White paper Solusi teknologi untuk mengatasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
Hengki, Pembuktian Diri Seorang Insinyur

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

Kewirausahaan dan mengembangkan perusahaan Acara Inkubator ITB Jumat 5 Oktober 2007

Paparan untuk pencalonan Ketua Ikatan Alumni ITB. Acara IA-Jabar Sabtu 8 September 2007

Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kelayakan..., Arde NugrohoKristianto, FE UI, Universitas Indonesia

SUMBER DAYA PANAS BUMI: ENERGI ANDALAN YANG MASIH TERTINGGALKAN

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi..., Andiek Bagus Wibowo, FT UI, Universitas Indonesia

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

Disajikan dalam Acara Pertemuan Tahunan EEP- Indonesia Tahun 2013, di Hotel Le Meridien Jakarta, 27 November 2013

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

Kedaulatan Energi dan Ketenagalistrikan

Ir. Dicky Gumilang, MSc. Manajemen Rantai Pasokan

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus akan mengakibatkan menipisnya ketersediaan bahan. konsumsi energi 7 % per tahun. Konsumsi energi Indonesia tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

IV. GAMBARAN UMUM PLTU DI INDONESIA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

EVALUASI STRATEGI THORBURN UNTUK MEMASUKI PASAR EXPANSION JOINT DI INDONESIA

KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

REGULASI DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan

POTENSI BATUBARA DI SUMATERA SELATAN

Panas Bumi dan Kebijakan Pemerintah

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pemanfaatan cadangan..., Mudi Kasmudi, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Arief Hario Prambudi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

INOVASI PEMANFAATAN BRINE UNTUK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN. PT Pertamina Geothermal Energi Area Lahendong

Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL)

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

PENDAHULUAN. Latar Belakang

KAJIAN PERBANDINGAN PENGGUNAAN AKUABAT, MINYAK BERAT (MFO), DAN BATUBARA PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA. Gandhi Kurnia Hudaya

BIDANG USAHA TERTENTU (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTAMBANGAN BATUBARA DAN LIGNIT

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin

PERCEPATAN PENGEMBANGAN PANASBUMI DALAM MENGATASI KRISIS ENERGI LISTRIK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERCEPATAN PENGEMBANGAN PANAS BUMI DALAM MENGATASI KRISIS ENERGI LISTRIK

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi itu sendiri yang senantiasa meningkat. Sementara tingginya kebutuhan

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

BAB I PENDAHULUAN. dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer bahan pangan, pakan

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

INOVASI TEKNOLOGI JARAK PAGAR MENDUKUNG PROGRAM DESA MANDIRI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

OCEAN ENERGY (ENERGI SAMUDERA)

I. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Objek Studi Profil PT. Chevron Pacific Indonesia

INFRASTRUKTUR ENERGI DI PROVINSI BANTEN

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008

2012, No BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

Transkripsi:

White paper Solusi teknologi untuk mengatasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia Sumbangsih pemikiran Para Insinyur di PT Rekayasa Industri Diedit dan ditulis oleh Triharyo Soesilo 25 Mei 2008

Beberapa solusi dan karya putra-putri indonesia Selain membangun industri pupuk dan juga semen, kami juga telah berhasil membangun kilang minyak pertama di dunia yang sepenuhnya dilaksanakan oleh putra-putri Indonesia. Karya pembangunan kilang miyak tersebut, yang lebih dikenal dengan nama Proyek Blue Sky Balongan, telah mendapatkan penghargaan Rintisan Teknologi dari bapak Presiden pada tahun 2006. Kami adalah kumpulan putra-putri bangsa yang membangun seluruh pabrik pupuk di Indonesia, 60% pabrik pupuk di Malaysia dan 70% dari pabrik Semen di Indonesia. Saat ini kami adalah satu-satunya perusahaan nasional yang sedang membangun pabrik Methanol di Brunei dan juga kilang pengumpul minyak di Serawak. Sebuah terobosan luar biasa bagi perusahaan nasional memasuki pasar luar negeri. Kilang Balongan ini sedang terus kami kembangkan dengan membangun kilang Propylene di lokasi yang sama. Sebuah terobosan bagi PT Pertamina untuk menghasilkan produk Petrokimia yang lebih mahal, dengan memanfaatkan gas buang yang selama ini dibakar dengan harga yang sangat murah. Selain karya-karya diatas, kami juga telah mempersembahkan beberapa karya mutakhir antara lain pembangunan pembangkit-pembangkit listrik dengan energi panas bumi. Para insinyur di perusahaan kami bersatu-padu membangun 4 (empat) pembangkit listrik panas bumi, yaitu di Lahendong, Sulawesi utara (2 pembangkit), di Kamojang, Garut dan juga di Pengalengan, Jawa Barat. Pada pertengahan tahun 2007, kami atasi kelangkaan pasokan gas alam, bahu-membahu dengan jajaran PT Perusahaan Gas Negara, untuk memasang pipa dibawah laut, sepanjang 168 km pada kedalaman 80 meter, menyeberang Selat Sunda. Inilah karya pertama putra-putri Indonesia menyeberangkan pipa dibawah laut. Syukur Alhamdulilah gas alam saat ini telah mengalir dari Sumatra Selatan ke Jawa barat dan juga daerah sekitar Jakarta, untuk mengurangi tekanan permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Pulau Jawa.

Pemikiran-pemikiran untuk atasi krisis Bahan Bakar Minyak Pemerintah telah menaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Jika pemerintah hanya mengandalkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai solusi untuk mengatasi kenaikan harga BBM, maka terkesan Pemerintah tidak mempunyai solusi teknologi jangka menengah dan panjang dalam mengatasi krisis BBM. Oleh sebab itu, kami sangat menyarankan agar Pemerintah melakukan beberapa program akselerasi industri secara simultan setelah penyampaian kenaikan harga BBM dan pelakanaan program pemberian BLT. Berikut ini beberapa pemikiran-pemikiran kami untuk menunjukan kemampuan Pemerintah dalam memberikan solusi alternatif dalam kurun waktu 2 (dua) s/d 3 (tiga) tahun mendatang : A. PERCEPATAN PRODUKSI LADANG MINYAK CEPU PALING LAMBAT 2010 Salah satu andalan peluang Indonesia menjadi eksportir minyak bumi adalah exploitasi ladang minyak di Banyu Urip, Cepu. Akuisisi ladang minyak ini penuh dengan kontroversi di tahun 2004-2005. Akhirnya kontrak dengan Pertamina & Exxon-Mobil diperpanjang sejak tahun 2005. Pengembangan ladang Cepu (Banyu urip) akan menelan investasi sebesar Rp 35 Triliun (US $ 3.8 Milyard). Proyek ini terdiri dari 2(dua) tahap : 1. Tahap pertama (Early processing facilities) target produksi max 20.000 barrel per day 2. Tahap kedua (Main processing facilities) target produksi menjadi max 165.000 barrel per day B eberapa hal baik yang telah dilakukan oleh Pemerintah di Ladang Cepu Saat ini kegiatan Tahap pertama (Early Processing Facilities) sudah dimulai di Cepu. Kegiatan ini berupa pemasangan fasilitas pengumpulan minyak bumi, pemasangan pipa dan pemompaan. Menurut rencana pada akhir tahun 2008 atau awal 2009, ditargetkan 20.000 barrel dapat dialirkan dengan memakai fasilitas JOB Petrochina sebanyak 10.000 barrel dan sisanya 10.000 barrel akan diolah di kilang kecil setempat. N amun yang paling menentukan terhadap pasokan minyak bumi di Indonesia adalah pelaksanaan Tahap kedua (main processing facilities) yang ditargetkan baru bisa selesai tahun 2011 (kemungkinan tahun 2012). Seperti pada gambar, proyek raksasa ini akan terdiri dari 5(lima) bagian yang akan dilaksanakan secara simultan sebagai berikut : 1. Fasilitas pengumpulan minyak di daerah Banyu urip 2. Infrastruktur jalan dan juga penampungan air dari Sungai Bengawan solo 3. Pipeline dari Banyu urip ke pantai utara Jawa Timur 4. Pipeline dibawah laut dari sekitar Tuban ke kapal penyimpan (Floating storage) 5. Kapal penyimpan di tengah laut (Floating Storage Offshore FSO) Kemampuan putra-putri bangsa hari ini untuk percepatan produksi ladang minyak Cepu Saat ini secara teknologi, para insinyur Indonesia telah sangat mampu untuk membangun fasilitas pengumpulan minyak, instrastruktur jalan serta penampungan air, pembuatan dan pemasangan pipeline baik di darat maupun di laut. Satu-satunya pekerjaan yang mungkin memerlukan keterlibatan pihak asing dari sisi teknologi adalah pembangunan Floating storage di tengah laut. Apa lagi untuk proyek Cepu ini, floating storage yang direncanakan adalah mengkonversi kapal yang telah ada.

Beberapa hal yang tidak atau belum dilakukan Pemerintah di pengembangan Ladang Cepu Pemerintah tidak mengkoordinasi dan tidak mengejar dengan seluruh kemampuan ( all-out ) pengembangan dan pembangunan ladang minyak Cepu. Dari sisi teknis dan investasi, sebenarnya proyek Cepu seharusnya hanya memerlukan waktu 3 tahun untuk memproduksi 165.000 barrel. Artinya paling lambat tahun 2008, sebenarnya produksi minyak Indonesia bisa bertambah dengan mendekati 165.000 barrel per hari. N amun karena pengembangan ladang Cepu ini berjalan sangat lambat maka produksi minyak Cepu baru mencapai maksimum kapasitas sekitar tahun 2012. Jika Cepu telah menghasilkan minyak di tahun 2008 atau 2009, Indonesia justru akan surplus minyak bumi dan tetap menjadi anggota OPEC. Ketiadaan koordinasi dari Pemerintah, menyebabkan proyek ini menjadi terhambat dan terlambat karena terbentur, misalnya masalah pembebasan tanah. Untuk itu kami mengusulkan ditunjuknya Team akselerasi pembangunan proyek minyak Cepu sebagaimana team akselerasi percepatan 10.000 MW. Team melakukan koordinasi langsung ke jajaran Menteri bila perlu. B. PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK BER-ENERGI PANAS BUMI Hampir sebagian besar para praktisi energi di Indonesia mengetahui bahwa Indonesia adalah Saudi arabia-nya Panas bumi dunia. Cadangan panas bumi Indonesia mencapai 27.000 MW dan tersedia di hampir seluruh propinsi di Indonesia. Akan tetapi banyak yang tidak mengetahui bahwa 27.000 MW ini ekuivalen dengan 1.080.000 barrel oil per day atau ekivalen dengan seluruh produksi minyak bumi Indonesia hari ini. Pemerintah saat ini terlihat mengejar target lifting minyak bumi yang terus menurun untuk menutup APBN. Akan tetapi disisi lain Pemerintah lupa bahwa di bumi Indonesia tersedia energi ekivalen, yang cheap, renewable, and environmental friendly yaitu energi panas bumi. Jika lifting minyak bumi cenderung menurun. Produksi energi panas bumi dapat terus meningkat karena sifatnya yang terbarukan. Kemampuan putra-putri bangsa hari ini untuk percepatan pembangunan energi panas bumi Secara teknologi dan kemampuan, para insinyur Indonesia telah mampu melakukan survey untuk menentukan cadangan kandungan energi panas bumi di suatu lokasi. Juga jajaran PT Pertamina telah mampu melakukan pengeboran sumur energi panas bumi sejak belasan tahun yang lalu. Di sisi perancangan sistem perpipaan uap dan juga perancangan serta pembangunan pembangkit listrik dengan energi panas bumi (PLTP), PT Rekayasa Industri telah mampu melaksanakannya secara mandiri. Beberapa proyek-proyek PLTP yang karya putra-putri Indonesia baru saja diresmikan oleh Presiden pada akhir tahun 2007. Selain itu pengoperasian PLTP telah lama dilakukan sepenuhnya oleh putra-putri Indonesia. Satu-satunya keterlibatan pihak asing adalah pada sisi pasokan peralatan turbin dan generator. B eberapa hal baik yang telah dilakukan oleh Pemerintah di bidang Energi panas bumi Setelah 4 tahun ditunggu-tunggu dan setelah dipaksa oleh berbagai pihak, akhirnya pemerintah pada bulan November 2007 mengeluarkan Peraturan Pemerintah No:57 tentang kepemilikan ladang panas bumi. Dalam Peraturan Pemerintah ini dituangkan tata-cara kepemilikan Wilayah Kerja Pertambangan untuk Panas bumi. Namun sangat disayangkan sistem kepemilikannya mirip dengan tata-cara kepemilikan tambang batu bara. Pemerintah pusat juga secara simbolis telah menawarkan & menyerahkan pengolahan Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) kepada Pemerintah daerah (Pemda) seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Bali.

Pemerintah juga telah memberikan fasilitas bebas bea masuk untuk pengembangan pembangkit listrik dengan energi panas bumi di awal tahun 2008. Pemerintah juga telah menetapkan harga jual listrik yang dihasilkan dari energi panas bumi secara regional dan lebih tinggi dari harga jual listrik yang dihasilkan misalnya dari batu bara. Selain itu Pemerintah juga sudah meratifikasi perjanjian Kyoto, dimana saat ini carbon credit untuk pembangunan pembangkit listrik panas bumi di Indonesia sudah dapat diperjual belikan di bursa internasional. Kebijakan ini dapat mengurangi biaya investasi pembangunan pembangkit. Beberapa hal yang tidak atau belum dilakukan oleh Pemerintah Sebagaimana di pengembangan ladang minyak Cepu, Pemerintah tidak mengkoordinasi dan mengerahkan seluruh kemampuan ( all out ) untuk mengembangkan energi panas bumi. Pemerintah masih beranggapan bahwa dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah, memberikan keringanan bea masuk, memberikan harga khusus dan membuat berbagai aturan maka pengembangan industri panas bumi akan berjalan dan berkembang dengan sendirinya. Fakta di lapangan membuktikan bahwa upaya-upaya seperti ini tetap tidak menghasilkan akselerasi percepatan pembangunan industri dengan energi panas bumi. Sebenarnya kendala utama pengembangan energi panas bumi terletak pada investasi awal untuk melakukan survey seismik dan pengeboran sumur panas bumi. Jika cadangan panas bumi dapat dikonfirmasi setelah pelakanaan survey dan pengeboran, maka cadangan tersebut dapat di-agunkan ke institusi pendanaan. Inilah titik bottleneck (hambatan) pengembangan industri dengan energi panas bumi. Banyak perusahaan nasional yang tidak mampu untuk mengambil resiko biaya awal ini. Namun disisi lain, banyak APBD Pemerintah daerah yang digunakan untuk pengeluaran yang kurang bermanfaat. Perusahaan asing merasa sulit untuk masuk ke kabupaten dan propinsi untuk mengurus seluruh perizinannya. Untuk itu kami mengusulkan agar disaat pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM, maka dibarengi dengan terobosan penunjukan Team akselerasi pembangunan industri dengan energi panas bumi. Selain itu Presiden perlu juga menginstruksikan kepada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Lembaga Penilitian Non Departemen (LPND) untuk bekerja sama dengan Pemerintah daerah (Pemda) melakukan survey serta pengeboran untuk mengkonfirmasi cadangan energi panas bumi di masing-masing daerah. Dana survey dan pengeboran ini diperoleh dari APBD Pemda setempat. Perlu ditargetkan bahwa dalam jangka waktu 1 tahun seluruh propinsi di Indonesia telah dilakukan survey seismik. C. PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS JARAK PAGAR Presiden dan jajaran Pemerintah sudah sangat baik menginisiasi dan mendorong pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN). Kalangan industriawan, peneliti dan juga masyarakat sangat bersemangat untuk mengembangkan BBN. Salah satunya adalah pengembangan tanaman dan industri berbasis Jarak Pagar. Berikut beberapa informasi terakhir tentang industri ini : 1. Team Nasional Bahan Bakar Nabati (BBN), menyampaikan bahwa lahan Jarak pagar pada akhir Desember 2007 mencapai 130.000 Ha (lihat chart).

2. Institusi penelitian di Indonesia seperti IPB, dan Puslitbangbun telah kembangkan bibit jarak pagar yang relatif cukup baik produktivitasnya. Bahkan bibit yang mampu untuk tumbuh dan tahan di daerah kering (langka air) juga telah berhasil dikembangkan. 3. Banyak perusahaan besar yang telah membina perusahaan pembibitan maupun pengembangan ladang jarak pagar. Sebagai contoh perusahaan PT Indocement Tunggal Perkasa di lahan ex-batu kapur atau perusahaan PT Berau coal di lahan ex-tambang batu bara, 4. Harga jarak pagar sekarang terus meningkat dan mencapai harga Rp 1.200 s/d Rp 2.000 per kg (3 s/d 4 kali lipat beberapa tahun lalu) sehingga produk jarak pagar menjadi ekonomis. Kemampuan putra-putri bangsa hari ini untuk percepatan pembangunan Industri Jarak pagar 1. Jajaran Puslitbangbun dan IPB telah mampu mengembangkan bibit jarak pagar bersertifikat yang relatif baik yaitu dengan produktivitas sekita 5 ton per Ha 2. Jajaran produsen peralatan di Indonesia seperti Pura group, PT Pindad, PT Rekayasa Industri dan banyak lagi telah mampu membuat mesin expeller (mesin press) biji jarak pagar 3. Para teknolog dan peneliti di BPPT, ITB dan juga PT Rekayasa Industri telah mampu untuk mengkonversi minyak jarak pagar menjadi Biodiesel dengan efisiensi yang relatif baik. Beberapa hal baik yang telah dilakukan oleh Pemerintah di bidang Bahan Bakar Nabati 1. Mengeluarkan Instruksi Presiden tentang Bahan Bakar Nabati 2. Membentuk Tim Nasional yang membidangi Bahan Bakar Nabati 3. Menyusun road map untuk pengembangan Bahan Bakar Nabati 4. Telah mencanangkan pelaksanaan program Desa Mandiri Energi Beberapa hal yang belum dilakukan oleh Pemerintah di bidang Bahan Bakar Nabati Bersamaan dengan pengumuman kenaikan BBM, kami sangat mengusulkan agar pemerintah melakukan inisiasi berikut : 1. Pemerintah menginstruksikan penghijauan kembali lahan-lahan ex-lahan tambang Batu bara, Nickel, Semen dan Tembaga dengan tanaman industri BBN, misalnya tanaman Jarak pagar. Lihat model reboisasi yang telah dilakukan oleh PT Berau coal. 2. Dengan dana reboisasi perusahaan-perusahaan tambang, maka pengembangan industri BBN sebenarnya tidak memerlukan dana investasi ataupun pinjaman dari perbankan. 3. Pemerintah juga dapat meminta dan menghimbau kepada para industriawan tambang untuk menggunakan dana Corporate Social Responsibility (CSR) untuk penciptaan lapangan pekerjaan di bidang BBN dengan membeli mesin-mesin pengolahan minyak jarak pagar untuk menjadikan pengganti minyak tanah dan juga kompor-kompor dengan memakai minyak jarak. 4. Timnas BBN memfokuskan diri pada industri Jarak pagar dengan berkonsentrasi pada pengembangan perkebunan di lahan-lahan ex-lahan tambang. Tujuan utamanya adalah untuk mereboisasi lahan. Dengan hasil samping adalah produksi jarak pagar dan minyak jarak pagar yang setingkat dengan minyak tanah. Sebagai ilustrasi setiap Ha lahan jarak pagar, secara teoretis bisa menghasilkan 3 ton s/d 5 ton per ha biji jarak atau sekitar 750 s/d 1250 liter minyak jarak per Ha. Jadi dengan luas lahan jarak pagar yang saat ini sudah ada yaitu sekitar 130.000 Ha, maka Indonesia seharusnya hari ini bisa menghasilkan 97,5 juta liter s/d 162,5 juta liter minyak jarak yang ekivalen dengan minyak tanah 4. PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI GASIFIKASI BATU BARA Strategi industri ini pernah diterapkan oleh Afrika selatan saat di-embargo oleh negara-negara barat karena melaksanakan politik apartheid. Strategi industri ini juga digunakan oleh negara China yang tidak mempunyai sumber gas alam, namun memerlukan industri pupuk dalam jumlah yang sangat besar. Adapun strategi industrinya adalah pengembangan Industri Gasifikasi batu bara menjadi gas alam sintetis.

Saat ini di Sumatra Selatan terdapat kandungan batu bara dalam jumlah yang sangat banyak. PT Bukit Asam saja memiliki 6 milyard ton cadangan batu bara. Namun sampai saat ini, batu bara ini tidak dapat termanfaatkan karena sulitnya membangun infrastruktur rel kereta api ataupun pelabuhan. Namun dengan teknologi gasifikasi, yang saat ini relatif semakin murah, maka batu bara yang ada di Sumatra selatan dapat di-jadikan gas alam sintetis dan dikirimkan melalui pipa ke pulau Jawa. Sebagai ilustrasi, cadangan batu bara yang dimiliki oleh PT Bukit asam saja (6 milyard ton), dapat digasifikasi dan memproduksi gas alam sintetis digunakan untuk bahan baku gas alam yang mampu menghidupi 100 pabrik pupuk berproduksi selama 100 tahun. Selain cadangan milik PT Bukit Asam, di Sumatra selatan masih sangat banyak kandungan batu bara milik perusahaan-perusahaan lain. Kemampuan putra-putri bangsa hari ini untuk percepatan pembangunan Industri Gasifikasi batu bara 1. Para teknolog di Tekmira telah memiliki proses lisensi untuk pengembangan gasifikasi batubara 2. Jajaran PT Rekayasa industri sangat sanggup memakai proses lisensi yang sangat banyak tersedia di dunia seperti dari Shell, GE, Lurgi, dan banyak lagi untuk mengkonversi batu bara menjadi gas alam sintetis. Proyek pertama akan diterapkan di Lhokseumawe, Aceh. Beberapa hal baik yang telah dilakukan oleh pemerintah di Industri gasifikasi batu bara 1. Memberikan insentif pajak pph untuk industri gasifikasi 2. Melakukan penelitian pengembangan teknologi gasifikasi oleh Tekmira Beberapa hal yang belum dan dapat dilakukan oleh pemerintah di bidang Industri gasifikasi Setelah pengumuman kenaikan BBM, Pemerintah perlu mencanangkan percepatan pengembangan industri gasifikasi dengan misalnya melalui Departemen Perindustrian meng-akselerasi pembangunan industri gasifikasi. Team ini terdiri dari Pemerintah daerah, Industri pertambangan batu bara dan juga Industri penyaluran gas alam melalui perpipaan. PERTIMBANGAN TERHADAP SUMBER ENERGI LAINNYA Tulisan ini telah mempertimbangkan dan melakukan studi energi alternatif lainnya secara rinci. Berikut ini studi energi lainnya yang telah dipertimbangkan : 1. Biodiesel dari minyak sawit (CPO) bahan baku terlalu mahal karena bersaing karena bersaing dengan produk makanan dan industri lainnya 2. Biodiesel dari micro-algae bahan baku belum mampu diproduksi dalam jumlah yang besar. 3. Bioethanol dari ketela atau Mollasses bahan baku terlalu mahal karena bersaing dengan produk makanan dan industri lainnya 4. Energi surya (Photo voltaic) Saat ini biaya investasi penangkap energi matahari masih terlalu tinggi 5. Energi biomassa seperti dari sekam padi teknologi ini dapat diimplementasi namun bahan baku terlalu sedikit dan sulit mengumpulkannya. Namun dapat diimplementasi untuk skala yang relatif kecil 6. Energi biomassa seperti dari cangkang kelapa sawit bahan baku energi ini terlalu sulit dan mahal untuk mengumpulkannya. Namun dapat diimplementasi untuk skala yang relatif kecil 7. Energi angin bahan baku sedikit. Namun dapat diimplementasi untuk skala yang relatif kecil 8. Energi nuklir Saat ini biaya investasi masih terlalu tinggi dan adanya problematika sosial 9. Energi ombak biaya investasi terlalu tinggi untuk diterapkan secara massal.