PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA LABORATORIUM VIRTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT KOLIGATIF LARUTAN DI SMA NEGERI 11 TEBO KARYA ILMIAH

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH MEDIA LABORATORIUM VIRTUAL DALAM PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMAN 8 MUARO JAMBI KARYA ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil belajar siswa di SMA Negeri 10 Sarolangun masih belum memenuhi standar yang telah 1 XI IPA 1 65,24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENERAPAN LABORATORIUM VIRTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LARUTAN ASAM BASA KELAS XI MIA MAN MODEL KOTA JAMBI

KOMPARASI HASIL BELAJAR KIMIA ANTARA SISWA YANG DIBERI METODE DRILL DENGAN RESITASI

PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE INDEX CARD MATCH

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN LABORATORIUM VIRTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA MATERI RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK SISWA KELAS XII SMA NEGERI ABULYATAMA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A-MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA. Nurlia Astika, Ngurah Ayu Nyoman M

MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL UNTUK PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

ANALISIS PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN INTERNET PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 MUARO JAMBI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DISERTAI DENGAN KEGIATAN DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR ASAM, BASA, DAN GARAM

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR PADA KONSEP REAKSI REDOKS KELAS X MAN MUARO BUNGO KARYA ILMIAH

TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER DENGAN MEDIA CHEMO-EDUTAINMENT

PEMBELAJARAN BERBASIS VIRTUAL LABORATORY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PADA MATERI LISTRIK DINAMIS

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO TUTORIAL PADA MATERI TETAPAN KESETIMBANGAN UNTUK KELAS XI IPA SMA N 6 BATANGHARI KARYA ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

*Keperluan korespondensi, telp: ,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH MODEL COOPERATIVE SCRIPT TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 LUBUKLINGGAU ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI MEDIA SIMULASI KAMERA DIGITAL MATA KULIAH PENGEMBANGAN MEDIA FOTO

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Penekanan dari upaya

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta 2 Dosen Prodi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS Surakarta

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Model Direct Instruction Berbantuan Simulasi Virtual Terhadap Penguasaan Konsep Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

I. PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa pendidikan dalam pembangunan nasional berupa. seutuhnya. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LABORATORIUM NYATA DAN LABORATORIUM VIRTUAL DALAM MATERI ASAM BASA KELAS XI IPA SMA NUSANTARA KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Pemanfaatan Media Animasi Dalam Pembelajaran Kimia Untuk meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Di SMAN 12 Pekanbaru

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. fisika. Aspek kognitif merupakan aspek utama dalam pembelajaran, aspek ini

PENGARUH PROBLEM SOLVING LABORATORY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KONSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU

OLEH ELLA CHINTYA PIARUCCI A1C110009

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

Surakarta. Keperluan korespondensi, telp: ,

Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

PENCAPAIAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN PENGALAMAN DAN INKUIRI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan pula pada batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 bab XII

Lailly Ramadhani dan Tri Harsono. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Medan.Jl.Willem Iskandar Pasar V Medan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KOMPARASI HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER TERMODIFIKASI DAN THINK-PAIR-SHARE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

*

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

*keperluan korespondensi, tel/fax : ,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA ANIMASI PADA PEMBELAJARAN KOMPETENSI DASAR MEMPERBAIKI SISTEM STARTER TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, UNS, Surakarta

EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE GI DAN STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL. Praptiwi dan Jeffry Handhika

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Endro Widodo, 2014 Efektivitas pembelajaran berbasis praktikum pada uji zat makanan di kelas XI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

Pengaruh Penerapan Metode Stimulus-Respon Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi Kelas XI MAN 2 Kota Bima

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN GEOGRAFI DENGAN STRATEGI DISCOVERY- INQUIRY. Abstrak

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

PENERAPAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL TUTORIAL TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN LABORATORIUM VIRTUAL PADA MATERI UJI ZAT MAKANAN UNTUK SISWA KELAS XI SMA

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI BERMEDIA LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUAL KELAS XI POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penggunaan Media Kartu (Flash Card) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Mutasi bagi Peserta Didik Kelas XII

Skripsi Oleh: Lilis Rahmawati NIM K

Oleh : MEI FRANCISKA RRA1A109057

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang tidak disukai oleh

Universitas Sebelas Maret Surakarta. *Korespondensi, telp: , ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT MENGGUNAKAN CAMTASIA STUDIO

ABSTRAK. Kata Kunci : Aktivitas, Hasil Belajar Siswa, Metode Demonstrasi PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN TEORI. berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing tentang hasil

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

Furry Aprianingsih, Elsje Theodore Maasawet, Herliani Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Mulawarman Samarinda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK GETARAN DAN GELOMBANG DI KELAS VIII SMP NEGERI 12 BINJAI

A1C FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI AGUSTUS,

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TIPE TRUE OR FALSE TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NERIS PERI ARDIANSYAH,

Transkripsi:

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA LABORATORIUM VIRTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT KOLIGATIF LARUTAN DI SMA NEGERI 11 TEBO KARYA ILMIAH OLEH WIDYA ISTIANI A1C110018 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI NOVEMBER 2014

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA LABORATORIUM VIRTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT KOLIGATIF LARUTAN DI SMA NEGERI 11 TEBO Oleh: Widya Istiani 1), Asrial 2), M. Haris Effendi Hsb 3) 1) Mahasiswa pendidikan kimia 2) Dosen pendidikan kimia 3) Dosen pendidikan kimia Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas jambi E-mail: widyaistiani@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan Media Laboratorium Virtual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sifat Koligatif Larutan di SMA Negeri 11 Tebo. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (Quasy Experimental Design) dengan model Nonrandomized Control Group Pretest-Posttest Design. Subjek penelitian adalah kelas XII IPA SMA 11 Tebo tahun ajaran 2014/2015. Sampel yang dijadikan objek penelitian adalah kelas XII IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XII IPA 2 sebagai kelas kontrol. Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah tes objektif. Analisis yang digunakan adalah dengan uji-t. Uji prasayarat menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil penelitian merupakan selisih antara nilai tes awal dan tes akhir siswa dan diperoleh nilai rata-rata nilai kelas eksperimen adalah 52,33 dan rata-rata nilai pada kelas kontrol adalah 34,67. Data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan uji-t dan diperoleh hasil bahwa uji hipotesis nilai diperoleh t hitung = 6.352 dan t tabel = 1,679. Dari data uji hipotesis diketahui harga t hitung > t tabel (6.352> 1,679) pada taraf nyata 0,05. Hal ini dapat dikatakan bahwa rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh penggunaan media laboratorium virtual terhadap hasil belajar siswa pada materi sifat koligatif larutan di SMA Negeri 11 Tebo. Kata Kunci : Laboratorium Virtual, Hasil Belajar

PENDAHULUAN IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dengan demikian pembelajaran IPA bukan hanya pembelajaran yang menitik beratkan pada konsep pengetahuan, akan tetapi lebih diutamakan pada proses penelitian dan penemuan sendiri. Pembelajaran IPA tidak akan terpisah dari kegiatan praktikum. Woolnough dan Allsop (dalam Rustaman, 2003) mengemukakan empat alasan pentingnya kegiatan praktikum IPA. Pertama, praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar IPA. Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Keempat, praktikum menunjang materi pelajaran. Sebagai solusi untuk mengatasi praktikum yang tidak bisa dilakukan, sekarang ini ada suatu software yang sering disebut dengan laboratorium virtual. Menurut Sutrisno (2012) Praktikum kimia secara virtual artinya, kita melakukan percobaan berbantuan komputer yang telah tersedia software yang siap untuk dioperasikan. Kita seolah-olah melakukan praktikum seperti praktikum di laboratorium yang sebenarnya. Pembelajaran model kooperatif dengan Media laboratorium virtual diberikan pada kelas eksperimen sedangkan pada kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan media lembarkerja siswa. Menurut Sanaky (2009) media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Perbedaan penerapan media pembelajaran pada kedua kelas diharapkan akan memberikan hasil belajar yang berbeda. Media berupa lembar kerja siswa merupakan media hanya berupa gambar, media ini kurang menarik jika dibandingkan dengan media yang berupa visual bergerak. Rayandra Asyhar (2010) mengatakan alat bantu dan media guru dalam konsepsi pengajaran visual adalah setiap gambar, model, benda atau alat yang dapat memberikan pengalaman visual yang nyata kepada peserta didik. Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (atensi) peserta didik terhadap materi pembelajaran. Oleh karena penerapan media Laboratorium virtual dipilih sebagai alternatif yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Salah satu materi kimia yang memerlukan praktikum adalah sifat koligatif larutan. Ada beberapa indikator dalam kurikulum KTSP yang harus dikuasai siswa pada materi sifat koligatif larutan, diantaranya (1) Mengamati penurunan titik beku suatu zat cair akibat penambahan zat terlarut melalui percobaan (2) Menghitung penurunan titik beku larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan data percobaan (3) Mengamati kenaikan titik didih suatu zat cair akibat penambahan zat terlarut melalui percobaan (4) Menghitung kenaikan titik didih larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan data percobaan. Praktikum ini dilakukan untuk menambah pemahaman siswa tentang terjadinya titik didih dan titik beku pada larutan elektrolit maupun larutan nonelektrolit. Pada materi ini siswa dituntut untuk memahami konsep penurunan titik beku dan kenaikan titik didih dengan melakukan percobaan. Dari data nilai siswa-siswi SMA Negeri 11 Tebo diperoleh hanya 50% siswa pada materi sifat koligatif larutan yang tuntas dengan KKM 71. Motivasi belajar siswa dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, untuk menumbuhkan motivasi belajar dapat dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik. Menurut Sardiman (2012) guru melakukan usaha-usaha untuk dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar dengan baik. Dengan menggunakan media laboratorium virtual ini, maka diharapkan akan ada peningkatan hasil

belajar siswa khususnya pada materi sifat koligatif larutan. Berdasarkan uraian di atas maka penulis bermaksud mengadakan sebuah penelitian eksperimen dengan mengangkat judul Pengaruh Penggunaan Media Laboratorium Virtual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sifat Koligatif Larutan di SMA Negeri 11 Tebo KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Stefani (2012) yaitu pemanfaatan laboratorium virtual melalui model pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa SMA kelas XI IPA 1 SMA N 3 Kota Jambi pada materi ph asam basa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan laboratorium virtual melalui model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa kelas XI IPA 1 SMA N 3 Kota Jambi. Penelitian lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ika Maryani (2010) yaitu pembelajaran berbantuan media laboratorium virtual laboratory Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode pembelajaran kooperatif GI berbantuan media laboratorium virtual dapat meningkatkan kualitas proses belajar kimia materi pokok Laju Reaksi. Penelitian selanjutnya yaitu yang dilakukan oleh Haipan Salam, Agus Setiawan, dan Ida Hamidah (2010) yaitu pembelajaran berbasis virtual laboratory untuk meningkatkan penguasaan konsep pada materi listrik dinamis yang dilakukan terhadap mahasiswa tingkat satu salah satu LPTK di Indonesia yang sedang mengikuti mata kuliah Fisika. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa (1) pembelajaran berbasis virtual lab dapat meningkatkan penguasaan konsep mahasiswa pada topik listrik dinamis. (2) metoda pembelajaran virtual lab dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi keterbatasan peralatan praktikum, (3) mahasiswa memberikan respon baik terhadap pembelajaran berbasis virtual lab. Penelitian diatas dapat terlihat bahwa pembelajaran dengan media laboratorium virtual dapat meningkatkan konsep dan aktivitas belajar siswa. Dengan keberhasilan penelitian yang dilakukan sebelumnya peneliti berharap ada pengaruh penggunaan laboratorium virtual pada materi sifat koligatif larutan. B. Belajar dan Pembelajaran Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010). Sedangkan menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2010) bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, belajar merupakan proses yang dilakukan oleh siswa itu sendiri. Pada kegiatan belajar, siswa menggunakan seluruh unsur yang ada pada dirinya, baik itu unsur kognitif, afektif maupun psikomotorik untuk melakukan suatu pengalaman dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya sehingga membentuk suatu perubahan dalam dirinya sebagai hasil belajar. Sedangkan Pembelajaran merupakan proses atau aktivitas belajar tersebut dan pembelajaran merupakan kegiatan yang sengaja dirancang untuk mempermudah proses belajar. Syaiful Bahri Djamarah (2010) menyatakan beberapa factor yang

mempengaruhi proses dan hasil belajar diantaranya : 1. Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan bagian dari keidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Selama hidup anak didik tidak bisa dihindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. a. Lingkungan Alami lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup dan berusaha di dalamnya. Kesejukan udara dan ketenangan suasana kelas diakui sebagai kondisi lingkungan kelas yang kondusif untuk terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan. b. Lingkungan Sosial Budaya pendapat yang tak dapat disangkal adalah mereka yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk homo socius. Semacam makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama satu sama lainnya. Hidup dalam kebersamaan dan saling membutuhkan akan melahirkan interaksi sosial. 2. Faktor Instrumental Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan tentu saja pada tingkat kelembagaan. Dalam rangka melicinkan kearah itu diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Semuanya dapat diberdayakan menurut fungsi masing-masing kelengkapan sekolah. Faktor instrumental diantaranya : a. Kurikulum. Kurikulum dapat dipakai oleh guru dalam merencanakan program pengajaran. Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frekuensi belajar anak didik. b. Program Program sekolah dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Program pengajaran yang guru buat akan mempengaruhi kemana arah proses belajar itu berlangsung. c. Sarana dan Fasilitas Sarana dan fasilitas yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna dan berhasil guna bagi kemajuan belajar anak didik di sekolah. a. Media Media adalah sebuah sarana yang mampu memberikan informasi sebuah pesan atau informasi kepada orang yang berinteraksi dengan media tersebut. Jika diilustrasikan dalam proses pembelajaran, maka orang yang dimaksud bierinteraksi dengan media tersebut adalah siswa. Hal ini bertujuan agar siswa termotivasi dengan adanya alat bantu yang berupa media pembelajaran tersebut. b. Guru Guru merupakan unsure manusiawi dalam pendidikan.kehadiran guru mutlak diperlukan didalamnya. 3. Kondisi Fisiologis kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Aspek fisiologis ini diakui mempengaruhi pengelolaan kelas. 4. Kondisi Psikologis Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari factor lain seperti factor dari luar dan factor dari dalam. Factor psikologis sebagai factor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Oleh karena itu, minat, bakat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif adalah factor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik. Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan dalam belajar, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Diantara ada faktor internal, eksternal, faktor-faktor stimuli belajar, faktor metode belajar, dan faktor

individual. Semua faktor-faktor ini mempengaruhi siswa dalam belajar karena siswa merupakan kunci terjadinya perilaku belajar dan tercapainya sasaran belajar. C. Hasil Belajar Menurut Arikunto (2013) hasil belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa dalam mengikuti proses pengajaran yang dilakukan guru. Hasil belajar ini biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, atau kata-kata baik, sedang, kurang dan sebagainya. Asep Jihad (2012) menyatakan hasil belajar tampak sebagai perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumya. Aspek kognitif adalah aspek yang mencakup kegiatan mental (otak). Dalam aspek kognitif terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang pling tinggi. Keenam jenjang yang dimaksud adalah : (1) pengetahuan (C1) yaitu mengingat kembali satu atau lebih fakta-fakta yang sederhana, (2) pemahaman (C2) yaitu kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep, (3) penerapan (C3) yaitu kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi suatu konsep, ide,rumus, hukum, dan situasi yang baru. Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Untuk mengukur kemampuan siswa tersebut biasanya dilakukan tes. Tes yang dimaksud berupa tes formatif yang telah diarahkan kepata pertanyaan sampai dimanakah guru telah berhasil menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa. D. Praktikum Kamidinal (2012) mengemukakan bahwa metode praktikum merupakan penunjang kegiatan proses belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang dikembangkan. Suparno (2007) menjelaskan bahwa praktikum adalah metode yang mengajak siswa melakukan kegiatan percobaan untuk membuktikan atau menguji teori yang telah dipelajari memang memiliki kebenaran Kegiatan praktikum akan memberikan makna apabila kegiatan tersebut direncanakan dengan baik, memberi kesempatan untuk memilih prosedur alternative, merancang eksperimen, mengumpulkan data atau menginterpretasikan data yang diperoleh. Untuk dapat melaksanakan praktikum dengan tuntunan tersebut diperlukan keterampilan berfikir atau intelektual skill. Untuk mengembangkan keterampilan tersebut dalam praktikum, siswa perlu menggunakan prosedur yang logis dan strategis. E. Laboratorium Virtual sebagai Media Pembelajaran Laboratorium Virtual adalah serangkaian alat-alat laboratorium yang berbentuk perangkat lunak (software) komputer berbasis multimedia interaktif, yang dioperasikan dengan komputer dan dapat mensimulasikan kegiatan di laboratorium seakan-akan pengguna berada pada laboratorium sebenarnya. Menurut Rayandra Arsyar (2010) media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Setiap sistem pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai peralatan paling canggih merupakan alat yang menyampaikan pesan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran. Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat yang diungkapkan oleh para ahli di atas bahwa media adalah sebuah sarana yang mampu memberikan sebuah pesan atau informasi kepada orang yang berinteraksi dengan media tersebut. Jika diilustrasikan dalam proses pembelajaran, maka orang yang dimaksud berinteraksi dengan media tersebut

adalah siswa. Hal ini bertujuan agar siswa termotivasi dengan adanya alat bantu yang berupa media pembelajaran. Menurut Sutrisno (2012) Laboratorium virtual atau biasa disebut dengan virtual labs adalah serangkaian alat-alat laboratorium yang berbentuk perangkat lunak berbasik multimedia interaktif, yang dioperasikan dengan computer dan dapat mensimulasikan kegiatan dilaboratorium seolah-olah pengguna berada pada laboratorium sebenarnya. Laboratorium virtual berpotensi untuk memberikan peningkatan secara signifikan dan pengalaman belajar yang efeketif. Menurut Farreira (dalam Stefani, 2012) ada beberapa manfaat yag diperoleh dengan menggunakan laboratorium virtual adalah : 1. Mengurangi keterbatasan waktu, jika tidak ada cukup waktu untuk mengajari seluruh peserta didik di dalam lab hinga mereka paham. 2. Mengurangi hambatan geografis, jika terdapat siswa atau mahasiswa yang berlokasi jauh dari pusat pembelajaran (kampus). 3. Ekonomis, tidak membutuhkan bangunan laboratorium, alat-alat dan bahan-bahan seperti pada laboratorium konvensional. 4. Meningkatkan kualitas eksperimen, karena memungkinkan untuk diulang untuk memperjelas keraguan dalam pengukuran di lalaboratorium. 5. Meningkatkan efektivitas pembelajaran, karena siswa atau mahasiswa akan semakin lama menghabiskan waktunya dalam laboratorium virtual tersebut berulangulang. 6. Meningkatkan keamanan dan keselamatan, karena tidak berinteraksi dengan alat dan bahan yang nyata. Kelebihan menggunakan media laboratorium virtual antara lain: 1) Keselamatan, dengan pembelajaran menggunakan laboratorium virtual keselamatan siswa terjamin karena tidak bereksperimen secara langsung. Hal ini menguntungkan apabila dilakukan penelitian dengan zat yang berbahaya. 2) Dapat memperluas pengalaman siswa, karena memberikan kesempatan untuk menjelajah tempat di dunia yang tidak mungkin di dunia nyata. Misalnya pembuatan nuklir, proses gunung meledak, dan kehidupan di ruang angkasa. 3) Kesempatan untuk menyelidiki, memberikan kesempatan siswa untuk bereksperimen dengan simulasi pada lingkungan sekitar. Keterbatasan penggunaan media virtual: 1) Siswa kurang dapat dinilai aspek psikimotornya, misalnya apakah mereka dapat memegang atau menggunakanpipet tetes dengan benar. 2) Belum bisa digunakanpada daerah yang minim teknologi / akses internet. (edukasi.kompasiana.com/) F. Matrei Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit a. Kenaikan Titik Didih Air ( T b ) Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni disebut kenaikan titik didih yang dinyatakan sebagai T b (b berasal dari kata boil). Titik didih suatu larutan lebih tinggi atau lebih rendah daripada titik didih pelarut, bergantung pada kemudahan zat terlarut itu menguap dibandingkan dengan pelarutnya. Perubahan pelarut murni ke larutan, yakni T b, berbanding lurus dengan molalitas (m) dari larutan tersebut: T b = K b. M K b adalah tetapan kenaikan titik molal dari pelarut ( C/m). Kenaikan titik didih (ΔT b ) adalah titik didih larutan (T b ) dikurangi titik didih pelarut murni (T b o ). b. Penurunan Titik Beku (ΔT f ) Seperti halnya pada kenaikan titik didih, adanya zat terlarut dalam larutan akan mengakibatkan titik beku larutan lebih kecil daripada titik beku pelarutnya. Penurunan titik

beku, ΔT f (f berasal dari kata freeze) berbanding lurus dengan molalitas (m) larutan: ΔT f m atau ΔT f = K f x m dengan K f adalah tetapan penurunan titik beku molal pelarut ( C/m). Penurunan titik beku (T f ) adalah titik beku pelarut murni (T f o ) dikurangi titik beku larutan (T f ). ΔT f = ΔT f o - T f Rumus untuk kenaikan titik didih dan penurunan titik beku untuk larutan elektrolit juga dikalikan dengan faktor Van't Hoff. T b = K b m {1 + (n-1) α} T f = K f m {1 + (n-1) α} METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimen yang dilaksanakan di kelas XII IPA SMA N 11 Tebo Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen semu (Quasy Experimental Design) dengan model Nonrandomized Control Group Pretest- Posttest Design. Dimana ada dua kelas sampel yang menjadi objek penelitian untuk diberi perlakuan. Perlakuan pada kelas eksperimen dengan diajarkan pembelajaran kooperatif bermedia laboratorium virtual dan pada kelas kontrol diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif.. Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah tes objektif. Analisis yang dengan uji-t. Uji prasayarat menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di kelas XII IPA SMA Negeri 11 Tebo pada materi sifat koligatif larutan sub materi kenaikan titik didih dan penurunan titik beku. Dalam penelitian ini terdapat satu kelas eksperimen (kelas XII IPA1) yang di ajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif bermedia laboratorium virtual dan satu kelas kontrol (XII IPA 2) yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tanpa media. Kedua kelas sampel diajar dengan materi yang sama tetapi berbeda pada penggunaan media pembelajaran yang diterapkan. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan tes awal pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Setelah kedua kelas diberikan perlakuan, selanjutnya peneliti melakukan tes akhir. Data yang digunakan untuk analisis adalah selisih antara nilai tes awal dengan tes akhir siswa. Dari data yang diperoleh pada kelas kontrol, selisih nilai antara tes awal dan tes akhir terbanyak antara 21-40 yaitu sebanyak 22 siswa, dan 6 siswa memiliki selisih nilai cukup. Sedangkan pada kelas ekperimen terdapat 16 siswa dengan selisih nilai cukup dan 9 siswa dengan selisih nilai baik. Sedangkan hasil perhitungan dari uji-t nilai tes akhir menunjukkan bahwa t hitung >t tabel (6.352>1,679) pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini berarti H 1 diterima dimana dapat dikatakan bahwa hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Perbedaan nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan adanya pengaruh media laboratrium virtual dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang menjadi penyebab, diantaranya pada kelas ekperimen yang diajarkan terlihat siswa lebih aktif dan berperan besar dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan model pembelajaran Kooperatif dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode belajar berkelompok. Pada pelaksanaan model pembelajaran kooperatif melalui enam fase pembelajaran diantaranya menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, menyajikan informasi, mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif, membimbing kelompok bekerja dan belajar, menganalisis dan mengevaluasi, kemudian memberikan penghargaan kepada siswa. Proses pembelajaran pada kedua kelas diawali dengan menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Dalam kegiatan ini guru memulai pembelajaran dengan memberikan

salam pembuka, mengingatkan siswa pada materi pelajaran yang lalu, memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran dan pada pertemuan awal guru memberikan penjelasan mengenai model pembelajaran yang akan dijalani. Tahap selanjutnya adalah menyajikan informasi. Dalam tahap ini guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Dalam penelitian, peneliti memberikan materi pembelajaran sifat koligatif larutan. Pada kelas eksperimen peneliti mendemontrasikan cara penggunaan media laboratorium virtual, sedangkan pada kelas kontrol peneliti hanya menceritakan hasil dari beberapa percobaan yang telah dilakukan sebelumnya. Menurut Sanaky (2009) media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Tahap berikutnya mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif. Dalam tahap ini, siswa sudah duduk di dalam kelompoknya masing-masing. Dalam pembagian kelompok peneliti menggunakan prinsip pembelajaran kooperatif dimana kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang baik kemudian adanya tutor sebaya. Pembagian kelompok peneliti lakukan sebelum pembelajaran dimulai. Dalam tahap ini peneliti menyampaikan kepada siswa langkah kerja yang harus dilakukan oleh siswa. Pada kelas kontrol peneliti membagikan lembar kerja siswa yang berisi hasil percobaan yang telah dilakukan orang lain, sedangkan pada kelas eksperimen peneliti membagian penuntun praktikum laboratorium virtual. Kemudian membimbing kelompok bekerja dan belajar. Pada tahap ini siswa melakukan belajar kelompok secara bebas bersama teman-teman dalam kelompoknya. Dari pengamatan pada kelas kontrol terdapat beberapa siswa yang kurang tertarik dengan tugas yang diberikan. Sedangkan pada kelas ekperimen terlihat siswa antusias dalam mengikuti pelajaran. Pada kelas eksperimen penggunaan media laboratorium virtual mampu membangkitkan minat siswa untuk mempelajari kimia, karena didalamnya terdapat animasi visual yang menggambarkan proses penurunan titik beku dan kenaikan titik didih. Sehingga siswa antusias dan tertarik untuk belajar. Hal ini sesuai dengan Rayandra Asyhar (2010) yang mengatakan alat bantu dan media guru dalam konsepsi pengajaran visual adalah setiap gambar, model, benda atau alat yang dapat memberikan pengalaman visual yang nyata kepada peserta didik. Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (atensi) peserta didik terhadap materi pembelajaran. Setelah itu menganalisis dan mengevaluasi. Pada tahap ini adalah penyajian dari hasil pekerjaan kelompok yang telah siswa kerjakan. Dalam penyajian hasil kerja kelompok, peneliti menunjuk salah satu kelompok untuk menyajikan hasil kerja mereka. Sedangkan kelompok lain memberikan pendapat terhadap hasil yang disajikan. Tahap terakhir adalah pemberian penghargaan. Dalam tahap ini pada kedua kelas tidak ada perbedaan perlakuan peneliti hanya memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki kerjasama yang bagus. Pada proses pembelajaran di kelas kontrol terdapat suasana yang berbeda dari kelas eksperimen. Pada kelas kontrol pembelajaran didominasi oleh peran guru dalam menjelaskan materi dan siswa kesulitan dalam menemukan konsep soal yang diberikan. Menurut Arsyad (2013) bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan pembelajaran dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Minat memberikan sumbangan terbesar terhadap keberhasilan belajar siswa. Sehingga hasilnya di kelas kontrol pun berbeda dengan kelas eksperimen.

Peran guru dalam mensiasati agar siswa semangat belajar sangat membantu dalam keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan uraian diatas, diketahui bahwa penerapan media laboratorium virtual berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh media Laboratorium virtual terhadap hasil belajar siswa pada materi sifat koligatif larutan sub materi penurunan titik beku dan kenaikan titik didih di SMA Negeri 11 Tebo. DAFTAR RUJUKAN Anonim. Diakses Pada tanggal 6 Desember 2013. Kelebihan dan Keterbatasan Laboratorium Virtual. http://edukasi.kompasiana.com Arikunto, S. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Arsyad, A. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada Arsyar, R. 2010. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta : GP Press Baharudin dan Wahyuni, E.N. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta :Ar-Ruz Zmedia Djamarah, S. B. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Haryono. 2013. Pembelajaran IPA yang Menarik dan Mengasyikkan. Yogyakarta : Kepel Press Jihad, A. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Pressindo Kamidinal. 2012. Teknik Laboratorium Kimia. Yogyakarta : Pustka Belajar Maryani, I. 2010. Pembelajaran Kooperatif GI (Group Investigation) Berbantuan Media Laboratorium Virtual Dilengkapi Handout untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Mulyani. 2011. Pengembangan LKS Praktikum Virtual Untuk Pembelajaran Fisika SMA Menggunakan Program Phet Dengan Pendekatan Keterampilan Proses. Bandung : Universitas Pasundan Reismeiyanto. 2008. Manfaat Virtual from www.google.com diakses 30 November 2013 Rustaman, dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Jakarta : FMIPA UPI Salam, H Dan Setiawan, A. 2010. Pembelajaran Berbasis Virtual Laboratory Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Pada Materi Listrik Dinamis. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia Sanaky. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta : Safiria Insania Press Slameto. 2010. Belajar dan Fakto-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Soemanto. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bina Aksara Stefani, M. 2012. Pemanfaatan Laboratorium Virtual melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa SMA N 3 Kota Jambi Pada Materi ph Asam Basa. Jambi: Universitas Jambi Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito Sukardi, 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Sutrisno. 2012. Kreatif Mengembangkan Aktivitas Pembelajaran Berbasis TIK. Jakarta : Referensi Suparno. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma Triyono