BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. subduksi yaitu pertemuan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kerusakan. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan bumi yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian khusus dalam hal perlindungan terhadap bencana karena

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA

Definisi dan Jenis Bencana

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

Wates, 2 Maret Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian.

BAB I PENDAHULUAN. Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

No semua komponen bangsa, maka pemerintah bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pencarian yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Badan

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Walikota Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Definisi dan Jenis Bencana

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB II DISASTER MAP. 2.1 Pengertian bencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA

PERKUAT MITIGASI, SADAR EVAKUASI MANDIRI DALAM MENGHADAPI BENCANA TSUNAMI

BAB II JENIS-JENIS BENCANA

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KONTINJENSI BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUIDELINE AKSI TANGGAP BENCANA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 2 DATA DAN ANALISA

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana dilihat dari beberapa sumber memiliki definisi yang cukup luas.

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

Sosialisasi Kebumian dan Kebencanaan

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bencana merupakan sebuah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. (Undang Undang No.24 tahun 2007). Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Kemudian bencana yang disebabkan oleh alam dapat didefenisikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh gejala-gejala alam yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerugian materi, maupun korban manusia (Kamadhis UGM, 2007). Salah satu bencana yang diakibatkan oleh alam adalah gempa bumi. Gempa Bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Mekanisme perusakan terjadi karena energi getaran gempa dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang merusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga

menyebabkan bencana ikutan berupa, kecelakaan industri dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul penahan lainnya (BNPB 2010) Indonesia disebut sebagai Negara kaya bencana gempa bumi, tsunami,dan letusan gunung berapi (Prasetyadkk., 2006). Diantara semua bencana alam, gempa bumi biasanya dianggap sebagai bencana yang paling menakutkan dan menimbulkan kerusakan. Sumatera Barat adalah provinsi yang terletak di bagian Barat pulau Sumatera Indonesia. Provinsi ini terluas kesebelas dari 33 Provinsi yang ada di Indonesia, dengan memiliki 19 kabupaten dan kota dengan luas wilayah 42.297,30 km² ( http://.wikipedia.org/wiki/sumatera-barat. Diakses 15 Juni 2016). Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu Priovinsi yang diapit oleh dua pusat gempa utama yaitu patahan semangka yang berada di sepanjang Bukit Barisan dan zona subduksi yaitu pertemuan Lempeng Indo Australia dengan Lempeng Eurasia ±250 km dari garis pantai ke arah Barat. Provinsi ini juga memiliki empat buah gunung berapi aktif (Bappenas, 2007). Hal tersebut menjadikan Sumatera Barat sebagai wilayah yang sangat membutuhkan kewaspadaan tinggi dan kesiapan serius dalam menanggulangi bencana alam khususnya gempa bumi dan tsunami. Maka dari pada itu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah membagi menjadi 10 kategori logistik termasuk Tempat Evakuasi Sementara/ Temporary Evacuation Shelter (TES). 2

Membangun bangunan TES / shelter merupakan upaya pengurangan risiko bencana yang sedang dikembangkan Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) khususnya yang berkaitan dengan bencana alam gempa bumi dan tsunami. TES / shelter berfungsi sebagai tempat / lokasi evakuasi sementara sesaat sebelum terjadinya tsunami. Bangunan ini diperlukan pada skala lingkungan agar masyarakat segera mencapai ketinggian yang aman sehingga terhindar dari terjangan arus tsunami. Aspek struktur bangunan TES / shelter merupakan pertimbangan utama karena bangunan harus tetap kokoh dan bertahan dari terjangan tsunami dan guncangan gempa yang biasanya terjadi sebelum dan sesudahnya. Bangunan ini dapat pula menjadi multi-fungsi tanpa kehilangan fungsi utamanya (BNPB, 2012). Terdapat 25 TES / shelter di seluruh Provinsi Sumatera Barat, dimana sebanyak 9 bangunan sedang dalam pelaksanaan dan bangunan yang telah diselesaikan 100% berjumlah 5 bangunan, termasuk 2 diantaranya di Padang. Di Kota Padang, pada April 2015 telah diresmikan 2 bangunan shelter yang berlokasi di kelurahan Parupuk Tabing dan dikelurahan Bungo Pasang Padang dengan menghabiskan dana sebesar 39 Milyar Rupiah dari APBN 2014 (http://www.sumbarprov.go.id. Diakses 22 Juni 2016) Akan tetapi semenjak peresmiannya, bangunan TES / shelter tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal dan menjadi bangunan yang tidak berfungsi dengan keadaan kosong dikarenakan belum adanya kejelasan dari pemerintah mengenai pemeliharaan dan perawatan yang 3

harus dilakukan pada bangunan shelter sehingga masyarakat dapat mempergunakan fasilitas yang ada pada shelter tersebut secara maksimal pada saat terjadinya bencana. Kemudian kurangnya perhatian atau tidak sesuainya kegiatan pemeliharaan yang dilakukanakan menyebabkan suatu kondisi atau dampak negatif, yaitu menurunnya tingkat produktifitas kegiatankegiatan yang dilaksanakan oleh pemilik atau pengguna bangunan sebagai akibat dari kurang terpeliharanya kondisi bangunan. Sebetulnya kerusakan konstruksisuatu bangunan dapat diperkenankan sampai batas umur rencana, akan tetapi sebelum suatu bangunan sampai pada batas umur pakai akan terjadi kerusakan awal. Hal inilah yang perlu segera diperhatikan terutama untuk bangunan yang bersifat umum dan fungsinya sangat penting untuk melayani pemakaian. Apabila terjadi kerusakan dan tidak segera diadakan perbaikan, maka akan menimbulkan kesulitan dalam penangan selanjutnya. Selain itu, penentuan biaya dalam estimasi harga perbaikan yang dilakukan haruslah akurat dan tepat sasaran karena pada dasarnya estimasi biaya pemeliharaan memegang peranan penting dalam penyelenggaraan suatu proyek konstruksi. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana menyusun Estimasi biaya untuk pemeliharaan terhadap fasilitas shelter, sehingga dapat membantu masyarakat dalam memanfaatkan biaya perawatan dan pemeliharaan shelter dengan efektif. 4

1.1.1 Sejarah Shelter Nurul Haq Padang Di Kota Padang telah dibangun 2 bangunan Tempat Evakuasi Sementara / Temporary Evacuation Shelter (TES) yang berlokasi di di Kelurahan Parupuk Tabing dan di Kelurahan Tabing Padang dengan menghabiskan dana sebesar 39 Milyar Rupiah dari APBN 2014. Pada awalnya kelurahan Parupuk tabing hanya memiliki 1 gedung yang dapat digunakan Sebagai shelter yaitu SDN 32 Bungo Pasang. Tetapi dapat dipastikan bahwa gedung tersebut tidak dapat menapung jumlah penduduk yang ada diwilayah tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah Kota Padang mendirikan shelter baru untuk menampung pengungsi akibat bencana tsunami di wilayah tersebut. shelter dibangun dan diharapkan mampu menampung jumlah penduduk yang mengungsi yang memerlukan tempat evakuasi. Shelter Nurul Haq berdiri diatas fasilitas umum kompleks yang sebelumnya merupakan sebuah lapangan bermain anak-anak lingkungan sekitar Parupuk Tabing. Pada awal perencanaan pembuatan shelter Nurul Haq, Pemerintah sebegai owner melibatkan warga sekitar untuk menentukan bagaimana desain bangunan shelter yang akan dibuat dengan cara mengadakan pertemuan dengan warga maupun pembagian kuisioner yang bertujuan untuk menyesuaikan desain bangunan dengan kebutuhan masyarakat sekitar. Shelter Nurul Haq yang diresmikan pada April 2015 dengan menghabiskan dana sebesar 22 Milyar Rupiah dari APBN 2014 ini, 5

merupakan bangunan shelter yang berdiri kokoh berjumlah 5 lantai dengan kontraktor pelaksana PT. Waskita Karya. Berikut adalah peta lokasi dari bangunan TES Nurul Haq Padang : Gambar 1.1 Peta Lokasi Shelter Nurul Haq Padang 1.1.2 Profil & Kapasitas Shelter Nurul Haq Padang Shelter Nurul Haq merupakan gedung berlantai 5 setinggi 22 meter dengan panjang 18 m, dan lebar 36 m, yang diharapkan dapat menampung masyarakat dinagari atau kelurahan sepanjang garis pantai yang termasuk ke dalam zona merah tsunami. Berikut adalah kondisi saat ini bangunan TES Nurul Haq Padang : 6

Gambar 1.2 Shelter Nurul Haq Padang Berdasarkan Hasil survey langsung dilapangan didapatkan bahwa bangunan TES Nurul Haq memiliki beberapa lantai dengan fungsi yang berbeda-beda. Berikut merupakan bagaian bagian bangunan shelter Nurul Haq : 7

1. Lantai Dasar Gambar 1.3 Tempat Parkir Shelter Nurul Haq Lantai dasar dari shelter Nurul Haq berupa area parkir/ terbuka sehingga memungkinkan air tsunami mengalir tanpa hambatan. Serta berfungsi sebagai area untuk berhenti dan lalu lalangnya kendaraan saat terjadinya bencana alam seperti pemadam kebakaran, ambulance, mobil pemasok barang, dll 8

2. Lantai 1 Gambar 1.4 Lantai 1 shelter Nurul Haq Lantai petama dari shelter Nurul Haq terdapat ruangan lepas seperti Aula yang luas, dimana adanya sarana bermain indoor untuk bermain. Berfungsi sebagai tempat berkumpulnya pengungsi saat terjadi bencana dan pasca bencana. Ruangan ini cukup menampung banyak orang didalamnya dan sangat cocok untuk berbagai aktifitas. Fasilitas lain yang terdapat pada lantai dua ini adalah toilet, ruang panel, dll. 9

3. Lantai Mezanin Gambar 1.5 Lantai Mezanin shelter Nurul Haq Lantai mezanin adalah suatu tempat atau ruang tambahan yang letaknya berada diantara lantai dan plafon atau antara lantai satu dan lantai dua. Pembuatan lantai mezanin ini bertujuan untuk menambah tempat namun tidak perlu menambah jumlah lantai bangunan. Lantai ini berupa void yang berhubungan langsung deengan lantai 1. 10

4. Lantai 2 Gambar 1.6 Lantai 2 shelter Nurul Haq Lantai 2 shelter Nurul Haq mempunyai beberapa ruang-ruangan untuk berbagai kegiatan penunjang. Seperti, ruang kesenian, ruang rapat, ruang organisasi pemuda, ruang remaja masjid, ruang RW, ruang RT, ruang majelis ta lim, dan juga ruang evakuasi yang luas. 11

5. Lantai 3 Gambar 1.7 Lantai 3 shelter Nurul Haq Lantai 3 shelter Nurul Haq dibuat khusus sebagai tempat evakuasi bagi warga yang tinggal disekitar lingkungan shelter atau para pengungsi untuk menyelamatkan diri dari bencana alam seperti tsunami. 12

6. Lantai 4 Gambar 1.8 Lantai 4 shelter Nurul Haq Lantai 4 shelter Nurul Haq seluruhnya merupakan rooftop yang luas yang berfungsi sama seperti lantai 4 yaitu sebagai tempat evakuasi bagi warga yang tinggal disekitar lingkungan shelter atau para pengungsi untuk menyelamatkan diri saat terjadi bencana alam seperti tsunami. 13

7. Ramp Gambar 1.9 Ram Shelter Nurul Haq Ramp pada shelter Nurul Haq berfungsi menggantikan fungsi tangga, Jalan landai atau ramp ini merupakan elemen pokok yang sangat urgen bagi penyandang cacat tubuh khususnya pengguna kursi roda, fasilitas ramp ini sangat bermanfaat juga bagi lansia, ibu hamil dan anak anak. Ramp pada sheltel Nurul Haq sebagai alternatif bagi orang orang yang tidak dapat menggunakan tangga sehingga dapat menuju lantai atas shelter dengan aman dan lancar. 14

Shelter Nurul Haq yang jika diasumsikan dapat menampung 2 orang disetiap meternya, maka dapat diperkirakan shelter tersebut bisa menampung masyarakat untuk berlindung sebanyak 2.592 orang pada lantai 4 dan lantai 5nya. Jika shelter Nurul Haq didirikan untuk dapat menampung seluruh warga di Kelurahan Parupuk Tabing yang memiliki penduduk kurang kebih sebanyak 22 ribu jiwa, maka dapat dianalisis bahwa shelter tersebut hanya dapat menampung warga yang berada disekitar lingkungan shelter itu saja dan belum dapat menampung keseluruhan warga yang ada di Kelurahan Parupuk Tabing Padang. 1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Mengidentifikasi kerusakan bangunan dan biaya perbaikan gedung TES Nurul Haq Padang pada saat sekarang. 2. Mengestimasi biaya pemeliharan dan perawatan gedung Tempat Evakuasi Sementara / Temporary Evacuation Shelter (TES) Nurul Haq Padang. Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi masyarakat, dari penelitian ini dapat mempermudah masyarakat dalam menyusun anggaran biaya pemeliharaan dan perawatan tahunan yang dibutuhkan oleh TES Nurul Haq. 15

2. Bagi Pemerintah, dengan adanya penelitian ini semoga dapat menjadi acuan dalam menyediakan dana pemeliharaan dan perawatan bangunan shelter, sehingga dapat meningkatkan daya guna dari bangunan Tempat Evakuasi Sementara / Temporary Evacuation Shelter (TES) agar banguan tersebut lebih berfungsi untuk kesejahteraan masyarakat disekitarnya. 3. Bagi penulis, penelitian ini tentunya dapat membantu penulis mengetahui tata cara penyusunan anggaran biaya pemeliharaan Tempat Evakuasi Sementara (TES) / shelter yang harus dilakukan agar gedung tersebut dapat digunakan sebagaimana mestinya. 1.3 Batasan Masalah Ruang lingkup penelitian ini dibatasi berupa studi kasus yang dilakukan pada shelter Nurul Haq Padang Data-data penunjang dalam melakukan perhitungan. Data-data tersebut antara lain: a. Data Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN) Data HSBGN yang digunakan adalah data HSBGN Kota Padang untuk tahun anggaran 2016. Data ini diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang, bagian Perumahan Permukiman dan Cipta Karya. b. Data Harga Satuan Upah dan Bahan 16

Data yang digunakan adalah data Harga Satuan Upah dan Bahan kota Padang untuk tahun anggaran 2016. Data ini diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Padang, bagian Perumahan Permukiman dan Cipta Karya. Estimasi biaya pemeliharaan yang dilakukan pada penelitian ini hanya dalam 1 tahun. 1.4 Sistematika Penulisan Laporan Tugas Akhir ini mengacu pada buku petunjuk Tugas Akhir yang dikeluarkan oleh Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas, dan dibimbing oleh seorang dosen pembimbing Tugas Akhir. Sistematika dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diterangkan mengenai latar belakang, tujuan dan manfaat, batasan masalah dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung studi dalam tugas akhir ini. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas metode-metode yang digunakan dalam penelitian. 17

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang analisis dan pembahasan dari hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian dan saran-saran penulis. 18