Keywords : agriculture, check dam, agricultural productivity

dokumen-dokumen yang mirip
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

PENGEMBANGAN POTENSI LAHAN KERING DI DESA SADAPAINGAN KECAMATAN PANAWANGAN KABUPTEN CIAMIS

H. Nedi Sunaedi. Drs. M.Si. 1) Rydwannulah Darmawan 2)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

PEMANFAATAN SUNGAI CI KARO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN DOMESTIK MASYARAKAT DI DESA KAWUNGSARI KECAMATAN CIBEUREUM KABUPATEN KUNINGAN

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI DAERAH PERBATASAN : STUDI KASUS KABUPATEN BELU PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Tanam. yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanaman, lahan dan kurun waktu tertentu

POTENSI SUNGAI CI WULAN SEBAGAI TEMPAT WISATA OLAH RAGA ARUNG JERAM STARTING POINT ASTA KELURAHAN CIBEUTI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALAYA

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB III LAPORAN PENELITIAN

Enung Santi Yunia Siti Fadjarajani

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan

KAJIAN PROYEKSI KEBUTUHAN PANGAN DAN LAHAN PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN DAN KEDAULATAN PANGAN DAERAH DI KOTA TASIKMALAYA

KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI SAWAH TADAH HUJAN DI DESA BALINURAGA TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh PUTU NILAYANTI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

STRATEGI PETANI DALAM PENINGKATAN HASIL PRODUKSI PADI SAWAH DI JORONG SAWAH KAREH KECAMATAN RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MANAJEMEN USAHA TANI PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DIVERSIFIKASI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI BUDIDAYA TANAMAN CABAI (SOLANACEAE SP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan seluas

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi ABSTRAK

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

PEMANFAATAN LAHAN DENGAN BUDIDAYA SAWO (ACHRAS SAPOTA L) DI DESA CIKADU KECAMATAN CIKALONG KABUPATEN TASIKMALAYA

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Edu Geography 3 (3) (2015) Edu Geography.

TINJAUAN GEOGRAFIS KEBERADAAN INDUSTRI AIR MINUM PT. VODA TIRTA NIRWANA DI DESA BATU KERAMAT

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

KONDISI UMUM BANJARMASIN

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. pada setiap tahunnya juga berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

IDENTIFIKASI IKLIM, TANAH DAN IRIGASI PADA LAHAN POTENSIAL PERTANIAN DI KABUPATEN LANGKAT

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Umum

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

Transkripsi:

PEMANFAATAN CEKDAM SINGAPRAYA UNTUK PENGAIRAN LAHAN SAWAH DI DESA KADUPANDAK KECAMATAN TAMBAKSARI KABUPATEN CIAMIS Utilization of Cekdam Singapraya For Water Wetland in Kadupandak village Tambaksari sub-district Ciamis District Ina Dwi Listyani 1 (inadwilistyani@gmail.com) H. Nedi Sunaedi, Drs.,M.Si. 2 (nedi_pdil@yahoo.com) Program Studi Pendidikan Geografi FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya Abstract INA DWI LISTYANI. 2015. Utilization of Cekdam Singapraya For Water Wetland in Kadupandak village Tambaksari sub-district Ciamis District. Geography Education Department of Faculty of Educational Sciences and Teachers Training Siliwangi University Tasikmalaya. The background of this research is utilization of Cekdam Singapraya for irrigation of paddy fields in the village Kadupandak Tambaksari District Ciamis District. The main issue discussed was the condition Cekdam Singapraya used for irrigation of paddy fields in the village Kadupandak Tambaksari District Kudat district and Singapraya Cekdam utilization can increase the productivity of agricultural land in the village Kadupandak Tambaksari District Ciamis District. The hypothesis of this study is Cekdam Singapraya conditions used by the people in the village Kadupandak Tambakasari District of Kudat district is for irrigation of paddy fields. Utilization Cekdam Singapraya Kadupandak Village Tambaksari District Kudat district is able to increase the productivity of agricultural land. The method used in this research is quantitative descriptive method with data collection through observation, interviews, questionnaires, study documentation and study of literature. Sampling of respondents used the technique of random sampling as much as 5% or 66 people in the village Kadupandak. The analysis technique used is a simple analytical technique with the formula percentage (%). Utilization of research results Cekdam Singapraya for irrigation of paddy fields in the village Kadupandak Tambaksari District Kudat district is water flow in Cekdam Singapraya influenced by rainfall. Rainfall plays the growth and production of food crops, especially rice plants. Cekdam Singapraya has an area of 53,000 M 2, with a depth of 4 meters average rat. Capacities of water in Cekdam Singapraya 212,000 M 3. Water conditions in Cekdam Singapraya affected by the condition of water coming into the cekdam. Source of water entering Cekdam Singapraya derived from Cisontrol River, Cikutagana River, and the river Citomo. Irrigation of Cekdam Singapraya the provision and regulation of water to support agriculture in the village Kadupandak. The existence Cekdam Singapraya in his capacity as a provider of irrigation needs of wetland, meant that the availability of water for agricultural irrigation can be maintained throughout the year. Irrigation Cekdam Singapraya serves to maintain and improve the productivity of agricultural land in order to achieve optimal results. Productivity of agricultural land in the village can be seen from Hasel Kadupandak harvest each season in the area of land cultivated by a population of 100 bricks. Total harvest before the Cekdam Singapraya on land land area of 100 bricks as much as three hundred pounds, while the number of agricultural produce after their Cekdam 100 brick Singapraya on land as much as five hundred pounds. Keywords : agriculture, check dam, agricultural productivity 1

ABSTRAK INA DWI LISTYANI. 2015. Pemanfaatan Cekdam Singapraya untuk Pengairan Lahan Sawah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Latar belakang penelitian ini adalah untuk melakukan analisis mengenai pemanfaatan Cekdam Singapraya untuk pengairan lahan sawah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. Masalah pokok yang dibahas adalah kondisi Cekdam Singapraya dimanfaatkan untuk pengairan lahan sawah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis dan pemanfaatan Cekdam Singapraya dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. Hipotesis penelitian ini adalah kondisi Cekdam Singapraya dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Kadupandak Kecamatan Tambakasari Kabupaten Ciamis adalah untuk pengairan lahan sawah. Pemanfaatan Cekdam Singapraya di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis adalah dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi lapangan, wawancara, kuesioner, studi dokumentasi dan studi literatur. Pengambilan sampel responden digunakan dengan teknik Random Sampling sebanyak 5% atau 66 warga di Desa Kadupandak. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis sederhana dengan rumus persentase (%). Hasil penelitian pemanfaatan Cekdam Singapraya untuk pengairan lahan sawah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis adalah Debit air di Cekdam Singapraya dipengaruhi oleh curah hujan. Curah hujan memegang peranan pertumbuhan dan produksi tanaman pangan terutama tanaman padi. Cekdam Singapraya memiliki luas 53.000 M 2, dengan kedalaman rata-rat 4 meter. Kapasitas tampung air di Cekdam Singapraya 212.000 M 3. Kondisi air di Cekdam Singapraya dipengaruhi oleh kondisi air yang masuk ke cekdam tersebut. Sumber air yang masuk ke Cekdam Singapraya berasal dari Sungai Cisontrol, Sungai Cikutagana, dan Sungai Citomo. Irigasi dari Cekdam Singapraya merupakan usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian di Desa Kadupandak. Keberadaan Cekdam Singapraya dalam kapasitasnya sebagai penyedia kebutuhan pengairan lahan sawah, dimaksudkan agar ketersediaan air untuk kebutuhan pengairan pertanian dapat terjaga sepanjang tahun. Irigasi Cekdam Singapraya berfungsi mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan untuk mencapai hasil pertanian yang optimal. Produktivitas lahan pertanian di Desa kadupandak dapat dilihat dari hasel panen tiap musim pada luas lahan yang digarap oleh penduduk sebanyak 100 bata. Jumlah hasil panen padi sebelum adanya Cekdam Singapraya pada luas lahan lahan 100 bata sebanyak 3 kuintal, sedangkan jumlah hasil pertanian setelah adanya Cekdam Singapraya pada lahan 100 bata sebanyak 5 kuintal. Kata kunci: pertanian, cekdam, produktivitas pertanian 2

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sumberdaya air merupakan sumber utama kehidupan manusia, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara langsung maupun untuk kegiatan pendukung kehidupannya. Air juga merupakan salah satu sumber daya geologi yang sangat penting dan vital, tidak hanya diperlukan untuk mahluk hidup yang ada di bumi, tetapi juga diperlukan bagi proses-proses geologi. Air disamping sebagai media yang mempunyai sifat-sifat kimiawi, juga berguna pada proses-proses geologi seperti proses pelapukan, erosi, transportasi, dan pengendapan material bumi. Aktivitas air di permukaan bumi, batuan, tanah, udara dan lautan mempunyai arti penting dan secara berkelanjutan akan berdampak terhadap aktivitas manusia. Manfaat sumberdaya air bagi manusia antara lain adalah sebagai air minum, irigasi, pembangkit tenaga listrik, faktor penentu dalam iklim di permukaan bumi, serta untuk sarana olahraga dan rekreasi. Cekdam Singapraya berada di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. Daerah ini merupakan perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng agak terjal sampai terjal yaitu 15 30%, berada pada ketinggian 358,24 359,55 m dpl. Pembangunan Cekdam Singapraya dimulai pada tahun 1993. Tujuan dibangunnya cekdam tersebut adalah untuk menampung air dari beberapa sungai yang ada di Desa kadupandak yang akan dimanfaatkan untuk sumber pengairan pertanian. Pembangunan cekdam ini dilakukan karena sebagian besar lahan pertanian di desa Kadupandak berada pada lereng perbukitan, sehingga ketika musim kemarau, air tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengairan pada lahan pertanian. Pada bulan Juni tahun 2010 dipicu oleh curah hujan yang tinggi, di Desa Kadupandak terjadi bencana gerakan tanah. Bendungan Cekdam Singapraya tidak mampu menampung debit air sehingga Cekdam Singapraya jebol. Air limpasan dari cekdam tersebut mengalir ke sebelah utara menuruni lereng melewati lahan permukiman dan lahan Persawahan warga di Dusun Karangsari dan Dusun Walahar. Pasca bencana gerakan tanah, Cekdam 3

Singapraya dibangun kembali dengan kontruksi yang baru. Cekdam tersebut difungsikan kembali sampai saat ini. Pemanfaatan air dari Cekdam Singapraya belum bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Kadupandak sebagai saluran irigasi secara maksimal, hal ini karena belum adanya saluran irigasi permanen yang dibangun untuk sumber pengairan lahan persawahan. Cekdam tersebut hanya digunakan sebagai penyerapan air, karena belum dibuatnya saluran irigasi air untuk lahan pertanian, apabila Cekdam tersebut debit airnya naik maka debit air di pertanian juga ikut naik, begitu juga sebaliknya jika debit air Cekdam menurun maka debit air di pertanian juga ikut menurun. Oleh karena itu warga sangat membutuhkan sarana untuk menampung air hujan dalam jumlah besar guna mengaliri areal pertanian mereka jiga terjadi musim kemarau. Efisiensi pemberian air dari Cekdam untuk pertanian, dilakukan guna menyesuaikan air yang tersedia dengan air yang dibutuhkan oleh tanaman menurut jumlah dan waktu yang tepat. Untuk mengetahui pemanfaatan Cekdam Singapraya di Desa Kadupandak, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pemanfaatan Cekdam Singapraya Untuk Pengairan Lahan Sawah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. 2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Metode kuantitaif mengidentifikasi masalah penelitian dengan mendeskripsikan atau menguraikan kecenserungan atau menjelaskan tentang keterkaitan antara variabel dan pengembangannya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua variabel yang menunjukkan aktivitas masyarakat dalam pemanfaatan Cekdam Singapraya nntuk pengairan lahan sawah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 1.340 orang, dan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini diambil 5% dari jumlah KK di Desa Kadupandak sebanyak 66 orang orang, dan satu orang kepala desa. 4

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, teknik wawancara, tekink kuesioner, studi dokumentasi, dan studi literarur B. PEMBAHASAN Desa Kadupandak terletak pada koordinat 7 0 40 20 7 0 41 20 LS dan 108 0 20 108 0 40 BT, merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng agak terjal sampai terjal yaitu 15 30%, berada pada ketinggian 358,24 359,55 m dpl. Tata guna lahan di Desa Kadupandak sebagian besar digunakan untuk lahan pertanian seperti sawah, perkebunan, sedangkan yang lainnya dimanfaatkan manjadi lahan terbangun. Penduduk di Desa Kadupandak sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani berdasarkan Data Monografi Desa Kadupandak Tahun 2014 adalah 1.180 jiwa. Aktivitas penduduk dalam bidang pertanian didukung oleh potensi hidrologi yang terdiri dari potensi air tanah dan air permukaan. Air permukaan di Desa Kadupadak terdiri dari mata air, hulu lebak, dan Cekdam Singapraya. Selain bermatapencaharian sebagai petani penggarap sawah, masyarakat Desa Kadupandak juga beraktivitas berkebun pada lahan darat, hasil dari berkebun tersebut berupa tanaman kayu, dan palawija, namun tidak sedikit juga masyarakat yang berternak seperti ternak sapi, kambing, domba. Aktivitas bertani menggarap lahan sawah merupakan mata pencaharian pokok, namun disamping aktivitas tersebut juga mencari pekerjaan sampingan dintaranya menjadi buruh bangunan, pengrajin kerajinan anyaman, dan jasa. 1. Kondisi Cekdam Singapraya dimanfaatkan untuk Pengairan Lahan Sawah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis a. Debit Air Debit air di Cekdam Singapraya dipengaruhi oleh curah hujan. Curah hujan memegang peranan pertumbuhan dan produksi tanaman pangan terutama tanaman padi. Curah hujam merupakan salah satu faktor utama yang memiliki komponen musiman yang dapat secara cepat mempengaruhi debit air, dan siklus tahunan dengan karakteristik musim hujan panjang atau kemarau panjang. Jumlah curah hujan di Desa Kadupandak pada tahun 2014 sebanyak 3.262 mm. Cekdam Singapraya 5

memiliki luas 53.000 M 2, dengan kedalaman rata-rat 4 meter. Kapasitas tampung air di Cekdam Singapraya 212.000 M 3. Air dari cekdam digunakan untuk pengairan lahan sawah. Sebagian besar lahan sawah yang ada di Desa Kadupandak merupakan sawah tadah hujan. Ketersediaan air untuk pengairan pertanian sangat penting agar panen yang diperoleh dapat maksimal. Dengan adanya Cekdam Singapraya membantu memudahkan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan pengairan pada lahan garapannya. b. Kondisi Air Kondisi air di Cekdam Singapraya dipengaruhi oleh kondisi air yang masuk ke cekdam tersebut. Sumber air yang masuk ke Cekdam Singapraya berasal dari Sungai Cisontrol, Sungai Cikutagana, dan Sungai Citomo. Kondisi air di Cekdam Singapraya juga dipengaruhi oleh hujan. Ketika hujan turun, air sungai menjadi keruh karena membawa material lumpur yang terbawa sepanjang melewati kawasan perkebunan Gunung Bitung. Sifat tanah di Gunung bitung mudah terkikis, dan mengendap di di Cekdam Singapraya. Namun demikian, warna air keruh tersebut tidak akan berlangsung lama karena tercampur dengan air yang bersumber dari mata air yng berada di Cekdam Singapraya. Selain sebagai daerah tangkapan air yang digunakan untuk pengairan lahan sawah, Cekdam Singapraya dijadikan tempat rekreasi, budidaya ikan keramba dan tempat memancing ikan. Aktivitas memancing dilakukan tidak hanya berasal dari wrga setempat tetapi juga oleh warga diluar Desa Kadupandak. Untuk melakukan aktivitas memancing ikan, tiap orang dipungut biaya sebesar Rp. 5.000,00. Cekdam Singapraya sengaja ditanami ikan untuk pemancingan. Pembudidayaan ikan keramba dilakukan oleh warga di sekitar Cekdam Singapraya yang hasilnya dapat dijual kepada pengunjung yang datang ke daerah tersebut. Untuk mengetahui kualitas air di Cekdam Singapraya, dilakukan pengujian kualitas air. Pengujian kualitas air di Cekdam Singapraya didasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Kelas II). 6

Lokasi pengambilan contoh uji dilakukan di Cekdam Singapraya Desa Kadupandak, jenis contoh uji pada air permukaan, pengujian contoh uji tanggal 31 Maret 2015, hasil pengujian dikeluarkan tanggal 7 April 2015 dengan Nomor : 660.1/017-Labling/KLH/2015. c. Saluran Irigasi Irigasi merupakan sumberdaya penting dalam perencanaan dan peningkatan produktivitas pertanian. Irigasi dari Cekdam Singapraya merupakan usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian di Desa Kadupandak. Dalam pembangunan irigasi harus mempertimbangkan kelayakan dan keuntungan. Pembangunan irigasisalah satunya dimaksudkan untuk menunjang pemenuhan kebutuhan air yang dalam proses tercapainya sapta usaha tani. Keberadaan Cekdam Singapraya dalam kapasitasnya sebagai penyedia kebutuhan pengairan lahan sawah, dimaksudkan agar ketersediaan air untuk kebutuhan pengairan pertanian dapat terjaga sepanjang tahun. Dalam pembangunan Irigasi Cekdam Singapraya tidak hanya mempertimbangkan jumlah air yang tersedia, tetapi perlu juga memperhatikan luas usaha tani yang memperoleh manfaat dari irigasi tersebut. Air mungkin tersedia berlebihan, tapi beberapa bagian lahan tidak dapat diairi karena pengaruh topografi, jenis tanah, atau karena tidak ada sistem penyaluran air yang baik. Saat ini, saluran irigasi dari Cekdam Singapraya belum permanen dan menjangkau pada lahan sawah milik masyarakat, sehingga penyaluran air tersebut belum merata. Irigasi bagi tanaman padi berfungsi sebagai penyedia air yang cukup dan stabil untuk menjamin produksi padi. Lahan sawah di dalam daerah pengairan Cekdam Singapraya di bagi-bagi sedemikian rupa sehingga memudahkan pembagian airnya. Adapun cara pembagiannya tergantung pada tujuan pengairan itu dan kebutuhan air untuk pertanian. Air yang disalurkan ke sawah melalui sistem jaringan yang terdiri atas saluran-saluran air dengan pintu air pengendali. Dalam pengolahan sawah, awal musim hujan sangat menentukan penentuan saat tanam sedangkan awal musim kemarau menentukan 7

tingkat keberhasilan panen, karena akhir musim pertanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan air menjelang kemarau. Dengan demikian dapat disimpulkan keberadaan saluran irigasi dari Cekdam Singapraya sangat membantu para petani dalam mendapatkan sumber pengairan sawah. d. Pola Pengaturan Air Irigasi Cekdam Singapraya berfungsi mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan untuk mencapai hasil pertanian yang optimal. Air yang masuk ke Cekdam Singapraya dipengaruhi oleh volume air dari sungai yang masuk ke cekdam tersebut. Sumber air yang masuk ke Cekdam Singapraya berasal dari Sungai Cisontrol, Sungai Cikutagana, dan Sungai Citomo. Pengaturan air dari Cekdam Singapraya bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan irigasi yang efisien dan efektif serta dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada petani di Desa Kadupandak. Pengaturan air di Cekdam Singapraya menggunakan pintu air dalam mengatur aliran air untuk pembuang, dan pengatur lalu lintas air. Air yang keluar dari pintu air tersebut dialirkan melalui saluran permanen yang selanjutnya akan mengalir melalui selokan yang menghubungkan dengan petakan sawah. Pengaturan air dirancang sedemikian rupa agar debit air di Cekdam Singapraya sesuai dengan daya tampungnya. Pada musim hujan volume air di Cekdam Singapraya meningkat, sehingga air yang tertampung harus dibuang. 2. Pemanfaatan Cekdam Singapraya dalam Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis. a. Padi Ketersediaan sumberdaya alam menjamin keberlangsungan masyarakat Desa Kadupandak yang dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup serta meningkatkan kesejahteraan. Pemanfaatan Cekdam Singapraya dilakukan dalam meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Ketersediaan lahan pertanian yang didukung 8

oleh potensi hidrologi berupa pengairan dari Cekdam Singapraya merupakan sumberdaya yang digunakan oleh masyarakat Desa Kadupandak dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Keadaan tanah yang subur serta iklimnya yang mendukung menjadikan masyarakat di desa Kadupandak menggantungkan hidupnya pada aktivitas pertanian. Desa Kadupandak merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng agak terjal sampai terjal yaitu 15 30%. Dengan kondisi topografi demikian, penggunaan lahan di wilayah ini sebagian besar tidak sesuai dengan peruntuknnya. Tidak hanya lahan pertanian yang berada pada lereng, tetapi juga lahan permukiman warga berada pada lereng dengan kemiringan yang sama. Lahan sawah yang digarap oleh masyarakat pada umumnya berada pada lereng. Kondisi tersebut menjadikan lahan sawah dibuat dengan teknik sengkedan. Sebagian besar lahan sawah merupakan lahan sawah tadah hujan. Sumber pengairan sawah tersebut belum maksimal terutama pada musim kemarau. Keberadaan Cekdam Singapraya yang dibangun kembali tahun 2013 pasca gerakan tanah, membantu petani di Desa kadupandak dalam penyediaan sumber air yang digunakan untuk pengairan lahan pertanian. Lahan sawah yang digarap oleh petani di Desa Kadupandak berada pada tempat yang berbeda-beda, namun sebagian besar berada pada lereng. Lahan sawah yang berada pada wilayah dataran merupahan lahan sawah yang berada di Dusun Sukamandi, karena secara topografi dusun tersebut berada pada wilayah yang landai. Lahan sawah di Desa Sukamandi tidak terkait langsung dengan Cekdam Singapraya. Ketersediaan air pada lahan sawah di wilayah ini sangat melimpah. Frekuensi mengolah sawah dalam setahun ditentukan oleh ketersediaan air. Lahan sawah yang berada pada lereng pada umumnya kesulitan dalam mendapatkan air dibandingkan dengan lahan sawah yang berada pada wilayah yang landai. Kesulitan dalam mendapatkan air tersebut menjadikan lahan sawah hanya digarap sebanyak 1 kali dalam setahun. Ada kalanya karena kesulitan air yang berkepanjangan, lahan sawah tersebut diubah fungsinya menjadi lahan darat. Tata air atau drainase yang 9

kurang baik menjadikan penyaluran air pada lahan sawah tidak merata, sehingga mempengaruhi produktivitas lahan pertanian. Dalam melakukan pengolahan sawah, dalam hal ini aktivitas penanaman padi, penggunaan pupuk merupakan faktor penting dalam memaksimalkan pertumbuhan tanaman padi. Penggunaan pupuk paling banyak yang digunakan oleh responden pada pertaniaannya menggunakan pupuk kimia. Sebagian kecil responden menggunakan pupuk organik yang dipadukan dengan pupuk kimia. Pupuk organik tersebut berupa kotoran hewan sapi, kambing, dan domba. Dalam proses pengolahan lahan sawah, teknologi yang digunakan oleh responden berbeda-beda. Dalam proses pengolahan sawah, alat yang digunakan oleh petani untuk membajak sawah pada umumnya menggunakan traktor. Namun demikian ada juga petani yang menggarap sawahnya dilakukan dengan cara dicangkul, hal ini dilakukan karena kondisi sawahnya berada pada lereng yang tidak dimungkinkan untuk dilewati traktor. Selain itu kondisi sawah yang dalam tidak memmungkinkan menggunakan traktor karena akan amblas, sehingga jalan keluar satu-satunya dengan dicangkul. Hasil panen yang diperoleh petani tidak lepas dari keberadaan Cekdam Singapraya sebagai penyedia sumber perairan bagi lahan sawah. Keberadaan Cekdam Singapraya sebagai sumber pengairan lahan sawah memberikan keuntungan pada petani berupa hasil panen padi setelah cekdam tersebut dioperasikan kembali. Pasca gerakan tanah yang terjadi di Desa Kadupandak Tahun 2010, tidak hanya lahan pertanian saja yang mengalami kerusakan, tetapi juga jebolnya cekdam Singapraya yang berpengaruh langsung pada hasil pertanian padi. b. Palawija Palawija dapat dikatakan sebagai tanaman kedua setelah tanaman utama dari padi. Petani biasanya memanfaatkan lahan pertanian untuk menanam tanaman palawija untuk mendapatkan hasil tambahan. Aktivitas menanam tanaman palawija biasanya dilakukan di sawah setelah panen padi, penanaman ini dilakukan sebelum kembali menggarap sawah untuk menanam padi. Penanaman palawija merupakan bentuk diversifikasi 10

pertanian, yaitu usaha penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah satu hasil pertanian. Penanaman palawija pada dasarnya membutuhkan air yang cukup, namun seperti diketahui bahwa keberadaan lahan sawah di Desa Kadupandak berada pada lereng. Masalah yang dihadapi dalam menanam jenis apapun di kawasan tersebut akan menghadapi kendala kurangnya ketersediaan air. Dengan kondisi seperti itu para petani lebih memilih membiarkannya begitu saja sampai musim penghujan datang. Namun tidak sedikit juga para petani yang menanam palawija setelah panen padi. Petani yang melakukan penanaman palawija pada umumnya yang memiliki lahan di daerah yang relatif datar dengan ketersediaan air cukup. Jenis tanaman palawija yang ditanam oleh petani bermacam-macam. Tanaman palawija yang sering ditanam adalah jagung. Pilihan petani menanam jagung adalah karena jagung memiliki nilai jual tinggi dibandingkan dengan jenis tanaman palawija lainnya. Selain itu perawatan tanaman jagung lebih mudah, serta untuk varietas tertentu lebih tahan terhadap serangan hama. Dalam meningkatkan produktivitas hasil pertanian di Desa Kadupandak, keberadaan kelompok tani sangat penting sebagai wadah aspirasi para petani. Kelompok tani memiliki fungsi sebagai wadah aspirasi bagi para anggotanya, serta membantu para petani dalam berbagai macam hal yang berhubungan dengan usaha pertaniannya. Keberadaan kelompok tani di Desa Kadupandak meripakan sarana diskusi antar para petani dalam menambah wawasan dalam bidang pertanian. Bibit padi merupakan faktor penting dalam keberhasilan pertanian. Bibit padi yang diperoleh para petani berasal dari sumbr yang berbeda. Bibit padi di toko pertanian lebih beragam dengan jenis dan varietas yang lebih unggul dibandingkan dengan bantuan pemerintah. Bibit padi yang diberikan pemerintah terkadang tidak sesuai dengan jenis bibit padi yang diharapkan oleh para petani. Sedangkan bibit hasil pembibitan dari hasil 11

panen sebelumnya atau pembibitan sendiri terkadang gagal dan kurang maksimal pada musim tanam selanjutnya. Gangguan hama merupakan masalah yang dihadapi para petani. Gangguan hama berpotensi menurunkan hasil panen padi atau bahkan gagal panen. Untuk jenis padi tertentu lebih mudah terserang hama. Hama tersebut biasanya hama wereng, kumbang batang, tikus, dan burung. Pemerintah terus berupaya membantu para petani dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Banyak persoalan yang dihadapai oleh para petani baik yang berhubungan langsung dengan produksi maupun pada pemasaran hasilhasil pertaniannya. Pada musim tanam petani kesulitan dalam mendapatkan pupuk bersubsidi, hal ini disebabkan oleh permintaan pupuk meningkat sedangkan persediaan pupuk di pasaran terbatas, sehingga memicu kelangkaan dan kenaikan harga pupuk. Pada musim panen harga jual gabah kering giling mengalami penurunan karena stok gabah melimpah, hal ini memicu pada penurunan harga gabah. Tidak adanya standar harga dari pemerintah mengenai harga minimal gabah kering giling mengakibatkan petani mengalami kerugian. Peranan KUD melemah karena harga ditentukan oleh mekanisme pasar. Para petani menjual hasil pertanian kepada para tengkulak karena KUD tidak membeli hasil pertanian berupa padi ketika stoknya sudah terpenuhi. Peran pemerintah dalam meningkatkan produktivitas pertanian tidak hanya memberikan bantuan berupa material, tetapi juga berupa penyuluhan. Kegiatan Penyuluhan pertanian dapat disebut dengan pendidikan non formal. Suatu bentuk pendidikan yang cara, bentuk dan sasarannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, waktu maupun tempat petani. Tujuan utamanya adalah untuk menambah kesanggupan petani dalam usaha taninya. Melalui penyuluhan pertanian diharapkan adanya perubahan perubahan perilaku petani, sehingga mereka dapat memperbaiki cara bercocok tanam, agar dapat menghasilkan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. 12

C. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian penulis mengenai aktifitas masyarakat dalam memanfaatkan Cekdam Singapraya untuk pengairan lahan sawah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis: 1. Kondisi Cekdam Singapraya dimanfaatkan untuk Pengairan Lahan Sawah di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis a. Debit Air Debit air di Cekdam Singapraya dipengaruhi oleh curah hujan. Curah hujan memegang peranan pertumbuhan dan produksi tanaman pangan terutama tanaman padi. Cekdam Singapraya memiliki luas 53.000 M 2, dengan kedalaman rata-rat 4 meter. Kapasitas tampung air di Cekdam Singapraya 212.000 M 3. Ketersediaan air untuk pengairan pertanian sangat penting agar panen yang diperoleh dapat maksimal. Dengan adanya Cekdam Singapraya membantu memudahkan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan pengairan pada lahan garapannya. b. Kondisi Air Kondisi air di Cekdam Singapraya dipengaruhi oleh kondisi air yang masuk ke cekdam tersebut. Sumber air yang masuk ke Cekdam Singapraya berasal dari Sungai Cisontrol, Sungai Cikutagana, dan Sungai Citomo. Kondisi air di Cekdam Singapraya juga dipengaruhi oleh hujan. Ketika hujan turun air sungai menjadi keruh karena membawa material lumpur, namun demikian warna air keruh tersebut tidak akan berlangsung lama karena tercampur dengan air 157 yang bersumber dari mata air yng berada di Cekdam Singapraya. Kondisi air yang bersih dan jernih menjadikan Cekdam Singapraya dijadikan tempat rekreasi, budidaya ikan keramba dan tempat memancing ikan. c. Saluran Irigasi Irigasi dari Cekdam Singapraya merupakan usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian di Desa Kadupandak. 13

Keberadaan Cekdam Singapraya dalam kapasitasnya sebagai penyedia kebutuhan pengairan lahan sawah, dimaksudkan agar ketersediaan air untuk kebutuhan pengairan pertanian dapat terjaga sepanjang tahun. d. Pola Pengaturan Air Irigasi Cekdam Singapraya berfungsi mempertahankan dan meningkatkan produktivitas lahan untuk mencapai hasil pertanian yang optimal. Pengaturan air di Cekdam Singapraya menggunakan pintu air dalam mengatur aliran air untuk pembuang, dan pengatur lalu lintas air. Air yang keluar dari pintu air tersebut dialirkan melalui saluran permanen yang selanjutnya akan mengalir melalui selokan yang menghubungkan dengan petakan sawah. Pengaturan air dari Cekdam Singapraya bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan irigasi yang efisien dan efektif serta dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada petani di Desa Kadupandak. 2. Pemanfaatan Cekdam Singapraya dalam Meningkatkan Produktivitas Lahan Pertanian di Desa Kadupandak Kecamatan Tambaksari Kabupaten Ciamis a. Padi Keberadaan Cekdam Singapraya sebagai sumber pengairan lahan sawah memberikan keuntungan pada petani berupa hasil panen padi. Produktivitas lahan pertanian di Desa kadupandak dapat dilihat dari hasel panen tiap musim pada luas lahan yang digarap oleh penduduk sebanyak 100 bata. Jumlah hasil panen padi sebelum adanya Cekdam Singapraya pada luas lahan lahan 100 bata sebanyak 3 kuintal, sedangkan jumlah hasil pertanian setelah adanya Cekdam Singapraya pada lahan 100 bata sebanyak 5 kuintal. b. Palawija Penanaman palawija merupakan bentuk diversifikasi pertanian, yaitu usaha penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk menghindari ketergantungan pada salah satu hasil pertanian. Petani di Desa Kadupandak biasanya memanfaatkan lahan pertanian untuk menanam tanaman palawija untuk mendapatkan hasil tambahan. Aktivitas menanam tanaman palawija 14

biasanya dilakukan di sawah setelah panen padi, penanaman ini dilakukan sebelum kembali menggarap sawah untuk menanam padi. Tanaman palawija yang sering ditanam oleh petani di Desa Kadupandak diantaranya, jagung, kacang tanah, dan singkong. 2. Saran 1. Pentingnya peranan pemerintah dalam melakukan penyuluhan pertanian di Desa Kadupadak dalam upaya peningkatan produktifitas lahan pertanian. Kegiatan penyuluhan pertanian di Desa Kadupandak tersebut hendaknya disosialisasikan kepada masyarakat agar informasi dapat diterima dengan merata. Penyuluhan pertanian sebaiknya tidak hanya dilakukan pada tingkat desa, tetapi sampai ke tingkat dusun dengan waktu yang sudah terjadwal. 2. Memaksimalkan upaya-upaya pengelolaan yang baik terhadap lahan sehingga petani mendapatkan produktivitas yang tinggi serta produksi yang baik dengan sistem tanam yang sesuai dengan keadaan lahan pertanian. 3. Untuk menjaga tingkat kesuburan lahan pertanian hendaknya petani di Desa Kadupandak dalam mengolah lahan sawah mengikuti waktu tanam yag tepat. 4. Untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian perlu diupayakan pembangunan saluran irigasi secara permanen dan menjangkau pada lahan sawah milik masyarakat, sehingga penyaluran air tersebut dapat merata. DAFTAR PUSTAKA Banowati, E. dan Sriyanto. 2013. Geografi Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Noor, Djauhari. 2006. Geologi Lingkungan. Jakarta: Graha Ilmu. Noor, Djauhari. 2011. Geologi untuk Perencanaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Pemerintah Desa Kadupandak. Data Monografi Desa Kadupandak Tahun 2014. Tidak Diterbitkan. 15