HUBUNGAN PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 AMBUNTEN KABUPATEN SUMENEP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN MANAJEMEN DIRI DENGAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6 KOTA JAMBI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini adalah Madrasah Hifzhil. Yayasan Islamic Centre Medan yang terletak di Jl.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

PENGARUH KINERJA KEPALA DESA TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI KERJA PERANGKAT DESA. (Studi pada Desa Sumbergede Kec. Sekampung Kab.

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. Sedangkan penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 6 Kerinci Kanan,

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif,

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2008:11).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis,

HUBUNGAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 8 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB III METODE PENELITIAN

langsung dilokasi obyek penelitian yang berkaitan dengan kegiatan yang Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang jumlah karyawan di

PENGARUH KEPEMIMPINAN DOSEN DAN KEMAMPUAN PRAKTIKUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MATAKULIAH FISIKA MODERN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Konsep dan Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

HUBUNGAN POWER TUNGKAI DAN KELENTUKAN DENGAN KEMAMPUAN MENENDANG PINALTI. (Jurnal) Oleh EKA MULYANTO

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

Gambar 4.3. Gambar 44

PENGARUH KOMPENSASI DAN KARAKTERISTIK PEKERJAAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN USAHA KOMPUTER DI KOTA BANJARMASIN

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAB III METODE PENELITIAN

*ANALISIS KORELASI* { }

98 Jurnal Fisika Edukasi (JFE) Vol.2 No.2 Oktober 2015

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BEASISWA MAHASISWA KURANG MAMPU PADA STMIK BUDIDARMA MEDAN MENERAPKAN METODE PROFILE MATCHING

PENGUKURAN RELIABILITAS DAN VALIDITAS SOAL MATEMATIKA BIDANG TEKNIK UNTUK TES MASUK CALON MAHASISWA BARU POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

Berkala Fisika Indoneia Volume 9 Nomor 1 Januari 2017

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

KORELASI ANTARA KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI MI NURUL AMAL (Kecamatan Gedung Meneng Kabupaten Tulang Bawang)

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

KEMAMPUAN MENGELOLA KOPERASI DAN MOTIVASI PIMPINAN SEBAGAI UPAYA KEBERHASILAN USAHA PADA KOPERASI SEKAR KARTINI JEMBER

ρ mempunyai koefisien sebesar 0,789 dan nilai F sebesar 33,290. Pada

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PENGARUH MODEL PRODUK TERHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selular Merek Nokia Pada PT. Bimasakti

Angga Setiawan 1, Saripin 2, Ni Putu Nita Wijayanti 3 No. HP.

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROGRAM HIBAH PEMBELAJARAN BERBASIS RISET (PBR) TAHUN ANGGARAN

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

EVALUASI DANA PENSIUN DENGAN METODE BENEFIT PRORATE CONSTANT PERCENT. Abstrak

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA

ANALISIS KORELASI. Konsep. Konsep (lanjutan) Arah hubungan. Agus Susworo Dwi Marhaendro

ANALISIS REGRESI DAN KORELASI BERGANDA

Fiskal vs Moneter Kebijakan Mana Yang Lebih Effektif?

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

Penerapan Metode Saw Dalam Menentukan Juara Dance Sekolah Menengah Pertama

PENGUKURAN. Disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut Tanggal 6 s.d. 19 Agustus 2004 di PPPG Matematika

SMK NEGERI 3 PURWOREJO KOMPETENSI KEAHLUIAN JASA BOGA SILABUS. : Sanitasi, Hygiene dan Keselamatan Kerja. Kelas /Semeste : X/ 1 dan 2

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA

KONTRIBUSI STATUS GIZI DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LARI 200 METER PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK FKIP UNSYIAH

REGRESI. Imam Gunawan

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

Transkripsi:

Kajian Moal dan Kewaganegaaan Nomo Volume Tahun 014, hal 454-468 HUBUNGAN PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 AMBUNTEN KABUPATEN SUMENEP Ahmad Bahil Faidy 0945409 (PPKn, FIS, UNESA) aby.faidy@yahoo.com I Made Asana 008084901 (PPKn, FIS, UNESA) imadeasana@unesa.ac.id Abstak Penelitian ini betujuan untuk mengetahui hubungan antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan pada siswa kelas XI SMA Negei 1 Ambunten. Penelitian ini didasakan pada teoi opeant conditioning Skinne. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode koelasi yang dilakukan di SMA Negei 1 Ambunten dengan jumlah sampel sebanyak 4 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan wawancaa. Teknik analisis data menggunakan analisis umus koelasi poduct moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan pada siswa sebesa 0,601 yang beati memiliki hubungan yang kuat dan aah hubungan adalah positif kaena nilai positif, beati semakin seing guu membeikan ewad dan punishment semakin tinggi motivasi belaja siswa pada mata pelajaan Pendidikan Kewaganegaaan. Kata kunci: Rewad dan Punishment, Motivasi Belaja Abstact This eseach aims to detemine the elationship between the povision of ewad and punishment with leaning motivation of Civic Education in students in class XI of Ambunten State High School 1. The eseach was based on Skinne's opeant conditioning theoy. This eseach uses a quantitative appoach with a coelation method pefomed in Ambunten State High School 1 with a total sample of 4 students. Data collection techniques used wee questionnaies and inteviews. Analysis using fomula poduct moment coelation analysis. The esults of this eseach indicate that thee is a coelation between ewad and punishment with the Civic Education leaning motivation of 0.601 which means that students have a stong elationship and the diection of the elationship is positive because the value of is positive, it means that the moe often teaches give ewads and punishment, the highe the students' motivation Citizenship education in the subject. Keywods: Rewad and Punishment, Leaning Motivation PENDAHULUAN Pendidikan meupakan salah satu hal tepenting dalam kehidupan, ini beati bahwa setiap manusia behak mendapat dan behaap untuk selalu bekembang dalam pendidikan. Pendidikan dan manusia tidak dapat dipisahkan dalam menjalani kehidupan, baik keluaga, masyaakat maupun bangsa dan Negaa, kaena melalui pendidikan akan mampu menciptakan geneasi muda yang cedas, teampil dan bekualitas. Hal ini sesuai dengan UU No. 0 tahun 003 tentang sistem pendidikan nasional. pendidikan adalah usaha sada dan teencana untuk mewujudkan suasana belaja dan poses pembelajaan aga peseta didik secaa aktif mengembangkan potensi diinya untuk memiliki kekuatan spiitual keagamaan, pengendalian dii, kepibadian, kecedasan, akhlak mulia, seta keteampilan yang dipelukan diinya, masyaakat, bangsa dan Negaa. (Depdiknas, 003:3) Pendidikan mempunyai pean untuk meningkatkan sumbe daya manusia, maka masyaakat dengan segala kesadaannya untuk menyekolahkan puta dan putinya. Hal ini dapat dilihat pada setiap ajaan bau, dalam setiap tahunnya jumlah siswa semakin meningkat dan tidak menutup kemungkinan timbul bebagai masalah yang dihadapi oleh paa guu, dimana jika melihat pendidikan sekaang ini yang behubungan dengan tingkah laku siswa, tejadi banyak penyimpangan dan pelanggaan yang tidak sesuai dengan haapan yang diinginkan. Misalnya : pekelahian anta siswa, telambat, melalaikan 454

Hubungan Pembeian Rewad dan Punishment dengan Motivasi Belaja tugas, membolos, beisik, membantah, meokok dan sebagainya sepeti yang tejadi di lokasi obsevasi awal 013, yaitu di SMA Negei 1 Ambunten Kabupaten Sumenep. Penyimpangan lain dai siswa dalam kegiatan belaja mengaja yaitu seing tidak fokus dan tidak mempehatikan pada pelajaan yang disampaikan oleh guu saat mengaja di depan kelas, dengan keadaan yang demikian seoang guu haus mengusai kelas dan mengkondisikan siswa yang pehatiannya mulai tepecah, sebagai seoang guu hauslah mampu membeikan motivasi pada siswa, bagaimana caanya bahwa belaja itu tidak membosankan melainkan menyenangkan, ini meupakan tantangan bagi guu, seoang guu haus tahu caa yang tepat untuk membuat suasana belaja yang menaik teutama pada mata pelajaan Pendidikan Kewaganegaaan, seing kali siswa measa malas belaja Pendidikan Kewaganegaaan sebab measa bosan dan jenuh. Suasana belaja yang tidak nyaman dan membosankan, kaena dalam kegiatan belaja mengaja lebih banyak menggunakan metode ceamah yang monoton. Untuk mengatasi masalah tesebut seta mampu membei motivasi belaja bagi siswa aga poses pendidikan bisa bejalan dengan lanca dan behasil, maka diadakan upaya pencegahan dalam bebagai macam sepeti peatuan-peatuan tata tetib, peatuan itu haus ditaati dan dilaksanakan oleh siswa demi meningkatkan kualitas dan pestasi belaja siswa, namun ada caa lain yang bisa diteapkan yaitu membei motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan dengan membeikan ewad dan punishment, ewad dan punishment adalah sebagai salah satu alat pendidikan untuk membeikan motivasi belaja pada siswa seta mempegiat usaha siswa dalam mempebaiki atau mempetinggi pestasi yang telah dicapai. Rewad dan punishment adalah salah satu teoi belaja yang beusia paling muda. Penciptanya benama Buhus Fedic Skinne (1904) seoang psikolog tekemuka dai Havad Univesity seoang penganut paham behavioisme yang dianggap kontovesial, kaena jika dienungkan dan dibandingkan dengan teoi dan juga temuan iset psikologi kognitif, kaakteistik yang tedapat dalam teoi-teoi behavioisme tesebut mengandung banyak kelemahan. Dalam teoi ini diambil dai pecobaannya yang kemudian dikenal dengan istilah Opeant Conditioning (pembiasaan peilaku espon). Ia bependapat bahwa tingkah laku pada dasanya meupakan fungsi dai konsekuensi tingkah laku itu sendii, apabila munculnya tingkah laku diikuti dengan sesuatu yang menyenangkan (ewad), maka tingkah laku tesebut cendeung untuk diulang. Sebaliknya, jika munculnya tingkah laku diikuti dengan sesuatu yang tidak meyenangkan (punishment), maka tingkah laku tesebut cendeung tidak akan diulang (Maksum dalam Sadiman, 007:9) Menuut Padja (1978:169) ewad adalah hadiah, pembalas jasa, alat pendidikan yang dibeikan kepada siswa yang telah mencapai pestasi baik. Sedangkan menuut Puwanto (006:18) ewad adalah sebagai alat untuk mendidik anak supaya anak dapat measa senang kaena pebuatan atau pekejaannya mendapat penghagaan. Menuut Indakusuma (1973:147) ewad meupakan hal yang menggembiakan bagi anak, dan dapat menjadi pendoong atau motivasi bagi belajanya muid. Jadi, ewad meupakan segala yang dibeikan guu beupa penghagaan yang menyenangkan peasaan yang dibeikan kepada siswa atas dasa hasil baik yang telah dicapai dalam poses pendidikan dengan tujuan membeikan motivasi kepada siswa, aga dapat melakukan pebuatan tepuji dan beusaha untuk meningkatkannya. Sepeti yang telah dijelaskan di atas, bahwa ewad meupakan alat pendidikan yang menyenangkan, ewad juga dapat menjadi pendoong atau motivasi bagi siswa untuk belaja lebih baik lagi. Contoh konket ewad yaitu sepeti pujian yang mendidik, membei hadiah, mendoakan, menepuk pundak. Seoang guu hendaknya meespon apa yang dilakukan siswa dengan membei pujian yang mendidik, membei hadiah, mendoakan, menepuk pundak apabila siswa telah melakukan sesuatu yang baik, atau telah behasil mencapai sebuah tahap pekembangan tetentu, atau tecapainya sebuah taget. Menuut Shalahuddin (1987:85) Rewad dan punishment adalah alat pendidikan yang epesif. Namun keduanya memiliki pinsip yang betentangan. Mengenai pengetian tentang punishment adalah sebagai beikut. punishment adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak didik secaa sada dan sengaja, sehingga menimbukan nestapa. Dalam mana bahwa dengan adanya nestapa itu, anak didik akan menjadi sada akan pebuatannya dan bejanji didalam hatinya untuk tidak mengulanginya. Jika ewad meupakan bentuk einfocement yang positif, maka punishment sebagai bentuk einfocement yang negatif, namun apabila dibeikan secaa tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Punishment adalah usaha edukatif untuk mempebaiki dan mengaahkan siswa keaah yang bena, 455

Kajian Moal dan Kewaganegaaan Nomo Volume Tahun 014, hal 454-468 bukan paktik hukuman dan siksaan yang memasung keativitas. Melainkan, hukuman yang dilakukan haus besifat pedagogies, yaitu untuk mempebaiki dan mendidik ke aah yang lebih baik (Fadja, 005:0). Bedasakan pengetian diatas, punishment yang dibeikan bukan untuk balas dendam kepada siswa melainkan untuk mempebaiki tingkah laku siswa yang kuang baik ke aah yang lebih baik dan dapat membeikan motivasi belaja siswa. Punishment meupakan imbalan dai pebuatanpebuatan yang tidak baik atau mengganggu jalannya poses pendidikan. Dapat dikatakan juga bahwa punishment adalah penilaian kegiatan belaja muid yang besifat negatif, sedang ewad adalah penilaian yang besifat positif. Contoh konket punishment yaitu sepeti menasehati, membei aahan, melaang melakukan sesuatu, menegu, membentak, memukul tidak keas, bahkan meminta wali muid membei sanksi. Dengan demikian, ewad dan punishment, di samping befungsi sebagai alat-alat pendidikan, maka sekaligus befungsi sebagai motivasi belaja muid. Motivasi adalah keadaan dalam pibadi oang yang mendoong individu yang melakukan aktivitas-aktivitas tetentu guna mencapai sesuatu tujuan (Suyabata, 005:70). Sedangkan menuut Tadjab MA. (1994:10) motivasi belaja adalah keseluuhan daya penggeak psikis di dalam dii siswa yang menimbulkan kegiatan belaja, menjamin kelangsungan kegiatan belaja dan membeikan aah pada kegiatan belaja demi mencapai tujuan tetentu. Menuut Uno (007:3) Motivasi belaja adalah doongan intenal dan ekstenal pada siswa-siswa yang sedang belaja untuk mengadakan peubahan tingkah laku. Motivasi dapat befungsi sebagai pendoong usaha dan pencapaian pestasi. Dengan adanya motivasi yang baik dalam belaja akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan teutama didasai adanya motivasi, maka seseoang yang belaja akan dapat melahikan petasi yang baik (Sadiman, 007:85). Bedasakan uaian di atas dapat diketahui bahwa ewad dan punishment di samping sebagai alat pendidikan juga sebagai alat motivasi bagi siswa dalam mencapai pestasi belaja siswa setinggi-tingginya. Untuk itu dipelukan adanya pembeian ewad dan punishment disekolah-sekolah. SMA Negei 1 Ambunten adalah salah satu lembaga pendidikan fomal di Sumenep Madua, SMA Negei 1 Ambunten teletak sangat stategis sehigga memudahkan peneliti untuk mengambil data, meskipun SMA Negei 1 Ambunten tidak meneapkan sistem full day school sepeti sebagian besa sekolah-sekolah di kota, akan tetapi tidak menutup kemungkinan siswa akan measa bosan pada pelajaan yang setiap hai diajakan di sekolah, telebih mata pelajaan-mata pelajaan tetentu sepeti Pendidikan Kewaganegaaan yang caa mengaja guu lebih banyak menggunakan metode ceamah. Dengan membeikan ewad dan punishment, kegiatan belaja menjadi lebih menyenangkan, tekendali, dan bevaiasi, mengingat pentingnya pembeian ewad dan punishment di sekolah, maka tedapat keinginan melakukan penelitian tentang hubungan pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan. Rewad dan punishment meupakan suatu bentuk teoi penguatan positif yang besumbe dai teoi behavioistik. Menuut teoi behavioistik belaja adalah peubahan tingkah laku sebagai akibat dai adanya inteaksi antaa stimulus dan espon. Dengan kata lain, belaja meupakan bentuk peubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk betingkah laku dengan caa yang bau sebagai hasil inteaksi antaa stimulus dan espon (Budiningsih, 005:0). Peanan ewad dalam poses pengajaan cukup penting teutama sebagai fakto ekstenal dalam mempengauhi dan mengaahkan peilaku siswa. Hal ini bedasakan atas bebagai petimbangan logis, diantaanya ewad biasanya dapat menimbulkan motivasi belaja siswa dan ewad memiliki pengauh positif dalam kehidupan siswa. Rewad meupakan alat pendidikan yang mudah dilaksanakan dan dapat menyenangkan paa siswa, untuk itu ewad dalam suatu poses pendidikan dibutuhkan kebeadaannya demi meningkatkan motivasi belaja siswa. Maksud dai pendidik membei ewad kepada siswa adalah supaya siswa menjadi lebih giat lagi usahanya untuk mempebaiki pestasi yang telah dicapainya, dengan kata lain siswa menjadi lebih keas kemauannya untuk belaja lebih baik. Rewad yang dibeikan kepada siswa bentuknya bemacam-macam. Menuut Sadiman (00:89) ewad dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: (a) Pembeian angka atau nilai. Angka sebagai simbol kegiatan belaja, angka yang dimaksud adalah bonus nilai/tambahan nilai bagi siswa yang mengejakan tugas dengan baik. (b) Pembeian hadiah. Rewad bebentuk hadiah disini adalah pembeian beupa baang. Rewad beupa pembeian baang ini disebut juga ewad mateiil, yaitu hadiah yang tedii dai alat-alat kepeluan sekolah, sepeti pensil, penggais, buku dan lain sebagainya. (c) Pembeian pujian. Pembeian pujian akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempetinggi gaiah belaja seta sekaligus akan membangkitkan haga dii siswa sehingga pestasi belaja siswa ikut meningkat. 456

Hubungan Pembeian Rewad dan Punishment dengan Motivasi Belaja Bedasakan ketiga macam ewad tesebut di atas, dalam peneapannya seoang guu dapat memilih bentuk macam-macam ewad yang cocok dengan siswa dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi, baik situasi dan kondisi siswa atau situasi dan kondisi keuangan, bila hal itu menyangkut masalah keuangan. Dalam membeikan ewad seoang guu hendaknya dapat mengetahui siapa yang behak mendapatkan ewad, seoang guu haus selalu ingat akan maksud ewad dai pembeian ewad itu. Seoang siswa yang pada suatu ketika menunjukkan hasil lebih baik dai pada biasanya, mungkin sangat baik dibei ewad. Dalam hal ini seoang guu hendaklah bijaksana, jangan sampai ewad menimbulkan ii hati pada siswa yang lain yang measa diinya lebih pandai, tetapi tidak mendapat ewad. Setelah mempehatikan uaian tentang maksud ewad, seta macam-macam ewad yang baik dibeikan kepada siswa, tenyata bukanlah soal yang mudah. Menuut M. Ngalim Puwanto (006:184) ada bebeapa syaat yang haus dipehatikan oleh seoang guu sebelum membeikan ewad pada siswa, yaitu (a) Untuk membei ewad yang pedagogis pelu sekali guu benabena mengenal siswanya dan tahu menghagai dengan tepat. Rewad dan penghagaan yang salah dan tidak tepat dapat membawa akibat yang tidak diinginkan. (b) Rewad yang dibeikan kepada seoang siswa janganlah hendaknya menimbulkan asa cembuu atau ii hati bagi siswa lain yang measa pekejaannya juga lebih baik, tetapi tidak mendapat ewad. (c) Membei ewad hendaklah hemat, telalu seing atau teus meneus membei ewad akan menjadi hilang ati ewad itu sebagai alat pendidikan. (d) Janganlah membei ewad dengan menjanjikan telebih dahulu sebelum siswa menunjukkan pestasi kejanya apalagi bagi ewad yang dibeikan kepada seluuh kelas. Rewad yang telah dijanjikan lebih dahulu hanyalah akan membuat siswa tebuu-buu dalam bekeja dan akan membawa dalam kesukaan bagi bebeapa siswa yang kuang pandai. (e) Pendidik haus behati-hati membeikan ewad, jangan sampai ewad yang dibeikan pada siswa diteima sebagai upah dai jeih payah yang telah dilakukannya. Lebih lanjut puwanto (006:184) bependapat bahwa sebagian ahli pendidikan menyetujui dan menganggap penting ewad dipakai sebagai alat untuk membentuk kata hati siswa. Sebaliknya ada pula ahli-ahli pendidikan yang tidak suka sama sekali menggunakan ewad. Meeka bependapat bahwa ewad itu dapat menimbulkan pesaingan yang tidak sehat pada siswa. Menuut pendapat meeka, seoang guu hendaklah mendidik siswa supaya mengejakan dan bebuat yang baik dengan tidak menghaapkan pujian atau ewad, tetapi semata-mata kaena pekejaan atau pebuatan itu memang kewajibannya. Menuut Puwanto (006:18) ewad adalah alat yang mendidik, maka dai itu ewad tidak boleh beubah sifatnya menjadi upah. Upah adalah sesuatu yang mempunyai nilai sebagai ganti ugi dai suatu pekejaan atau suatu jasa. Upah adalah sebagai pembaya suatu tenaga, pikian, atau pekejaan yang telah dilakukan seseoang. Sedangkan ewad sebagai alat pendidikan tidaklah demikian, untuk itu seoang guu haus selalu ingat maksud dai pembeian ewad itu. Tujuan yang haus dicapai dalam pembeian ewad adalah untuk lebih mengembangkan motivasi yang besifat intinsik dai motivasi ektinsik, dalam atian siswa melakukan suatu pebuatan, maka pebuatan itu timbul dai kesadaan siswa itu sendii. Dengan ewad itu, juga dihaapkan dapat membangun suatu hubungan yang positif antaa guu dan siswa, kaena ewad itu adalah bagian dai pada penjelmaan dai asa cinta kasih sayang seoang guu kepada siswa. Jadi, maksud dai ewad itu yang tepenting bukanlah hasil yang dicapai seoang siswa, tetapi dengan hasil yang dicapai siswa, guu betujuan membentuk kata hati dan kemauan yang lebih baik dan lebih keas pada siswa. Sepeti halnya telah disinggung di atas, bahwa ewad disamping meupakan alat pendidikan epesif yang menyenangkan, ewad juga dapat menjadi pendoong atau motivasi bagi siswa untuk belaja lebih baik lagi. Sepeti halnya ewad, punishment dibeikan sebagai usaha mengembalikan siswa ke aah yang baik dan memotivasinya menjadi pibadi yang imajinatif, keatif dan poduktif. Punishment sebagai alat pendidikan, meskipun mengakibatkan pendeitaan bagi siswa yang dihukum, namun dapat juga menjadi alat motivasi, alat pendoong untuk mempegiat aktivitas belaja siswa (meningkatkan motivasi belaja siswa). Ia beusaha untuk dapat selalu memenuhi tugas-tugas belajanya, aga tehinda dai bahaya hukuman. Dengan adanya punishment itu dihaapkan supaya siswa dapat menyadai kesalahan yang dipebuatnya, sehingga siswa jadi behati-hati dalam mengambil tindakan. Punishment bisa dikatakan behasil apabila dapat menimbulkan peasaan penyesalan akan pebuatan yang telah dilakukannya. Di samping itu menuut Puwanto (006:189) punishment juga mempunyai dampak, yaitu (a) Menimbulkan peasaan dendam pada si tehukum. Ini adalah akibat dai hukuman sewenang-wenang dan tanpa tanggung jawab. (b) Menyebabkan siswa menjadi lebih pandai menyembunyikan pelanggaan. (c) Dapat mempebaiki tingkah laku si pelangga. (d) Mengakibatkan si pelangga menjadi kehilangan peasaan salah, oleh kaena kesalahannya dianggap telah dibaya 457

Kajian Moal dan Kewaganegaaan Nomo Volume Tahun 014, hal 454-468 dengan punishment (hukuman) yang telah dideitanya. (e) Akibat yang lain adalah mempekuat kemauan si pelangga untuk menjalankan kebaikan. Punishment meupakan alat pendidikan yang tidak menyenangkan, besifat negatif, namun demikian dapat juga menjadi motivasi, alat pendoong untuk mempegiat belajanya siswa. Siswa yang penah mendapat punishment kaena tidak mengejakan tugas, maka ia akan beusaha untuk tidak mempeoleh punishment lagi. Ia beusaha untuk dapat selalu memenuhi tugas-tugas belajanya aga tehinda dai bahaya punishment. Hal ini beati bahwa ia didoong untuk selalu belaja. Dalam dunia pendidikan, meneapkan punishment tidak lain hanyalah untuk mempebaiki tingkah laku siswa untuk menjadi lebih baik. Punishment disini sebagai alat pendidikan untuk mempebaiki pelanggaan yang dilakukan siswa bukan untuk balas dendam. Menuut Puwanto (006:191), Supaya punishment bisa menjadi alat pendidikan, maka seoang guu sebelum membeikan punishment pada siswa yang melakukan pelanggaan sebaiknya guu mempehatikan syaat-syaat punishment yang besifat pedagogis sebagai beikut: (a) Tiap-tiap punishment hendaknya dapat dipetanggung jawabkan. Ini beati punishment itu tidak boleh sewenang-wenang. (b) Punishment itu sedapat-dapatnya besifat mempebaiki. (c) Punishment tidak boleh besifat ancaman atau pembalsan dendam yang besifat peseoangan. (d) Jangan menghukum pada waktu sedang maah. (e) Tiap-tiap punishment haus dibekan dengan sada dan sudah dipehitungkan dan dipetimbangkan telebih dahulu. (f) Bagi si tehukum (siswa), punishment itu hendaklah dapat diasakan sendii sebagai kedukaan atas pendeitaan yang sebenanya. (g) Jangan melakukan punishment (hukuman) badan sebab pada hakikatnya punishment (hukuman) badan itu dilaang oleh Negaa. (h) Punishment tidak boleh meusakkan hubungan baik antaa si pendidik dan siswa. (i) Adanya kesanggupan membei maaf dai si pendidik, sesudah menjatuhkan punishment dan setelah itu siswa menginsafi kesalahannya. Tedapat bebeapa macam punishment yang dapat dibeikan kepada siswa. Petama, Punishment peventif, yaitu punishment yang dilakukan dengan maksud aga tidak atau jangan tejadi pelanggaan. Punishment ini bemaksud untuk mencegah jangan sampai tejadi pelanggaan sehingga hal itu dilakukannya sebelum pelanggaan dilakukan (Puwanto, 006:189). Adapun pengetian punishment peventif menuut Indakusuma (1973:140) adalah hukuman yang besifat pencegahan. Tujuan dai hukuman peventif adalah untuk menjaga aga hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu kelancaan poses pendidikan bisa dihindakan. Macam-macam punishment peventif menuut Indakusuma (1973:140) adalah sebagai beikut: (1) Tata tetib, yaitu sedeetan peatuan-peatuan yang haus ditaati dalam suatu situasi atau dalam suatu tata kehidupan, misalnya saja, tata tetib di dalam kelas, tata tetib ujian sekolah, tata tetib kehidupan keluaga, dan sebagainya. () Anjuan dan peintah, yaitu suatu saan atau ajakan untuk bebuat atau melakukan sesuatu yang beguna. Misalnya, anjuan untuk belaja setiap hai, anjuan untuk selalu menepati waktu, anjuan untuk behemat, dan sebagainya. Sedangkan peintah adalah suatu kehausan untuk bebuat sesuatu yang bemanfaat. Misalnya, peintah untuk melaksanakan ibadah shalat, peintah untuk mematuhi peatuan lalu lintas, dan lain sebagainya. (3) Laangan. Laangan sebenanya sama saja dengan peintah. Apabila peintah meupakan suatu kehausan untuk bebuat sesuatu yang baik, maka laangan meupakan suatu kehausan untuk tidak melakukan sesuatu yang meugikan. Misalnya, laangan untuk becakap-cakap di dalam kelas, laangan untuk bekawan dengan anak-anak malas. (4) Paksaan adalah suatu peintah dengan kekeasan tehadap siswa untuk melakukan sesuatu. Paksaan dilakukan dengan tujuan aga jalannya poses pendidikan tidak teganggu dan tehambat. (5) Disiplin, yaitu adanya kesediaan untuk mematuhi peatuan-peatuan dan laangan-laangan. Kepatuhan di sini bukan hanya patuh kaena adanya tekanan-tekanan dai lua, melainkan kepatuhan yang didasai oleh adanya kesadaan nilai dan pentingnya peatuan-peatuan dan laangan tesebut. Kedua, Punishment epesif, yaitu punishment yang dilakukan oleh kaena adanya pelanggaan, oleh adanya dosa yang telah dipebuat. Jadi, punishment ini dilakukan setelah tejadi pelanggaan atau kesalahan (Puwanto, 006:189). Sedangkan menuut Indakusuma (1973:144) punishment epesif ialah untuk menyadakan anak, kembali kepada hal-hal yang bena, baik dan tetib. Punishment epesif diadakan bila tejadi sesuatu pebuatan yang dianggap betentangan dengan peatuanpeatuan, atau sesuatu pebuatan yang dianggap melangga peatuan. Adapun yang temasuk dalam punishment epesif menuut Indakusuma (1973:144) adalah sebagai beikut: (1) Pembeitahuan, yaitu pembeitahuan kepada siswa yang telah melakukan sesuatu yang dapat mengganggu atau menghambat jalannya poses pendidikan. Misalnya, siswa yang becakap-cakap di dalam kelas pada waktu kegiatan belaja mengaja belangsung. Mungkin sekali siswa tesebut belum tahu bahwa di dalam kelas bila kegiatan belaja mengaja belangsung dilaang becakap-cakap dengan siswa yang lain. Oleh kaena itu guu membei tahu telebih dahulu kepada siswa bahwa hal itu tidak 458

Hubungan Pembeian Rewad dan Punishment dengan Motivasi Belaja dipebolehkan. () Teguan. Jika pembeitahuan tesebut dibeikan kepada siswa yang mungkin belum mengetahui tentang suatu hal, maka teguan itu belaku bagi siswa yang telah mengetahui. (3) Peingatan. Peingatan dibeikan kepada siswa yang telah bebeapa kali melakukan pelanggaan, dan telah dibeikan teguan atas pelanggaannya. (4) Hukuman yaitu apabila teguan dan peingatan belum mampu untuk mencegah siswa melakukan pelanggaan-pelanggaan. Menuut Ahmadi (1987:73), bila ditinjau dai segi caa membeikan punishment maka punishment dibedakan menjadi empat macam, yaitu: (a) Punishment dengan isyaat. Punishment semacam ini dijatuhkan kepada sesama atau siswa dengan caa membei isyaat melalui mimik dan juga pantomimik, misalnya dengan mata, aut muka dan bahkan ganjaan anggota tubuh. (b) Punishment dengan pekataan. Punishment dengan pekataan dimaksudkan sebagai punishment yang dijatuhkan kepada siswa dengan melalui pekataan misalnya: (1) Membei nasehat dan kata-kata yang memepunyai sifat kontuktif. () Teguan dan peingatan, hal ini dibeikan kepada siswa yang masih bau satu atau dua kali melakukan kesalahan atau pelanggaan. (3) Ancaman, maksudnya adalah punishment beupa ultimatum yag menimbulkan kemungkinan-kemungkinan yang tejadi dengan maksud aga siswa measa takut dan behenti dai pebuatannya yang salah. (c) Punishment dengan pebuatan. Punishment ini dibeikan kepada siswa dengan membeikan tugas-tugas tehadap siswa yang besalah. Misalnya dengan membei pekejaan umah yang jumlahnya tidak sedikit. (d) Punishment (hukuman) badan. Punishment (hukuman) badan adalah punishment yang dijatuhkan dengan caa menyakiti badan siswa baik dengan alat atau tidak, misalnya memukul, mencubit, dan lain sebagainya. Menuut Al-Abasyi (1993:153) maksud membeikan punishment dalam pendidikan adalah punishment sebagai tuntunan dan pebaikan, bukan sebagai hadikan atau balas dendam. Punishment (hukuman) badan yang membahayakan bagi siswa tidak sepantasnya dibeikan dalam dunia pendidikan, kaena punishment (hukuman) semacam ini tidak mendoong siswa untuk bebuat sesuai dengan kesadaannya. Sehingga siswa tauma maka siswa tidak akan mau untuk belaja bahkan akan minta behenti dai sekolah. Apabila seoang guu ingin sukses di dalam pengajaan, guu haus memikikan setiap muid dan membeikan punishment yang sesuai menimbangnimbang kesalahannya dan setelah mengetahui lata belakangnya. Tujuan meupakan salah satu fakto yang haus ada dalam setiap aktifitas, kaena aktifitas yang tanpa tujuan tidak mempunyai ati apa-apa, dan akan menimbulkan keugian seta kesia-siaan. Sehubungan dengan punishment yang dijatuhkan kepada siswa, maka tujuan yang ingin dicapai sesekali bukanlah untuk menyakiti atau untuk menjaga kehomatan guu atau sebaliknya aga guu itu ditaati oleh siswa, akan tetapi tujuan punishment yang sebenanya adalah aga siswa yang melangga measa jea dan tidak akan mengulangi lagi. Tujuan pembeian punishment ada dua macam, yaitu tujuan dalam jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan dalam jangka pendek adalah untuk menghentikan tingkah laku yang salah, sedangkan tujuan dalam jangka panjang adalah untuk mengaja dan mendoong siswa aga dapat menghentikan sendii tingkah lakunya yang salah. Setelah mengetahui tujuan dai punishment dalam pendidikan di atas maka kita haus mengetahui punishment yang cocok untuk diteapkan dalam dunia pendidikan. Motivasi Belaja Motivasi dan belaja meupakan dua hal yang saling mempengauhi. Namun, sebelum membahas lebih jauh tentang motivasi belaja maka pelulah dibedakan dahulu antaa pengetian motivasi dan pengetian belaja. Istilah motivasi beasal dai kata motif yang dapat diatikan sebagai kekuatan yang tedapat dalam dii individu, yang menyebabkan individu tesebut betindak atau bebuat. Motif adalah daya penggeak dalam dii seseoang untuk melakukan aktivitas tetentu, demi mencapai tujuan tetentu. Dengan demikian, motivasi meupakan doongan yang tedapat dalam dii seseoang untuk beusaha mengadakan peubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Kedua hal tesebut meupakan daya upaya yang mendoong seseoang untuk melakukan sesuatu. Setelah mengetahui pengetian dai motif dan motivasi, beikut ada bebeapa pendapat mengenai pengetian motivasi. Menuut Poewadaminto (1995:705) motivasi diatikan sebagai doongan yang timbul pada dii seseoang sada atau tidak sada untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tetentu. Menuut Gibson (1995:94) motivasi ialah konsep yang menguaikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam dii siswa yang memulai dan mengaahkan peilaku. Menuut Biggs dan Tufle yang dikutip dai Sutama (000:36) motivasi ialah doongan mental yang menggeakkan dan mengaahkan peilaku manusia, temasuk peilaku belaja. Dalam motivasi tekandung keinginan yang mengaktifkan, menggeakkan, 459

Kajian Moal dan Kewaganegaaan Nomo Volume Tahun 014, hal 454-468 menyalukan, dan mengaahkan sikap dan peilaku individu belaja. Menuut Muhibbin Syah (008:136) motivasi ialah keadaan intenal oganisme baik manusia ataupun hewan yang mendoongnya untuk bebuat sesuatu. Dalam pengetian ini, motivasi beati pemasok daya (enegize) untuk betingkah laku secaa teaah. Menuut Sadiman (007:75) motivasi dapat juga dikatakan seangkaian usaha untuk menyediakan kondisikondisi tetentu, sehingga seseoang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan beusaha untuk meniadakan atau mengelakkan peasaan tidak suka itu. Bedasakan bebeapa pengetian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi adalah doongan yang tedapat dalam dii seseoang untuk melakukan aktivitas tetentu untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan istilah belaja menuut Hamalik (000:36) belaja adalah modifikasi atau mempeteguh pengetahuan, kelakuan melalui pengalaman yang meupakan suatu poses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Menuut pendapat Nasution (001:91) belaja diatikan sebagai peubahan dalam kelakuan seseoang sebagai akibat pengauh usaha pendidikan. Menuut Syah (001:90) belaja pada dasanya sebagai titipan peubahan seluuh tingkah laku individu yang elatif menetap sebagai hasil pengalaman dan inteaksi dengan lingkungan yang melibatkan poses kognitif, afektif, dan psikomoto yang tejadi dalam dii siswa. Menuut Puwanto (004:85) belaja meupakan suatu peubahan tingkah laku yang tejadi melalui latihan atau pengalaman dimana peubahan yang tejadi elatif menetap seta menyangkut kepibadian baik fisik maupun psikis. Bedasakan penjelasan tentang pengetian motivasi dan belaja tesebut di atas maka dapatlah dikemukakan pengetian motivasi belaja adalah keseluuhan daya penggeak psikis di dalam dii siswa yang menimbulkan kegiatan belaja, menjamin kelangsungan kegiatan belaja dan membeikan aah pada kegiatan belaja itu demi mencapai suatu tujuan. Menuut Daien (1973:16) motivasi belaja adalah kekuatan-kekuatan atau tenaga-tenaga yang dapat membeikan doongan kepada kegiatan belaja muid. Menuut Hamzah (007:3) motivasi belaja adalah doongan intenal dan ekstenal pada siswa-siswa yang sedang belaja untuk mengadakan peubahan tingkah laku. Bedasakan pengetian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat dipandang sebagai fungsi, beati motivasi befungsi sebagai daya penggeak dai dalam individu untuk melakukan aktivitas tetentu dalam mencapai tujuan. Motivasi dipandang dai segi poses, beati motivasi dapat diangsang oleh fakto lua, untuk menimbulkan motivasi dalam dii siswa yang melalui poses angsangan belaja sehingga dapat mencapai tujuan yang di kehendaki. Motivasi dipandang dai segi tujuan, beati motivasi meupakan sasaan stimulus yang akan dicapai. Jika seoang mempunyai keinginan untuk belaja suatu hal, maka dia akan temotivasi untuk mencapainya. Macam-macam motivasi belaja di sekolah dapat dibedakan menjadi bebeapa bentuk. Petama, Motivasi intinsik. Motivasi intinsik menuut Sadiman (007:89) adalah motif-motif yang menjadi aktif atau befungsinya tidak pelu angsangan dai lua, kaena dalam dii setiap individu sudah ada doongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan menuut Hamalik (006:15) motivasi intinsik adalah hal dan keadaan yang beasal dai dalam dii siswa sendii yang dapat mendoongnya melakukan tindakan belaja. Dai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi intinsik adalah motivasi yang beasal dai dalam dii seseoang dan tidak memelukan angsangan dai lua kaena memang sudah ada dalam dii setiap individu. Menuut Daien (1973:163) dalam bukunya Penganta Ilmu Pendidikan disebutkan ada hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi intinsik adalah sebagai beikut: (a) Adanya kebutuhan. Dengan adanya kebutuhan, maka hal ini menjadi pendoong bagi siswa untuk bebuat dan beusaha. (b) Adanya pengetahuan tentang kemajuannya sendii. Dengan siswa mengetahui hasil-hasil atau pestasinya sendii, dengan siswa mengetahui apakah dia ada kemajuan atau sebaliknya ada kemunduan, maka hal itu dapat menjadi pendoong bagi siswa untuk belaja lebih giat lagi. (c) Adanya aspiasi atau cita-cita. Dengan adanya cita-cita ini siswa akan menjadi besemangat dalam belaja sehingga cita-cita itu sebagai motivasi bagi meeka untuk ajin belaja supaya apa yang di cita-citakan itu bisa tewujud. Kedua, Motivasi ekstinsik yaitu motif-motif yang aktif dan befungsinya kaena adanya peangsangan dai lua (Sadiman, 007:91). Motivasi ekstinsik adalah motivasi atau tenagatenaga pendoong yang beasal dai lua dai siswa (Indakusuma, 1973:164). Bedasakan bebeapa pendapat di atas dapat diambil pengetian bahwa motivasi ekstinsik meupakan suatu doongan dai lua dii siswa. Beikut hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi ekstinsik menuut Indakusuma (1973:164) adalah sebagai beikut: (a) Ganjaan. Ganjaan adalah alat 460

Hubungan Pembeian Rewad dan Punishment dengan Motivasi Belaja pendidikan epesif yang besifat positif, ganjaan juga meupakan alat motivasi. (b) Hukuman. Meskipun hukuman sebagai alat pendidikan yang tidak menyenangkan, alat pendidikan yang besifat negatif namun demikian dapat menjadi motivasi, alat pendoong untuk mempegiat belaja siswa yang penah mendapat hukuman kaena lalai tidak mengejakan tugas maka ia akan beusaha untuk tidak mendapat hukuman lagi. (c) Pesaingan (kompetensi). Pesaingan, sebenanya adalah bedasakan kepada doongan untuk kedudukan dan penghagaan. Kompetensi dapat tejadi dengan sendiinya, tetapi dapat pula diadakan kompetisi secaa sengaja oleh Guu. Adapun yang menjadi indikato dai kedua motivasi di atas adalah sebagai beikut: (a) Doongan ingin tahu. Motivasi ini muncul kaena ada kebutuhan, yaitu apabila seoang siswa belaja kaena betul-betul ingin mendapatkan pengetahuan, nilai atau ketampilan aga dapat beubah tingkah lakunya secaa konstuktif. (b) Doongan ingin behasil. Motivasi ini muncul kaena kebutuhan yaitu apabila seoang siswa belaja kaena dilakukan dengan unsu kesengajaan, ada maksud untuk belaja. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud, dengan kesenjangan itu timbulnya doongan ingin behasil pada dii siswa dalam belaja. (c) Doongan bekeja sama. Doongan bekeja sama ini adalah belaja kelompok dengan teman sekelas atau teman yang lain yang dapat menyelesaikan masalah pelajaan, sehingga dengan demikian doongan belaja dapat meningkat dengan belaja kelompok tesebut. (d) Doongan asa pecaya dii. Doongan pecaya dii pada dii siswa sangat penting, kaena hal ini behubungan dengan haga dii. Seseoang akan beusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai pestasi yang baik dengan menjaga haga diinya. (e) Adanya cita-cita yang tinggi. Cita-cita yang menjadi tujuan hidupnya ini meupakan pendoong bagi seluuh kegiatan siswa, pendoong bagi belajanya, Bedasakan uaian di atas jelaslah bahwa motivasi mendoong timbulnya kelakuan dan mempengauhi seta mengubah kelakuan. Jadi, fungsi motivasi itu meliputi beikut ini: (a) Mendoong timbulnya kelakuan atau suatu pebuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu pebuatan sepeti belaja. (b) Motivasi befungsi sebagai pengaah. Atinya mengaahkan pebuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan. (c) Motivasi befungsi sebagai penggeak. Ia befungsi sebagai mesin bagi mobil. Besa kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekejaan. Motivasi itu bekaitan eat dengan suatu tujuan, suatu cita-cita. Semakin behaga tujuan itu bagi yang besangkutan makin kuat pula motivasinya. Menuut M. Ngalim Puwanto (004:7) fungsi dai motivasi yaitu: (a) Mendoong manusia untuk bebuat. Motivasi befungsi sebagai penggeak atau sebagai moto yang membeikan kekuatan kepada seseoang untuk melakukan suatu tugas. (b) Motivasi itu menentukan aah pebuatan, yaitu keaah pewujudan suatu tujuan cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan di jalan yang haus ditempuh untuk mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula tebentang jalan yang haus ditempuh. (c) Motivasi itu menyeleksi pebuatan. Atinya menentukan pebuatan-pebuatan mana yang dilakukan, yang seasi guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan pebuatan yang tidak bemanfaat bagi tujuan itu. Bedasakan bebeapa fungsi motivasi belaja di atas dapat diatikan bahwa motivasi meupakan pendoong untuk bebuat, menentukan aah pebuatan dan menyeleksi pebuatan itu sendii. Semakin jelas citacita yang ingin dicapai maka akan semakin kuat motivasi untuk mencapainya. Dengan adanya tujuan yang akan dicapai maka siswa akan temotivasi untuk belaja lebih giat lagi. Peanan motivasi sangat dipelukan dalam kegiatan belaja mengaja, dengan adanya motivasi, siswa manjadi tahu aah dai tujuan yang ingin dicapainya. selain dai hal itu ada bebeapa fakto yang dapat mempengauhi motivasi belaja, yaitu: (a) Kematangan. (b) Usaha yang betujuan. (c) Pengetahuan mengenal hasil dalam motivasi. (d) Patisipasi. (e) Penghagaan dan hukuman. Teoi Behavioisme Skinne Skinne adalah tokoh dai alian behavioisme yang mempelajai poses-poses belaja dan hubungannya dengan peubahan tingkah laku. Bagi skinne, pekembangan adalah tingkah laku. Teoi yang dikembangkan oleh Skinne adalah teoi opeant conditioning. Pengetian dai opeant conditioning yakni mengubah sesuatu aspek tingkah laku yang tidak dikehendaki menjadi sesuatu tingkah laku yang diinginkan, melalui angsang-angsang yang diatu secaa tetentu. Opeant conditioning ini meliputi poses-poses belaja untuk mempegunakan otot-otot secaa sada, membeikan jawaban dengan otot-otot ini dan mengikutinya dengan pengulangan sebagai penguatan, tapi hal ini masih dipengauhi oleh angsangan yang ada dalam lingkungan. Penguatan angsang yang teencana penting dalam opeant conditioning aga tingkah laku yang bau dapat teus dipelihatkan. Selanjutnya, poses belaja dalam teoi opeant conditioning tunduk pada dua hukum opeant yang bebeda, yakni: law of opeant conditioning dan law of opeant extinction. Menuut law of opeant conditioning, 461

Kajian Moal dan Kewaganegaaan Nomo Volume Tahun 014, hal 454-468 jika timbulnya tingkah laku opeant diiingi dengan stimulus penguat, maka kekuatan tingkah laku tesebut akan meningkat. Sebaliknya, menuut law of opeant extinction, jika timbulnya tingkah laku diiingi dengan sesuatu yang tidak menyenangkan, maka kekuatan tingkah laku tesebut akan menuun atau bahkan musnah (Hintzman dalam muhibbin, 010:107). Keangka Befikif Stategi untuk meningkatkan motivasi belaja siswa dapat dilakukan dengan bebagai caa. Caa tesebut dapat dilakukan dengan mengatu dan menyediakan situasi-situasi yang baik dalam lingkungan siswa, membangkitkan self competition jalan menimbulkan peasaan puas tehadap hasil-hasil dan pestasi yang telah dicapai walaupun kecil hasil yang dicapai. Bebeapa caa untuk meningkatkan motivasi belaja siswa di sekolah adalah dengan caa pembeian ewad maupun punishment kepada siswa. Pembeian ewad dapat meningkatkan asa pecaya dii siswa kaena siswa measa dihagai oleh guunya. Rewad yang dapat dibeikan adalah dengan membeikan nilai tambah, membeikan hadiah, membeikan pujian dan membeikan penghagaan kepada siswa. Sedangkan pembeian punishment adalah sebagai usaha mengembalikan siswa ke aah yang baik dan memotivasinya menjadi pibadi yang imajinatif, keatif dan poduktif. Punishment yang dapat dibeikan pada siswa adalah dengan pembeitahuan, teguan, peingatan dan hukuman. Bedasakan uaian tesebut dapat ditaik suatu keangka bepiki, dengan bagan sebagai beikut : Pembeian ewad 1. Pembeian angka atau nilai. Pembeian hadiah 3. Pembeian pujian Motivasi belaja Pembeian punishment 1. Anjuan / peintah. Laangan 3. Teguan 4. Peingatan Bedasakan gamba diatas dapat dijelaskan bahwa pembeian ewad dengan indikato pembeian angka atau niai, pembeian hadiah, pembeian pujian, dan pembeian penghagaaan, seta pembeian punishment dengan indikato membeikan peintah, laangan, teguan, dan peingatan tedapat hubungan dengan motivasi belaja. Hipotesis Penelitian ini betujuan untuk menguji adakah hubungan antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan siswa secaa besama-sama di kelas XI SMA Negei 1 Ambunten Kabupaten Sumenep. Adapun hipotesis yang diajukan sebagai beikut: Ho : Tidak tedapat hubungan antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja pendidikan Kewaganegaaan siswa secaa besama-sama di kelas XI SMA Negei 1 Ambunten Kabupaten Sumenep Ha : Tedapat hubungan antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan siswa secaa besama-sama di kelas XI SMA Negei 1 Ambunten Kabupaten Sumenep Ketentuan bila hitung lebih kecil dai tabel poduct moment, maka Ho diteima dan Ha ditolak. Tetapi sebaliknya, bila hitung lebih besa dai tabel maka Ha diteima. METODE Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif kaena penelitian ini besifat mengidentifikasi pemasalahan yang ada. Penelitian kuantitatif kaena data penelitian beupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 010:7). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode asosiatif. Metode asosiatif betujuan mengetahui hubungan antaa dua vaiabel atau lebih (Sugiyono, 010:11). Dalam penelitian ini digunakan metode asosiatif betujuan untuk mengetahui hubungan antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan siswa kelas XI SMA Negei 1 Ambunten Kabupaten Sumenep. Lokasi yang digunakan adalah SMA Negei 1 Ambunten Kabupaten Sumenep. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dai penyusunan poposal yaitu pada bulan juli 013 sampai bulan maet 014. Adapun populasi yang akan diteliti adalah seluuh siswa kelas XI yang beada di SMA Negei 1 Ambunten sebanyak 10 siswa. Dalam penelitian ini diambil sampel 46

Hubungan Pembeian Rewad dan Punishment dengan Motivasi Belaja sebanyak 0 %, yakni 4 siswa. Dengan incian masingmasing kelas dipilih 7 siswa. Adapun teknik penentuan sampelnya menggunakan poposional andom sampling yaitu dai sekian banyak anggota populasi diambil sebagian saja secaa acak sebagai sampelnya. Vaiabel dalam penelitian ini ada dua vaiabel independen dan satu vaiabel dependen dan tedapat satu umusan masalah koelasional. Vaiabel independen tedii atas pembeian ewad (X 1 ) dan pembeian punishment (X ). Sedangkan vaiabel dependen dalam penelitian ini yaitu motivasi belaja (Y). Untuk mempeoleh data digunakan teknik angket dan wawancaa. Data yang dipeoleh dai angket dianalisis menggunakan teknik koelasi poduct moment. Uji koelasi yang digunakan adalah uji koelasi ganda secaa besama-sama untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel independen dengan vaiabel dependen. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan wawancaa. Angket yang dibagikan dalam bentuk penyataan meupakan angket semi tetutup, dimana dalam angket tesebut sudah disediakan jawaban sehingga esponden tinggal memilih jawabannya. Jawaban setiap item pada angket memiliki bobot sko sangat setuju = 5; setuju = 4; agu-agu = 3; tidak setuju = ; sangat tidak setuju = 1. Sedangkan teknik wawancaa yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancaa tidak testuktu. Wawancaa tidak testuktu adalah wawancaa bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancaayang telah disusun secaa sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dengan umus koelasi poduct moment. Analisis dai umus koelasi poduct moment digunakan untuk menganalisis hubungan pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan siswa kelas XI di SMA Negei 1 Ambunten Kabupaten Sumenep. Uji koelasi dalam penelitian ini menggunakan koelasi ganda, hal ini untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel independen yakni pembeian ewad (X 1 ) dan pembeian punishment (X ) dengan vaiabel dependen yakni motivasi belaja (Y). Sebelum dilakukan penghitungan koefisien koelasi ganda telebih dahulu dilakukan penghitungan koefisien koelasi antaa masingmasing vaiabel yaitu antaa vaiabel X 1 dengan Y, antaa vaiabel X dengan Y dan antaa vaiabel X 1 dengan X menggunakan penghitungan koelasi sedehana dengan umus koelasi poduct moment (Riduwan, 013:80). xy { N N XY ( X )( Y) X ( X ) }{ NY ( Y) } Keteangan : xy = Koefisien koelasi antaa x dan y N = Jumlah Responden X = Jumlah hasil angket pembeian ewad dan punishment Y = Jumlah hasil angket motivasi belaja XY = Jumlah hasil pekalian antaa X dan Y X = Jumlah hasil angket pembeian ewad dan punishment yang dikuadatkan Y = Jumlah hasil angket motivasi belaja yang Dikuadatkan Setelah dilakukan penghitungan koefisien koelasi antaa masing-masing vaiabel menggunakan umus koelasi sedehana, maka selanjutnya dilakukan penghitungan koefisien koelasi ganda untuk mengetahui koefisien koelasi antaa vaiabel X 1 dan X dengan vaiabel Y secaa besama-sama dengan menggunakan umus koelasi ganda (Riduwan, 013:86). R y. x x yx yx 1 1 1 Keteangan : y.x 1 = koelasi X 1 dengan Y y.x = koelasi X dengan Y x 1 x = koelasi X 1 dengan X yx x x 1 1. yx. x x 1 Pengolahan data yang dipeoleh dai angket dapat juga menggunakan koelasi poduct moment pada SPSS Statistics. Setelah mendapatkan nilai, kemudian dikonsultasikan ke tabel poduct moment atau menggunakan tabel intepetasi tehadap koefisien koelasi. Menuut Sugiyono (010:184), pedoman untuk membeikan intepetasi koefisien koelasi sebagai beikut : Tabel 1 Intepetasi Koefisien Koelasi Nilai () Inteval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00-0,199 Sangat endah 0,0-0,399 Rendah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat 0,80-1,000 Sangat kuat HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian SMA Negei 1 Ambunten meupakan salah satu sekolah Negei yang beada di kabupaten Sumenep 463

Kajian Moal dan Kewaganegaaan Nomo Volume Tahun 014, hal 454-468 Madua tepatnya bealamat di Jalan Raya Ambunten Timu dan bedii sejak tahun 1986. Sekolah ini meupakan sekolah Negei yang banyak dituju oleh siswa-siswa yang ingin menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas di kawasan Ambunten dan sekitnya dan memiliki nilai akeditasi A (sangat baik). SMA Negei 1 Ambunten memiliki 18 uang belaja dengan saana dan pasaana pembelajaan yang cukup lengkap sepeti white boad, papan pengumuman dan papan kaya siswa. Satu kelas tedii dai 3 sampai 36 siswa sehingga daya jangkau ketika poses belaja mengaja lebih efektif. SMA Negei 1 Ambunten meupakan salah satu sekolah Negei yang beada di kabupaten Sumenep Madua tepatnya bealamat di Jalan Raya Ambunten Timu dan bedii sejak tahun 1986. Sekolah ini meupakan sekolah Negei yang banyak dituju oleh siswa-siswa yang ingin menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas di kawasan Ambunten dan sekitanya dan memiliki nilai akeditasi A (sangat baik). SMA Negei 1 Ambunten memiliki 18 uang belaja dengan saana dan pasaana pembelajaan yang cukup lengkap sepeti white boad, papan pengumuman dan papan kaya siswa. Satu kelas tedii dai 3 sampai 36 siswa sehingga daya jangkau ketika poses belaja mengaja lebih efektif. Hubungan Pembeian Rewad dan Punishment dengan Motivasi Belaja Rewad dan punishment adalah salah satu alat pendidikan untuk memotivasi siswa dalam mempebaiki atau mempetinggi pestasi yang telah dicapai. Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan pada siswa secaa besama-sama. Rumus yang digunakan untuk mencai hubungan antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan pada siswa secaa besama-sama adalah umus koelasi ganda. Namun, sebelum mencai hubungan antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan pada siswa secaa besama-sama telebih dahulu mencai hubungan anta vaiabel menggunakan umus koelasi sedehana. Adapun hubungan anta vaiabel yang dicai dalam penelitian ini yaitu : a. Koelasi antaa pembeian ewad dengan motivasi belaja Tabel Tabulasi nilai X 1 dan nilai Y X 1 Y X 1 Y X 1 Y 875 1850 18563 831 38811 x1y x1y { N 0,513 x1y N X 1Y ( X 1)( Y) X 1 ( X 1) }{ NY ( 4.(38811) (875).(1850) Y) {4.(18563) (875) }.{4.(831) (1850) } b. Koelasi antaa pembeian punishment dengan motivasi belaja x y x y Tabel 3 Tabulasi nilai X dan nilai Y X Y X Y X Y 14 1850 3715 831 54960 { N 0,47 x y N X Y ( X )( Y) X ( X ) }{ NY ( 4.(54960) (14).(1850) Y) {4.(3715) (14) }.{4.(831) (1850) } c. Koelasi antaa pembeian ewad dengan pembeian punishment x1x x1x Tabel 4 Tabulasi nilai X 1 dan nilai X X 1 X X 1 X X 1 X 875 14 18563 3715 5965 { N 0,39 x1x N X 1X ( X 1)( X ) X 1 ( X 1) }{ N X ( 4.(5965) (875).(14) {4.(18563) (875) }.{4.(3715) (14) } Setelah dipeoleh hasil koefisien koelasi anta masing-masing vaiabel, maka selanjutnya dilakukan penghitungan koefisien koelasi ganda untuk mengetahui koefisien koelasi antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan siswa secaa besama-sama dengan umus sebagai beikut: R yx1 yx y. x1x 1 Maka, yx1 x1x. yx X. ) x1x } } } 464

Hubungan Pembeian Rewad dan Punishment dengan Motivasi Belaja R 0,513 0,47 y. x 1 x 1 R R y. x 1x y. x 1x R 0,601 y. x x 1 0,341 0,943 0,36.0,513.0,47.0,39 0,39 Dengan demikian dapat ditaik kesimpulan bahwa hasil analisis koelasi poduct moment ( YX1X ), didapat koelasi antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan siswa secaa besama-sama sebesa 0,601. Kemudian dikonsultasikan pada tabel poduct moment untuk menentukan diteima atau ditolaknya hipotesis. Pada tabel dilihat bahwa untuk n=4, taaf kesalahan 5% maka haga tabel = 0,304. Ketentuan bila hitung lebih kecil dai tabel, maka Ho diteima dan Ha ditolak. Tetapi sebaliknya, bila hitung lebih besa dai tabel maka Ha diteima. Hasil yang dipeoleh 0,601 > 0,304, dengan demikian koefisien koelasi 0,601 itu signifikansi sehingga Ha diteima lalu nilai 0,601 dikonsultasikan pada tabel intepetasi koefisien koelasi. Hasilnya menunjukkan tejadi hubungan yang kuat antaa pembeian ewad dan punishment dengan motivasi belaja Pendidikan Kewaganegaaan siswa kaena beada pada entang 0,60 0,799. Sedangkan aah hubungan adalah positif kaena nilai yang dihasilkan positif, beati semakin seing ewad dan punishment dibeikan semakin tinggi motivasi belaja siswa pada mata pelajaan Pendidikan Kewaganegaaan. Rewad dan punishment yang dibeikan guu maupun sekolah bemacam-macam bentuknya sepeti hadiah bagi siswa yang masuk anking sepuluh besa dan dibebaskan dai pembayaan buku maupun LKS. Namun, ewad yang seing dibeikan oleh guu disini adalah pujian dan nilai yang bebentuk angka sedangkan punishment yang seing dibeikan oleh guu disini beupa teguan dan peingatan. Hal ini diungkapkan oleh guu mata pelajaan Pendidikan Kewaganegaaan dalam hasil wawancaa. Yang paling seing pada saat kegiatan belaja mengaja belangsung itu biasanya anak mengganggu temannya selanjutnya telambat masuk kelas kalo telambat masuk kelas itu tegantung guunya, kalo saya pibadi sewaktu saya di tempat duduk saya ada yang telat akan saya keluakan kaena dia tidak punya niat untuk masuk, ndak ada ceitanya guu nunggu muid tapi muid nunggu guu nah punishment yang seing saya beikan disini beupa teguan dan peingatan. Saya membeikan teguan ketika anak itu sekali dua kali melakukan pelanggaan apabila anak itu tetap melakukan pelanggaan saya kasih peingatan apabila masih melakukan pelanggaan setelah saya kasih peingatan maka anak itu saya keluakan. Jangan sampai kita mempunyai inisiatif sebagai oang pendendam kaena kita adalah pendidik jadi kita bina dulu, itu meupakan pelajaan supaya yang lain juga measa takut juga untuk melakukan pelanggaan. Mengenai ewad disini yang dibeikan guu maupun sekolah bemacam-macam bentuknya sepeti hadiah bagi siswa yang masuk anking sepuluh besa dan dibebaskan dai pembayaan buku maupun LKS. Namun yang saya seing beikan beupa pujian dan nilai lebih. Pujian yang saya beikan misalnya ketika anak beani mengeluakan pendapatnya dan aktif di kelas dan seing betanya sedangkan nilai lebih disini maksudnya beupa angka aga nilai anak itu juga menjadi tinggi." Pembeian ewad dan punishment begitu penting untuk diteapkan pada siswa supaya siswa semakin temotivasi dalam meningkatkan belajanya dan menguangi kesalahan-kesalahannya yang bisa menghambatnya dalam meaih pestasi. Hal ini sejalan dengan penutuan guu mata pelajaan Pendidikan Kewaganegaaan dalam hasil wawancaa. Pembeian ewad dan punishment cukup penting, supaya siswa bisa lebih temotivasi dalam belaja, siswa dibeikan ewad supaya siswa cendeung mengulangi pebuatan yang membuatnya dibeikan ewad misalnya siswa mendapat anking sepuluh besa dan dia mendapatkan hadiah maka dia akan mengulanginya untuk mendapatkan angking bahkan lebih, begitupun dengan punishment, punishment dibeikan supaya siswa tidak mengulangi kesalahannya dan temotivasi untuk lebih giat lagi dalam belaja. Motivasi belaja siswa cukup meningkat setelah dibeikannya ewad dan punishment. Hal ini sejalan 465