BAB II BAHAN RUJUKAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian suatu negara.anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya salah karena. bank sebagai lembaga keuangan yang sangat vital.

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Data, Informasi dan Sistem Informasi. Menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini (2011 : 13) data dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan bahasa latin kredit berarti credere yang artinya percaya. Maksud dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan apa yang direncanakan. Prosedur arti umumnya adalah suatu sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata Kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan intensitasnya, kebutuhan manusia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau

BAB III TELAAH PUSTAKA. diharapkan dan dikaitkan dengan kedudukan seseorang 28. Seseorang dikatakan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 PengertianTentang BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibandingkan anggota lembaga keuangan lainnya (Mangani, K.S:2009).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uang (Kasmir, 2002:23). Bank adalah merupakan salah satu badan usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehari-hari yang menuntut masyarakat untuk menggunakan jasa-jasa bank. Para

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBERIAN KREDIT PADA PD. BPR. ROKAN HULU PASIR PENGARAIAN MUHAMMAD ISRAK

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. IAPI (2011:319.2) pengertian pengendalian intern adalah

BAB II URAIAN TEORITIS. Bank berasal dari bahasa Italia yaitu banco yaitu bangku. Bangku inilah

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DILARANG MENGUTIP SEBAHAGIAN ATAU KESELURUHAN ISI JURNAL INI TANPA SEIZIN REDAKSI

BAB II LANDASAN TEORI. Kunci utama dari dinamika hubungan antara lembaga penyalur keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Bank berasal dari bahasa itali yaitu banca yang berarti suatu bangku tempat

PENGALOKASIAN DANA BANK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Landasan hukum sistem perbankan di Indonesia salah satunya adalah Undang-

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN 1

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Uundang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang

KERANGKA PEMIKIRAN III.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. bunganya sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak. Tegasnya, kreditor percaya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

By : Angga Hapsila, SE.MM

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berdasarkan persejuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Kredit Istilah kredit bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang menjual dan membeli barang-barang dengan kredit. Jual beli tersebut tidak dilakukan secara tunai atau kontan, tetapi dengan cara mengangsur. Selain itu banyak anggota masyarakat yang menerima kredit dari koperasi maupun bank untuk kebutuhannya. 2.1.1 Pengertian Kredit Kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa latin creditium yang berarti kepercaya akan kebenaran. kepercayaan berarti bahwa lembaga keuangan atau bank. Ada beberapa pengertian kredit yang dikemukakan oleh para ahli, namun pada hakikatnya mempunyai tujuan yang sama. Menurut Suhardjono (2003:11) kredit adalah penyediaan uang atau yang disamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak meminjam berkewajiban melunasi hitangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan. Menurut Komarudin sastradipoera (2004:15) kredit adalah kemampuan untuk melakukan suatu pembelian atau pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati. 4

5 Sedangkan menurut Raymond P. Kent yang diterjemahkan oleh Thomas Suyatno (2000:13) kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada waktu yang akan datang. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kredit merupakan pinjaman yang harus dibayarkan bersama dengan bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. 2.1.2 Unsur-unsur Kredit Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan, sehingga dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan. Ini berarti bahwa suatu lembaga kredit baru akan memberikan kredit kalau ia betul-betul yakin bahwa si penerima kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Tanpa keyakinan, suatu lembaga kredit tidak akan meneruskan simpanan masyarakat yang diterimanya. Menurut Kasmir (2002:94) unsur-unsur kredit sebagai berikut : 1. Kepercayaan Yaitu suatu keyakinan kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang, atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern. 2. Kesepakatan Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi dan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

6 3. Jangka Waktu Setiap kredit yang diberikan jangka waktunya tertentu, jangka waktu ini mencangkup masa pengembilan kredit yang telah disepakati, jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang. 4. Resiko Adanya suatu tenggang waktu pengambalian akan menyebabkan suatu resiko yang tidak tertagihnya atau macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko menjadi tanggungan Bank, baik resiko yag disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun untuk resiko yang tidak disengaja. 5. Balas Jasa Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa kredit tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. 2.1.3 Tujuan dan Fungsi Kredit Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang berhak dicapai yang tentunya tergantung dari tujuan Bank atau non Bank itu sendiri. Menurut Kasmir (2006:107) tujuan pemberian kredit antara lain : 1. Mencari keuntungan. Yaitu bertujuan agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin, dan dapat memperluas usahanya serta dapat membesarkan usaha bank. 2. Membantu usaha nasabah. Yaitu agar dapat mengembangkan dan mempertahankan usaha nasabahnya. 3. Membantu pemerintah. Yaitu dalam berbagai bidang dalam rangka peningkatkan pembangunan di berbagai sektor.

7 Sedangkan fungsi dari kegiatan pemberian kredit menurut Thomas Suyatno (2007:16) yaitu : 1. Kredit pada khakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang. Dengan diberikannya kredit uang tersebut akan bermanfaat untuk menghasilkan barang jasa oleh penerimaan kredit. 2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu-lintas uang. Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran baru seperti cek, giro bilyet, dan wesel, sehingga apabila pembayaran-pembayaran dilakukan dengan yang disebutkan diatas maka akan dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. 3. Kredit dapat pula meningkatkan daya guna dan peredaran barang. Kredit yang diberikan oleh pihak pemberi kredit akan dapat digunakan oleh pihak peminjam untuk mengelola barang yang dapat bermanfaat. Dengan demikian fungsi kredit dapat meningkatkan daya guna barang dari barang yang tidak berguna menjadi barang yang berguna. Kredit pun dapat menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah liannya, sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lain bertambah. 4. Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi. Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi, karena dengan adanya kredit dapat membantu masyarakat yang membutuhkan pinjaman. 5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha. Bagi pihak pemberi kredit, pemberian kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha, begitu juga dengan pihak peminjam yang sedang mengalami kesulitan modal. 6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan berusaha. Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam meningkatkan pendapatan.

8 7. Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional. Pinjaman internasional akan dapat meningkatkan rasa saling membutuhkan antara pihak-pihak pemberi pinjaman. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerjasama dibidang lainnya, sehingga dapat pula tercipta perdamaian dunia. 2.1.4 Jenis-Jenis Kredit Dalam kehidupan ekonomi sekarang ini, dapat dijumpai bermacam-macam kredit. Esensi dari jenis-jenis kredit ini akan tergantung dari sudut mana. Kredit itu akan di tinjaunya menurut Rachmat Firdaus dan Maya Aryanti (2003:10). Jenis-jenis kredit didasarkan atas: 1. Kredit ditinjau penggunaannya. 1) Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian barang-barang atau jasa yang dapat memberikan kepuasan langsung terhadap kelangsungan terhadap kebutuhan manusia. Misalnya : kredit untuk membeli bahan makanan, pakaian, rumah dan sebagainya. 2) Kredit Produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk tujuan-tujuan prosedur dalam arti dapat meningkatkan utulity (daya guna) Kredit Produktif ini terbagi menjadi 3 bagian: a. Kredit Investasi, yaitu kredit yang digunakan untuk membiayai pembelian barang-barang untuk modal tetap dan tahan lama. Misalnya: membeli gedung, tanah, kendaraan, mesin-mesin baru dan alat-alat produksi lainnya. b. Kredit Modal Kerja, yaitu kredit yang ditujukan untuk keperluan modal kerja yang habis dalam satu atau beberapa kali produksi. Misalnya : untuk membeli bahan-bahan mentah gaji/upah. Sewa gedung/kantor, pembelian barangbarang dagangan dan lain sebagainya. c. Kredit Likuidasi, yaitu kredit yang tidak mempunyai tujuan konsumtif secara langsung tidak pula bertujuan produktif

9 melainkan mempunyai tujuan untuk membantu perusahaan yang sedang ada dalam kesulitan likuidasi dalam rangka pemeliharaaan kebutuhan minimalnya. 2. Kredit ditinjau dari segi materi yang dialihkannya. 1) Kredit dalam bentuk uang (Money Credit) Pada umumnya kredit yang diberikan oleh bank dalam bentuk uang dan pengambilannya dalam bentuk uang juga. 2) Kredit dalam bentuk bukan uang (Non Money Credit) Kredit ini berupa barang-barang atau jasa, yang biasanya diberikan oleh perusahaan dagang dan sebagainya. 3. Kredit ditinjau dari cara penggunaannya. 1) Kredit Tunai (Cash Credit) Yaitu kredit yang penguangannya dilakukan tunai atau pembukuan ke dalam rekening debitur atau rekening yang ditunjukan debitur. 2) Kredit bukan/tidak Tunai (Non Cash Credit) Yaitu kredit yang tidak dibayarkan langsung pada saat perjanjian ditandatangani melainkan diperlukan adanya tenggang waktu sesuai yang dipersyaratkan. 4. Kredit menurut jangka waktunya. 1) Kredit Jangka Pendek Yaitu kredit yang berjangka waktu maksimal 1(satu) tahun. Biasanya kredit jangka pendek ini cocok untuk membiayai kebutuhan modal kerja. 2) Kredit Jangka Menengah Yaitu kredit yang berjangka waktu antara 1 (satu) sampai 3 (tiga) tahun. Kredit jangka menengah ini biasaya berupa kredit modal kerja, atau kredit investasi yang relevan tidak terlalu besar jumlahnya. Misalnya untuk pembelian. 3) Kredit Jangka Panjang Yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari 3 (tiga) tahun. Kredit macam ini biasanya cocok untuk kredit investasi seperti pembelian

10 mesin-mesin berat, pembangunan gedung, pabrik, perkebunan, kredit pembelian rumah (KPR) dan lain sebagainya. 2.2 Prosedur Pemberian Kredit 2.2.1 Pengertian Prosedur Dalam rangka rencana pemberian kredit kepada calon debitur diperlukan tahap-tahap atau metode-metode. Untuk itu diperlukan kebijakan prosedur kredit atau tata cara dalam pemberian kredit tersebut. Pengertian prosedur menurut Azhar Susanto (2004:264) menyatakan bahwa : Prosedur adalah rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama Sedangkan pengertian prosedur menurut Ardiyos (2004:734) Prosedur adalah suatu bagian sistem yang merupakan rangkaian tindakan yang menyangkut beberapa orang dalam satu atau beberapa bagan yang ditetapkan untuk menjamin agar suatu kegiatan atau transaksi dapat terjadi secara berulang kali dan dilaksanakan secara seragam. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa prosedur adalah suatu urutan pekerjaan tata usaha yang biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu atau beberapa bagian, guna menjamin keseragaman pelaksanaan suatu transaksi yang berulang-ulang. 2.2.2 Prosedur pemberian kredit Dalam pemberian kredit diperlukan prosedur agar berjalan dengan lancar atau teratur. Menurut Thomas Suyatno (2007:69) prosedur pemberian kredit terdiri dari beberapa tahapan yaitu : 1. Permohonan kredit Permohonan fasilitas kredit mencakup : a. Permohonan pengajuan kredit.

11 b. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan. c. Permohonan perpanjangan/pembaruan masa laku kredit yang telah berakhir jangka waktunya. d. Permohonan-permohonan lainnya untuk perubahan syarat-syarat fasilitas kredit yang sedang berjalan, antara lain penukaran jaminan, perubahan/pengunduran jadwal angsuran dan lain sebagainya. Setiap berkas permohonan jadwal angsuran dan lain sebagainya. 1) Surat-surat permohonan nasabah yang ditandatangani secara lengkap dan sah. 2) Daftar isian yang disediakan oleh bank yang secara sebenarnya dan lengkap diisi oleh nasabah. 3) Daftar lampiran lainnya yang diperlukan menurut jenis fasilitas kredit. Setiap surat permohonan kredit yang diterima harus dicatat dalam register khusus yang disediakan. 2. Penyidikan dan analisis kredit Yang dimaksud dengan penyidikan (investigasi) kredit adalah pekerjaan yang meliputi: a. Wawancara dengan permohonan kredit atau debitur b. Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang diajukan nasabah, baik data intern bank maupun data ekstren. Dalam hal ini termasuk informasi antar bank dan pemeriksaan pada daftar hitam dan daftar-daftar kredit macet. c. Pemeriksaan/penyelikan atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal-hal yang dikemukakan nasabah dan informasi lainnya yang diperoleh. d. Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyelidikan yang telah dilaksanakan.

12 Analis kredit adalah pekerjaan yang meliputi: a. Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan penguraian dari berbagai aspek, baik keuangan maupun non-keuangan untuk mengetahui kemungkinan dapat/tidak dapat mempertimbangkan suatu permohonan kredit. b. Menyusun laporan analisis yang diperlukan, yang berisi penguraian kesimpulan serta penyajian alternatif-alternatif sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan kesimpulan pimpinan dari permohonan kredit nasabah. Bank perlu mengadakan penelitian yang semestinya atas kewajaran dari data dan informasi yang diterima dari nasabah sebelum mengadakan analisis-analisis yang ditentukan. Hal ini untuk mencegah kesimpulan yang kurang tepat serta memperlambat pengambilan keputusan. 3. Keputusan atas permohonan kredit Dalam hal ini yang dimaksud dengan keputusan adalah setiap tindakan pejabat yang berdasarkan wewenangnya berhak mengambil berupa menolak, menyetujui dan atau mengusulkan permohonan fasilitas kredit kepada pejabat yang lebih tinggi. Setiap keputusan permohonan kredit, harus memperhatikan penilaian syarat-syarat umum yang pada dasarnya tercantum dalam laporan pemeriksaan kredit dan analisis kredit bahan pertimbangan atau informasiinformasi lainnya yang diperoleh pejabat pengambilan keputusan, harus dibutuhkan secara tertulis (disposisi-disposisi). Adapun prosedur pemberian kredit menurut perbankan adalah sebagai berikut: 1. pengajuan berkas-berkas atau proposal pengajuan proposal kredit hendaklah berisi antara lain: a. latar belakang perusahaan/kelompok usaha b. maksud dan tujuan c. besarnya kredit dan jangka waktu

13 d. cara pengambilan kredit e. jaminan kredit 2. pemerikasaan berkas-berkas atau proposal untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika belum lengkap atau cukup, maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas waktu tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangannya, maka permohonan kreditnya dapat dibatalkan. 3. wawancara I merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan langsung berharap dengan calon peminjam. 4. peninjawan ke lokasi merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasilnya dicocokan dengan hasil wawancara I. 5. wawancara II merupakan berbagai perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan pada saat setelah dilakukan pinjawan ke lapangan. 6. penilaian analisis kebutuhan modal merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka menilai kebutuhan kredit yang sebenarnya 7. keputusan kredit menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak, jika diterima maka dipersiapkan administrasinya. 8. Penandatangan akad kredit/perjanjian lainnya Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit dicairkan terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit. 9. Realisasi kredit Diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.

14 10. Penyaluran kredit Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagian realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit. 11. Penilain kredit Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali. 2.3 Kriteria Umum Debitur Pemberian kredit memerlukan perhitungan dan pertimbangan yang mendalam terhadap kreteria calon debitur, kriteria tersebut meliputi berbagai prinsip-prinsip. Menurut Rachmat Firdaus (2001:139), prinsip yang harus dilaksanakan oleh suatu bank dalam rangka mempertimbangkan dalam pemberian kredit antara lain : A. Prinsip 5C 1. Character (Penilaian Personal) Yaitu menyangkut kepribadian, sifat/watak, kejujuran seseorang dalam hal ini adalah debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa, sifat/watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seseorang yang memiliki kejujuran dalam membuat pekerjaan untuk memenuhi kewajibannya. 2. Capacity (Kemampuan) Yaitu suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajiban dari kegiaan usaha yang akan dibiayai dengan kredit dari bank.

15 3. Capital (Modal) Untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank, yaitu menyangkut besar kecilnya pertimbangan antara jumlah hutang dan modal kerja. 4. Codition of Economic (Kondisi Ekonomi) Yaitu kondisi atas ekonomi harus diperhatikan dalam pertimbangan pemberian kredit terutama dalam hubungannya dengan sektor usaha calon peminjam. 5. Collateral (Jaminan) Yaitu menunujukan jaminan yang diberikan atas kredit yan diterima. Jaminan tersebut dapat berupa barang, harta bergerak, atau pun harta tidak bergerak. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Fungsi jaminan ini adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian. B. Prinsip 7P 1. Personality (Kepribadian) Yaitu menilai nasabah dari segi pribadinya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencangkup sikap emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. 2. Party (Golongan) Yaitu mencoba menggolongkan calon peminjam ke dalam kelompok tertentu menurut Character (Penilaian Personal), Capacity (Kemampuan), dan capital (Modal). 3. Purpose (Tujuan) Merupakan tujuan pengguna kredit yang diajukan apa tujuan yang sebenarnya dari kredit tersebut, apakah mempunyai aspek-aspek sosial yang positif dan luas atau tidak. Selanjutnya, sebagai kreditur maka bank harus meneliti apakah kreditnya benar-benar digunakan sesuai dengan tujuan semula.

16 4. Prosfect Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah, tujuan kredit dapat bermacam-macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif dan lain sebagainya. 5. Paymen (Sumber Pembayaran) Setelah mengetahui tujuan kredit tersebut, maka hendaknya diperkirakan dari kemungkinan-kemungkinan besarnya pendapatan yang akan dicapai atau dihasilkan. Dengan demikian, bank dapat pula mengetahui kemampuan dan kekuatan debitur untuk membayar kembali kreditnya sekaligus juga dapat ditentukan cara pembayarannya dan jangka waktu pengambilannya. 6. Profitability (kemampuan memperoleh laba) Yaitu menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam memcari laba. Profitability diukur dari periode apakah akan tetap sama atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya. 7. Protection (perlindungan) Protection atau perlindungan ini dimaksud untuk berjaga-jaga terhadap hal-hal yang tidak terduga sebelumnya. C. Prinsip 3R 1. Return (hasil yang dicapai) Yaitu penilaian atas hasil yang akan dicapai setelah dibantu dengan kredit. 2. Repayment (pembayaran kembali) Yaitu baik bank harus menilai kemampuan perusahaan untuk membayar kembali pinjamannya. 3. Risk Bearing Ability (kemampuan menanggung resiko) Yaitu bank harus mengetahui dan menilai sampai sejauh mana perusahaan pemohonan kredit mampu menanggung resiko kegagalan.

17 2.3.1 Tahap-tahap dalam Pemberian Kredit Dalam pemberian kredit ada beberapa tahapan dalam pemberian kredit. Menurut Rachmat Firdaus (2001:141) sebagai berikut : 1. Tahap persiapan kredit (Credit Preparation) Adalah kegiatan tahap permulaan dengan maksud untuk saling mengetahui informasi mengenai persyaratan dalam memberikan kredit oleh bank yang bersangkutan. 2. Tahap penelitian dan analisis kredit (Credit Analisis/Credit Appraisal) Dalam tahap ini didalam penilaian yang mendalam tentang keadaan usaha atau proyek permohonan kredit. Penilaian tersebut melihat beberapa aspek antara lain: a) Aspek Menejemen dan Organisasi b) Aspek Pemasaran c) Aspek Keuangan d) Aspek Yuridis e) Aspek Sosial Ekonom 3. Tahap keputusan kredit Atas dasar laporan analisis kredit, maka pihak bank melalui pemutusan kredit, dapat memutuskan apakah pemohon kredit tersebut layak untuk diberikan kredit atau tidak. 4. Tahap Pelaksana (Credit Realization) Pada tahap ini bank akan memberikan kapan kredit tersebut dapat direalisasikan. Calon debitur harus mendatangani akad/persetujuan karena baik dibawah tangan maupun dihadapan notaris sebagai saksi. 5. Tahap Administrasi Kredit/Tata usaha Kredit Selanjutnya bank melalui bagian/pejabat-pejabat yang menanganinya menata usahakan kredit tersebut melalui penyimpanan/pemberkasan dokumen-dokumen kredit, surat yang berkenaan dengan agunan dan lain sebagainya.

18 6. Tahap supervisi kredit dan pembinaan debitur Tahap terakhir dari suatu proses kredit ialah tahap supervisi/pengawasan kredit dan pembinaan debitur, ialah upaya pengamanan kredit yang telah diberikan oleh bank dengan jalan harus mengikuti jalannya perusahaan serta memberikan saran agar perusahaan berjalan dengan baik.