BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan diri. dengan kemampuan individu untuk melakukan tindakan yang bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi dan memiliki fakultas-fakultas, dalam fakultas tersebut

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa merupakan bagian dari civitas akademika yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Individu dengan beragam potensi yang dimilikinya melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kecerdasan..., Leila, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan komunikasi adalah kecemasan komunikasi. masalah-masalah yang banyak terjadi pada remaja maupun dewasa dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa kurang fokus terhadap perkuliahan, dikarenakan tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa saat ini diharapkan menjadi sosok manusia yang berintelektual

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian siswa diharapkan dapat mencapai prestasi belajar yang. maksimal sehingga tercapainya tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN LAMANYA BERORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK DI KAMPUS

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diantaranya adalah ilmu bersosialisasi, ilmu kepemimpinan dan cara berbicara dimuka umum

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk pertama kalinya belajar berinteraksi atau melakukan kontak sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan jujur. Namun hingga saat ini, masih ada masalah ketidakjujuran mahasiswa.

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi (Depdiknas,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penunjang yang sangat penting dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak dahulu manusia sudah diberi nama julukan Zoon Politicon

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan hidup sesorang pada dasarnya tergantung pada kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. belajar sesungguhnya tidak ada pendidikan. Demikian pentingnya arti belajar,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tira Nur Indah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi dan membanjirnya informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan jaman, mahasiswa sudah tidak lagi didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

PERAN PENGURUS HMP PGSD DALAM PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DI PROGDI PGSD FKIP UMS

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di lahirkan sebagai suatu mahluk yang utuh dan mandiri, namun

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang selalu menarik untuk dibahas.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri untuk

PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 mencantumkan bahwa siswa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan tanggung jawab setiap siswa dan kualitas hasil

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perekonomian yang cukup sulit bagi sebagian lapisan masyarakat mendorong mahasiswa

HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan lainnya sehingga perlunya kemampuan dalam memahami

IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan suatu sistem, pengorganisasian,

BAB I PENDAHULUAN. terbayang dalam pikiran kita sekelompok pemuda-pemudi dengan jas. disamping tugas-tugas kuliah mereka yang juga menumpuk.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konstruksi nasional dalam bidang pendidikan merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan. bahwa:

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. ( Suryabrata, 2002 : 293 ).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. dari dalam maupun dari luar individu. Havighurst yang dikutip (Hurlock,

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sekarang ini telah mulai

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mampu menciptakan peserta didik yang tidak hanya berprestasi dan

BAB I PENDAHULUAN. budaya, tetapi juga aspek ilmu pengetahuan termasuk di dalamnya pendidikan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa dapat dikatakan sebagai kelompok dari generasi muda yang sedang belajar atau menuntut ilmu di perguruan tinggi, dengan jurusan atau program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan, belajar beorganisasi, belajar bermasyarakat dan belajar jadi pemimpin. Disamping tugas kuliah yang menumpuk mereka harus menyelesaikan setumpuk pekerjaan organisasi. Aktivitas organisasi mereka yang padat tentu banyak menyita waktu dan tenaga, namun nilai positif pengalaman organisasi yang mereka dapatkan juga sebagai sosok mahasiswa yang memiliki keberanian dan kepercayaan diri yang tinggi, dimana mereka ditempa untuk senantiasa yakin bahwa mereka mampu melakukan suatu perubahan besar (agent of change). Organisasi dapat dirumuskan sebagai suatu kerjasama berdasarkan suatu pembagian kerja yang tetap (terstruktur). Hidup berkelompok pada umumnya membutuhkan suatu perkumpulan atau organisasi. Dalam UUD 1945 pasal 28, berorganisasi disebutkan dengan istilah berserikat, sedangkan apabila kerjasamanya tidak permanen disebut berkumpul. Berorganisasi bagi mahasiswa adalah penting. Banyak keuntungan yang dapat diperoleh jika para mahasiswa mampu memahami gerak dan manfaat dari organisasi yang mereka ikuti. Jadi dapat diketahui bahwa organisasi merupakan bentuk perkumpulan antara dua orang/lebih yang bekerja sama,berstruktur dan berkoordinasi dengan anggotanya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Organisasi

2 kampus sering dikaitkan keberadaannya dengan keaktifan anggotanya (mahasiswa), dan sebaliknya aktivis pasti terkait organisasi kampus. Suryabrata (2001 ) mengemukakan aktivitas adalah banyak sedikitnya orang mengemukakan diri, menjelmakan perasaan, dan pikirannya dalam tindakan yang spontan. Jadi aktivitas tindakan yang dilakukan seseorang secara spontan melalui kegiatan dengan mencurahkan segala potensi yang ada dalam diri, aktivis merupakan sebutan bagi para mahasiswa yang aktif dalam kegiatankegiatan organisasi. Dalam dunia kampus kata Aktivis sudah tidak asing lagi terdengar ditelinga bahkan seringkali menjadi topik utama dalam setiap pembicaraan. Selama ini banyak kasus yang sudah melekat pada diri seorang aktivis, mulai dari kegagalan dalam perkuliahan seperti; gagal lulus dimata kuliah tertentu dan harus mengulang tahun depan, indeks prestasi rendah atau dibawah rata-rata bahkan hingga keterlambatan di dalam kelulusan akademik. Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di Universitas, Institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa (Takwin dalam Ahmaini :2010). Masa mahasiswa meliputi rentang umur 18/19 tahun sampai 24/25 tahun. Rentang umur mahasiswa ini masih dapat dibagi atas periode 18/19 tahun sampai 20/21 tahun, yaitu mahasiswa dari semester 1 sampai dengan semester IV, dan periode 21/22 tahun sampai 24/25 tahun, yaitu mahasiswa semester V sampai dengan semester VIII (Winkel dalam Ahmaini : 2010). Mahasiswa merupakan komponen penunjang kemajuan negeri, mahasiswa diharapkan mampu memberikan sumbangan melalui kapasitas intelektualitasnya,

3 sehingga masa kuliah seharusnya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Mengikuti aktivitas pada unit-unit kegiatan mahasiswa bukan berarti meninggalkan tugas belajar kuliahnya. Mahasiswa bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam perkuliahan. Selain itu membantu mahasiswa tampil aktif, baik di dalam maupun di luar kampus. ( Tohirin dalam Komunika : 2013). Mahasiswa mendirikan organisasi disebabkan beberapa tujuan tertentu, dimana tujuan itu hanya dapat dicapai melalui tindakan yang dilaksanakan secara bersama-sama dan persetujuan bersama baik itu tujuannya untuk laba, pemberian tindakan, agama, pemeliharaan kesehatan, prestasi olahraga, pembangunan dan lain-lain (Setiawan dalam Wahyu & Dedi : 2008). Organisasi kemahasiswaan merupakan salah satu media penghubung antara dunia pendidikan/ kampus dan kehidupan bermasyarakat. Ketika seorang mahasiswa sering menghadapi permasalahan-permasalahan yang ada di dalam organisasi kemahasiswaan maka secara tidak langsung mahasiswa tersebut sedang berlatih untuk hidup bermasyarakat. Organisasi kemahasiswaan membawa setiap anggotanya untuk bersinggungan langsung dengan kehidupan di dunia kerja, di organisasi kemahasiswaan anggotanya diajarkan untuk menumbuhkan soft skill secara alami dengan cara pengadaan kegiatan-kegiatan, mulai dari tahap perencanan sampai tahap evaluasi. Kemampuan soft skill ini antara lain terkait dengan kemampuan berkomunikasi dan berbahasa, bekerja dalam satu tim, kemampuan untuk saling mempercayai setiap pengurus, dan kemampuan untuk memimpin dan dipimpin. Kemampuan ini tidak diajarkan di lembaga pendidikan/

4 bangku kuliah, kemampuan tersebut bisa didapat dari mengikuti organisasi kemahasiswaan. Mengutip pernyataan Ahmaini (2010) mahasiswa yang aktif dalam organisasi merupakan sekelompok mahasiswa yang bergabung dalam sebuah organisasi serta memiliki orientasi yang keluar dari diri mereka sendiri. Kelompok mahasiswa aktivis ini biasanya banyak menghabiskan waktunya untuk mengikuti kegiatan di organisasi kemahasiswaan. Mereka yang pada umumnya mencari kegiatan yang dapat menyalurkan bakat dan potensinya untuk mencapai kehidupan yang lebih bermakna tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang lain yang diaplikasikan ke masyarakat. Mahasiswa yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan cenderung memiliki keberanian yang lebih untuk berprakarsa dalam bertindak, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan menyampaikan pendapat secara efektif, serta memiliki kepekaan terhadap kejadian-kejadian yang berkembang di lingkungan sosial (Leny dan Tomy : 2006). Mahasiswa yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan memang membutuhkan ruang untuk mengaktualisasikan kemampuan-kemampuan dan potensinya untuk mencapai tujuan hidupnya yakni organisasi, namun disisi lain mereka harus memenuhi kewajiban-kewajiban mereka layaknya sebagai mahasiswa. Menurut Djon (Leny dan Tomy : 2006), ada sikap positif yang diterima mahasiswa dari mengikuti kegiatan organisasi kemahasiswaan, antara lain: adanya kemampuan berbicara; supel dalam bergaul, dapat memudahkan mahasiswa untuk

5 cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dihadapi dan tidak canggung dalam pergaulan; kekuatan mental, karena dalam kegiatannya sehari-hari sudah terbiasa mendapatkan pujian, maupun kritikan dan tantangan lainnya. Sebagai mahasiswa yang aktif dalam organisasi khususnya BEM-F (Badan eksekutif mahasiswa tingkat fakultas) mempunyai peranan majemuk. Di salah satu sisi, ia harus berupaya menjadi pribadi yang sukses. Di sisi yang lain, ia memiliki kewajiban untuk bisa mengayomi mahasiswa yang lainnya dan menjadi fasilitator atas semua keluhan mahasiswa yang lain. Untuk menjadi pribadi yang sukses maka ia harus belajar mencapai target-target yang selain target pribadi ia juga harus dapat mencapai target organisasi khususnya dalam BEM itu sendiri hal tersebut harus didukung oleh kecerdasan di semua aspek baik intelektual, emosional maupun spiritual. Kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangannya (Lauster dalam Nur asyah : 2005). Rasa percaya diri merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan individu. Hakim (2002 ) kepercayaan diri sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan

6 keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan didalam hidupnya. Permasalahan kepercayaan diri dan remaja memiliki kekhasan tersendiri dalam kajian perkembangan manusia. Remaja, lebih khusus lagi pada remaja akhir memiliki kepercayaan diri yang relatif mantap. Hal ini sangatlah beralasan, karena pada tahap remaja akhir, permasalahan identitas diri sudah sampai pada tingkat kemantapan. Proses pencarian identitas diri umumnya sudah terlampaui. Penegasan terhadap pandangan ini juga terlontar dari pendapat (Buss dalam Ratna 2003) yang mengemukakan bahwa pada diri remaja akhir memiliki kebutuhan untuk memantapkan identitas diri dan memantapkan kemasakan sosial serta perkembangan pribadi. Kemantapan dan keberadaan kepercayaan diri pada tahap ini memang amat diperlukan. Adanya kepercayaan diri akan semakin memperkuat pencapaian kematangan pribadi dan cita-cita ( Allport dalam Ratna 2003). Individu yang tidak mempunyai kepercayaan diri jika individu itu tidak berani mengambil resiko atau mengambil keputusan dan menghadapi tantangan. Kepercayaan diri juga merupakan hal yang penting dalam individu sebagai manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi. Individu yang memiliki kepercayaan diri yang lebih baik dan yakin untuk melakukan sesuatu, individu itu akan sukses dalam bidang apapun yang akan dicapainya. Tumbuh dan berkembangnya kepercayaan diri yang mantap berkaitan erat dengan masa depan individu, individu yang memiliki kepercayaan diri tinggi akan lebih siap dalam menghadapi masa depannya (Allport dalam Ratna 2003).

7 Kurangnya kepercayaan diri dapat mengakibatkan timbul rasa rendah diri yang terlihat sebagai rasa malu, kebingungan, rendah hati yang berlebihan kebutuhan yang berlebih-lebihan untuk di puji (Lauster dalam Nur asyah : 2005). Lebih lanjut disepanjang hidup mereka, banyak orang yang gagal untuk berbuat sesuatu dengan potensi mereka bukan karena mereka kurang mampu tetapi hanya karena kurang percaya pada diri sendiri (Anthoni dalam Nur asyah : 2005). Hal yang paling tepat dilakukan untuk pembentukan kepercayaan diri adalah dengan jalan melakukan pencegahan dan pembinaan sedini mungkin terutama dalam hal mengungkapkan perasaan diri sebagai modal kearah terbinanya rasa percaya diri. Individu tersebut akan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari berani menyatakan keinginannya maupun pendapatnya baik kepada dosen, teman, ataupun orang tuanya. Terbentuknya rasa kepercayaan diri pada seseorang individu menyebabkan individu tersebut lebih kreatif, berani menempuh resiko dan berani bereksperimen yang mana pada akhirnya dapat menghasilkan suatu kecakapan (Hartono dalam Nur asyah : 2005). Berdasarkan pengamatan awal penulis terhadap beberapa rekan mahasiswa yang aktif berorganisasi di UIN Suska Riau dijumpai beberapa fenomena antara lain: 1. Terdapat mahasiswa yang pandai bergaul dengan rekan sejawat maupun para dosen, dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan manapun serta memiliki gaya berkomunikasi yang baik. 2. Sebagian mahasiswa terlihat yakin dengan kemampuan/potensi yang dimiliki, hal ini dapat diamati saat diadakan seminar beberapa

8 mahasiswa kelihatan antusias saat diminta pembicara untuk memberikan tanggapan langsung atau komentar mengenai permasalahan yang diangkat. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti masalah ini dan melakukan suatu penelitian dengan judul Hubungan Antara Keaktifan Berorganisasi dengan Kepercayaan Diri Mahasiswa UIN Suska Riau. B. Rumusan masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat hubungan antara keaktifan berorganisasi dengan kepercayaan diri mahasiswa UIN Suska Riau?. C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keaktifan berorganisasi dengan kepercayaan diri mahasiswa UIN Suska Riau. D. Keaslian Penelitian Penelitian yang terkait dengan keaktifan berorganisasi dengan kepercayaan diri sudah banyak dilakukan baik dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Hanya saja dalam beberapa penelitian sebelumnya kedua vairabel ini sering dipisah dalam penelitiaanya. Sebelumnya kedua variabel ini sering dipisah dalam penelitiannya. Penelitian-penelitian yang terkait dengan keaktifan berorganisasi misalnya penelitian yang dilakukan oleh Lana Virgillia (2012) yang berjudul Hubungan Antara Keaktifan Mengikuti Kegiatan Organisasi Kemahasiswaan Dengan

9 Kecerdasan Emosional Pada Kemahasiswaan Dengan Kecerdasan Emosional Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata". Hasil dari penelitian ini menunjukkan semakin tinggi keaktifan mahasiswa dalam mengikuti organisasi kemahasiswaan, maka semakin tinggi pula kompetensi interpersonalnya. Sebaliknya, semakin rendah keaktifan mahasiswa dalam mengikuti organisasi kemahasiswaan, semakin rendah pula kompetensi interpersonalnya. Penelitian yang terkait dengan kepercayaan diri misalnya dilakukan oleh Nur'asyah (2005) yang berjudul " Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dan Penyesuaian Persepsi Siswa Terhadap Matematika Dengan Hasil Belajar Matematika di SMP Negeri Se kota Medan". Hasil dari penelitian ini menunjukkan makin tinggi kepercayaan diri siswa maka makin tinggi pula hasil belajar matematika siswa, makin baik persepsi siswa terhadap matematika maka semakin tinggi pula hasil belajar matematika siswa, kepercayaan diri dan persepsi siswa terhadapt matematika secara bersama-sama mempunyai hubungan yang berarti dan signifikan dengan hasil belajar matematika pada siswa SMP negeri di Kota Medan, dan persepsi siswa terhadap matematika ternyata memiliki hubungan yang lebih besar dengan hasil belajar siswa, bila dibandingkan dengan kepercayaan diri. Dari beberapa penelitian diatas peneliti membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian lainnya, dimana peneliti menggabungkan kedua variabel diatas yaitu keaktifan berorganisasi sebagai variabel bebas (X) dan kepercayaan

10 diri sebagai variabel terikat (Y) dengan subjek penelitian adalah mahasiswa yang aktif berorganisasi serta menggunakan metoda kuantitatif. Berdasarkan uraian dari beberapa hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa meskipun memiliki persamaan dengan salah satu variable penelitian namun menunjukkan perbedaan dari segi kasus penelitian, tempat penelitian dan variabel bebas dan terikat yang digunakan. Oleh karena itu penulis yakin bahwa belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya tentang hubungan keaktifan berorganisasi dengan kepercayaan diri pada mahassiwa UIN SUSKA Riau. E. Manfaat penelitian Setelah penelitian dilaksanakan, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi psikologi Industri dan Organisasi dalam memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberikan gambaran mengenai hubungan antara keaktifan berorganisasi dengan kepercayaan diri. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau acuan bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan keaktifan berorganisasi dan kepercayaan diri di UIN Suska Riau.

11 b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar rekomendasi untuk meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa yaitu, dengan aktif mengikuti kegiatan organisasi kemahasiswaan.