STUDI PENGOLAHAN LUMPUR INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM TAMAN KOTA - JAKARTA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
Perbandingan Potensi Berat dan Volume Lumpur yang Dihasilkan oleh IPA Badak Singa PDAM Tirtawening Kota Bandung Menggunakan Data Sekunder dan Primer

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL

Uji Kinerja Media Batu Pada Bak Prasedimentasi

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti

UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

TUGAS AKHIR UJI KINERJA MEDIA BATU PADA BAK PRASEDIMENTASI PERFORMANCE TEST OF STONE MEDIA ON PRE-SEDIMENTATION BASIN. Oleh : Edwin Patriasani

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

IMPROVING THE QUALITY OF RIVER WATER BY USING BIOFILTER MEDIATED PROBIOTIC BEVERAGE BOTTLES CASE STUDY WATER RIVER OF SURABAYA (SETREN RIVER JAGIR)

JENIS DAN KOMPONEN SPALD

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

Supernatan yang dihasilkan dari thickener ini (di zone of clear liquid) masih mempunyai nilai BOD yang besar, karena itu air dikembalikan ke unit

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) BOJONGSOANG

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : IPAL Pusat pertokoan, proses aerobik, proses anaerobik, kombinasi proses aerobik dan anaerobik

PENENTUAN KAPASITAS UNIT SEDIMENTASI BERDASARKAN TIPE HINDERED ZONE SETTLING

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 5, No. 4 (2016)

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

Teknologi Tepat Guna. PENGOLAHAN AIR GAMBUT (Non pengolahan sederhana)

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Volume Air Minum yang Dialirkan dari IPA Cikokol. Sumber: Hasil olahan penulis (2015)

Sewage Treatment Plant

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

EFEKTIVITAS AERASI, SEDIMENTASI, DAN FILTRASI UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DAN KADAR BESI (Fe) DALAM AIR

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI. ABSTRAK

PENGOLAHAN LUMPUR 15. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

SEWAGE DISPOSAL. AIR BUANGAN:

REGISTER TEKNOLOGI RAMAH LINGKUNGAN TERVERIFIKASI

Karakteristik Kualitas Air Baku & Lumpur sebagai Dasar Perencanaan Instalasi Pengolahan Lumpur IPA Badak Singa PDAM Tirtawening Kota Bandung

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA)

PERENCANAAN PEMBANGUNAN INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA (IPLT) DI KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU ABSTRACT

Pengaturan Debit Seragam terhadap Kualitas Effluent pada Pengolahan Limbah Cair di PT. XYZ

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Keputih, Surabaya

BAB 5 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH FASILITAS LAYANAN KESEHATAN SKALA KECIL

PENERAPAN METODE FILTER CORING DALAM EVALUASI KINERJA FILTER CEPAT PADA PDAM SIDOARJO

Petunjuk Operasional IPAL Domestik PT. UCC BAB 4 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM IPAL DOMESTIK

EVALUASI TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR BERSIH PADA PDAM TIRTA MON PASE INSTALASI MEUNASAH REUDEUP KABUPATEN ACEH UTARA

ANALISIS TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA INDUSTRI TEKSTIL (STUDI KASUS PT. ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PENGOLAHAN LUMPUR IPAL. Edwan Kardena Teknik Lingkungan ITB

PERANCANGAN SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KAWASAN PASAR ANGGREK KOTA PONTIANAK Astari Dwi Putri (1), Isna Apriani 1), Winardi Yusuf (1) 1

DAFTAR ISI OPERASI TEKNIS DAN PEMELIHARAAN INSTALASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM) KAMPUS UGM TAHAP I...I LEMBAR PERSYARATAN...

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR PEJOMPONGAN II DENGAN METODE KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

Pengolah Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan Sedimestasi (Studi Kasus Unit Pengolahan Air Bersih Rsup Dr.

PENGARUH ph PADA PROSES KOAGULASI DENGAN KOAGULAN ALUMINUM SULFAT DAN FERRI KLORIDA

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG

PENURUNAN TURBIDITY, TSS, DAN COD MENGGUNAKAN KACANG BABI (Vicia faba) SEBAGAI NANO BIOKOAGULAN DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (GREYWATER)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Kekeruhan dan Total Coli

PEMANFAATAN LUMPUR ENDAPAN UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DENGAN SISTEM BATCH HALIFRIAN NURMANSAH

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Kekeruhan dan Total Coli

BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum,

BAB II DESAIN INSTALASI DAUR ULANG AIR DI INDUSTRI MIGAS Studi Kasus Kilang Minyak RU-VI Balongan, PT. Pertamina (Persero)

3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH ROUGHING FILTER DAN SLOW SAND FILTER DALAM PENGOLAHAN AIR MINUM DENGAN AIR BAKU DARI INTAKE KARANGPILANG TERHADAP PARAMETER KIMIA

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

4.1. Baku Mutu Limbah Domestik

UNIVERSITAS INDONESIA SKRIPSI

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

[Type text] BAB I PENDAHULUAN

PENGARUH ph PADA PROSES KOAGULASI DENGAN KOAGULAN ALUMINUM SULFAT DAN FERRI KLORIDA

BAB III LANDASAN TEORI

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

PENGARUH PENGADUKAN PADA KOAGULASI MENGGUNAKAN ALUM

PEMANFAATAN AERASI UNTUK MENGURANGI KADAR COD DAN FOSFAT DALAM AIR LIMBAH CAR WASH

DESAIN PROTOTIPE INSTALASI KOAGULASI DAN KOLAM FAKULTATIF UNTUK PENGOLAHAN AIR LINDI (STUDI KASUS TPA BAKUNG BANDAR LAMPUNG)

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride)

Transkripsi:

STUDI PENGOLAHAN LUMPUR INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM TAMAN KOTA - JAKARTA BARAT Dedi Alfa Julian, Muhammad Lindu, Winarni Jurusan Teknik Lingkungan, FALTL, Universitas Trisakti, Jl Kyai Tapa No.1, Jakarta 11440, Indonesia winarni@trisakti.ac.id Abstrak Instalasi pengolahan air minum (IPA) Taman Kota, Jakarta Barat, memiliki kapasitas disain 200 liter/detik, dan air baku berasal dari Cengkareng Drain dan terdapat unit prasedimentasi sebelum air baku masuk ke IPA. Digunakan IPA konvensional yang dilengkapi dengan unit bio filter untuk mengabsorbsi zat organik di air baku. Lumpur berasal dari unit sedimentasi yang dibuang secara rutin setiap 10 menit dengan volume lumpur rerata 144,93 m 3 /hari dan pada kondisi maksimum 628,30 m 3 /hari, unit biofilter yang dibuang secara berkala saat dilakukan pengurasan bak yaitu 150,10 m 3 /hari, serta unit saringan pasir cepat yang membuang air bekas backwash filter secara berkala dan dalam waktu yang singkat sebesar 468,86 m 3 /hari. Mempertimbangkan perbedaan karakteristik lumpur yang dihasilkan, direncanakan 2 unit tanki penampung (ekualisasi) terpisah yaitu tanki pertama menerima lumpur sedimentasi serta tanki kedua menerima lumpur pengurasan bio filter dan air bekas backwash filter. Memperhatikan luas lahan yang tersedia, maka lumpur sedimentasi yang terkumpul di tanki penampung dipompa menuju ke unit thickener dan selanjutnya ke unit dewatering mekanik. Studi perbandingan dilakukan terhadap 3 opsi peralatan dewatering mekanik dengan mempertimbangkan volume lumpur yang dapat direduksi, biaya investasi, serta biaya operasional dan energi. Peralatan dewatering mekanik terpilih adalah belt filter press yang mereduksi lumpur sedimentasi menjadi 4,20 m 3 /hari, dan pada kondisi maksimum menjadi 18,20 m 3 /hari. Abstract Study of Sludge Treatment Facility for Taman Kota Water Treatment Plant, West Jakarta. The Taman Kota water treatment plant (WTP) has 200 L/sec design capacity. It resources is Cengkareng Drain which flows to presedimentation unit prior to WTP. This conventional WTP accomplished with bio filter unit that absorb the organics material. Sources of sludge are sedimentation unit that desludges every 10 minutes and produces an average sludges volume of 144,93 m 3 /day and maximum of 628,30 m 3 /day; bio filter unit that disposes 150,10 m 3 /day sludge in the cleaning process of the units; and rapid sand filter which is disposes 468,86 m3/day backwashed water intermittenly and in short period. Considering the sludge characteristics difference, therefore its designed using 2 seperate storage tanks (equalization) whereas the first tank receives sedimentation sludges and the second storage tank receives bio filter sludges and backwashed water. Regarding the availability of area therefore the sedimentation sludges collected in the storage tank is pumped to the thickener prior to mechanical dewatering unit. Comparison is made for 3 options of mechanical dewatering equipments which take consideration of sludge volume reduction, investment cost, operational cost and energy. The selected equipment is belt filter press that reduces sedimentation sludge to 4,20 m 3 /day, and 18,20 m 3 /day in the maximum condition. Keywords: water treatment plant, sludges, backwashed water, dewatering 1. Pendahuluan Instalasi pengolahan air minum (IPA) menghasilkan lumpur (sludges) dalam proses pengolahannya, dimana volume lumpur yang dihasilkan akan meningkat sesuai dengan peningkatan kapasitas produksi serta impurities yang terkandung di badan air. Lumpur didefinisikan sebagai solids (padatan) yang dihilangkan dalam proses pengolahan air minum 75

(maupun air limbah), dan lumpur ini akan dipekatkan untuk dibawa ke pembuangan akhir (disposal). Jadi, jika tujuan dari IPA adalah untuk menghilangkan partikel yang terkandung di dalam air, maka tujuan dari pengolahan lumpur adalah untuk menghilangkan kandungan air dari lumpur mengingat persoalan utama dalam pengolahan lumpur adalah volume, dan selanjutnya membuang residu padatnya. Kuantitas lumpur yang dihasilkan IPA dan harus dibuang ke pembuangan akhir mempengaruhi besarnya biaya operasi IPA. Reduksi dari volume lumpur yang dihasilkan dapat mengurangi biaya operasional terkait penanganan dan pembuangan lumpur. Selain itu, lumpur yang telah didewater akan berbentuk cake sehingga lebih mudah ditangani dibandingkan lumpur berbentuk liquid, serta biaya transportasi lumpur ke lokasi pembuangan akhir akan lebih rendah jika volume lumpur diperkecil. Lumpur IPA konvensional berasal dari (ASCE Manual [1]): - Unit sedimentasi (lumpur koagulan), merupakan lumpur anorganik yang mengandung koloid, suspended solids, pasir, zat organik dan organik, serta metal hidroksida yang berasal dari koagulan itu sendiri, misalnya alum sludges, iron sludges. - Unit filtrasi (air bekas backwash filter), mengandung flok berukuran halus yang tidak dapat dihilangkan di unit sedimentasi, dimana flok ini terjebak dalam saringan pasir dan terbawa oleh air bekas backwash filter. - Unit lainnya, misal unit pelunakan air, unit netralisasi. Lumpur yang dihasilkan dari unit-unit tersebut di atas akan ditangani melalui berbagai variasi proses, yaitu (Metcalf&Eddy [2], Clark et al [3]) : - Thickening, proses pemekatan lumpur untuk mengurangi volume lumpur sebelum diolah di unit berikutnya. - Conditioning, penambahan zat kimia untuk memperbaiki kemampuan lumpur memadat. - Dewatering, proses pemekatan lumpur lebih lanjut menjadi berbentuk cake. - Drying, penghilangan air lebih lanjut melalui pemanasan. - Disposal dan reuse, lumpur pekat dibuang ke lokasi pembuangan permanen, atau dapat digunakan untuk reklamasi lahan, enerji, pertanian. Pada proses pengolahan dewatering, lumpur harus menghasilkan konsentrasi solids minimal 20% agar lumpur mudah ditangani dengan menggunakan conveyor atau peralatan mekanik lainnya. Adapun pengolahan lumpur ini dapat digolongkan sebagai: 1. Dewatering alami, bergantung pada evaporasi alami dan perkolasi (gravitasi), misal sand drying bed, lagoon. 2. Dewatering mekanik, menggunakan peralatan mekanik dalam proses dewatering, sehingga berlangsung dengan lebih cepat, misal vacuum filter, pressure filter, belt filter press, centrifuge. Pemilihan metoda dan peralatan dewatering yang akan digunakan ditentukan oleh tipe lumpur yang akan didewatering, karakteristik cake yang diinginkan sesuai dengan metoda pembuangan akhir, dan ketersediaan ruangan/lahan di instalasi (ASCE Manual [1]). IPA Taman Kota, Jakarta Barat dengan kapasitas disain 200 liter/detik, menggunakan sumber air baku berasal dari Cengkareng Drain yang berjarak 2.560 m dari IPA dan masuk terlebih dahulu ke bak prasedimentasi. Digunakan IPA konvensional yang dilengkapi dengan unit bio filter untuk mengabsorbsi kandungan organik yang terdapat di air baku. Saat ini, lumpur yang dihasilkan oleh IPA langsung dibuang kembali ke Cengkareng Drain di belakang IPA. Sumber lumpur IPA Taman Kota adalah: - Unit sedimentasi, dengan 3 bak sedimentasi. Lumpur dibuang (desludging) 10 menit per bak tiap harinya, dan berjarak 1 jam untuk tiap bak. - Unit bio filter, dengan 3 bak bio filter dan dikuras tiap 1 bulan. Pengurasan dilakukan 1 hari per bak. - Unit filtrasi, dimana backwash dilakukan 1 kali per bak per hari (2 menit udara, 5 menit udara + air, 7-8 menit air). Untuk memfasilitasi penanganan dari lumpur yang dihasilkan oleh IPA Taman Kota, perlu ditambahkan perlengkapan penampung lumpur unit sedimentasi. Pengurasan manual dari unit sedimentasi dan unit bio filter harus dipertimbangkan, karena membutuhkan fasilitas storage yang dapat menampung kuantitas lumpur dalam jumlah besar yang dibuang secara batch. Selain itu, juga diperlukan fasilitas storage yang cukup untuk ekualisasi aliran air bekas backwash filter, yang terjadi secara berkala dan dalam waktu yang singkat. Dalam upaya mengurangi pencemaran Cengkareng Drain, serta mempertimbangkan ketersediaan lahan di instalasi produksi Taman Kota, maka pada kajian ini dilakukan perbandingan dari beberapa 76

peralatan dewatering mekanik untuk mengolah lumpur yang dihasilkan dari IPA Taman Kota. 2. Metode Perencanaan Kuantitas lumpur, Pendekatan kuantitas lumpur yang dihasilkan dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus empiris berdasarkan Cornwell et al [4]: Ws = Q. (0,44 Al + SS + A) (1) Dimana: Ws : berat lumpur yang dihasilkan per hari Q : debit air baku, L/detik Al : dosis alum, mg/l SS : kandungan SS, mg/l A : dosis bahan kimia lain, mg/l Hubungan antara volume dan berat Lumpur basah (wet sludge) terdiri dari air (w) dan dry solids (s), dimana dry solids sendiri terdiri atas fixed solids (f) dan volatile solids (v), sbb: Lumpur basah, Ws Gambar 1. Komposisi lumpur basah (Ws) YZ = Y] + Y^ [Z.\ [].\ [^.\ S = V = Dry solids, Ws, Ss Air, Ww, Sw Y`NYZ Ww 1.0 N Ww Ss YZ f 100. \. [ Dimana: Ws : berat dry solids Wf : berat fixed solids Wv : berat volatile solids Ww : berat air Ss : specific gravity dry solids Sf : specific gravity fixed solids Sv : specific gravity volatile solids Sw : specific gravity air S : specific gravity lumpur basah Fixed solids, Wf, Sf Volatile solids, Wv, Sv (2) (3) (4) s : kandungan solids, % Spesific gravity lumpur kering Analisis dilakukan sesuai dengan prosedur ASTM- D 854-58 [5] terhadap sample lumpur yang dihasilkan dari unit sedimentasi, bio filter dan filtrasi IPA Taman Kota. Perkiraan suspended solids (SS) di air baku Material tersuspensi dalam air baku umumnya dilaporkan dalam unit kekeruhan (turbidity). Pendekatan dalam memprediksi kandungan SS di air baku dilakukan dengan menggunakan korelasi antara kekeruhan dan SS dimana korelasi ini bersifat spesifik untuk tiap jenis air baku. Perbandingan unit dewatering mekanik Opsi disain dilakukan terhadap tiga (3) opsi peralatan dewatering mekanik, untuk mengetahui opsi perencanaan pengolahan lumpur IPA Taman Kota yang optimum. Perbandingan ketiga peralatan tersebut dilakukan terhadap volume cake yang dihasilkan, kebutuhan enerji, biaya investasi peralatan dewatering mekanik dan truk pengangkut, biaya enerji, biaya transportasi, serta biaya pemeliharaan peralatan dan truk. Disain dimensi unit pengolahan lumpur Perencanaan dimensi unit pengolahan lumpur dilakukan dengan menggunakan data berat rerata lumpur yang dihasilkan. Sedangkan data berat maksimum lumpur digunakan untuk merencanakan operasional unit pada saat kondisi maksimum tersebut terjadi. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Kualitas Air Baku Berdasarkan data pemantauan kualitas air Cengkareng Drain dalam 5 tahun terakhir, diperoleh korelasi antara TSS dan kekeruhan: TSS, mg/l = 1,02 kekeruhan (NTU) Hal ini juga konsisten dengan Cornwell [1] yang menyatakan kisaran korelasi TSS dan kekeruhan berada dalam 0,7 2,2. Gambar 2. Kekeruhan air baku IPA Taman Kota, 2013 77

Berdasarkan data kualitas air baku IPA Taman Kota pada tahun 2013 sesuai pada Gambar 2, diperoleh nilai rerata kekeruhan 113,3 NTU dan kekeruhan maksimum 803 NTU. Sehingga dalam perhitungan berat lumpur rerata yang masuk ke unit pengolahan lumpur digunakan nilai rerata kekeruhan 113,3 NTU yang memberikan nilai rerata TSS = 115,5 mg/l. Sedangkan untuk berat maksimum lumpur diperhitungkan sesuai dengan kekeruhan maksimum yang diperbolehkan masuk ke IPA, yaitu 500 NTU, atau setara TSS = 510 mg/l. 3.2 Karakteristik Lumpur Hasil pemeriksaan di laboratorium untuk karakteristik lumpur IPA Taman Kota memberikan rerata specific gravity fixed solids (Sf) = 2,52. Selain itu diperoleh konsentrasi solids (s): - lumpur sedimentasi = 1,006%. - lumpur bio filter = 0,094%. - air bekas backwash filter = 0,026%. Selanjutnya, sesuai dengan perbandingan antara padatan dan air yang terkandung dalam lumpur (Gambar 1), dengan menggunakan rumus (2) dan (3) diperoleh specific gravity lumpur basah (S): - lumpur sedimentasi = 1,01. - lumpur bio filter = 1,0006. - air bekas backwash filter = 1,0002. 3.3 Kuantitas Lumpur Berdasarkan hasil perhitungan S di atas, dan dengan menggunakan rumus (1) dan (4) dapat diperhitungkan berat dan volume lumpur sedimentasi yang dihasilkan, sebagai berikut: a. Kondisi rata-rata: - berat rerata = 1.544,89 kg/hari - volume rerata = 144,93 m 3 /hari b. Kondisi maksimum: - berat maksimum = 6.697,45 kg/hari - volume maksimum = 628,30 m 3 /hari Sedangkan volume pengurasan lumpur bio filter diperkirakan dari volume unit yang ada. Volume air bekas backwash filter diperkirakan dari waktu dan debit pompa backwash filter. a. Volume lumpur pengurasan bio filter = 150,10 m 3 /hari b. Volume air bekas backwash filter = 468,86 m 3 /hari 3.4 Alternatif Instalasi Pengolahan Lumpur Mempertimbangkan adanya 2 jenis karakteristik lumpur yang dihasilkan dari IPA Taman Kota, yaitu (i) lumpur sedimentasi dengan kandungan solids yang lebih pekat dan dikeluarkan secara kontinue dari bak sedimentasi, serta (ii) lumpur pengurasan bio filter dan air bekas backwash filter dengan konsentrasi solids yang rendah, serta dikeluarkan secara berkala dan dalam jumlah yang besar, maka direncanakan 2 unit pengumpul (stirage) yang terpisah dan menerima lumpur dari sumber yang berbeda, dan terjadi terjadi ekualisasi antara input dan output, yaitu: a. Lumpur sedimentasi Lumpur yang dikeluarkan secara rutin dari bak sedimentasi masuk ke dalam bak ekualisasi-1. Selanjutnya lumpur dipompa ke unit gravity thickener dimana lumpur dipekatkan yang selanjutnya masuk ke unit dewatering mekanik setelah sebelumnya diberikan conditioning. b. Lumpur pengurasan bio filter dan air bekas backwash filter. Lumpur yang dikeluarkan secara berkala dari kedua unit ini masuk ke tanki ekualisasi-2. Selanjutnya lumpur dipompa ke bag filter untuk membuang air yang terkandung di dalamnya. 3.4.1 Pemilihan Unit Dewatering Mekanik Dalam studi ini dilakukan perbandingan terhadap 3 tipe peralatan dewatering mekanik, yaitu belt filter press, decanter centrifuge, dan chamber filter press. Memperhatikan bahwa konsentrasi solids yang dihasilkan dari proses pemekatan di dewatering mekanik yang berbeda-beda (belt filter press 28%, decanter centrifuge 25%, dan chamber filter press 45%), maka reduksi volume lumpur yang dapat dicapai dari tiap alat juga berbeda. Hal ini berkorelasi pada kebutuhan lahan disposal, jumlah truk pengangkut, serta biaya transportasi cake menuju lokasi disposal. Selain itu, metoda operasional, biaya investasi, biaya pemeliharaan, dan energi yang diperlukan untuk tiap peralatan juga berbeda, sehingga pertimbangan dalam optimasi pemilihan unit dewatering yang akan digunakan, didasarkan pada reduksi volume lumpur yang dihasilkan, kebutuhan energi, biaya investasi yang diperlukan, biaya operasional dan pemeliharaan, serta biaya transportasi. Lumpur yang dikeluarkan secara rutin dari bak sedimentasi masuk ke dalam bak ekualisasi-1. Selanjutnya lumpur dipompa ke unit gravity thickener dimana lumpur dipekatkan dari konsentrasi solids semula 1,006% menjadi 7% dan memberikan volume lumpur rata-rata keluaran unit thickener menjadi 20,26 m 3 /hari, dan pada kondisi maksimum menjadi 87,82 m 3 /hari. Lumpur hasil pemekatan di unit gravity thickener selanjutnya masuk ke unit dewatering mekanik setelah sebelumnya diberikan conditioning untuk menurunkan specific resistance lumpur agar dapat 78

dipekatkan lebih tinggi, dengan alur pengolahan terdapat pada Gambar 3. Biaya investasi total, juta Rp 3.400 3.900 2.800 Tabel 2. Biaya investasi serta operasi dan pemeliharaan dewatering mekanik per tahun Parameter Biaya investasi, juta Rp/tahun Biaya operasi& pemeliharaan, juta Rp/tahun Total biaya, juta Rp/tahun Belt filter press Decanter centrifuge Chamber filter press 320 360 270 616 645 795 936 1.105 1.065 Gambar 3. Opsi pengolahan lumpur sedimentasi Resume dari perbandingan ke 3 opsi serta biaya investasi yang dibutuhkan terdapat pada Tabel 1, dimana investasi yang dilakukan adalah pembelian dewatering mekanik dan truk pengangkut kapasitas 4 m 3. Evaluasi biaya per tahun dilakukan dengan memperhitungkan (i) biaya investasi per tahun berdasarkan asumsi umur peralatan 10 tahun, dan umur truk 15 tahun, serta (ii) biaya pemeliharaan yang termasuk biaya enerji (listrik), penggantian suku cadang peralatan serta biaya transportasi cake ke lokasi disposal. Berdasarkan perbandingan evaluasi biaya per tahun dipilih opsi peralatan dewatering mekanik belt filter press. Dapat dilihat bahwa walaupun investasi yang diperlukan untuk belt filter press lebih besar dari pada chamber filter press, namun ternyata biaya operasi dan pemeliharaan yang rendah memberikan total biaya per tahun yang paling rendah. Tabel 1 Investasi unit dewatering mekanik Parameter Model Konsentrasi solids, % Volume cake rata-rata Jumlah unit dewatering Belt filter press 3DP Decanter centrifuge Baby-2 Pieralisi Chamber filter press Hoesch Sidebar1200 28% 25% 45% 4,2 m 3 /hr 4,8 m 3 /hr 2,3 m 3 /hr 1 unit 1 unit 1 unit Jumlah truk 3 2 unit 3 unit 1 unit kapasitas 4m Harga dewatering, juta Rp 2.800 3.000 2.500 3.4.2 Pengolahan Lumpur Pengurasan Bio Filter dan Air Bekas Backwash Filter. Lumpur yang dikeluarkan secara berkala dari kedua unit ini masuk ke tanki ekualisasi-2. Kedua jenis lumpur ini masuk ke dalam tanki ekualisasi yang berbeda dengan lumpur sedimentasi agar tidak merusak kepekatan lumpur sedimentasi yang telah terjadi. Selanjutnya lumpur dipompa ke bag filter untuk membuang air yang terkandung di dalamnya sehingga volume lumpur direduksi menjadi rata-rata 0,21 m 3 /hari 4. Kesimpulan Kesimpulan yang diberikan dari hasil studi ini adalah: 4.1. Korelasi antara TSS dan kekeruhan Cengkareng Drain adalah TSS (mg/l) = 1,02 kekeruhan (NTU). Sehingga diperoleh nilai rerata TSS yang masuk ke IPA = 115,5 mg/l dan maksimum = 510 mg/l. 4.2. Kuantitas lumpur sedimentasi yang dihasilkan IPA Taman Kota rata-rata adalah 1.544,89 kg/hari atau 144,93 m 3 /hari. Pada kondisi maksimum dihasilkan 6.697,45 kg/hari atau 628,30 m 3 /hari lumpur sedimentasi. Pengurasan lumpur bio filter dilakukan secara berkala dengan volume lumpur yang dibuang sebesar 150,1 m 3 /hari. Sedangkan backwash filter dilakukan setiap hari dengan volume air bekas pencucian filter sebesar 468,86 m 3 /hari. 4.3. Dari ketiga opsi peralatan dewatering, opsi terpilih adalah belt filter press yang menghasilkan volume lumpur rata-rata 18,2 m 3 /hari dengan total biaya investasi dan pemeliharaan sebesar Rp. 936 juta per tahun (asumsi umur pakai 10 tahun). Harga truk, juta Rp 600 900 300 4.4. Perkiraan volume lumpur yang dibuang dari bak sedimentasi didasarkan pada lumpur yang 79

dihasilkan dari TSS terkandung di air baku dan bahan kimia yang dibubuhkan. Perlu diperhitungkan kembali waktu pembuangan lumpur sedimentasi yang harus mencukupi, agar seluruh lumpur sedimentasi yang dihasilkan dapat dibuang setiap harinya dan tidak terjadi penumpukan di dasar bak sedimentasi. Dengan tidak terjadinya penumpukan sisa lumpur sedimentasi, maka modus pengurasan total bak sedimentasi dapat dikurangi. [2] Metcalf and Eddy, Wastewater Engineering: Treatment and Reuse, 4 th edition, McGraw Hill, New York, 2004, p.1447. [3] J.W. Clark, W.Viessman, M.Hammer, Water Supply and Pollution Control, 3 rd edition, Harper and Row, New York, 1977, p.629. [4] Cornwell et al., Handbook of Practice: Water Treatment Plant Waste Management, AWWA, Denver, 1987. [5] ASTM D 854-58, Test for Specific Gravity of Soils, 1979. Daftar Acuan [1] ASCE Manual/AWWA, Technology Transfer Handbook: Management of Water Treatment Plant Residual, AWWA, Denver, 1996. 80