BAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 merupakan tonggak dimulainya era demokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan sektor publik khususnya laporan keuangan. pemerintah adalah wujud dan realisasi pengaturan pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. dituntut dapat disajikan secara transparan dan akuntabel. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. telah mendorong pemerintah untuk menerapkan akuntabilitas publik.

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena pada saat diberlakukannya sistem pemerintah terpusat dimana sentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban, serta pengawasan yang benar-benar dapat dilaporkan dan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi tersebut yaitu dengan diselenggarakannya otonomi daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi sektor publik adalah system akuntansi yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Daerah (APBD). Wujud dari akuntabilitas, transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 Angka 5 memberikan

BAB I PENDAHULUAN. mengedepankan akuntanbilitas dan transparansi Jufri (2012). Akan tetapi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa

BAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Terdapat tiga

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. monopoli dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki. hak, wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32. berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi keuangan pemerintah yang dilaksanakan pada awal

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

BAB I PENDAHULUAN. kepemerintahan yang baik (good governance). Good governance adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan baik berupa Undang-Undang (UU) maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat, yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya prinsip transparansi dan akuntabilitas. Berdasarkan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era keterbukaan sekarang ini maka reformasi sektor publik yang

BAB I PENDAHULUAN. dewan melainkan juga dipengaruhi latar belakang pendidikan dewan,

BAB I PENDAHULUAN. karena memiliki sumber daya ekonomi yang tidak kecil, bahkan bisa dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

ANALISIS VALUE FOR MONEY PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. semua pihak. Keinginan untuk mewujudkan good government merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik (good government governance)

BAB I PENDAHULUAN. agar fungsi APBN dapat berjalan secara maksimal, maka sistem anggaran dan

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka semakin besar pula diskreasi daerah untuk menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. organisasi sektor publik (seperti: pemerintah pusat dan daerah, unit-unit kerja

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran dan ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis ekonomi di Indonesia memiliki pengaruh yang sangat besar

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan peraturan daerah (Sutaryo, Sutopo dan Wijaya, 2014). Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance) baik dari level atas

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas tentang latar belakang dari dilakukan penelitian ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

BAB I PENDAHULUAN. menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah sehingga pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi pada awal

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan sistem pemerintahan, good governance telah

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Awal mula dibuatnya Undang-Undang tentang pemerintah daerah karena pada saat diberlakukannya sistem pemerintah terpusat dimana sentralisasi pemerintah berada di ibukota yaitu Jakarta. Seluruh kegiatan pemerintah daerah harus mendapat persetujuan oleh pemerintah pusat. Hal ini menyebabkan sistem pelayanan kepada masyarakat membutuhkan waktu yang cukup lama serta pengembangan suatu daerah kurang dan tidak merata. Semua terpusat pada pemerintahan pusat sehingga kreatifitas dan pengembangan daerah, pemerintah dan masyarakat daerah kurang berkembang. Kemandirian pemerintah daerah yang kurang disebabkan oleh tergantungnya pemerintah daerah kepada pemerintah pusat sangat berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang lebih baik menjadi kendala pemerintah daerah (Purnamasari, 2012). Fenomena yang dapat diamati dalam perkembangan sektor publik adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik oleh organisasi sektor publik (seperti : pemerintah pusat dan daerah, unitunit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga negara). Tuntutan akuntabilitas sektor publik terkait dengan perlunya dilakukan transparansi dan pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak-hak publik (Mardiasmo, 2002 : 20). 1

2 Pelaporan keuangan sektor publik khususnya laporan keuangan pemerintah adalah wujud dan realisasi pengaturan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang transparan untuk mencapai good governance. Laporan keuangan yang dipublikasikan oleh pemerintah digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan bagi para pengguna kebutuhan informasi laporan keuangan tersebut seperti masyarakat, pemerintah, wakil rakyat, lembaga pengawas dan lembaga pemeriksa serta pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman. Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintah yang baik (good governance government), mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menerapkan akuntabilitas publik. Pada konteks pemerintahan, akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan disclosure atas aktivitas dan kinerja financial pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut (Pujiningwang, 2015). Pelaporan keuangan pemerintah di Indonesia merupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Kenyataannya di dalam laporan keuangan pemerintah masih banyak disajikan data yang tidak sesuai. Selain itu juga masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang berhasil ditemukan oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) dalam pelaksanaan audit laporan keuangan pemerintah.

3 Dalam pemberian wewenang pada pemerintah saat terjadi reformasi, pemerintah daerah diberikan wewenang untuk mengelola keuangannya sendiri. Sebagai contoh pemerintah membuat rencana anggaran dana yang dibutuhkan dalam satu tahun pemerintahannya. Rencana anggaran tersebut akan digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah yang bertujuan untuk memberdayakan daerah dan masyarakat serta mengembangkan daerah tersebut. Otonomi daerah memberikan keleluasaan terhadap pemerintah daerah untuk mengelola sendiri daerah tersebut guna kemajuan daerah tertentu (Ardhiawati, 2013). Pemerintah daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 19945. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah (UU No.32 Tahun 2004). Anggaran merupakan rencana operasional keuangan, mencakup estimasi pengeluaran, dan sumber pendapatan dalam periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam satuan uang. Penyusunan anggaran sektor publik adalah proses mengalokasikan pendapatan yang dipungut dari masyarakat untuk mendanai program-program dalam penyediaan public good. Proses penyusunan anggaran sektor publik setidaknya mempunyai tiga tahapan, yakni perumusan proposal anggaran, pengesahan proposal anggaran, dan pengimplementasian anggaran yang telah ditetapkan sebagai produk hukum(subechan dan Hanafi, 2014).

4 Setiap periode pemerintahan, pemerintah daerah menyusun rancangan anggaran periode tertentu. Dalam penyusunan setiap periode (tahunan) pemerintah menyusun peraturan menteri dalam negeri tentang pedoman penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah selama satu periode. Dalam merencanakan anggaran pendapatan dan belanja daerah pemerintah menggunakan standar akuntansi yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No.71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan. Standar akuntansi pemerintahan atau sering disebut SAP digunakan sebagai pedoman dasar dalam menyusun dan melaporkan keuangan pemerintah daerah. Laporan penggunaan anggaran dalam sektor publik memegang peranan penting dalam rangka menciptakan akuntabilitas sektor publik. Semakin besar tuntutan terhadap pelaksanaan akuntabilitas sektor publik semakin besar kebutuhan akan transparansi informasi penggunaan anggaran berfungsi sebagai dasar pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Akuntansi sektor publik memiliki peranan penting dalam menyiapkan laporan penggunaan anggaran sebagai perwujudan akuntabilitas publik (Pujaningwang, 2015). Menurut Mardiasmo (2002) Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tangggungjawabnya kepada pihak

5 pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas sendiri adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Dalam konteks organisasi pemerintah akuntabilitas adalah pemberian informasi dan disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut (Mardiasmo, 2002 : 20). Penetapan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) harus dilakukan tepat waktu agar program kegiatan dan pembangunan yang direncanakan terrealisasi pada tahun anggaran, sehingga pemberian pelayanan publik terhadap masyarakat dapat berjalan dengan lancar. Penetapan APBD diatur dalam Peraturan Menteri dalam Negeri No. 22 Tahun 2011 tentang pedoman penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun anggaran 2012 (Sutaryo dan Carolina, 2012). Dalam pengelolaan keuagan daerah yang baik, SKPD harus memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, yang didukung dengan latar belakang pendidikan akuntansi, sering mengikuti pendidikan dan pelatihan, dan mempunyai pengalaman di bidang keuagan. Sehingga untuk menerapkan sistem akuntansi, sumber daya manusia tersebut akan mampu

6 memahami logika akuntansi dengan baik. Kegagalan sumber daya manusia Pemerintah Daerah dalam memahami dan menerapkan logika akuntansi akan berdampak pada kekeliruan laporan keuangan yang dibuat dan ketidaksesuaian laporan dengan standar yang ditetapkan pemerintah (Affiani, 2015). Komposisi DPRD, dapat diartikan sebagai politik di Indonesia yang menggunakan multi partai. Hal ini menjadikan distribusi suara DPRD mempunyai kecenderungan untuk menyebar. Artinya sangat mungkin terjadinya koalisi dalam pemilu kepala daerah maupun parlemen daerah (Sutaryo dan Carolina, 2012). Latar belakang pendidikan kepala daerah dapat diartikan sebagai kepala daerah yang berlatar belakang pendidikan keuangan atau akuntansi dapat mendukung anggaran yang lebih teliti, detail, dan tepat waktu pada saat pelaporan. Size pemerintah daerah dapat menggambarkan ukuran entitas pemiliknya. Pemerintah daerah dengan aset yang lebih besar akan lebih mungkin untuk memenuhi peraturan daripada pemerintah daerah dengan aset daerah yang kecil (Suhardjanto, 2011) dalam Sutaryo dan Carolina (2012). Penelitian tentang ketepatan waktu penetapan APBD masih relatif jarang dilakukan di Indonesia. Kalaupun ada, penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan data primer yang terbatas responden dan sampel penelitiannya. Faktor lain sebagaimana dinyatakan (Andersen et al, 2010) dalam Sutaryo dan Carolina (2012) bahwa keterlambatan anggaran

7 dipengaruhi oleh dividend government dan pengangguran serta tingginya biaya politik pada masa pemilihan umum. Faktor lain yaitu indikator kinerja, faktor hubungan eksekutif dan legislatif dan faktor komitmen merupakan penyebab keterlambatan penyusunan APBD. Keterlambatan penetapan APBD ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurang harmonisnya hubungan eksekutif dan legislatif, pengaruh dari karakteristik yang dimiliki oleh eksekutif dan legislatif sebagai penyusunan APBD serta faktor komitmen yang belum memadai (Wangi, 2010) dalam Sutaryo dan Carolina (2012). Anggaran merupakan rencana operasional keuangan, mencakup estimasi pengeluaran dan sumber pendapatan dalam periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam satuan uang. Penyusunan anggaran sektor publik adalah proses mengalokasikan pendapatan yang dipungut dari masyarakat untuk mendanai program-program dalam penyediaan public good. APBD sebagai anggaran sektor publik selayaknya menjadi prioritas perhatian bagi pemerintahan di daerah. Keterlambatan dalam hal penetapan APBD apabila terus terjadi dan Pemerintah Daerah serta DPRD tidak berupaya untuk mengatasinya akan mempengaruhi keterlambatan pelaksanaan program menjadi tergesa-gesa dan terkesan seadanya karena waktu pelaksanaan menjadi lebih sempit. Hal tersebut dapat dipastikan mempengaruhi efektifitas dan efisiensi program itu sendiri, kerugian dengan sendirinya akan ditanggung oleh rakyat, bukan oleh elit politik di pemerintahan daerah, karena jalannya pembangunan daerah adalah

8 bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat (Subechan dan Hanafi, 2014). Penerapan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) merupakan seperangkat aplikasi terpadu yang dipergunakan sebagai alat bantu untuk meningkatkan efektifitas implementasi berbagai regulasi bidang pengelolaan keuangan daerah yang didasarkan pada asas efisiensi, ekonomis, efektif, transparan, akuntabel, dan auditabel. Karena program ini baru, tentu saja memerlukan sosialisasi kepada pegawai agar lebih memahami tentang penggunaan aplikasi SIPKD (Darmayanti dan Herawati, 2014). Penelitian ini akan meneliti tentang efektifitas pengendalian intern akuntansi pada pemerintah terhadap pelaporan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) di Jawa Tengah. Penelitian ini merupakan replika dari penelitian sebelumnya yaitu Sutaryo dan Carolina, 2012. Karena peneliti ingin mengkaji lebih dalam faktor-faktor yang telah disebutkan didalam penelitian tersebut, tetapi penelitian ini hanya mengambil dan mengembangkan beberapa variable saja, yang peneliti anggap menarik untuk ditelaah dan dikaji lebih luas dan dalam. Jika penelitian sebelumnya menggunakan data primer, perbedaan dengan penelitian ini menggunakan data sekunder. Dan menghindara tingkat manipulasi data yang tinggi, jika dilakukan dengan data primer Kemudian untuk membuktikan apakah jika periode atau masanya berbeda masih akan tetap berpengaruh atau tidak. Selain itu, akuntabilitas

9 dan transparansi dalam pelaporan keuangan pemerintah daerah masih sangat rendah. Penelitian ini akan dilakukan dengan memperoleh data dari dinas bersangkutan tentang pelaporan keuangan daerah. Sehingga, penelitian ini mengambil judul : PENGARUH KOMPOSISI DPRD, LATAR BELAKANG PENDIDIKAN KEPALA DAERAH, DAN SIZE PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KETEPATAN WAKTU PELAPORAN APBD (ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH) DI JAWA TENGAH (Periode 2011 2014). B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, penelitian ini akan menganalisa tentang pengaruh komposisi DPRD, latar belakang pendidikan kepala daerah, dan size pemerintah daerah terhadap ketepatan waktu pelaporan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) di Jawa Tengah selama periode 2011 2014. Sehingga rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut : 1. Apakah komposisi DPRD berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) di Jawa Tengah periode 2011 2014? 2. Apakah latar belakang pendidikan kepala daerah berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) di Jawa Tengah periode 2011 2014?

10 3. Apakah size pemerintah daerah berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) di Jawa Tengah periode 2011 2014? C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan: 1. Untuk menganalisis pengaruh komposisi DPRD terhadap ketepatan waktu pelaporan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) di Jawa Tengah periode 2011-2014. 2. Untuk menganalisis pengaruh latar belakang pendidikan kepala daerah terhadap ketepatan waktu pelaporan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) di Jawa Tengah periode 2011-2014. 3. Untuk menganalisis pengaruh size pemerintah daerah terhadap ketepatan waktu pelaporan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) di Jawa Tengah periode 2011-2014. D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Pemerintah Daerah (Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah) Dapat mengetahui seberapa penting kompisisi DPRD, latar belakang pendidikan kepala daerah, dan size pemerintah daerah terhadap

11 ketepatan waktu pelaporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di Jawa Tengah periode 2011-2014. 2. Bagi Masyarakat Dapat digunakan untuk menambah wawasan masyarakat tentang pengaruh komposisi DPRD, latar belakang pendidikan kepala daerah, dan size pemerintah daerah terhadap ketepatan waktu pelaporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di Jawa Tengah periode 2011-2014. 3. Bagi Akademisi Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pengembangan untuk penelitian selanjutnya, dan untuk memberikan informasi kepada para mahasiswa mengenai ketepatan waktu pelaporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di Jawa Tengah periode 2011 2014. E. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran penelitian yang jelas dan sistematis sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang permasalahan mengenai masalah pengaruh komposisi DPRD, latar belakang pendidikan kepala daerah, dan size pemerintah daerah terhadap ketepatan waktu pelaporan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). Latar belakang tersebut dilakukan perumusan masalah

12 penelitian. Selanjutnya dibahas mengenai tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori-teori yang menjadi dasar analisis penelitian yang meliputi : komposisi DPRD, latar belakang pendidikan kepala daerah, size pemerintah daerah, ketepatan waktu pelaporan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ). Landasan teori dan penelitian terdahulu selanjutnya akan digunakan untuk membuat kerangka teori. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang populasi dan sampel, data dan sumber data, variabel dan pengukurannya, metode pengumpulan data, definisi operasional, dan metode pengolahan dan analisis data. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini merupakan hasil penelitian di kantor pemerintah daerah di Jawa Tengah dan hasil analisis. BAB V PENUTUP Bab ini menguraikan kesimpulan penelitian serta kelemahan yang terdapat pada penelitian. Untuk mengatasi kelemahan dalam penelitian tersebut, disertakan saran untuk peneliti selanjutnya.