TERMS OF REFERENCE. NGOPI (Ngobrol Pintar) #4. Kebijakan Pelarangan Sepeda Motor di Jalan Protokol Jakarta. Jakarta Punya Siape?

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembicaraan mengenai kemacetan sudah ada sejak lama. Bagi masyarakat

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang.

PENDAHULUAN. Pada umumnya, manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka selalu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4104/2003 TENTANG

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. yang murah untuk mencari oleh oleh dan menjadi tujuan utama bagi pengunjung

BAB 1 PENDAHULUAN. Data dari Badan pusat statistik tahun 2010, populasi penduduk Jakarta 9,607,787

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota Indonesia berpenduduk lebih dari 9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

ANALISIS KAPASITAS PARKIR KENDARAAN PADA RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diketahui tidak dapat hidup sendiri

BAB I PENDAHULUAN. tergolong tinggi dalam satu era dengan tingkat mobilitas yang tinggi dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tarik tersendiri bagi penduduk untuk melakukan migrasi ke daerah tertentu. Migrasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

L E B A K B U L U S BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO

JALAN TOL BAGI KENDARAAN TIDAK BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

KAJIAN KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL DI KAWASAN PASAR TANAH MERAH BANGKALAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN RENCANA SIMPANG TAK SEBIDANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. transportasi yang dapat digunakan pelajar untuk menuju ke sekolah. Transportasi

r~~vcj i~~~~0~" : ~~ii ;...<r C..j.D', "~\I ~ ~\~~ ~.,~~. ~. "\;;;; jt) i 5' I..t Fl: :. .1~O~~.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada para pelanggan. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGAMATAN TENTANG PENERAPAN SISTEM PLAT NOMOR GANJIL/GENAP SEBAGAI ALTERNATIF PENGURANGAN KEPADATAN KENDARAAN PRIBADI DI JALAN RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kota tersibuk yang ada di Indonesia adalah Jakarta (Toppa, 2015), ibu

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada

PEMBATASAN KENDARAAN UNTUK MENGURANGI KEMACETAN JAKARTA Oleh Tim Redaksi Butaru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan merupakan sebuah struktur yang dibangun melewati jurang,

UPAYAPENGGUNAANSEPEDA SEBAGAI MODA TRANSPORTASI DI KOTA SURABAYA

TRANSPORTASI JAKARTA : SEBUAH DISKRIMINASI YANG TERABAIKAN. Pertumbuhan Kendaraan DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tahun 2014, Jakarta diprediksi akan mengalami kemacetan total.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki berbagai macam permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat merupakan bagian dari Provinsi DKI Jakarta yang merupakan

PENGEMBANGAN STASIUN KERETA API JAKARTA KOTA

ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG

BAB III METODE PERANCANGAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut bisa dalam bentuk barang ataupun jasa. Atas dasar itu negara sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Yogyakarta terletak di Propinsi D. I. Yogyakrta mempunyai lokasi yang

STASIUN KERETA MONOREL INTERCHANGE KARET DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. itu berdasarkan beberapa indikasi, seperti jumlah kelahiran penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum

BAB I PENDAHULUAN. dalam 72 Persen Keluarga Indonesia Pengguna Sepeda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Dalam meningkatkan kemajuan pembangunan di suatu negara sangat

BAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keputusan membeli setiap orang adalah sesuatu yang unik, hal ini karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem kehidupan, sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GREEN TRANSPORT: TRANSPORTASI RAMAH LINGKUNGAN DAN KONTRIBUSINYA DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA

Pesan Ibu Nusantara Bagi Arah Kebangsaan Indonesia: Akui dan Penuhi Hak-hak Konstitusional Pemeluk Agama Leluhur dan Penghayat Kepercayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara langsung sehingga transportasi mempunyai peranan yang penting

EVALUASI KINERJA PARKIR DI RSU HAJI SURABAYA

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. prasarana yang dimiliki kota tersebut. Jayadinata (1992:84) menyatakan, kota

SEPEDA MOTOR: PERAN DAN TANTANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. 1. Tingginya Mobilitas Penggunaan Jalan di Sumatera Utara

GREEN TRANSPORTATION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang sparepart mobil. Berdasarkan data yang dihimpun dari Direktorat Lalu-

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat menggunakan kendaraan pribadi. Efek domino dari fenomena

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. yang tepatrnya berlokasi di Jl. Meruya Selatan, Kebon Jeruk - Jakarta Barat. Lokasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TUGAS AKHIR KAJIAN PENGELOLAAN DAN PENGATURAN PERPARKIRAN DI KOMPLEK PERKANTORAN BANK INDONESIA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

Transkripsi:

TERMS OF REFERENCE NGOPI (Ngobrol Pintar) #4 Kebijakan Pelarangan Sepeda Motor di Jalan Protokol Jakarta Jakarta Punya Siape? LATAR BELAKANG Persoalan kemacetan lalu lintas di kota Jakarta tidak terlepas dari kondisi dan perkembangan tata ruang wilayah Provinsi DKI Jakarta kota ini. Transportasi dan tata ruang merupakan dua aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, karena transportasi dalam hal ini lalu lintas atau traffic merupakan fungsi dari tata guna lahan. Tata guna lahan yang tidak dimaksimalkan dengan baik dan cermat tentunya akan menghasilkan kerugian, seperti kecelakaan dan kemacetan. Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, mencatat terjadi 5.472 kasus kecelakaan di Jakarta dan sekitarnya sepanjang tahun 2014. Sebanyak 578 orang meninggal dunia akibat kecelakaan itu. Berdasarkan laporan tersebut, tiap tahunnya, 45.000 pengendara motor meninggal karena kecelakaan di Jakarta dan tiap harinya terdapat dua sampai tiga orang meninggal karena kecelakaan motor dan rata-rata anak di bawah umur. Menurut laporan Update Indonesia pada September 2010 mengenai Problem Kemacetan Jakarta, terdapat sejumlah analisis penyebab kemacetan Ibukota. Pertama, pertumbuhan jumlah kendaraan yang tidak seimbang dengan pertumbuhan jalan.. Total pertumbuhan mobil sebesar 10 persen pertahun dan motor 15 persen pertahun. Bandingkan dengan panjang jalan yang 7.650 kilometer, atau 0,26 persen dari wilayah Jakarta yang seluas 662 kilometer persegi dan dengan pertumbuhan panjang jalan yang hanya 0,01 persen pertahun. Akibatnya, tapak jalan penuh dan pada suatu titik akan macet total.

Kedua, transportasi umum tidak berkembang. Selain tidak aman dan tidak nyaman, angkutan massal belum mampu menjawab kebutuhan transportasi warga. Jumlah kendaraan pribadi yang lebih banyak dibanding kendaraan umum memperparah keruwetan transportasi di Jakarta. Dari jumlah kendaraan roda dua dan empat di Jakarta yang sebanyak 6,7 juta unit, 98 persen diantaranya adalah kendaraan pribadi, sedangkan sisanya angkutan umum. Padahal jumlah orang yang diangkut kendaraan pribadi jauh lebih sedikit ketimbang penumpang yang dibawa angkutan umum. Rencana penetapan kebijakan yang membatasi para pengguna sepeda motor melintas di beberapa kawasan jalan protokol ibu kota, yang dicanangkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (seperti tercantum pada Perda No. 5 Tahun 2014), bersama Dinas Perhubungan DKI dan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat yang menggunakan sepeda motor sebagai transportasi utama sehari-hari. Pembatasan yang telah diberlakukan sejak pertengahan Desember 2014 lalu di sepanjang Jalan MH Thamrin menuju Jalan Merdeka Barat kemudian menghembuskan wacana yang terakhir beredar di masyarakat yakni, akan dilakukannya perluasan area pelarangan tersebut, antara lain di Jalan Industri, Jalan Angkasa, Jalan Garuda, Jalan Bungur Selatan, Jalan Otista, Jalan Minangkabau, Jalan Dr. Soepomo, dan Jalan Jenderal Sudirman. Menurut Basuki Tjahaja Purnama selaku Gubernur DKI Jakarta, ada beberapa kriteria dalam menentukan wilayah mana yang akan diterapkan pembatasan motor, yakni tersedianya layanan angkutan publik bagi warga, tersedianya lahan parkir, serta ada jalur alternatif di sisi kiri atau kanan bagi pengendara motor. Seperti yang dilansir melalui harian Kompas tertanggal 6 Januari 2015, Basuki mengakui bahwa kebijakan ini hanya dapat diterapkan di jalan-jalan protokol ibu kota, seperti Jalan Medan Merdeka, Jalan MH Thamrin, Jalan Sudirman, dan wilayah Kuningan Jakarta Selatan. Pelarangan motor itu akan dilakukan secara bertahap. Setelah bus tingkat milik Pemprov DKI mencukupi dan PT Transjakarta menambah ratusan bus tingkat gratis, kebijakan akan diperluas hingga Ratu Plaza, Jalan Sudirman. Penggunaan sepeda motor di DKI Jakarta sudah menjadi moda angkutan utama masyarakat, khususnya anak muda dalam melakukan perjalanan. Hampir separuh dari seluruh perjalanan

mereka menggunakan kendaraan bermotor, yang berarti juga reaksi penolakan anak muda atas kebijakan ini akan tinggi. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu anak muda pengguna sepeda motor (dimuat di Harian Viva News tertanggal 12 November 2014), Aco yang mengatakan, Pemerintah harus punya solusi lain untuk memenuhi kebetuhan warga yang mobilitasnya tinggi. Jangan hanya diskriminatif kepada pengguna sepeda motor saja. Sekjen Organisasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (Opsi), Timboel Siregar dalam wawancaranya di BeritaSatu pada 9 Januari 2015 berpendapat bahwa akibat kebijakan seperti itu, maka, pertama, akses masyarakat ke ruang publik tertutup. Tentunya pelarangan ini merupakan bentuk diskriminasi nyata terhadap masyarakat, khususnya para pemuda yang berada dalam usia produktif yang memiliki mobilitas sosial yang tinggi. Filosofi free public sphere sebagai salah satu pilar pembangunan wilayah juga turut terciderai. Masyarakat sebagai tax payer tidak dapat menikmati free public sphere tersebut. Kebijakan yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta kerap kali bersifat ad hoc serta tidak melibatkan peran masyarakat. Latar belakang diberlakukannya kebijakan pelarangan sepeda motor untuk mengurangi kemacetan di DKI Jakarta pun tumpang tindih dengan rencana pemerintahan Jokowi-JK yang ingin melanjutkan program mobil murah atau Low Cost Green Car (LCGC). Menurut data dari ASEAN Automotive Federation (AFF), Indonesia menempati urutan pertama penjualan mobil di tahun 2014. Dari 2.380.683 unit yang terjual, 923.943 unit diantaranya masuk ke Indonesia. Alih-alih ingin mengurangi kemacetan, Pemprov DKI Jakarta justru dihadapkan oleh pemerintah pusat yang membuka lebar masuknya kendaraan bermotor di Indonesia. Menjadi tidak tepat bila kebijakan pelarangan itu dilakukan dengan alasan untuk mengurangi kemacetan di Jakarta. Sebab, penyebab utama membeludaknya jumlah sepeda motor di Jakarta adalah akibat mudahnya masyarakat memperoleh kendaraan roda dua itu. Infrastruktur transportasi umum yang belum memadai juga menjadi faktor berkembang pesatnya penjualan kendaraan bermotor di Indonesia khususnya DKI Jakarta. Keberadaan Transjakarta dan rencana penambahan ratusan bus gratis untuk pengendara sepeda motor tentu membutuhkan biaya yang besar. Pengadaan bus gratis yang melibatkan banyak pihak tentu membutuhkan pengawasan yang ketat untuk menghindari potensi korupsi. Kurangnya transparansi dan kurangnya pelibatan publik dalam kebijakan tersebut juga menjadi salah satu aspek yang perlu dikritisi. Kemacetan di Jakarta seakan menjadi polemik tata kota yang tak kunjung usai dari tahun ke tahun. Hal ini menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut bagaimana kebijakan politik tata kota

yang diterapkan oleh Pemprov DKI Jakarta. Berbagai pertanyaan pun muncul dikalangan para pemuda, bagaimanakah sikap anak muda dalam menanggapi kebijakan politik tata kota oleh Pemprov DKI Jakarta berkaitan dengan kebijakan pelarangan sepeda motor serta berperan aktif untuk mengawasi kebijakan tersebut? Langkah apakah yang dilakukan pemerintah guna memastikan bahwa kebijakan tersebut representatif dan juga bersih dari korupsi? Oleh karena itu berangkat dari masalah tersebut, Youth Department Transparency International Indonesia berinisiatif untuk mengadakan kegiatan Ngobrol Pintar (NGOPI), sebuah diskusi dwi mingguan yang akan membahas isu antikorupsi dari berbagai macam perspektif: politik, sosial, budaya, HAM, ekonomi, lingkungan, dan perspektif lainnya. Diskusi ini bersifat sersan (serius namun santai), dengan melibatkan sejumlah narasumber yang nantinya akan berperan sebagai pemateri dan pembicara, serta melibatkan partisipasi peserta dari berbagai latar belakang sosial. TUJUAN o Meningkatkan antusiasme kaum muda dan masyarakat dalam menyampaikan pandangan atau pendapat mereka terhadap kebijakan yang baru saja ditetapkan terkait pelarangan penggunaan sepeda motor di beberapa jalan protokol Jakarta. o Mendorong peran serta pemuda dalam mengawasi kebijakan pemerintah. o Menciptakan suasana diskusi yang santai namun tetap serius, dimana narasumber dan peserta acara dapat menyuarakan pendapat mereka secara bebas dan aktif. CAPAIAN o Peserta diharapkan kedepannya lebih kritis dan tanggap terhadap topik atau isu-isu aktual yang diperbincangkan di lingkungan publik o Peserta mendapat kesempatan untuk bertukar pikiran atau gagasan dengan narasumber serta peserta lainnya terkait putusan pelarangan penggunaan sepeda motor di beberapa jalan protokol Jakarta.

NARASUMBER Moderator Pemateri : Maria Resti (Volunteer Youth Proactive Batch II) : Yudi Adiyatna (Volunteer Youth Proactive Batch II) Pembahas (Penanggap): 1. Pheni Chalid, Ph. D (Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) 2. Marco Kusumawijaya (Founder and Director of RUJAK Center for Urban Studies) 3. Ardi Yunanto, Ruangrupa, Karbonjournal.org TARGET PESERTA o Organisasi & komunitas anak muda o Relawan Youth Proactive o Pelajar & Mahasiswa o Media o LSM o Akademisi & peneliti o Aktivis o Masyarakat umum WAKTU DAN TEMPAT Hari/tanggal : Jum at / 23 Januari 2015 Waktu : Pukul 17.30-20.30 WIB Tempat : Kedai Tjikini, Jalan Cikini Raya no. 17, Jakarta Pusat (tentative)

AGENDA Waktu Kegiatan 17.30-18.30 Registrasi & Makan Malam 18.30-18.45 Pembukaan 18.45-19.15 Pemaparan dari Pemateri 19.15-19.45 Pemaparan dari Penanggap 19.45-20.15 Sesi Diskusi dan Tanya Jawab 20.15-20.30 Kesimpulan dan Penutup