KEPEKAAN MERUANG SEBAGAI STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN DISAIN INTERIOR. Syaifuddin Zuhri UPN Veteran Jawa Timur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja praktik

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

ASPEK-ASPEK ARSITEKTUR BENTUK DAN RUANG.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

INTERIOR Konsep interior kontemporer (Materi pertemuan 9 )

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah :

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagai denah khusus dengan tujuan pendalaman lebih pada kedua bidang

PROGRAM STUDIS1 DESAIN INTERIOR SIKAP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN. Seni atau art berasal dari kata dalam bahasa latin yaitu ars, yang memiliki arti

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

BAB I PENDAHULUAN. Kampus Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Bina Nusantara. yang Berhubungan dengan Arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan dalam menggunakan panca indera, muncul berbagai penyakit yang

Organisasi merupakan suatu wadah yang memiliki dimensi sistem sosial dan. kepentingan bersama, karena terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai

Apa yang harus dipahami Desainer Grafis?

SKETSA INTERIOR Pentingnya Sketsa Interior

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Sekolah Tinggi Musik Bandung 1

I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan B. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. Studio gambar adalah merupakan salah satu sarana ilmu pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. karena itu untuk dapat mendukung berbagai perkembangan anak diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Teknik sampel yang dipakai adalah teknik pengambilan contoh atau sampel kasus

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

Bayanaka Canggu. tentang sebuah rumah peristirahatan di Bali, 2007 oleh: Fransiska Prihadi 1

BAB I PENDAHULUAN. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun

PERANAN PRESENTASI DESAIN DALAM PENDIDIKAN DESAIN INTERIOR

DATTA SAGALA WIDYA PRASONGKO, 2016 PERSEPSI PENGGUNA TERHADAP SISTEM SIRKULASI GEDUNG FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah bidang bangunan. Pembangunan gedung-gedung saat ini

1.4 Metodologi Penelitian

Tugas Akhir 138 Rumah Sakit Gigi dan Mulut di Semarang BAB I PENDAHULUAN

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Faktor-Faktor dalam. Perancangan Desain

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

PERSEPSI BENTUK. Persepsi, Lanjutan Modul 2. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan Karya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

DESAIN INTERIOR I PERANCANGAN RUANG PENJUALAN D W I R E T N O S A., M. S N

BAB I PENDAHULUAN. Tengah. 3 Neo Vernakular : suatu bentuk yang mengacu pada bahasa setempat dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.

PROGRAM STUDIS1 DESAIN KOMUNIKASI VISUAL SIKAP

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Estetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen

BABI PENDAHULUAN. Setiap orang membutuhkan kontak sosial ootuk memenuhi kekurangan yang

30. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak suatu negara yang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORERIKAL PENDEKATAN ARSITEKTUR ORGANIK PADA TATA RUANG LUAR DAN DALAM HOMESTAY DAN EKOWISATA SAWAH

RUMAH BERMAIN DAN PENITIPAN ANAK DI YOGYAKARTA

Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

PERSEPSI BENTUK. Bentuk Dan Ruang Modul 7. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

- BAB III - TINJAUAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2. Sejarah Desain Interior

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia masih belum selesai dengan problematika sarana dan

DESKRIPSI KARYA INTERIOR WIJAYA RESIDENCE Warm Interior Space BY: NYOMAN DEWI PEBRYANI S.T.,M.A

PERENCANAAN TA 37 AGUNG DWI NUGROHO L2B ALUR PIKIR IN-PUT PROSES OUTPUT

PENDAHULUAN. I.1. Batasan Pengertian Judul

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M

BERKAS PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) FAKULTAS INDUSTRI KREATIF Program Studi Desain Interior. Mata Kuliah : Desain Mebel IV

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN INTERIOR PADA PUSAT KEBUDAYAAN BETAWI DIJAKARTA PROPOSAL PENGAJUAN PROYEK TUGAS AKHIR YULI HELVINA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

Pola Fraktal sebagai Pemberi Bentuk Arsitektur Apartemen yang Menenangkan

BAB I PENDAHULUAN. dimana arsitektur itu berada (Rapoport, 1969). Rapoport membagi arsitektur menjadi

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

BAB V KONSEP PERANCANGAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB III ANALISA MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya.

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 MERANCANG TAMPAK DAN POTONGAN

Transkripsi:

KEPEKAAN MERUANG SEBAGAI STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN DISAIN INTERIOR Syaifuddin Zuhri UPN Veteran Jawa Timur Abstrak Disain adalah ungkapan imajinasi seseorang akan sesuatu yang dituangkan dalam suatu media untuk dapat diwujudkan. Ruang adalah hasil akhir dari perwujudan atau aplikasi imajinasi disain. Disain dan ruang merupakan karya imajinasi perancang yang keduanya mempunyai korelasi yang sangat kuat, kepekaan di dalam membayangkan ruang yang akan dirancang akan dapat memudahkan proses penuangannya dalam disain. Interior yang mempunyai batasan yang jelas dimana dinding, plafond dan lantai secara bersama-sama dalam membentuk ruang. Kepekaan ruang dalam disain interior adalah proses mengimajinasikan seluruh elemen ruang dan asesorisnya sesuai tujuan yang ingin dicapai oleh si pemilik yang dituangkan dalam gambar oleh si perancang. PENDAHULUAN Pendidikan tinggi di Indonesia muncul sebagai jawaban atas tuntutan masyarakat, kebutuhan masyarakat terhadap disain yang semakin meningkat seiring dengan selera dan pengenalan masyarakat pada apresiasi seni dan disain. Meningkatnya penghargaan masyarakat terhadap disain ditandai dengan digunakannya sentuhansentuhan disain pada setiap produk yang beredar di masyarakat. Demikian pula disain interior tumbuh dan berkembang dalam skala yang makin lama semakin besar, disain tumbuh sebagai prestise atau kesadaran masyarakat terhadap pola hidup yang lebih layak. Pandangan dan praktik mendisain telah membawa arah pendidikan untuk selalu merubah dan tidak terjebak dalam dogma-dogma sempit yang menciptakan stagnasi pada keilmuan disain sebagai pemecah masalah dalam konteks 81

nyata. Dalam era yang selalu berubah, adalah kenyataan untuk menyelaraskan proses pembelajaran dengan kondisi nyata sehingga mereka mampu bertahan dan menjawab tantangan-tantangan perubahan dalam dunia nyata. Lingkungan binaan meliputi semua tempat yang sebagian besar telah direncanakan dan diciptakan oleh manusia, seperti ruangan, bangunan, lingkungan sekitar (Yuli Andyono, 2006). Pada saat mengamati interaksi manusia dengan lingkungan tertentu yang ditempatinya, maka akan ditemukan karakteristik dasar dan pola-pola prilaku tertentu yang mendasari terbentuknya ruang didalamnya. Karakteristik dasar inilah yang perlu ditangkap oleh peserta didik untuk dapat memahami dan mendefinisikan kembali dalam kerangka disain untuk dapat divisualisasikan dalam rancangan. PENDIDIKAN DISAIN INTERIOR Disain didalam pendidikan merupakan disain yang terwujud dari hasil pemikiran yang terkonsep, terstruktur, terorganisasi dan terarah dengan baik. Karena lingkungan pendidikan merupakan tempat strategis untuk memproses, membentuk, menghasilkan konsep, prosedur, prinsip dan teori tentang disain yang sesuai dengan kebutuhan di masyarakat. Di lingkungan pendidikan, disain dilahirkan melalui proses analisis terhadap suatu permasalahan dan akhirnya tertuang dalam konsep dan rancangan disain. Disain interior sebagai suatu disiplin ilmu yang berbasis disain yang membutuhkan media komunikasi untuk menjabarkan dan mewujudkan karya rancangannnya, sehingga dapat dimengerti dan dipahami dan akhirnya dapat diterima dengan baik sesuai kebutuhan pengguna. Membuat orang lain untuk dapat memahami hasil komunikasi disain dan visualisasi karya rancangan merupakan hal yang tidak mudah. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan pengamatan secara mendalam terhadap ruang, elemenelemen apa saja yang mampu mendukung kekuatan ruang. Kedua, menggali dan memahami secara mendalam tuntutan, keinginan, kebutuhan dan persepsi pengguna terhadap ruang, agar kita tidak terjebak dengan persepsi lain yang justru tidak diharapkan. Ketiga, perlu dilakukan pengenalan terhadap bukti material yang akan dipakai untuk mendukung visualisasi ruang. Keahlian dalam mempresentasikan dan memvisualisasi gagasan-gagasan inovatif dari mahasiswa disain inerior perlu ditunjang kemampuan disain yang baik. Kemampuan menggambar berperan penting guna mewujudkan gagasan-gagasan secara 2- dimensional atau 3-dimensional, baik secara manual atau didukung teknologi. Pendidikan disain interior merupakan pendidikan yang tidak hanya mengolah kemampuan aspek visual saja, tetapi juga kemampuan 82

verbal sehingga mereka matang dan handal secara verbal dan visual. PROBLEMATIKA DALAM DISAIN INTERIOR Ketrampilan disain adalah kemampuan menggambar dalam 2- dimensional dan 3-dimensional, harus dipunyai oleh mahasiswa disain interior. Kemampuan tersebut harus juga didukung kemampuan metode penyampaian dan teknik komunikasi yang baik, sehingga pendidik dapat memahami maksud dan tujuan dari karya rancangannya. Beberapa permasalahan pokok yang banyak terjadi dan ditemui didalam proses pembelajaran presentasi disain. Pertama, kemampuan verbal didalam kelas tidak ditunjang rasa percaya diri terhadap dirinya dan hasil karya rancangannya. Sehingga perlu ditumbuhkan rasa menghargai karya pribadi dalam skala obyektifitas, sehingga disain yang muncul dapat terolah dan terimajinasi oleh individu-individu yang mengerti dan memahami arti rancangan interior. Kedua, berkaitan kesiapan mahasiswa terhadap penguasaan materi rancangan yang dikerjakan. Hal ini diakibatkan persiapan mahasiswa dalam mengumpulkan dan merangkum data yang ada belu sempurna serta dalam menyusun argumentasiargumentasi disain yang sering dimentahkan oleh alasan-alasan subyektif. Perbedaan selera sering membuat perbedaan persepsi terhadap hasil disain, sehingga dialog terjebak dalam pendapat-pendapat pribadi yang tidak relevan dengan dasar rancangan yang mesti muncul. Ketiga, kurangnya dukungan karya rancangan dengan materi-materi fisik yang berupa bukti material fisik rancangan seperti material pembentuk ruang, informasi tertulis atau gambar sebagai kelengkapan disain. Dan keempat, mahasiswa tidak menguasai strategi dan teknik presentasi yang baik. Kebanyakan mahasiswa hanya 83

memahami presentasi sebagai alat evaluasi verbal saja, sehingga pertanggung-jawaban hanya terbatas untuk menjawab pertanyan penguji bukan menjelaskan dan mempertanggung-jawabkan karya rancangannya. Pemahaman terhadap metode dan teknik presentasi akan menolong mahasiwa untuk memahami dengan baik karya rancangannya. Proses presentasi akan mempertajam tahapan-tahapan rancangan, disamping terjadinya pola pembelajaran secara berkelompok, sikap kritis, pembentukan sikap kompetitif dan peningkatan teknik dan ketrampilan disain. diperlukan, karena pengertian ruang tidak hanya terbatas pada pembentukan elemen pembatas, seperti dinding dan plafond untuk terciptanya ruang. Tetapi ruang sebagai sebuah pemaknaan tertentu yang memiliki nilai-nilai manusiawi, hangat, akrab, nyaman, adanya nafas kehidupan, memiliki makna. Adanya pemahaman ini akan berakibat pengertian ruang akan menjadi bertambah, dia tidak tumbuh hanya dengan penghadiran elemen dinding, lantai dan plafond semata. Tetapi juga diakibatkan oleh adanya nilai-nilai atau dimensi-dimensi psikologis lain sehingga pemahaman ruang sebagai satu kesatuan bentuk yang mengikat antara pengguna dan tempat yang mewadahinya. Oleh Yi FunTuan dalam Space and Place dikatakan bahwa ruang merupakan sebuah istilah yang abstrak dan bebas, sementara tempat dimengerti sebagai ruang yang telah memiliki bentuk dan makna. Dalam upaya pemberian bentuk dan makna inilah elemen-elemen aksesoris ruang mampu menampilkan eksistensinya. PSIKOLOGI RUANG DALAM KONTEKS INTERIOR Esensi sebuah ruang dengan melihat pemahaman ruang sebagai dasar pembentukan disain mutlak 84

STIMULUS RUANG DALAM DISAIN INTERIOR Pemahaman ruang tidak dengan sendirinya untuk menjadi sebuah tempat. Untuk meningkatkan ruang menjadi tempat yang lebih manusiawi, nyaman, hangat, akrab dan bahkan mempunyai makna tertentu dibutuhkan kehadiran unsurunsur lain yang fungsional atau dekoratif dimana penghadirannya membutuhkan keterlibatan antara pengguna dengan ruang yang harapkannya. Aksesoris fungsional dan dekoratif dapat berperan sebagai ikon tertentu, karakter, prilaku atau kebiasaan pelaku dan ekspresi pengguna. Susunan dan perletakan elemen-elemen fungsional atau dekoratif ruang yang baik dapat diatur dan disusun berdasarkan prinsi-prinsip dan kepekaan psikologis disain disertai pengalaman-pengalaman individual dalam memadukan material, pola, proporsi dan keseimbangan dan kesatuan disain. Kesimpulan Ruang tidak bisa dilihat sebagai suatu bentuk yang mempunyai dimensi tertentu dengan elemen (interior) didalamnya, tetapi merupakan suatu wadah yang terkomposisi antara bidang (dinding) atau selubung ruang yang mempunyai unsur dekoratif dan elemen (interior) didalamnya yang tersusun atau tertata sesuai tuntutan emosi penghuninya agar kegunaan ruang dapat mendorong penghuninya menjadi lebih nyaman. KEPUSTAKAAN FunTuan, Yi, Space and Place, the Perspective of Experience. Yuli Andyono, dalam Skala+, Arsitektur Interior, Edisi 02, 2006. 85