Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pemetaan Tapak Kawasan Pariwisata Kabupaten Belitung. 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang STUDI KELAYAKAN POTENSI WISATA PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN KABUPATEN BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia.

Pendahuluan. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

REVITALISASI KEHUTANAN

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

PENDAHULUAN Latar Belakang

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT B U P A T I B A N G K A,

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KABUPATEN BADUNG RENCANA STRATEGIS DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 KETENTUAN UMUM

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nom

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Palangka Raya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

KABUPATEN SIAK RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SIAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

WALIKOTA SEMARANG - 1 -

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

Terwujudnya birokrasi sehat, masyarakat kuat dan lingkungan bersahabat demi tercapainya Kabupaten Sampang yang Bermartabat

2 Pada tahun 2010, Provinsi Bangka Belitung menyelenggarakan Tahun Kunjungan Bangka Belitung yang disebut dengan Visit Babel Archipelago 2010 untuk me

Revitalisasi Pengembangan Obyek Wisata Air Panas Cipari

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Tengah, Lampung Timur, dan Lampung Selatan, maka dibuat peta lahan. daya alam dan manusia serta memperluas lapangan pekerjaan dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

Transkripsi:

1.1 LATAR BELAKANG Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu daerah penghasil sumber daya alam khususnya tambang. Kegiatan penambangan hampir seluruhnya meninggalkan lahan-lahan terbuka berupa kolong darat (hamparan Tailing dan Over-Burden) serta kolong air yang berukuran 11-100 ha, dengan kedalaman 5-25m. Luas total kolong di Kabupaten Belitung saat ini belum diketahui secara pasti karena tingginya jumlah penambang liar yang dilakukan masyarakat dengan lokasi penambangan diwilayah terpencil. Keberadaan kolong bagi masyarakat dan pemerintah Kabupaten Belitung saat ini minim sekali manfaatnya dan hampir tidak pernah dilakukan penelitian kearah pengembangan sumber daya kolong tersebut. Pemanfatan hanya sebatas sebagai sumber air bersih untuk mandi dan mencuci. Menurut Wardoyo dan Ismail (1998) kolong terbagi menjadi 3 (tiga) tipe yaitu Kolong Baru (kurang dari lima tahun), Kolong Muda ( 5-20 Tahun ) dan Kolong Tua ( diatas 20 tahun). Selain itu, berdasarkan hubungan antara kolongnya dibedakan menjadi kolong terpisah (tidak saling berhubungan) dan kolong menyatu (satu sama lain berhubungan). Kolong-kolong terpisah yang berumur lebih dari lima tahun tergolong aman untuk dimanfaatkan oleh masyarakat Pengelolaan dan pemanfaatan lahan bekas penambangan meliputi aspek yang sangat luas dan kompleks, tidak hanya aspek lingkungan hidup, tetapi juga aspek sosial ekonomi, pariwisata dan budaya. Upaya pengelolaan lingkungan dalam penambangan sebaiknya bertujuan untuk mencapai suatu kondisi lingkungan yang aman dan yang stabil yang berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Keamanan dan kestabilan lingkungan hidup yang meliputi terjaminnya suatu kondisi lingkungan yang bebas pencemaran yang dapat mendukung keberlanjutan kehidupan dan ekosistem setempat, maupun yang tercakup dalam wilayah lain yang secara tidak langsung terkena dampak aktivitas penambangan tersebut. Seiring dengan perkembangan dan kondisi lingkungan serta arah pembangunanmaka sekarang pemerintah daerah beserta lembaga dan instansi terkait berusaha untuk melakukan pengamanan dan perlindungan terhadap kawasan tersebut. 1-1

Rencana pemerintah akan memanfaatkan dan mengelola bekas-bekas tambang yang tersebar sangat banyak di Kabupaten Belitung ini. Menyadari potensi tersebut, di beberapa kawasan sudah dikembangkan sektor perikanan, perkebunan, pertanian termasuk sektor pariwisata. Dari beberapa alternatif pengembangan kawasan bekas pertambangan dan dengan memperhatikan sifat sektor pariwisata yang relatif lebih ramah lingkungan dan multi sektoral maka pemerintah daerah berusaha untuk mulai mengembangkan kawasan bekas pertambangan menjadi objek wisata ataupun kawasan (cagar) alam maupun budaya dengan tujuan untuk melestarikan dan meningkatkan nilai ekonomis kawasan bekas penambangan yang ada. Penerimaan devisa dan pendapatan daerah dari sektor pariwisata masih belum mencapai target yang diharapkan, sehingga peran pemerintah, dunia usaha dan masyarakat masih terus dituntut peran aktifnya. Berkembangnya kegiatan pariwisata di suatu daerah akan memberikan pengaruh dan mendorong pembangunan sektor-sektor lain, khususnya dalam rangka membuka peluang kesempatan kerja dan peluang untuk berusaha, karena jika dilihat dari segi Beckward linkages ( keterkaitan ke belakang ), kegiatan pariwisata mempunyai keterkaitan erat dengan sektor produksi yakni pertanian dan industri serta penyedia Infrastruktur ( pekerjaan umum dan perhubungan ) sedangkan dari segi Foreward linkages ( keterkaitan kedepan ), kegiatan pariwisata mempunyai keterkaitan erat dengan sektor perdagangan, keuangan dan jasa-jasa sosial kemasyarakatan lainnya. Dalam formasi keterkaitan seperti ini pengembangan kegiatan pariwisata tidak dapat dilihat secara parsial, terutama hanya berkaitan dengan Obyek wisata saja, akan tetapi harus dilihat keterkaitan secara luas. Sejalan dengan itu, dalam Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 dinyatakan bahwa kewenangan pemerintah daerah Provinsi dalam sektor pariwisata hanya terbatas pada promosi pariwisata. Dengan demikian, pengelolaan obyek wisata telah menjadi kewenangan daerah kota atau kabupaten Masing-masing. Kabupaten Belitung sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, memiliki Potensi wisata alam dan budaya yang cukup potensial untuk dikembangkan menjadi daya tarik kunjungan wisata. Memperhatikan apa yang telah dikemukakan diatas Pemerintah Kabupaten Belitung ingin berusaha memadukan antara potensi yang ada dari kolong eks tambang dengan peluang wisata yang cukup menjanjikan dimasa mendatang, mencoba mengubah citra jelek permasalahan lingkungan menjadi peluang ekonomi yang dapat memberikan efek positif dari kesempatan kerja dan peluang berusaha, dengan mengubah kolong eks tambang menjadi objek wisata alam dengan berbagai macam bidang seperti olahraga, pendidikan, rekriasi dan lain-lain. 1.2 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN 1.2.1 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari Kegiatan Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung adalah untuk memberikan gambaran potensi pengembangan wisata kolong eks tambang sebagai suatu sumberdaya alam (SDA) yang berkaitan erat dengan program Perencanaan Pembangunan di Bidang Ekonomi khususnya Sektor kepariwisataan Kabupaten 1-2

Belitung. Disamping itu kegiatan ini juga untuk menjamin kesiapan informasi tematik mengenai Potensi Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan tolak ukur mengenai kondisi Pengembangan wisata di Kabupaten Belitung. Tujuan rinci kegiatan ini adalah sebagai berikut : 1) Teridentifikasi dan terinventarisasi kawasan-kawasan bekas pertambangan yang memiliki potensi sejarah, budaya,maupun keindahan alam yang rnemungkinkan untuk dikelola dan dimanfaatkan secara sosial dan ekonomis dalam bentuk pemanfaatan dan pengendalian Kolong Eks Tambang wilayah Kabupaten Belitung.. 2) Teranalisisnya potensi kawasan-kawasan kolong eks tambang di Kabupaten Belitung sebagai kawasan pariwisata alam yang bernilai ekonomis. 3) Menganalisa faktor-faktor teknis, sosial-ekonomi, sosial-budaya dan kebijakan mana yang mampu meningkatkan nilai ekonomis. 4) Tersusunnya strategi pengembangan kawasan kolong eks tambang di Kabupaten Belitung Untuk pemanfaatan pariwisata dengan segala potensi yang ada dan kesesuaian pemanfaatannya 5) Tersusunnya rencana penataan pengembangan wisata kolong eks tambang prioritas yang memperhatikan aspek kelestarian, keterpaduan, keragaman,serta karakteristik sosial budaya kawasan. 6) Terumuskannya langkah-langkah strategis dalam pengembangan wisata kolong eks tambang sehingga menjadi suatu sumberdaya alam yang potensial dan bernilai ekonomis. 7) Memberikan bahan rekomendasi bagi Pemerintah Kabupaten Belitung dalam rangka menyusun rancangan kebijakan pemanfaatan wisata kolong eks tambang melalui pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan budaya dan kearifan lokal. 1.2.2 SASARAN Sasaran Umum dari pelaksanaan Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang ini adalah ; adanya profil potensi kawasan kolong eks tambang untuk di kembangkan sebagai kawasan pariwisata, arahan kebijakan dan strategi pengembangan, pelestarian dan perlindungan kawasan kolong eks tambang di kabupaten Belitung, rencana penataan pengembangan kawasan, serta indikasi program pengembangan, pemanfaatan, pelestarian dan perlindungan terhadap kawasan dan benda-benda bekas pertambangan untuk menunjang terwujudnya kepariwisataan di Kabupaten Belitung secara berkelanjutan. Tersusunnya Dokumen Perencanaan Pembangunan dan Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Belitung yang Komprehensif meliputi tata ruang kawasan pariwisata beserta aspek regulasinya, arahan pengembangan produk wisata, kebutuhan sarana dan prasarana, promosi dan pemasaran program investasi pemerintah, pola investasi swasta serta pola keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata. 1-3

Sasaran khusus dari pelaksanaan studi kelayakan pengembangan wisata kolong eks tambang ini adalah ; perencanaan, pelaksanaan, pengawasan/ evaluasi dan pelaporan Kegiatan yang di danai dari dana Kegiatan Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang. Sasaran spesifik dari pelaksanaan Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang adalah a) Mengidentifikasi kondisi dan konsep Rencana Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang b) Mengindentifikasi kondisi dan konsep Pengembangan akses untuk menunjang Pariwisata Daerah. c) Mengidentifikasi kondisi dan konsep pengembangan Fasilitas Penunjang Pariwisata Daerah d) Mengidentifikasi kondisi dan konsep pengembangan sumber daya manusia dan kelembagaan. 1.3 DASAR HUKUM Beberapa produk hukum yang menjadi dasar dalam pelaksanaan Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang di Kabupaten Belitung ini adalah : 1) Undang- Undang RI Nomor : 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan 2) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 3) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 4) Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 5) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 6) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 07 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengukuran Kriteria Baku Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa; 7) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 29 Tahun 2009 tentang Pedoman Identifikasi Kawasan Bernilai Penting Bagi Konservasi Keanekaragaman Hayati; 8) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 43 Tahun 1996 tentang Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis Lepas; 9) Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Belitung Tahun 2005-2025; 10) Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Mengengah Daerah Kabupaten Belitung Tahun 2010-2014; 1-4

1.4 RUANG LINGKUP 1.4.1 LINGKUP WILAYAH STUDI Meliputi beberapa kawasan kolong eks tambang baik timah maupun kaolin dengan usia kolong lebih dari 5 Tahun di Kabupaten Belitung, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. 1.4.2 LINGKUP KEGIATAN Lingkup kegiatan dalam pekerjaan ini meliputi: A. Tahapan Persiapan Pada tahap persiapan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a) Konsultasi awal dengan tim teknis dan instansi terkait untuk menyamakan visi dan menyepakat rencana kerja, keluaran, serta hasil yang diharapka b) Pengkajian terhadap produk rencana dan kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan, pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang di Kabupaten Belitung. B. Tahapan Pengumpulan Data dan Informasi Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a) Persiapan survey. b) Pengumpulan data primer c) Pengumpulan data sekunder dari berbagai sumber yang terkait baik dari instansi pemerintah maupun swasta. 1.5 OUTPUT PEKERJAAN Keluaran dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut: 1) Visi, misi, tujuan, dan sasaran Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang di Kabupaten Belitung 2) Kajian Potensi dan Pengendalian yang ditinjau dari aspek-aspek sebagai berikut: a. Teknis b. Sosial-Budaya c. Sosial-Ekonomi d. Lingkungan hidup; e. Pemanfaatan dan pengembangan f. Kebijakan yang sesuai / Kearifan Lokal 3) Rencana dan Strategi Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang dari aspek teknologi, spesifik lokasi dan sosial-ekonomi yang dituangkan dalam kerangka ruang dan waktu kegiatan 4) Hasil Studi mengenai layak/ tidak kawasan dengan deliniasi tertentu yang didalamnya berisi potensi dan rencana pengembangan wisata alam, pemancingan, olah raga, publik space, 1-5

kepemudaan dan remaja (camping ground) dan potensi lainnya yang memungkinkan dapat dikembangkan pada kawasan tersebut. 5) Konsep Metodologi yang tepat dalam Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang, yang terangkum dalam dokumen Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang yang terdiri dari: a. Buku Laporan Pendahuluan b. Buku Laporan Antara c. Buku Laporan Akhir d. Album Peta 1.6 SISTEMATIKA PENYAJIAN LAPORAN Dokumen isi terdiri dari beberapa pembahasan, dimana masing-masing pembahasan menggambarkan tingkatan kedalaman materi bahasan yang saling terkait. Adapun secara sistematik, dokumen ini mencakup: Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Bab 5 Bab 6 Pendahuluan Pada bab ini berisi uraian mengenai Latar Belakang, Maksud, Tujuan, dan Sasaran, Dasar Hukum, Ruang Lingkup Kegiatan, Output Pekerjaan serta Sistematika Penyajian Laporan Pendahuluan. Kajian Pustaka Pada bab ini berisi uraian pemahaman mengenai sumber daya lahan, karakteristik lahan pasca tambang, reklamasi lahan pasca tambang, pemanfaatan lahan pasca penambangan timah dan kepariwisataan Kajian Kebijakan Pada bab ini berisi uraian Kebijakan Perencanaan Pembangunan Kab. Belitung yang tertuang dalam RPJPD dan RPJMD, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang dalam RTRW termasuk didalamnya mencakup pola dan struktur ruang Gambaran Umum Pada bab ini berisi uraian mengenai gambaran wilayah perencanan yang didalamnya mencakup gambaran Kab. Belitung secara umum dan gambaran masing masing kecamatan di Kab. Belitung serta gambaran kondisi kolong kolong eks tambang di Kab. Belitung Analisa dan Arahan Pada bab ini berisikan uraian hasil analisa kolong eks tambang yang telah diobservasi. Indikasi Program Pada bab ini berisikan mengenai program penanganan kolong eks tambang yang telah dianalisis pada bab sebelumnya.. 1-6