurunan produksi dua kali, pada tahun 2011 sebesar 2,97% dan tahun 2013 penurunan produksi dari tahun sebelumnya menurun 2,81% dari 389,87 ribu ton menjadi 378,92 ribu ton. Lima tahun terakhir rata-rata laju pertumbuhan produksi daging ayam ras belum sampai 10%, tepatnya 7,36% per tahun, sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan nasional 6,05%. Kontribusi daging ayam pedaging luar Jawa terhadap nasional lima tahun terakhir capaian sebesar 27,02%. (Ribu ekor ) 1.400,00 1.200,00 1.000,00 800,00 600,00 400,00 200,00 0,00 Jawa-Ras Luar Jawa -Ras Gambar 3.2. Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Indonesia, Tahun 1984 2015*) 11

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 3.2. Populasi dan Produksi Daging Ayam Ras Petelur 3.2.1. Populasi Ayam Ras Petelur Populasi ayam ras petelur (Layer) dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan ini meningkat dengan pesat. Menurut data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2015 (angka sementara), populasi ayam ras petelur yang berasal dari ayam ras petelur afkir dan pejantan di Indonesia saat ini mencapai 151,42 ribu ekor, meningkat sekitar 7,75% dari populasi lima tahun silam 124,64 ribu ekor. Peningkatan ini seiring dengan perkembangan teknologi terutama di sektor budidaya (on farm) yang semakin modern, sehingga proses produksi menjadi lebih cepat dan efisien. Peningkatan populasi ayam ras petelur dari tahun ke tahun pada kurun waktu 2011 sampai dengan 2015, mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,75 % per tahun atau dengan kata lain setiap tahun rata-rata populasi ayam ras pedaging sebesar 141,61 ribu ekor (Tabel 3.2. dan Lampiran 2). Pada periode tersebut, pertumbuhan yang rendah terjadi tahun 2014 sebesar 0,03% dan berdasarkan data Angka Sementara 2015 meningkat kembali sebesar 3,24%. Awal dari periode 5 tahun (2011) terjadi peningkatan yang cukup tinggi sebesar 18,46%, dimana pada tahun sebelumnya mengalami penurunan sebesar 5,57%. Keragaan data ayam ras petelur disajikan pada Gambar 3.3 dan Lampiran 3. 12

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «Gambar 3.3. Populasi Ayam Ras Petelur di Indonesia, Tahun 1998 2015*) Secara agregat selama lima tahun terakhir pertumbuhan populasi ayam ras petelur di Jawa peningkatannya relatif lebih tinggi dibandingkan Luar Jawa, rata-rata pertumbuhan populasi di Pulau Jawa sebesar 8,09% di atas laju pertumbuhan di Luar Pulau Jawa sebesar 7,65%. Pertumbuhan populasi ayam ras petelur di Jawa tertinggi pada periode 2011-2015, tepatnya pada tahun 2011 peningkatan sebesar 28,49% dibanding tahun sebelumnya. Pada periode yang sama terjadi tidak terjadi penurunan laju pertumbuhan di Luar Pulau Jawa di tahun 2011 sebesar 5,63%. Secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Tabel 3.2. Pada tahun 2015 diperkirakan populasi ayam ras petelur di Pulau Jawa sebanyak 85,16 ribu ekor, meningkat 2,54% dari tahun sebelumnya sebesar 2,11 ribu ekor. Populasi di Pulau Jawa tahun 2011-2015 mempunyai peranan sebesar 58,01% terhadap populasi nasional sedangkan di luar pulau Jawa lebih rendah sebesar 41,99%. Tabel 3.2. Rata-rata dan Pertumbuhan Populasi dan Produksi Daging Ayam Ras Petelur Sumber : Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan diolah Pusdatin 13

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 3.2.2. Produksi Ayam Ras Petelur Perkembangan produksi daging ayam ras petelur di Indonesia periode 2011-2015 fluktuatif dan cenderung meningkat dengan pertumbuhan ratarata sebesar 11,03% per tahun, dengan kata lain setiap tahun rata-rata produksi daging sebesar 80 ribu ton. Peningkatan produksi diatas 10% terjadi pada tahun 2013 dan 2014, sebesar 16,78% sedangkan tahun 2014 peningkatannya 26,01%. Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.4 dan Lampiran 4. Perkembangan produksi daging ayam ras petelur di Indonesia merupakan sumbangan terbesar dari Jawa pada periode yang sama (2011 2015) sebesar 54,26% dari rata-rata produksi nasional 79,63 ribu ton, secara rata-rata produksi di Jawa mengalami peningkatan produksi 5,53% per tahun atau sebesar 43,21 ribu ton. Pertumbuhan produksi di Luar Jawa lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan nasional (11,03%) atau tumbuh sebesar 21,09% per tahun (Tabel 3.1 dan Lampiran 4). Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2012 sebesar 39,39%, juga diwarnai penurunan produksi satu kali, pada tahun 2015(angka sementara) sebesar 1,35% penurunan produksi dari tahun sebelumnya dari 50,67 ribu ton menjadi 49,75 ribu ton. Lima tahun terakhir rata-rata laju pertumbuhan produksi daging ayam ras petelur mencapai lebih dari 10%, tepatnya 16,78% per tahun di tahun 2013 dan 26,01% pada tahun 2012, sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan nasional 11,03%. 14

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «Gambar 3.4. Produksi Daging Ayam Ras Petelur di Indonesia, Tahun 1998 2015*) 3.3. Populasi dan Produksi Daging Ayam Buras 3.3.1. Populasi Ayam Buras Pada kurun waktu lima tahun terakhir (2011 2015), perkembangan populasi ayam buras di Indonesia mengalami stagnansi namun cenderung meningkat dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 2,06% per tahun atau ratarata populasi per tahun sebesar 275,16 juta ekor. Selama periode tersebut tidak pernah mengalami peningkatan sangat signifikan atau hanya meningkat rata-rata 2,06%, tertinggi tahun 2012 sebesar 3,87%. Mengalami penurunan populasi satu kali 0,60% di tahun 2014. Menurunnya peningkatan populasi ayam buras lebih rendah dibandingkan ayam ras pedaging, hal ini menunjukkan budidaya ayam buras dibandingkan ayam ras peternak lebih tertarik untuk budidaya ayam ras pedaging mengingat budidaya yang lebih mudah dan waktu panen yang lebih cepat. Meskipun demikian populasi ayam buras nasional lima terakhir meningkat 2,06% per tahun. Kondisi setahun terakhir juga menunjukkan adanya peningkatan sebesar 3,60%, dari 275,12 juta ekor di tahun 2014 menjadi 285,02 juta ekor di tahun 2015. Secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Gambar 3.5. 15

1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015*)» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 (Juta Ekor) 180,00 160,00 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 Jawa-Buras Luar Jawa-Buras Gambar 3.5. Perkembangan Populasi Ayam Buras di Indonesia, Tahun 1984 2015*) Perkembangan populasi ayam buras di Pulau Jawa tahun 2011 sampai dengan 2015 mengalami peningkatan (3,33% per tahun), dengan kata lain rata-rata populasi pada periode tersebut sebesar 114,82 juta ekor. Peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 6,96%, keadaan lima tahun terakhir populasi ayam buras di Jawa cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun Keberadaan populasi daging ayam buras ikut andil dalam pemenuhan protein hewani dalam negeri, populasi ayam buras turut memberikan kontribusi terhadap nasional sebesar 71,61%, lebih tinggi dibandingkan populasi luar Jawa 58,27% (Lampiran 5 dan Tabel 3.3). Tabel 3.3. Rata-rata dan Pertumbuhan Populasi dan Produksi Daging Ayam Buras di Indonesia, 1984-2015 Wilayah Tahun Populasi (Ribu Pert. (%) Produksi Pert. (%) ekor) (RibuTon) Jawa 1984-2015 102.467 1,74 139,62 0,07 2011-2015 114.817 3,33 142,34 3,77 Luar Jawa 1984-2015 139.038 2,04 148,78 0,98 2011-2015 160.347 1,22 166,28 9,16 Indonesia 1984-2015 241.504 0,41 261,85 0,41 2011-2015 275.164 6,31 292,71 6,31 Kontribusi Terhadap Indonesia periode 2011-2015 (%) Jawa 41,73 48,63 Luar Jawa 58,27 56,81 Sumber : Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan diolah Pusdatin 16

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «Perkembangan populasi ayam buras di Luar Jawa tidak berbeda jauh dengan Pulau Jawa, selama lima tahun terakhir rata-rata pertumbuhan meningkat namun rata-rata peningkatannya masih sedikit di bawah Pulau Jawa yaitu sebesar 1,22% per tahun dengan rataan populasi per tahun sebesar 160,35 juta ekor. Peningkatan populasi tertinggi dicapai tahun 2015 sebesar 4,36%, diwarnai dua kali penurunan populasi tahun 2014 sebesar 2,66% dan tahun 2011 sebesar 0,19%. Perkembangan populasi ayam buras di luar Jawa memberikan kontribusi sebesar 58,27% terhadap populasi nasional (Lampiran 5 dan Tabel 3.3). 3.3.2. Produksi Ayam Buras Seperti halnya dengan populasi, perkembangan produksi daging ayam buras di Indonesia periode 2011 2015 berfluktuasi namun cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 6,31% per tahun (Gambar 3.4 dan Lampiran 4). Rata-rata produksi daging pada periode ini sebesar 292,71 ribu ton per tahun. Peningkatan laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 19,48%, mengalami penurunan dua kali dan penurunan terbesar pada tahun 2014 sebesar 6,87%, produksi kembali meningkat di tahun 2015 sebesar 5,49% atau 314,00 ribu ton. Pada periode yang sama (2011 2015), pertumbuhan produksi daging ayam buras di Pulau Jawa juga berfluktuasi namun cenderung meningkat dengan peningkatan rata-rata 3,77% per tahun. Kontribusi terhadap nasional dari wilayah ini rata-rata sebesar 142,34 ribu ton. Peningkatan pertumbuhan cukup signifikan terjadi tahun 2013 sebesar 26,82%, tahun berikutnya 2014 mengalami penurunan terbesar 19,29%. Situasi perkembangan produksi di Pulau Jawa lima tahun terakhir mengikuti perkembangan nasional, namun masih lebih kecil 40,28% daripada rata rata pertumbuhan nasional, dengan rataan produksi per tahun 142,34 ribu ton. Tahun 2015 produksi di Pulau Jawa meningkat sebesar 2,60%, menjadi 130,46 ribu ton dari tahun sebelumnya 127,15 ribu ton. Pada tahun yang sama, Pulau Jawa memberikan 17

1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015*)» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 kontribusi produksi daging ayam buras sebesar 41,55% terhadap produksi nasional (314,00 ribu ton). (Ribu ton) 200,0 180,0 160,0 140,0 120,0 100,0 80,0 60,0 Jawa-Buras Luar Jawa-Buras Gambar 3.6. Perkembangan Produksi Daging Ayam Buras di Indonesia, Tahun 1984 2015*). Perkembangan produksi daging ayam buras di Luar Jawa pada periode yang sama (2011-2015), cenderung meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata 9,16% per tahun, dengan rataan produksi sebesar 166,28 ribu ton per tahun. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2013 yaitu 13,11%. Rataan produksi tahun 2014 kembali meningkat 5,21% dari tahun sebelumnya atau sebesar 170,51 ribu ton, memberikan kontribusi separuh terhadap produksi nasional (57,28%). Produksi tersebut di tahun 2015 diperkirakan meningkat kembali menjadi 183,54 ribu ton atau 7,64% (Gambar 3.6 dan Lampiran 6). 3.4. Sentra Populasi 3.4.1. Sentra Populasi Ayam Ras Pedaging Berdasarkan rata-rata populasi ayam ras pedaging selama lima tahun terakhir (2011 2015) per provinsi, saat ini populasi ayam ras pedaging nasional didominasi oleh 7 (tujuh) provinsi sentra di antara 34 provinsi yang 18

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «ada di Indonesia (Gambar 3.7). Peranan tujuh provinsi sentra mencapai 81,06% (1,09 milyar ekor dari populasi nasional) terhadap populasi ayam ras pedaging nasional, dan didominasi empat provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi sebesar 70,78%. Keempatnya meliputi Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Banten dengan besaran kontribusi masing-masing 47,12%, 12,37%, 6,94%, dan 4,36% (Lampiran 7). Tiga provinsi berikutnya berasal dari Luar Jawa beserta kontribusinya, yaitu Provinsi Kalimantan Selatan (3,66%), Sumatera Utara (3,34%) dan Kalimantan Timur (3,27%). Kalimantan Timur; 3,27 Provinsi Lainnya; 18,94 Sumatera Utara; 3,34 Jawa Barat; 47,12 Kalimantan Selatan; 3,66 Banten; 4,36 Jawa Tengah; 6,94 Jawa Timur; 12,37 Gambar 3.7. Sentra Populasi Ayam Ras Pedaging di Indonesia, Tahun 2011 2015*). Provinsi lainnya (27 provinsi) memberikan kontribusi sebesar 18,94% terhadap populasi nasional (Gambar 3.7 dan Lampiran 7). Secara agregat pengusahaan ayam ras pedaging terkonsentrasi di Pulau Jawa, karena Pulau Jawa sekaligus juga merupakan sentra konsumsi. 3.4.2. Sentra Populasi Ayam Buras Ayam buras atau lebih dikenal dengan istilah ayam kampung, oleh masyarakat Indonesia secara umum lebih disukai dagingnya terutama masyarakat pedesaan. Selain rasa dagingnya lebih gurih, rata-rata mereka 19

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 juga memelihara/membudidayakan meskipun hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Oleh karena itu budidaya ayam buras lebih menyebar dibandingkan ayam ras pedaging dan pengusahaannya relatif lebih mudah dan murah dari sisi biaya. Penyebaran budidaya terbukti dari wilayah sentra produksi yang tidak didominasi oleh provinsi-provinsi di Pulau Jawa saja. Rata-rata populasi per provinsi lima tahun terakhir, menunjukkan provinsi sentra mendominasi 69,06% populasi nasional atau sebesar 190,02 juta ekor dari rata-rata nasional 275,16 juta ekor. Provinsi sentra populasi ayam buras sebanyak 10 provinsi, enam provinsi berada di Luar Jawa dan empat provinsi di Pulau Jawa. Total kontribusi provinsi sentra ayam buras di Pulau Jawa terhadap populasi nasional di bawah 50%, yaitu sebesar 40,22%, meliputi Provinsi Jawa Tengah sebanyak 40,34 juta ekor (14,66%), Jawa Timur sebanyak 32,93 juta ekor (11,97%), Jawa Barat sebanyak 27,63 juta ekor (10,04%) dan Banten 9,77 juta ekor (3,55%). Untuk lebih rinci dapat dilihat pada Gambar 3.8 dan Lampiran 8. Kalimantan Selatan 3,98% Nusa Tenggara Timur 3,88% Lampung 3,83% Banten 3,55% Jambi 4,32% Sumatera Utara 4,93% Provinsi Lainnya 30,94% Sulawesi Selatan 7,90% Jawa Barat 10,04% Jawa Timur 11,97% Jawa Tengah 14,66% Gambar 3.8. Sentra Populasi Ayam Buras di Indonesia, Tahun 2011 2015*) Enam provinsi di Luar Jawa yang merupakan sentra populasi ayam buras memberikan kontribusi sebesar 28,84% terhadap populasi nasional. 20

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «Lokasi enam provinsi berada di Pulau Sumatera diwakili oleh Provinsi Sumatera Utara, Jambi dan Lampung, masing-masing memberikan kontribusi sebesar 4,93%, 4,32%, dan 3,83%. Pulau Kalimantan diwakili oleh Provinsi Kalimantan Selatan, dengan kontribusi sebesar 3,98%. Provinsi Sulawesi Selatan mewakili Pulau Sulawesi, memberikan kontribusi sebesar 7,90%. Pulau Nusa Tenggara diwakili Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan kontribusi sebanyak 3,88%. Provinsi lainnya, bukan merupakan provinsi sentra sebanyak 24 provinsi mempunyai peranan sebesar 30,94%. 3.5. Sentra Produksi 3.5.1. Sentra Produksi Daging Ayam Ras Pedaging Sentra produksi daging ayam ras pedaging lima tahun terakhir (2011 2015), berdasarkan rata-rata produksinya, terdapat di 7 (tujuh) provinsi dengan total kontribusi sebesar 76,53% atau 1,13 juta ton dari produksi nasional 1,48 juta ton. Dominasi Pulau Jawa sangat terasa setelah melihat rataan produksi daging, karena 5 (lima) provinsi produsen terbesar berada di Pulau ini dengan total kontribusi sebesar 70,86%. Urutan kelima provinsi berdasarkan kontribusinya adalah Jawa Barat (35,98%), Jawa Timur (11,97%), DKI Jakarta (7,58%), Jawa Tengah (8,18%), dan Banten (7,16%). Hal ini semakin membuktikan bahwa Pulau Jawa merupakan sentra konsumsi daging ayam ras pedaging dibandingkan Luar Jawa. Provinsi Jawa Barat memiliki kontribusi terbesar dalam produksi daging ayam ras ( 35,98%), karena Jawa Barat memproduksi selain untuk kebutuhannya sendiri juga sebagai penyangga ketersediaan daging ayam ras ibu kota DKI Jakarta. Data ini menunjukkan pula bahwa DKI Jakarta merupakan wilayah sentra konsumsi yang menerima pasokan komoditas ayam ras pedaging dari wilayah penyangga Bodetabek karena terkait dengan Peraturan Daerah (PERDA) No. 4 Tahun 2007, tentang Pengendalian, Pemeliharaan dan Peredaran Unggas, sehingga Pemerintah Provinsi DKI melarang budidaya unggas pangan. 21

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 Gambar 3.9. Sentra Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Indonesia, Tahun 2011 2015*) Dua provinsi sentra lainnya adalah Provinsi Kalimantan Selatan dan Sumatera Utara, kontribusi masing-masing sebesar 3,00% dan 2,67%. Kontribusi provinsi lainnya adalah 23,47% (Gambar 3.9 dan Lampiran 9). 3.5.2. Sentra Produksi Daging Ayam Buras Produksi daging ayam buras selama lima tahun terakhir (2011 2015) tidak terkonsentrasi di beberapa provinsi saja, tetapi relatif menyebar sesuai dengan populasinya. Sentra produksi menyebar di 10 provinsi sebesar 66,20%, kontribusi masing-masing provinsi sentra tidak terpaut jauh satu sama lain. Tiga produsen terbesar berada di Pulau Jawa, mengambil peran sebesar 36,91%. Ketiga provinsi tersebut adalah Jawa Tengah 14,71%, Jawa Timur (13,04%), dan Jawa Barat (9,17%). Provinsi lain di Pulau Jawa yang juga berperan sebagai produsen daging ayam buras adalah Provinsi Sumatera Utara, Lampung, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Aceh dan Banten dengan kisaran kontribusi antara 3,22% hingga 5,37%. Dengan demikian total kontribusi produksi Pulau Jawa terhadap produksi daging ayam buras nasional menjadi 40,14% (Gambar 3.10 dan Lampiran 10). 22

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «Nusa Tenggara Timur 4,15% Sulawesi Tenggara 3,43% Aceh 3,27% Banten 3,22% Sulawesi Selatan 4,84% Lampung 5,00% Provinsi Lainnya 33,80% Sumatera Utara 5,37% Jawa Barat 9,17% Jawa Timur 13,04% Jawa Tengah 14,71% Gambar 3.10. Sentra Produksi Daging Ayam Buras di Indonesia, Tahun 2011 2015*) Secara agregat, pada tahun 2015 (Angka Sementara) peranan Luar Jawa (56,81%) pada produksi daging ayam buras lebih besar dibandingkan Pulau Jawa (48,63%). Beberapa provinsi sentra daging ayam buras di Luar Jawa meliputi Sumatera Utara (5,37%), Lampung (5,00%), Sulawesi Selatan (4,84%), Nusa Tenggara Timur (4,15%), Sulawesi Tenggara (3,43%), Aceh (3,27%). Provinsi lainnya yang terdiri atas 24 provinsi menyumbang 33,80% terhadap populasi ayam buras nasional. 3.6. Konsumsi Daging Ayam di Indonesia Daging ayam merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Perkembangan populasi dan hasil produksinya merupakan gambaran tingkat ketersediaan sumber bahan protein nasional. Tingkat konsumsi yang akan menentukan kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan daging dan produksi ternak lainnya dan tingkat pendapatan rumahtangga (purchasing power). Faktor tingkat pendapatanlah yang akan menentukan apakah rumahtangga/individu akan lebih banyak mengkonsumsi 23

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 sumber karbohidrat atau protein, yang akan berpengaruh pada tingkat konsumsi berkualitas dan sesuai dengan persyaratan gizi. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2011-2014 ( Gambar 3.11), secara agregat perkembangan konsumsi protein hewani khususnya dari daging ayam ras per kapita masyarakat Indonesia cenderung terus meningkat sebesar 2,27% per tahun ( Tabel 3.4), sedangkan untuk konsumsi daging ayam buras pada periode tersebut mengalami penurunan rata-rata 3,93% per tahun. Peningkatan terbesar terbesar untuk daging ayam ras dan buras di tahun 2014 Peningkatan konsumsi daging ayam nasional didukung pertumbuhan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat yang cenderung meningkat. Tabel 3.4. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam di Indonesia, 2011-2015 Tahun Ayam Ras Ayam Buras Total Pertumb. Konnas Ayam Pertumb. (Kg/Kap/Th) Pertumb. (%) (Kg/Kap/Th) Pertumb. (%) (Kg/Kap/Th) (%) ( Ton/th) (%) 2011 3,650 0,626 4,276 1.034.683 2012 3,494-4,286 0,521-16,667 4,015-6,098 985.382-4,765 2013 3,650 4,478 0,469-10,000 4,119 2,597 1.024.953 4,016 2014 3,988 9,260 0,499 6,374 4,487 8,932 1.131.514 10,397 2015*) 3,973-0,369 0,522 4,561 4,495 0,180 1.148.366 1,489 Rata-rata 3,751 2,271 0,528-3,933 4,278 1,403 1.064.980 2,784 Konsumsi daging ayam ras lima tahun terakhir rata-rata lebih tinggi 3,22% dibandingkan daging ayam buras. Konsumsi daging ayam ras nasional rata-rata sebesar 3,75 Kg/Kapita/Tahun. Pada tahun 2014 tingkat konsumsi per kapita per tahun daging ayam ras sebesar 3,99 melonjak cukup tajam dibandingkan 2 tahun sebelumnya dan angka sementara tahun 2015. Sementara konsumsi daging ayam buras perkembangannya selama 5 tahun terakhir tidak mengalami peningkatan yang signifikan hanya berkontribusi sebesar 12,33%, dari konsumsi daging ayam masyarakat Indonesia pada kurun waktu yang sama sebesar 4,28 kg/kapita/tahun, yaitu berasal dari konsumsi daging ayam ras 3,75 kg/kapita/tahun dan konsumsi daging ayam buras 24

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «sebesar 0,53 kg/kapita/tahun. Apabila dibandingkan antara produksi daging ayam nasional dengan konsumsi daging ayam nasional secara total dapat dipenuhi dari dalam negeri. Produksi nasional rata-rata sebesar 1,48 juta ton sedangkan konsumsi rata-rata sebesar 1,06 juta ton. (Kg/Kap/Th) 4,5000 3,9880 4,0000 3,6500 3,4936 3,6500 3,5000 3,0000 2,5000 2,0000 1,5000 1,0000 0,6257 0,5214 0,4693 0,4992 0,5000 0,0000 2011 2012 2013 2014 Ayam ras Ayam Buras Gambar 3.11. Perkembangan Konsumsi per Kapita Daging Ayam Buras di Indonesia, Tahun 2011 2015* Ayam Ras dan 3.7. Perkembangan Harga Daging Ayam di Indonesia Hingga saat ini permintaan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia terhadap komoditi daging ayam khususnya menunjukkan kecenderungan adanya peningkatan. Dari pencapaian pembangunan dan perbaikan perekonomian masyarakat serta peningkatan kesadaran atau sikap terhadap pentingnya gizi makanan melalui penyuluhan dan bimbingan kepada masyarakat yang telah dilaksanakan, maka diharapkan permintaan masyarakat secara umum terhadap komoditi hasil ternak terus meningkat. Perkembangan harga daging ayam ras di tingkat eceran sejak tahun 2011 hingga tahun 2015 cenderung terus meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,45% per tahun atau harga rata-rata Rp.27.432,-. Peningkatan yang cukup signifikan diatas 10% pada tahun 2013 yaitu sebesar 11,15%. Peningkatan rata-rata harga daging ayam ras lima tahun terakhir 4,45% per tahun atau harga berkisar Rp 27.432,-/kg. Apabila 25

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 dibandingkan lima tahun sebelumnya ( 2006-2010) harga daging ayam lebih rendah hanya rata-rata Rp. 26.377,- per kg atau pertumbuhan per tahun 5,15%. Berdasarkan data tahun 2015 harga daging ayam ras pedaging sebesar Rp. 29.962 per kg, meningkat 3,40% dari tahun 2014 Rp. 28.976,- per kg ( Gambar 3.10 dan Lampiran 10). Hingga saat ini, kita ketahui bersama bahwa pola pemasaran yang diterapkan, hampir sebagian besar masih mengandalkan pasar tradisional. Pola pemasaran ini melibatkan banyak titik mata rantai distribusi sebelum daging ayam sampai ke tangan konsumen. Mulai dari peternak, penampung, pemotong, pedagang besar/tengkulak, agen, pedagang ayam di pasar induk/pasar becek/bakul, pedagang eceran/gerobak barulah sampai ke konsumen. Hal inilah yang menyebabkan seringkali harga ayam di tingkat peternak masih sangat rendah, bahkan di bawah harga pokok produksi (HPP) namun, di tingkat konsumen harga tetap bertahan tinggi. Gambar 3.12 Perkembangan Harga Daging Ayam Ras dan Ayam Buras Tingkat Konsumen di Indonesia, Tahun 2011 2015 Berbeda periode dengan harga daging ayam ras, harga daging ayam buras selama periode 2011 sampai dengan 2015, terus meningkat dengan besaran peningkatan antara 4,37% hingga 9,57% dan rataan peningkatan sebesar 7,86% per tahun. Meskipun demikian peningkatan harga daging ayam 26

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «buras dari tahun ke tahun selalu lebih tinggi daripada daging ayam ras pada periode yang sama. Setahun terakhir mengalami peningkatan harga sebesar 4,37% dari harga tahun 2014 sebesar Rp. 58.764,- per kg menjadi Rp. 61.335,- per kg di tahun 2015. 3.8. Perkembangan Ekspor dan Impor Daging Ayam di Indonesia Berdasarkan ketersediaan data perdagangan dalam negeri, data ekspor dan impor daging ayam beserta nilainya selama periode 2011-2015 menunjukkan volume impor cukup tinggi dibandingkan volume ekspor, sehingga dapat dijelaskan neraca perdagangan daging ayam khususnya selama periode tahun 2012-2015 menunjukkan neraca defisit ( Gambar 3.11 dan 3.12). Volume impor yang meliputi bibit dan daging ayam tahun 2014 menunjukkan impor daging ayam cukup tinggi sebesar 1.123.797 kg. Kode Hs impor didominasi bentuk daging ayam sebesar 1.123.495 kg, ayam hidup ( ayam Gallus Domesticus dengan berat kurang dari 185 gram) sebesar 302 kg. Terjadi kenaikan impor daging ayam 58,71% atau sebesar 659.752 kg dari tahun sebelumnya (2013). Data tahun 2015 sampai dengan Agustus, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya pada periode yang sama total impor turun drastis 58.835% atau penurunan sebesar 920.944 kg. Berdasarkan Kode HS: 0105111000, 0105119000, 0105941000, 01059444000, 0105949100, 1602321000,1603001000 jumlah impor daging ayam dipengaruhi jenis ayam Gallus Domesticus / ayam buras dari 922.207 kg menjadi 255 kg ( turun sebesar 921.952 kg), sedangkan 2 tahun sebelumnya ( 2015 terhadap 2013) volume impor Indonesia masih lebih rendah 108.545% atau turun 277.101 kg ( Tabel 3.3 ). 27

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 Tabel 3.3. Volume Impor dan Persentase Perubahan Tahun 2015 Terhadap 2014 dan 2013 Uraian Jan-Des Jan-Agust 2013 2014 2013 2014 2015 Jan-Des (2014 thd 2013) Jan-Agust (2015 thd 2013) Jan-Agust (2015 thd 2014) Jan-Des (2014 Jan-Agust (2015 thd 2013) thd 2013) Jan-Agust (2015 thd 2014) Total Impor (Kg) 464.045 1.123.797 277.378 922.509 1.565 659.752-275.813-920.944 58,71-17.620,60-58.835,49 Absolut % y-on-y Ayam Gallus Domesticus hidup <=185 g 726 302 22 302 1.138-424 1.116 836-140,40 98,07 73,46 Ayam guinea hidup <=185 g 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00 Ayam Gallus Domesticus hidup > 185 g 0 0 0 0 172 0 172 172 0,00 100,00 100,00 Daging ayam Gallus Domesticus 463.319 1.123.495 277.356 922.207 255 660.176-277.101-921.952 58,76-108.545,21-361.144,64 Sumber : BPS diolah Pusdatin Cakupan data ekspor impor menggunakan kode HS dari jenis Ayam Gallus dan Guinea, untuk ayam ras kebutuhan dalam negeri sudah dapat dipenuhi dari dalam negeri walaupun bibit ayam indukan GPS ( Grand Parent Stock) hingga saat ini masih impor, dengan jumlah impor yang cukup tinggi pada bulan Juli dan Agustus 2015 masing-masing sebesar 264 kg atau bibit setara 1.466 ekor berasal dari negara Perancis, 731 kg atau setara bibit 4.061 ekor dari Selandia Baru dan dari Malaysia 143 kg atau setara bibit 794 ekor. Nilai impor 463,56 US$, 2,42 US$ dan 304,40 US$. Sedangkan negara pengimpor di tahun 2014 berasal dari Pakistan dan Belgia wujud impor segar/hidup masing-masing sebesar 858 kg dan 4.282 kg. Perkembangan volume dan nilai ekspor impor daging ayam (unggas) di Indonesia pada periode 2011 sampai dengan 2015 untuk volume dan nilai impornya disajikan pada Lampiran 13. 28

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «Gambar 3.13. Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Daging Ayam, Tahun 2011 2015 Gambar 3.14. Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Daging Ayam, Tahun 2011 2015 29

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 Tabel 3.4. Volume Ekspor dan Persentase Perubahan Tahun 2015 Terhadap 2014 dan 2013 Uraian Jan-Des Jan-Agust 2013 2014 2013 2014 2015 Jan-Des (2014 thd 2013) Absolut Jan-Agust Jan-Agust (2015 thd 2013) (2015 thd 2014) Jan-Des (2014 thd 2013) % y-on-y Jan-Agust (2015 Jan-Agust (2015 thd 2013) thd 2014) Total Ekspor (Kg) 555 160 480 146 737-395 257 591-246,88 34,87 80,19 Ayam Gallus Domesticus hidup <=185 g 20 109 20 109 0 89-20 -109 81,65 0,00 0,00 Ayam guinea hidup <=185 g 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00 Ayam Gallus Domesticus hidup > 185 g 0 0 0 0 18 0 18 18 0,00 100,00 100,00 Daging ayam Gallus Domesticus 535 51 460 37 719-484 259 682-949,02 36,02 94,85 Sumber : BPS diolah Pusdatin Ekspor ayam dalam negeri pada periode yang sama ( Bulan Januari sampai Agustus) atau 80,19%, tahun 2015 terhadap 2014 terdapat peningkatan sebesar 591 kg terhadap tahun 2013 ekspor ayam meningkat 257 kg atau 34,87%. Penurunan volume ekspor terjadi pada tahun 2014 terhadap 2013 sebesar 395 kg atau turun 246,88%. Tujuan ekspor Indonesia tahun 2015 ke negara Jepang sebesar 39 kg, Hong Kong sebesar 20 kg dan Pakistan 660 kg. Bentuk hasil ekspor ke tiga negara dalam bentuk daging ayam segar. Ekspor tahun 2014 ke dua negara yaitu Thailand bentuk ekspor segar sebesar 328 US$, Pakistan bentuk ekspor segar sebesar 28 US$. Dalam bentuk olahan tujuan ekspor ke Malaysia (37 US$), Tonga (86 US$) dan Pulau Christmas (2.085 US$). Secara rinci dapat di lihat pada Tabel 3.4. 30

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «BAB IV. KERAGAAN DUNIA DAN ASEAN 4.1. Perkembangan Produksi Daging Ayam Perkembangan produksi daging ayam dunia tahun 2011 2015 cenderung terus meningkat, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,20% per tahun. Seiring dengan perkembangan produksi, konsumsi daging ayam dunia terus meningkat dengan rata-rata pertumbuhan relatif lebih tinggi dari pertumbuhan produksi dunia sebesar 3,02% per tahun. Besaran laju pertumbuhan produksi yang yang hampir mendekati pertumbuhan konsumsi daging ayam menunjukkan terjadi keseimbangan antara penawaran (supply) dan permintaan (demand) daging ayam dunia (Tabel 4.1. dan Gambar 4.1.). Tabel 4.1. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Dunia, Tahun 2011 2015. Tahun Produksi Pertumbuhan Konsumsi Pertumbuhan (000 Ton) (%) (000 Ton) (%) 2011 81.346 80.021 2012 83.416 2,54 81.776 2,19 2013 84.606 1,43 83.091 1,61 2014 86.348 2,06 84.668 1,90 2015 87.328 1,13 85.540 1,03 Rerata 84.609 1,79 83.019 1,68 31

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 (000 Ton) 88.000 86.000 84.000 82.000 80.000 78.000 76.000 2011 2012 2013 2014 2015 Produksi Konsumsi Gambar 4.1. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Dunia, Tahun 2011 2015 Perkembangan antara produksi dan konsumsi daging ayam dengan rata-rata produksi daging ayam dunia selama lima tahun terakhir mencapai 84,61 juta ton, sebesar 70,32% merupakan kontribusi dari 10 negara sentra produksi daging ayam dunia. Pada periode ini, Amerika Serikat menjadi negara produsen tertinggi dengan produksi rata-rata sebesar 17,11 juta ton, atau memberikan kontribusi sebesar 20,22% terhadap produksi daging dunia. Urutan kedua China, volume produksi sebesar 13,29 juta ton atau 15,71% dari produksi dunia. Brazil berada diurutan ketiga dengan produksi sebesar 12,70 juta ton atau berkontribusi sebesar 15,02%. Total kontribusi ketiga negara produsen tersebut mencapai 50,94% atau setara dengan 43,10 juta ton. Indonesia pada tahun 2015 berada di urutan sembilan dunia di bawah Turki (urutan ke delapan) dan berada di atas Thailand (urutan ke sepuluh), kontribusi Indonesia terhadap dunia sebesar 1,84% dengan volume produksi 1,56 juta ton terhadap produksi dunia sebesar 84,61 juta ton. Sedangkan enam negara sentra produksi lain memberikan kontribusi pada kisaran 1,80% (1,52 juta ton), mulai dari India dengan kontribusi 4,05% (3,43 juta ton) hingga di Thailand 1,80% atau 1,52 juta ton (Tabel 4.2 dan Gambar 4.2). 32

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «Tabel 4.2. Perkembangan Produksi Daging Ayam Dunia di Sepuluh Negara Sentra Produksi, Tahun 2011 2015. No. Negara (000 ton) Produksi (000 Ton) Kontribusi Kumulatif 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata (%) (%) 1 Amerika Serikat 16.694 16.621 16.976 17.299 17.961 17.110 20,22 20,22 2 China 13.200 13.700 13.350 13.080 13.110 13.288 15,71 35,93 3 Brazil 12.863 12.645 12.308 12.692 13.013 12.704 15,02 50,94 4 India 2.900 3.160 3.450 3.725 3.900 3.427 4,05 54,99 5 Russia 2.575 2.830 3.010 3.250 3.400 3.013 3,56 58,55 6 Meksiko 2.906 2.958 2.907 2.980 3.015 2.953 3,49 62,05 7 Argentina 1.770 2.014 2.060 2.050 2.100 1.999 2,36 64,41 8 Turki 1.619 1.707 1.924 1.956 1.990 1.839 2,17 66,58 9 Indonesia 1.515 1.540 1.550 1.565 1.625 1.559 1,84 68,42 10 Thailand 1.350 1.550 1.500 1.570 1.640 1.522 1,80 70,22 Negara Lain 23.954 24.691 25.571 26.181 25.574 25.194 29,78 100,00 Dunia 81.346 83.416 84.606 86.348 87.328 84.609 100,00 Sumber : USDA Beberapa negara produsen terbesar daging ayam dunia seperti Amerika Serikat, China, Brazil India, Rusia dan Indonesia memproduksi daging ayam cukup besar karena seiring dengan besarnya jumlah penduduk di masing-masing negara tersebut, seperti kita ketahui negara-negara tersebut masuk kategori sepuluh negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Jadi produksi yang besar sebagai upaya memenuhi kebutuhan daging ayam dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk daging ayam impor. Turki; 2,17 Argentina; 2,36 Indonesia; 1,84 Thailand; 1,80 Amerika Serikat; 20,22 Russia; 3,49 Mexico; 3,56 India; 4,05 Brazil; 15,02 China; 15,71 Gambar 4.2. Kontribusi Produksi Daging Ayam Dunia di Sepuluh Negara Sentra, Tahun 2011 2015 33

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 Perkembangan produksi daging ayam dunia dapat dilihat pada Gambar 4.1. dan Gambar 4.2. yang memperlihatkan gambaran rinci produksi daging ayam dunia serta kontribusi dari masing-masing negara produsen. Perkembangan kurun waktu 5 tahun terakhir produksi daging ayam di ASEAN menurut 10 negara, mengalami peningkatan 3,50% di tahun 2013 produksi ayam dengan pertumbuhan terendah 0,86% disebabkan karena adanya Thailand mengalami penurunan sebanyak 50,00 ribu ton. Kontribusi produksi daging ayam ASEAN terhadap dunia rata-rata 7,27% yang berasal dari negara dengan kebutuhan konsumsi berpenduduk tinggi. Indonesia merupakan negara berkontribusi terbesar terhadap ASEAN dengan rata-rata 1,56 juta ton. Diurutan kedua Thailand sebesar 1,52 juta ton, selanjutnya Malaysia 1,40 juta, Filipina sebesar 751 juta ton dan terendah Singapura sebesar 92 ribu ton. Sementara Brunei, Laos, Myanmar dan Kamboja bukan termasuk negara penghasil ayam rasa atau produksi dibawah 1000 ton ( Lampiran 14). 4.2. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Keragaan negara sentra konsumsi daging ayam dunia selama lima tahun terakhir (2011 2015), menunjukkan bahwa Amerika Serikat merupakan konsumen daging ayam terbesar di dunia dengan rata rata konsumsi sebesar 13,94 juta ton per tahun. Negara konsumen terbesar kedua dan ketiga adalah China dan Brazil, masing masing dengan rata-rata konsumsi lima tahun terakhir sebesar 13,11 juta ton per tahun dan 9,18 juta ton per tahun (Tabel 4.3). Pada periode yang sama Indonesia sebagai negara sentra konsumsi kesepuluh, dengan rata-rata konsumsi sebesar 1,56 juta ton per tahun. 34

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «Tabel 4.3. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam Dunia di Sepuluh Negara Sentra Konsumsi, Tahun 2011 2015. No. Negara Tahun (000 Ton) Kontribusi Kumulatif 2011 2012 2013 2014 2015 Rerata (%) (%) 1 Amerika Serikat 13.660 13.345 13.691 14.034 14.974 13.941 16,79 16,79 2 China 13.016 13.543 13.174 12.910 12.895 13.108 15,79 32,58 3 Brazil 9.422 9.139 8.829 9.137 9.351 9.176 11,05 43,63 4 Mexico 3.474 3.568 3.582 3.693 3.766 3.617 4,36 47,99 5 Russia 3.013 3.356 3.520 3.658 3.680 3.445 4,15 52,14 6 India 2.891 3.156 3.445 3.716 3.888 3.419 4,12 56,26 7 Jepang 2.105 2.214 2.209 2.218 2.240 2.197 2,65 58,90 8 Argentina 1.556 1.723 1.729 1.773 1.826 1.721 2,07 60,98 9 Afrika Selatan 1.653 1.726 1.731 1.727 1.755 1.718 2,07 63,05 10 Indonesia 1.515 1.540 1.550 1.565 1.625 1.559 1,88 64,93 Negara Lain 27.716 28.466 29.631 30.237 29.540 29.118 35,07 100,00 Dunia 80.021 81.776 83.091 84.668 85.540 83.019 100,00 Sumber : USDA Keragaan neraca produksi dan konsumsi daging ayam dunia pada tahun 2015, menunjukkan mayoritas negara sentra produksi mengalami surplus ( tujuh negara ), hanya dua negara mengalami defisit (kekurangan pasokan), sedangkan Indonesia sebanding antara produksi dan konsumsinya. Surplus terbesar terjadi di Brazil sebesar 3,66 juta ton, dengan produksi sebesar 13,01 juta ton dan konsumsi 9,35 juta ton. Amerika Serikat mencapai surplus sebesar 2,99 juta ton, berada diurutan kedua dengan produksi sebesar 17,96 juta ton dan konsumsi 14,97 juta ton. Urutan berikutnya Thailand dengan capaian surplus sebesar 555 ribu ton. Surplus atau kelebihan produksi di negara sentra tersebut sebagian ada yang digunakan sebagai komoditas ekspor. Salah satu negara sentra produksi daging ayam yaitu Indonesia merupakan negara dengan produksi daging ayam sebesar 1,62 juta ton dan seluruhnya dikonsumsi sebesar 1,62 juta ton untuk konsumsi domestik. Mexico dan Russia, merupakan negara sentra produksi yang mengalami defisit dengan besaran masing-masing 751 ribu ton dan 280 ribu ton (Tabel 4.4 dan Gambar 3.3). 35

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 Tabel 4.4. Neraca Produksi dan Konsumsi Daging Ayam di Sepuluh Negara Terbesar Dunia, Tahun 2015 No. Negara Produksi Konsumsi Surplus/Defisit (000 Ton) (000 Ton) (000 Ton) 1 Brazil 13.013 9.351 3.662 2 Amerika Serikat 17.961 14.974 2.987 3 Thailand 1.640 1.085 555 4 Turki 1.990 1.620 370 5 Argentina 2.100 1.826 274 6 China 13.110 12.895 215 7 India 3.900 3.888 12 8 Russia 3.400 3.680-280 9 Meksiko 3.015 3.766-751 10 Indonesia 1.625 1.625 0 Sumber: USDA 20.000 18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 - Amerika Serikat China Brazil India Mexico Russia Argentina Turki Indonesia Thailand Produksi Konsumsi Gambar 4.3. Negara Sentra Produksi dan Konsumsi Daging Ayam Dunia, Tahun 2015. Keragaan neraca produksi dan konsumsi daging ayam di ASEAN tahun 2015, posisi Indonesia berdasarkan produksi berada di urutan ke dua setelah Thailand. Empat urutan negara lainnya Malaysia, Filipina, Brunei dan Singapura. Hanya Thailand negara dengan yang surplus daging ayam sebanyak 555 ribu ton ( Produksi 1,64 ribu ton konsumsi 1,08 ribu ton), sementara Indonesia dianggap belum surplus hal ini dikarenakan data neraca masih 36

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «lebih kecil dari 1000 ton. Masih terbuka peluang impor dari negara lainnya untuk negara Malaysia, Filipina, Brunei dan Singapura dikarenakan konsumsi dari negara-negara tersebut lebih besar dari produksi ( Tabel 4.5 dan Gambar 4.4). Tabel 4.5. Neraca Produksi dan Konsumsi Daging Ayam di ASEAN, Tahun 2015 No. Negara Produksi Konsumsi Surplus/Defisit (000 Ton) (000 Ton) (000 Ton) 1 Thailand 1.640 1.085 555 2 Indonesia 1.625 1.625 0 3 Malaysia 1.460 1.500-40 4 Filipina 900 1.088-188 5 Brunei 810 862-52 6 Singapura 94 224-130 7 Vietnam - - - 8 Laos - - - 9 Myanmar - - - 10 Kamboja - - - Sumber : USDA 1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 - Thailand Indonesia Malaysia Filipina Brunei Singapura Vietnam Laos Myanmar Kamboja Produksi Konsumsi Gambar 4.4. Negara Sentra Produksi dan Konsumsi Daging Ayam di ASEAN, Tahun 2015. 37

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 4.3. Perkembangan Ekspor dan Impor Daging Ayam Dunia Pasar domestik daging ayam ras pedaging/broiler dunia di beberapa negara menunjukkan perkembangan yang cukup tinggi. Perkembangan volume ekspor dan impor daging ayam dunia periode 2011 2015, dengan rata-rata peningkatan per tahun masing-masing sebesar 3,13% untuk ekspor dan 1,96% untuk impor. Perkembangan ekspor impor dunia satu dekade disajikan pada Tabel 3.5, maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan Ekspor daging ayam dunia lima tahun terakhir berkisar antara 1,66% per tahun hingga 7,51% per tahun dimana pada kurun waktu lima tahun angka pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2011 yaitu dari 8,9 juta ton di tahun 2010 menjadi 9,57 juta ton. Sementara setelah tahun 2012 ekspor daging ayam dunia pertumbuhannya kembali pada kisaran dibawah 5% per tahun. Tingkat transaksi bisnis daging unggas dunia cukup dinamis, terlihat dari kebutuhan ekspor dan impornya relatif seimbang. Pada periode ini peningkatan impor sebanding dengan pertumbuhan ekspornya cenderung fluktuatif dan tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 5,41%. Volume impor daging ayam dunia pertumbuhan pertahun berfluktuatif dengan rata-rata 1,96%. Pada tahun 2015 pertumbuhan volume ekspor dan impor mengalami penurunan masing-masing 1,19% (ekspor) dan 2,94% (impor). Secara rinci perkembangan volume ekspor dan impor daging ayam dunia 2011-2015 disajikan secara rinci pada Tabel 4.6. dan Gambar 4.5. 38

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «Tabel. 4.6. Perkembangan Ekspor dan Impor Daging Ayam Dunia, Tahun 2011 2015 Tahun Ekspor Pertumbuhan Impor Pertumbuhan (000 Ton) (%) (000 Ton) (%) 2011 9.573 8.227 2012 10.088 5,38 8.543 3,84 2013 10.255 1,66 8.681 1,62 2014 10.489 2,28 8.843 1,87 2015 10.364-1,19 8.583-2,94 Rerata 10.154 2,03 8.575 1,10 Sumber: USDA Perkembangan ekspor dan impor daging ayam dunia cenderung meningkat selama periode 2011 2014, namun tahun 2015 cenderung mengalami penurunan (Gambar 4.5), hal ini menandakan bahwa perdagangan ketersediaan daging ayam dunia untuk di ekspor lebih sedikit dari yang dibutuhkan untuk diimpor. Gambar 4.5 Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Daging Ayam Dunia, Tahun 2011 2015 39

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 Sementara perkembangan ekspor dan impor daging ayam di ASEAN mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat selama periode 2011 2015, walaupun terjadi sedikit penurunan ekspor di tahun 2013 sebesar 37 ribu ton atau minus 6,49% ( Tabel 4.7 dan Gambar 4.6). Tabel. 4.7. Perkembangan Ekspor dan Impor Daging Ayam ASEAN, Tahun 2011 2015 Tahun Ekspor Pertumbuhan Impor Pertumbuhan (000 Ton) (%) (000 Ton) (%) 2011 500 372 2012 570 14,00 378 1,61 2013 533-6,49 380 0,53 2014 573 7,50 430 13,16 2015 598 4,36 444 3,26 Rerata 4,84 4,64 Sumber: USDA Gambar 4.6 Perkembangan Volume Ekspor dan Impor Daging Ayam ASEAN, Tahun 2011 2015 40

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «4.4. Negara Eksportir dan Importir Daging Ayam Dunia Volume ekspor daging ayam dunia pada tahun 2015 mencapai 10,36 juta ton (Tabel 4.8). Pangsa ekspor daging ayam dunia pada tahun ini dikuasai oleh dua negara, yaitu Brazil dan Amerika Serikat dengan capaian ekspor masing-masing sebesar 3,66 juta ton dan 3,03 juta ton. Kontribusi keduanya terhadap total ekspor dunia mencapai 64,60% atau 6,70 juta ton dari total ekspor dunia 10,36 juta ton. Brazil menjadi negara pengekspor daging ayam terbesar di dunia yang memberikan kontribusi 33,36% terhadap pangsa ekspor dunia, meskipun dari sisi produksi berada diurutan ketiga terbesar setelah Amerika Serikat dan China. Amerika Serikat sebagai negara eksportir terbesar kedua, dengan volume ekspor sebesar 3,03 juta ton (35,36% terhadap volume ekspor dunia), merupakan negara produsen terbesar dunia dengan volume produksi mencapai 17,96 juta ton. Selain kedua negara tersebut, negara pengekspor lain volume ekspornya di bawah satu juta ton dengan besaran kontribusi di bawah 10%. Negara - negara tersebut beserta volume ekspornya meliputi Thailand (570 ribu ton), China (430 ribu ton), Turki (370 ribu ton), Argentina (275 ribu ton), Canada (160 ribu ton), Ukraine (170 ribu ton), Belarus (130 ribu ton), dan Chile (90 ribu ton). Total kontribusi 10 negara pengekspor mencapai 85,63% dan sisanya 14,37% merupakan kontribusi dari negara lainnya (Tabel 4.8 dan Gambar 4.7). 41

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 Tabel 4.8. Sepuluh Negara Eksportir Daging Ayam Terbesar di Dunia, Tahun 2015 No. Negara Volume Ekspor (000 Ton) Kontribusi (%) Kumulatif (%) 1 Brazil 3.665 35,36 35,36 2 Amerika Serikat 3.030 29,24 64,60 3 Thailand 570 5,50 70,10 4 China 430 4,15 74,25 5 Turkey 370 3,57 77,82 6 Argentina 275 2,65 80,47 7 Canada 145 1,40 81,87 8 Ukraine 170 1,64 83,51 9 Belarus 130 1,25 84,76 10 Chile 90 0,87 85,63 Negara Lain 1.489 14,37 100,00 Dunia 10.364 100,00 Sumber : USDA Gambar 4.7. Sepuluh Negara Eksportir Daging Ayam Terbesar di Dunia, Tahun 2015 42

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «Berdasarkan data USDA, Indonesia selama sepuluh tahun terakhir tidak melakukan ekspor daging ayam di dunia termasuk ASEAN, terakhir menjadi negara pengekspor di tahun 2003 sebesar 3000 ton. Sementara di Indonesia menjadi negara pengimpor daging ayam pada periode lima tahun terakhir sebesar 1,59 ton dan ekspornya hanya 0,23 ton, namun data USDA tidak mencantumkan karena menggunakan satuan ribu ton. Produksi/pasokan daging ayam domestik digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri Tabel 4.9 dan Gambar 4.8). Tabel 4.9. Negara Eksportir Daging Ayam di ASEAN, Tahun 2015 Sumber : USDA 43

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 Gambar 4.8. Kontribusi Ekspor Daging Ayam di ASEAN Terhadap Dunia, atahun 2015 Kebutuhan daging ayam Indonesia bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri, meskipun Indonesia termasuk dalam 10 (sepuluh) negara produsen daging ayam dunia namun tidak sebagai negara pengekspor dunia. Kebutuhan domestik akan daging ayam cukup besar sehingga seluruh produksi daging ayam diperuntukkan memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Negara eksportir terbesar di ASEAN pertama Thailand volume ekspor 570 ribu ton, Filipina 12 ribu ton dan negara ini juga sebagai negara importir dari neraca defisit 188 ribu ton (Tabel 4.5) kemungkinan negara ini mengimpor bahan mentah/segar dan diekspor dalam bentuk olahan ( reekspor), Malaysia 10 ribu ton dan Singapura 6 ribu ton. Ke lima negara tersebut dapat ekspor ke negara lain dengan pertimbangan konsumsi dalam negeri lebih rendah dari produksi sebagai contoh Thailand rata-rata konsumsi nasional 1,64 ribu ton sementara produksi daging ayam sebesar 1,08 ribu ton masih surplus 555 ribu ton dalam bentu daging ayam segar. Kontribusi negara yang tergabung di ASEAN tahun 2015 hanya 5,77% atau sebesar 598 ribu ton dari total ekspor Dunia sebesar 10,36 juta ton ( Tabel 4.9 dan Gambar 4.8). Keragaan impor daging ayam dunia tahun 2015 menunjukkan pangsa impor dunia mencapai 8,58 juta ton. Berbeda dengan negara-negara eksportir, volume impor dari negara-negara yang masuk kategori 10 (sepuluh) pengimpor terbesar relatif kecil (di bawah 1 juta ton) dan merata, sehingga 44

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «variasinya tidak begitu nyata. Pangsa impor daging ayam di sepuluh negara importir menguasai hampir setengah pangsa impor dunia, yaitu mencapai 3,63 juta ton atau 42,27% dari pangsa impor dunia sebesar 8,58 juta ton ( Tabel 4.10 dan Gambar 4.9). Volume impor daging ayam dunia lima tahun terakhir masih di dominasi negara Jepang. Negara ini merupakan negara importir daging ayam terbesar di dunia, volume impor sebesar 895 ribu ton. Saudi Arabia dan Mexico diurutan berikutnya, masing-masing sebesar 790 ribu ton dan 760 ribu ton. Tujuh negara importir besar lainnya beserta volume impor masingmasing adalah Iraq 710 ribu ton, Rusia 320 ribu ton, Afrika Selatan 385 ribu ton, Angola 340 ribu ton, Hongkong 320 ribu ton, Venezuela 220 ribu ton, dan China 215 ribu ton. Tingginya kebutuhan daging ayam bagi Negara Saudi Arabia disamping untuk kebutuhan domestik penduduknya, pada bulan tertentu juga untuk memenuhi suplai daging pada pelaksanaan ibadah haji karena jumlah penduduknya juga relatif sedikit ( sekitar 2,5 juta orang). Tabel 4.10. Sepuluh Negara Importir Daging Ayam di Dunia, Tahun 2015 Sumber : USDA 45

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 Gambar 4.9. Sepuluh Negara Importir Daging Ayam Terbesar di Dunia, Tahun 2015 Dalam kancah impor daging ayam dunia, ASEAN ikut berperan dengan kontribusi 5,17% atau sebesar 444 ribu ton dari impor dunia sebesar 8,58 juta ton. Negara yang berperan tersebut adalah Filipina sebanyak 200 ribu ton, Singapura sebanyak 136 ribu ton, Vietnam sebanyak 52 ribu ton, Malaysia sebanyak 50 ribu ton, Thailand sebanyak 6 ribu ton ( Tabel 4.11 dan Gambar 4.10 ) 46

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «Tabel 4.11. Negara Importir Daging Ayam di ASEAN, Tahun 2015 No. Negara Volume Impor Kontribusi Kumulatif (000 Ton) (%) (%) 1 Filipina 200 2,33 2,33 2 Singapura 136 1,58 2,17 3 Vietnam 52 0,61 2,84 4 Malaysia 50 0,58 0,58 5 Thailand 6 0,07 2,24 6 Indonesia 0 0,00-7 Brunei - - - 8 Laos - - - 9 Myanmar - - - 10 Kamboja - - - ASEAN 444 5,17 Dunia 8.583 Sumber : USDA Gambar 4.10. Kontribusi Ekspor Daging Ayam di ASEAN Terhadap Dunia, Tahun 2015 47

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 48

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «BAB V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN 5.1. Proyeksi Penawaran Daging Ayam, 2016-2019 Proyeksi penawaran daging ayam untuk tahun 2016 2019 dilakukan pada 3 (tiga) jenis komoditas ayam yaitu ayam ras pedaging, ayam ras petelur dan ayam buras/kampung. Proyeksi penawaran daging ayam didekati dengan menduga produksi daging ayam. Pada analisis ini dilakukan pemodelan berdasarkan tahun, sehingga series data yang digunakan adalah data per tahun yang berasal dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Proyeksi produksi daging ayam menggunakan model regresi linier berganda untuk produksi daging ayam ras pedaging dan model trend linier untuk produksi daging ayam ras petelur dan buras, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut: 5.1.1. Produksi Ayam Ras Pedaging Model penawaran daging ayam ras pedaging menggunakan model Regresi Linier Berganda, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut: LnProd t = 2,883 + 0,561 LnProd t-1 + 0,160 LnT Dimana : LnProd t = ln produksi daging ayam ras pedaging tahun ke-t (tahun berjalan), LnProd t-1 = ln produksi daging ayam ras pedaging tahun ke-t-1 (tahun sebelumnya) LnT = ln teknologi 49

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 Tabel 5.1. Hasil Analisis Fungsi Produksi Daging Ayam Ras Peubah Koefisien p_value Intersep 2,883 0,000 Ln Produksi daging ayam ras tahun sebelumnya 0,561 0,000 Ln Teknologi 0,160 0,000 R 2 = 99,60%; P(F_Stat) = 0,000 Persamaan tersebut berarti bahwa produksi daging ayam ras tahun berjalan dipengaruhi oleh peubah produksi daging ayam ras itu sendiri tahun sebelumnya dan teknologi. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 99,60%. Angka koefisien determinasi mempunyai makna bahwa 99,60% keragaman pada produksi daging ayam ras pedaging dapat dijelaskan oleh peubah-peubah yang digunakan dalam model. Hasil pemodelan statistik disajikan secara lengkap pada Tabel 5.1. Produksi daging ayam ras pedaging secara nyata dipengaruhi oleh produksi daging ayam ras tahun sebelumnya dengan koefisien regresi sebesar 0,561 (p_value=0,000 < α = 5%), dan teknologi dengan koefisien regresi sebesar 0,160 (p_value = 0,000 < α = 5%). Angka koefisien regresi pada produksi daging ayam ras mempunyai makna bahwa setiap kenaikan produksi daging ayam ras (pedaging dan petelur) tahun sebelumnya sebesar 1 ton akan meningkatkan produksi daging ayam ras tahun berjalan sebesar 0,561 ton. Koefisien regresi pada teknologi mempunyai makna bahwa setiap penggunaan/adopsi teknologi pada budidaya ayam ras pedaging akan meningkatkan produksi daging sebesar 0,160 ton. Berdasarkan model produksi yang dihasilkan di atas, selanjutnya dilakukan proyeksi terhadap produksi daging ayam ras tahun 2016 sampai dengan 2019. Hasil proyeksi penawaran daging ayam ras disajikan pada Tabel 5.2. 50

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «Tabel 5.2. Proyeksi Produksi Daging Ayam Ras di Indonesia, Tahun 2016 2019 Tahun Produksi (000 Ton) 2014 1.544,38 Pertumbuhan (%) 2015*) 1.627,11 5,357 2016**) 1.660,92 2,078 2017**) 1.703,70 2,576 2018**) 1.750,43 2,743 2019**) 1.798,36 2,739 Rata-rata Pertumbuhan 3,10 (%/tahun) *) Angka Sementara, Ditjen Peternakan **) Proyeksi Pusdatin 5.1.2 Produksi Daging Ayam Ras Petelur Model penawaran daging ayam ras petelurmenggunakan model Time Series (Trend Linier), dengan nilai MAPE (mean absolute percentage error) 6,07 (Tabel 5.3). Nilai MAPE bermakna bahwa semakin kecil maka nilai angka aktual dan prediksi garisnya lebih berimpit sehingga lebih akurat untuk memprediksi, dengan kata lain semakin kecil MAPE maka model akan menjadi semakin baik. Tabel 5.3. Hasil Analisis Fungsi Produksi Daging Ayam Ras Petelur Peubah MAPE Produksi Daging Ayam Ras Pedaging Model Trend Analysis (Double Exponential Smoothing) 6,07 Berdasarkan model produksi yang dihasilkan di atas, selanjutnya dilakukan proyeksi terhadap produksi daging ayam buras untuk tahun 2016 sampai dengan 2019. Hasil proyeksi penawaran daging ayam buras disajikan pada Tabel 5.4. 51

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 Tabel 5.4. Proyeksi Produksi Daging Ayam Ras Petelur di Indonesia, 2016 2019 Tahun Produksi (000 Ton) Pertumbuhan (%) 2014 97,20 2015*) 98,77 1,62 2016**) 105,86 7,18 2017**) 114,69 8,34 2018**) 122,11 6,47 2019**) 129,03 5,67 Rata-rata Pertumbuhan (%/tahun) 5,86 *) Angka Renstra Kementan 2015-2019 **) Proyeksi Pusdatin Produksi daging ayam ras petelur di Indonesia pada tahun 2016-2019 diproyeksikan sedikit meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 5,86% per tahun. Pada tahun 2016 produksi daging ayam ini diperkirakan meningkat menjadi 105,86 ribu ton atau 7,18% dibandingkan tahun sebelumnya. Tiga tahun berikutnya ( 2017, 2018 dan 2019) diperkirakan produksi akan meningkat antara 5,67% sampai dengan 8,34% masing masing menjadi 114,69 ribu ton, 122,11 ribu ton dan 129,03 ribu ton ayam ras petelur ( Tabel 5.4) 5.1.3. Produksi Ayam Buras Model penawaran daging ayam ras petelurmenggunakan model Time Series (Trend Linier), dengan nilai MAPE (mean absolute percentage error) 5,71 (Tabel 5.5). Nilai MAPE bermakna bahwa semakin kecil maka nilai angka aktual dan prediksi garisnya lebih berimpit sehingga lebih akurat untuk memprediksi, dengan kata lain semakin kecil MAPE maka model akan menjadi semakin baik. 52

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «Berdasarkan hasil proyeksi produksi daging ayam buras, maka dapat diprediksi produksi daging ayam buras empat tahun mendatang. Hasil proyeksi total selengkapnya disajikan pada Tabel 5.5 berikut ini: Tabel 5.5. Hasil Proyeksi Produksi Daging Ayam Buras Tahun 2016 2019. Tahun Produksi (000 Ton) Pertumb. (%) 2014 314,00 2015*) 326,94 4,12 2016**) 324,99-0,60 2017**) 334,48 2,92 2018**) 343,97 2,84 2019**) 353,46 2,76 Rata-rata Pertumbuhan 1,98 (%/tahun) *) Angka Renstra Kementan 2015-2019 **) Proyeksi Pusdatin Produksi daging buras periode 2016 2019 diperkirakan mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,98% per tahun, Pertumbuhan 5 (lima) tahun produksi ayam ras tertinggi pada tahun 2015 sekitar 4,12 % dari total sebesar 326,94 ribu ton. 5.1.4. Total Daging Ayam Total penawaran daging ayam merupakan hasil penjumlahan proyeksi daging ayam ras, ayam ras petelur dan ayam buras. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.6 sebagai berikut : 53

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 Tabel 5.6. Total Penawaran Daging Ayam, 2014-2019 Tahun Daging Ayam Ras Pedaging (000 Ton) Daging Ayam Petelur (000 Ton) Daging Ayam Buras (000 Ton) Total Daging Ayam ( 000 Ton) Pertumb. (%) 2014 1.544,38 97,20 297,65 1.939,23 2015 *) 1.627,11 95,65 314,00 2.036,75 5,03 2016**) 1.660,92 105,86 324,99 2.091,77 2,70 2017**) 1.703,70 114,69 334,48 2.152,87 2,92 2018**) 1.750,43 122,11 343,97 2.216,51 2,96 2019**) 1.798,36 129,03 353,46 2.280,85 2,90 Rata-rata 1.708,10 113,47 334,18 2.155,75 3,30 *) Angka Sementara Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan **) Proyeksi Pusdatin 5.2. Proyeksi Permintaan Daging Ayam, 2016-2019. Dalam hal ini analisis permintaan daging ayam yang dimaksud adalah besarnya konsumsi per kapita daging ayam ras maupun buras berdasarkan data hasil SUSENAS. Proyeksi permintaan/konsumsi daging ayam menggunakan model time series dan diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 5.7. Hasil Analisis Fungsi Permintaan Daging Ayam Ras Uraian Model MAD MSD MAPE Konsumsi Daging Ayam Ras Double Exponential Smoothing 0,0034 0,0000 5,8364 Konsumsi Daging Ayam Buras Double Exponential Smoothing 0,0014 0,0000 11,9294 Model permintaan daging ayam ras pedaging dihitung menggunakan model Trend Linier. Penggunaan model tersebut cukup akurat untuk memprediksikan besarnya konsumsi per kapita. Hal ini tercermin dari besarnya MAPE (Mean Absolut Percentage Error), dimana semakin kecil MAPE model semakin baik, diperoleh MAPE sebesar 5,84. Proyeksi konsumsi daging 54

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «ayam buras menggunakan model Double Exponential Smoothing dan diperoleh MAPE sebesar 11,92 berdasarkan model tersebut dihasilkan proyeksi permintaan daging ayam ras dan buras tahun 2015 2019 sebagai berikut: Tabel 5.8. Proyeksi Konsumsi Daging Ayam Ras dan Buras Perkapita Tahun 2015-2019. Tahun Daging Ayam Ras Daging Ayam Buras Total Konsumsi Pertumb. (Kg/Kap/Th) (Kg/Kap/Th) (Kg/Kap/Th) (%) 2014 3,9880 0,4992 4,4872 2015*) 3,9733 0,5220 4,4953 0,18 2016*) 4,0871 0,5205 4,6075 2,50 2017*) 4,2008 0,5213 4,7221 2,49 2018*) 4,2699 0,5126 4,7825 1,28 2019*) 4,3420 0,5050 4,8470 1,35 Rata-rata Pertumbuhan (%/tahun) 1,56 Sumber : BPS diolah oleh Pusdatin Ket erangan : *) Angka Proyeksi Pusdatin Permintaan per kapita daging ayam ras dan buras diproyeksikan terus meningkat karena harganya relatif terjangkau oleh masyarakat. Apalagi dibandingkan dengan harga daging sapi yang harganya terus meningkat. Kenaikan harga daging berkaitan dengan momentum hari besar nasional yang menyebabkan harga melambung dan setelah itu akan kembali turun walaupun tetap diatas harga normal. Rata-rata harga daging sapi sekitar Rp. 115.000 per kg sedangkan daging ayam harga per kg sekitar 27.500,-. Terjadi elastisitas substitusi, ketika harga daging sapi naik dan masyarakat tidak sanggup membeli, mereka beralih mengonsumsi daging ayam. Hal ini menyebabkan permintaan daging ayam melonjak dan diperkirakan akan terjadi setiap tahunnya untuk memenuhi konsumsi seperti pada Tabel 5.9. Permintaan daging ayam ras dan buras pada tahun 2015 sebesar 4,50 kg/kapita/tahun, periode empat tahun kemudian (2016-2019) diproyeksikan terus meningkat dan mengalami kenaikan berturut-turut tahun 2016 menjadi 55

» Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 4,61 kg/kapita/tahun, 4,72 kg/kapita/tahun (tahun 2017) dan tahun 2018 4,78 kg/kapita/tahun, sedangkan tahun 2019 sebesar 4,85 kg/kapita/tahun. Rata-rata pertumbuhan permintaan daging ayam ras dan buras periode 2015 2019 sebesar 1,90% per tahun. Peningkatan konsumsi terutama terjadi di perkotaan, dimana banyak tersedia restoran/warung makan/restoran cepat saji yang menyediakan daging ayam dengan berbagai variasi rasa/masakan. Pada saat menghitung proyeksi permintaan langsung dibutuhkan informasi-informasi sebagai berikut: (1) jumlah penduduk Indonesia pada tahun dasar, (2) laju pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia per tahun dan (3) tingkat konsumsi komoditas yang dianalisis per kapita per tahun. Untuk memenuhi informasi-informasi tersebut dilakukan langkah atau diambil asumsi sebagai berikut. Pertama, data jumlah penduduk Indonesia yang digunakan adalah data jumlah penduduk Indonesia pertengahan tahun yang dipublikasikan setiap tahun oleh BPS, merupakan hasil SUPAS (Survei Penduduk Antar Sensus). Kedua, laju pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia diasumsikan sebesar 1,49 % per tahun, dengan tahun dasar 2010 (sensus penduduk terakhir). Asumsi ini diambil karena dipandang realistis. Ketiga, untuk data konsumsi per kapita digunakan data hasil SUSENAS - BPS, walaupun untuk beberapa komoditas data konsumsi hasil SUSENAS - BPS relatif kecil karena hanya menyajikan data konsumsi yang dikonsumsi di rumah tangga dan konsumsi di luar rumah tangga dengan porsi relatif kecil. Berdasarkan data jumlah penduduk yang meningkat dan perbaikan taraf hidup masyarakat yang menyebabkan permintaan terhadap berbagai kebutuhan bahan pangan terus meningkat. Pola konsumsi menu makanan rumah tangga juga secara bertahap mengalami perubahan kearah peningkatan konsumsi protein hewani (termasuk produk peternakan). Faktor pendorong meningkatnya permintaan tersebut secara teoritis disebut dengan demand shifter, yaitu faktor yang mempengaruhi atau mengakibatkan adanya perubahan permintaan (Pappas dan Hirschey, 1995). 56

Outlook Komoditas Daging Ayam 2015 «Tabel 5.9. Proyeksi Permintaan Daging Ayam Nasional, Tahun 2016-2019. Keterangan : *) Angka Proyeksi Hasil proyeksi permintaan konsumsi daging ayam ras dan buras disajikan pada Tabel 5.9. Permintaan daging ayam tahun 2015-2019 diproyeksikan akan meningkat dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 2,80% per tahun. Konsumsi total daging ayam tahun 2015 sebesar 1,15 juta ton, setahun kemudian meningkat 3,80% menjadi 1,19 juta ton. Tahun 2017 diproyeksikan meningkat kembali menjadi 1,24 juta ton atau meningkat 3,75%, dan tahun 2018 kembali meningkat 2,49% menjadi 1,27 juta ton, selanjutnya tahun 2019 dengan pertumbuhan 2,48% atau sebesar 1,30 juta ton. 5.3. Proyeksi Surplus/Defisit Daging Ayam, Tahun 2016-2019 Neraca daging ayam di Indonesia dihitung dengan pendekatan antara proyeksi ketersediaan untuk konsumsi dan proyeksi permintaan. Ketersediaan daging ayam dihitung dengan pendekatan produksi daging ayam hasil proyeksi dikurangi tercecer dengan asumsi 5%. Daging ayam dikonsumsi sebagai bahan makanan oleh rumah tangga setelah dikurangi tercecer. Sedangkan untuk stok dalam bentuk beku, industri makanan olahan misalnya nugget, sosis, bakso dan lain-lain sementara ekspor diasumsikan penggunaan dari surplus. Stok dalam bentuk beku dari hasil FGD Menata Industri Perunggasan tahun 2015, dari ayam potong yang 57